BAB I
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedudukan dan fungsi suatu keluarga dalam kehidupan manusia bersifat primer dan
fundamental. Keluarga pada hakekatnya merupakan wadah pembentukan masing-masing
anggotanya, terutama anak-anak yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab orangtuanya.
Perkembangan anak pada umumnya meliputi keadaan fisik, emosional sosial dan intelektual. Bila
kesemuanya berjalan secara harmonis maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut dalam keadaan
sehat jiwanya. Dalam perkembangan jiwa terdapat periode-periode kritik yang berarti bahwa bila
periode-periode ini tidak dapat dilalui dengan harmonis maka akan timbul gejala-gejala yang
menunjukkan misalnya keterlambatan, ketegangan, kesulitan penyesuaian diri kepribadian yang
terganggu bahkan menjadi gagal sama sekali dalam tugas sebagai makhluk sosial untuk
mengadakan hubungan antar manusia yang memuaskan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang
di lingkungannya.
Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil di dalam masyarakat tetapi menepati kedudukan
yang primer dan fundamental, oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang besar dan vital
dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap
kritisnya. Keluarga yang gagal memberi cinta kasih dan perhatian akan meupuk kebencian, rasa tidak
aman dan tindak kekerasan kepada anak-anaknya. Demikian pula jika keluarga tidak dapat
menciptakan suasana pendidikan, maka hal ini akan menyebabkan anak-anak terperosok atau
tersesat jalannya.
Dalam makalah ini penulis menyajikan mengenai pengaruh keluarga terhadap kenakalan remaja dan
beberapa penanggulangannya.
BAB II
PEMBAHASAN
Keluarga adalah tempat perkembangan awal seorang anak, sejak saat kelahirannya sampai
proses perkembangan jasmani dan rohani berikutnya. Bagi seorang anak, keluarga memiliki
arti dan fungsi yang vital bagi kelangsungan hidup maupun dalam menemukan makna dan
tujuan hidupnya.
Untuk mencapai perkembangannya seorang anak membutuhkan kasih sayang, perhatian
dan rasa aman untuk berlindung dari orang tuanya. Tanpa sentuhan manusiawi itu anak akan
merasa terancam dan penuh rasa takut.
Keluarga merupakan dunia keakraban seorang anak. Sebab dalam keluargalah dia
mengalami pertama-tama mengalami hubungan dengan manusia dan memperoleh
representasi dari dunia sekelilingnya. Pengalaman hubungan dengan keluarga semakin
diperkuat dalam proses pertumbuhan sehingga melalui pengalaman makin mengakrabkan
seorang anak dengan lingkungan keluarga. Keluarga menjadi dunia dalam batin anak dan
keluarga bukan menjadi suatu realitas diluar seorang anak akan tetapi menjadi bagian
kehidupan pribadinya sendiri. Anak akan menemukan arti dan fungsinya.
Dalam keluarga seorang dipertalikan dengan hubungan batin yang satu dengan lainnya.
Hubungan itu tidak tergantikan Arti seorang ibu tidak dapat dengan tibatiba digantikan
dengan orang lain.
Keluarga dibutuhkan seorang anak untuk mendorong, menggali, mempelajari dan
menghayati nilai-nilai kemanusiaan, religiusitas, norma-norma dan sebagainya. Nilai-nilai
luhur tersebut dibutuhkan sesuai dengan martabat kemanusiaannya dalam penyempumaan
diri.
Pengenalan didalam keluarga memungkinkan seorang anak untuk mengenal dunia
sekelilingnya jauh lebih baik. Hubungan diluar keluarga dimungkinkan efektifitasnya karena
pengalamannya dalam keluarga.
Keluarga merupakan tempat pemupukan dan pendidikan untuk hidup bermasyarakat dan
bernegara agar mampu berdedikasi dalam tugas dan kewajiban dan tanggung jawabnya
sehingga keluarga menjadi tempat pembentukan otonom diri yang memiliki prinsip-prinsip
kehidupan tanpa mudah dibelokkan oleh arus godaan.
Keluarga menjadi fungsi terpercaya untuk saling membagikan beban masalah,
mendiskusikan pokok-pokok masalah, mematangkan segi emosional, mendapatkan
dukungan spritual dan sebagainya.
Dalarn keluarga dapat terealisasi makna kebersamaan, solidaritas, cinta kasih, pengertian,
rasa hormat menghormati clan rasa merniliki.
Keluarga menjadi pengayoman dalam beristirahat, berekreasi, menyalurkan kreatifitas dan
sebagainya. Pengalaman dalam interaksi sosial pada keluarga akan turut menentukan pola
tingkah lakunya terhadap orang lain dalam pergaulan diluar keluarganya. Bila interksi sosial
didalarn kelompok karena beberapa sebab tidak lancar kemungkinan besar interaksi
sosialnya dengan masyarakat pada umumnya juga akan berlangsung dengan tidak wajar.
1. Keluarga merupakan kelompok terkecil yang anggotanya berinteraksi to face secara tetap,
dalam kelompok demikian perkembangan anak dapat diikuti dengan sesama oleh orang
tuanya dan penyesuaian secara pribadi dalam hubungan sosial lebih mudah terjadi.
2. Orang tua mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik anak karena anak merupakan cinta
kasih hubungan suami istri. Motivasi yang kuat melahirkan hubungan emosional antara
orangtua dan anak.
3. Karena hubungan sosial dalam keluarga itu bersifat relatif tetap maka orangtua memainkan
peranan sangat penting terhadap proses sosialisasi anak.
a. Anak-anak yang tidak disukai oleh teman-temannya sehingga anak tersebut menyendiri.
Anak yang demikian akan dapat menyebabkan kegoncangan emosi.
b. Anak-anak yang sering menghindarkan diri dari tanggung jawab di rumah atau di sekolah.
Menghindarkan diri dari tanggung jawab biasanya karena anak tidak menyukai pekerjaan
yang ditugaskan pada mereka sehingga mereka menjauhkan diri dari padanya dan mencari
kesibukan-kesibukan lain yang tidak terbimbing.
c. Anak-anak yang sering mengeluh dalam arti bahwa mereka mengalami masalah yang oleh
dia sendiri tidak sanggup mencari permasalahannya. Anak seperti ini sering terbawa kepada
kegoncangan emosi.
d. Anak-anak yang mengalami phobia dan gelisah dalam melewati batas yang berbeda dengan
ketakutan anal-anak normal.
e. Anak-anak yang suka berbohong.
f. Anak-anak yang suka menyakiti atau mengganggu teman-temannya di sekolah atau di
rumah.
g. Anak-anak yang menyangka bahwa semua guru mereka bersikap tidak baik terhadap mereka
dan sengaja menghambat mereka.
h. Anak-anak yang tidak sanggup memusatkan perhatian.
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Masa remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan. Pada masa-masa ini, seorang anak
yang baru mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam gejolak emosi, menarik diri dari
keluarga, serta mengalami banyak masalah, baik di rumah, sekolah, atau di lingkungan
pertemanannya.
Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak
dibawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, Freesex, dan terlibat banyak tindakan kriminal
lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat diungkuri lagi, anda dapat melihat brutalnya remaja jaman
sekarang. Meningkatnya tingkat kriminal di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa,
tetapi banyak juga dari kalangan para remaja. Tindakan kenakalan remaja sangat beranekaragam
dan bervariasi dan lebih terbatas jika dibandingkan tindakan kriminal orang dewasa. Juga motivasi
para remaja sering lebih sederhana dan mudah dipahami misalnya : pencurian yang dilakukan oleh
seorang remaja, hanya untuk memberikan hadiah kepada mereka yang disukainya dengan maksud
untuk membuat kesan impresif yang baik atau mengagumkan.
Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat
diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan
munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa
lain di sepanjang rentang kehidupan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat
disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa
peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Remaja merupakan masa peralihan antara masa
anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.
Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal
dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun
hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan
tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual
seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada
perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis,
abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.
Remaja memiliki tempat di antara anak-anak dan orang tua karena sudah tidak termasuk golongan
anak tetapi belum juga berada dalam golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh
Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau
peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa
perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis,
kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah
antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu :
a. 12-15 tahun
Mengenai ciri-ciri remaja tidak mesti dilihat dari satu sisi, tetapi dapat dilihat dari berbagai segi.
Misalnya dari segi usia, perkembangan fisik, phisikis, dan perilaku. Menurut Gayo (1990: 638-639)
ciri-ciri remaja usianya berkisar 12-20 tahun yang dibagi dalam tiga fase yaitu; Adolensi diri, adolensi
menengah, dan adolensi akhir. Penjelasan ketiga fase ini sebagai berikut.
a. Adolensi dini
Fase ini berarti preokupasi seksual yang meninggi yang tidak jarang menurunkan daya kreatif/
ketekunan, mulai renggang dengan orang tuanya dan membentuk kelompok kawan atau sahabat
karib, tinggah laku kurang dapat dipertanggungjawabkan. Seperti perilaku di luar kebiasaan,
delikuen,dan maniakal atau defresif.
b. Adolensi menengah
Fase ini memiliki umum: Hubungan dengan kawan dari lawan jenis mulai meningkat pentingnya,
fantasi dan fanatisme terhadap berbagai aliran, misalnya, mistik, musik, dan lain-lain. Menduduki
tempat yang kuat dalam perioritasnya, politik dan kebudayaan mulai menyita perhatiannya sehingga
kritik…..tidak jarang dilontarkan kepada keluarga dan masyarakat yang dianggap salah dan tidak
benar, seksualitas mulai tampak dalam ruang atau skala identifikasi, dan desploritas lebih terarah
untuk meminta bantuan.
c. Adolesensi akhir
Masa ini remaja mulai lebih luas, mantap, dari dewasa dalam ruang lingkup penghayatannya .Ia lebih
bersifat ‘menerima’dan ‘mengerti’ malahan sudah mulai menghargai sikap orang/pihak lain yang
mungkin sebelumnya ditolak. Memiliki karier tertentu dan sikap kedudukan, kultural, politik,
maupun etikanya lebih mendekati orang tuanya. Bila kondisinya kurang menguntungkan, maka masa
turut diperpanjang dengan konsekuensi .imitasi, bosan, dan merosot tahap kesulitan jiwanya.
Memerlukan bimbingan dengan baik dan bijaksana, dari orang-orang di sekitarnya.
Argumen lain tentang ciri-ciri remaja dan berbagai sudut pandang dikemukakan oleh
Mustaqim dan Abdul Wahid (1991:49-50). Menurutnya pada masa remaja umumnya telah duduk
dalam bangku sekolah lanjutan. Pada permulaan periode anak mengalami perubahan-perubahan
jasmani yang berwujud tanda-tanda kelamin sekunder seperti kumis, jenggot, atau suara berubah
pada laki-laki. Lengan dan kaki mengalami pertumbuhan yang cepat sekali sehingga anak-anak
menjadi canggung dan kaku. Kelenjar-kelenjar mulai tumbuh yang dapat menimbulkan gangguan
phisikis anak.
Perubahan rohani juga timbul remaja telah mulai berfikir abstrak, ingatan logis makin lama
makin lemah. Pertumbuhan fungsi-fungsi psikis yang satu dengan yang lain tidak dalam keadaan
seimbang akibatnya anak sering mengalami pertentangan batin dan gangguan, yang biasa disebut
gangguan integrasi. Kehidupan sosial anak remaja juga berkembang sangat luas. Akibatnya anak
berusaha melepaskan diri darikekangan orang tua untuk mendapatkan kebebasan, meskipun di sisi
lain masih tergantung pada orang tua. Dengan demikian terjadi pertentangan antara hasrat
kebebasan dan perasaan tergantung. (Mustaqim dan Abdul Wahid, 1991:50).
Lebih lanjut dikatakan Mustaqim dan Abdul Wahid, pada masa remaja akhir umumnya telah
mulai menemukan nilai-nilai hidup, cinta, persahabatan, agama, kesusilaan, kebenaran dan
kebaikan. Masa ini biasa disebut masa pembentukan dan menentuan nilai dan cita-cita.Lain dari
pada itu anak mulai berfikir tentang tanggung jawab sosial, agama moral, anak mulai berpandangan
realistik, mulai mengarahkan perhatian pada teman hidupnya kelak, kematangan jasmani dan
rohani, memiliki keyakinan dan pendirian yang tetap serta berusaha mengabdikan diri dimasyarakat
juga ciri remaja yang menonjol, tetapi hanya remaja yang sudah hampir masuk dewasa.
Sedangkan menurut Hurlock (1999) ciri-ciri masa remaja adalah sebagai berikut :
a. Masa remaja sebagai periode yang penting, karena perkembangan fisik, mental yang cepat dan
penting dan adanya penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai dan minat baru.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan, adanya suatu perubahan sikap dan perilaku dari anak-
anak ke menuju dewasa.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan, karena ada 5 perubahan yang bersifat universal yaitu
perubahan emosi, tubuh, minat dan pola perilaku, dan perubahan nilai.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah, karena pada masa kanak-kanak masalah-masalahnya
sebagian besar diselesikan oleh guru dan orang tua sehingga kebanyakan remaja kurang
berpengalaman dalam mengatasi masalah.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas, karena remaja berusaha untuk menjelaskan siapa
dirinya, apa peranannya.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, karena adanya anggapan stereotip
budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung
merusak, menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik. Karena remaja melihat dirinya sendiri dan orang
lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa, karena remaja mulai memusatkan diri pada perilaku
yang dihubungkan dengan orang dewasa.
Berdasarkan uraian di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa ciri ciri masa remaja
adalah merupakan periode yang penting, periode perubahan, peralihan, usia yang bermasalah,
pencarian identitas, usia yang menimbulkan ketakutan, masa yang tidak realistik dan ambang masa
kedewasaan.
2.3 Psikologi Remaja
Ciri perkembangan psikologis remaja adalah adanya emosi yang meledak-ledak, sulit
dikendalikan, cepat depresi (sedih, putus asa) dan kemudian melawan dan memberontak. Emosi
tidak terkendali ini disebabkan oleh konflik peran yang senang dialami remaja. Oleh karena itu,
perkembangan psikologis ini ditekankan pada keadaan emosi remaja.
Keadaan emosi pada masa remaja masih labil karena erat dengan keadaan hormon. Suatu saat
remaja dapat sedih sekali, dilain waktu dapat marah sekali. Emosi remaja lebih kuat dan lebih
menguasai diri sendiri daripada pikiran yang realistis. Kestabilan emosi remaja dikarenakan tuntutan
orang tua dan masyarakat yang akhirnya mendorong remaja untuk menyesuaikan diri dengan situasi
dirinnya yang baru. Hal tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Hurlock (1990), yang
mengatakan bahwa kecerdasan emosi akan mempengaruhi cara penyesuaian pribadi dan sosial
remaja. Bertambahnya ketegangan emosional yang disebabkan remaja harus membuat penyesuaian
terhadap harapan masyarakat yang berlainan dengan dirinya.
Menurut Mappiare (dalam Hurlock, 1990) remaja mulai bersikap kritis dan tidak mau begitu saja
menerima pendapat dan perintah orang lain, remaja menanyakan alasan mengapa sesuatu perintah
dianjurkan atau dilarag, remaja tidak mudah diyakinkan tanpa jalan pemikiran yang logis. Dengan
perkembangan psikologis pada remaja, terjadi kekuatan mental, peningkatan kemampuan daya fikir,
kemampuan mengingat dan memahami, serta terjadi peningkatan keberanian dalam
mengemukakan pendapat.
Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah suatu perbuatan yang melanggar norma,
aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak
dan dewasa.
a.Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak merupakan
kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya dan
sebagainya.
b.Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran
dalam masyarakat.
Dalam batasan hukum, menurut Philip Rice dan Gale Dolgin, penulis buku The Adolescence,
terdapat dua kategori pelanggaran yang dilakukan remaja, yaitu:
a. Pelanggaran indeks, yaitu munculnya tindak kriminal yang dilakukan oleh anak remaja. Perilaku
yang termasuk di antaranya adalah pencurian, penyerangan, perkosaan, dan pembunuhan.
b. Pelanggaran status, di antaranya adalah kabur dari rumah, membolos sekolah, minum minuman
beralkohol di bawah umur, perilaku seksual, dan perilaku yang tidak mengikuti peraturan sekolah
atau orang tua.
Perilaku ‘nakal’ remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun
faktor dari luar (eksternal).
Faktor internal:
a.Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua
bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua,
tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi
kedua.
b.Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang
dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi
mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa
mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
Faktor eksternal:
a. Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau
perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang
salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau
penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
Sedangkan menurut Kumpfer dan Alvarado, Faktor faktor Penyebab kenakalan remaja
antara lain :
a. Kurangnya sosialisasi dari orangtua ke anak mengenai nilai-nilai moral dan sosial.
b. Contoh perilaku yang ditampilkan orangtua (modeling) di rumah terhadap perilaku dan nilai-nilai
anti-sosial.
c.Kurangnya pengawasan terhadap anak (baik aktivitas, pertemanan di sekolah ataupun di luar
sekolah, dan lainnya).
f. Tingginya konflik dan perilaku agresif yang terjadi dalam lingkungan keluarga.
h. Anak tinggal jauh dari orangtua dan tidak ada pengawasan dari figur otoritas lain.
i. Perbedaan budaya tempat tinggal anak, misalnya pindah ke kota lain atau lingkungan baru.
j. Adanya saudara kandung atau tiri yang menggunakan obat-obat terlarang atau melakukan
kenakalan remaja.
Sarwono (1998) mengatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan primer pada setiap
individu. Sebelum anak mengenal lingkungan yang luas, ia terlebih dahulu mengenal lingkungan
keluarganya. karena itu sebelum anak anak mengenal norma-norma dan nilai-nilai masyarakat,
pertama kali anak akan menyerap norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di keluarganya untuk
dijadikan bagian dari kepribadiannya.
Orang tua berperan penting dalam emosi remaja, baik yang memberi efek positif maupun
negative. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua masih merupakan lingkungan yang sangat penting
bagi remaja.
Menurut Mu’tadin (2002) remaja sering mengalami dilema yang sangat besar antara
mengikuti kehendak orang tua atau mengikuti kehendaknya sendiri. Situasi ini dikenal dengan
ambivalensi dan hal ini akan menimbulkan konflik pada diri remaja. Konflik ini akan mempengaruhi
remaja dalam usahanya untuk mandiri, sehingga sering menimbulkan hambatan dalam penyesuaian
diri terhadap lingkungan sekitarnya, bahkan dalam beberapa kasus tidak jarang remaja menjadi
frustasi dan memendam kemarahan yang mendalam kepada orang tuanya dan orang lain
disekitarnya. Frustasi dan kemarahan tersebut seringkali di ungkapkan dengan perilaku perilaku yang
tidak simpatik terhadap orang tua maupun orang lain yang dapat membahayakan dirinya sendiri
maupun orang lain disekitarnya.
Penilitian yang dilakukan BKKBN pada umunya masalah antara orang tua dan anaknya bukan
hal hal yang mendalam seperti maslah ekonomi, agama, social, politik, tetapi hal yang sepele seperti
tugas-tugas di rumah tangga, pakaian dan penampilan.
Menurut Nalland (1998) ada beberapa sikap yang harus dimiliki orangtua terhadap anaknya
pada saat memesuki usia remaja, yakni :
c. Remaja perlu diberi kesempatan melakukan eksplorasi positif yang memungkinkan mereka
mendapat pengalaman dan teman baru, mempelajari berbagai keterampilan yang sulit dan
memperoleh pengalaman yang memberikan tantangan agar mereka dapat berkembang dalam
berbagai aspek kepribadiannya.
d. Sikap orang tua yang tepat adalah sikap yang authoritative, yaitu dapat bersikap hangat,
menerima, memberikan aturan dan norma serta nilai-nilai secara jelas dan bijaksana. Menyediakan
waktu untuk mendengar, menjelaskan, berunding dan bisa memberikan dukungan pada pendapat
anak yang benar.
Pergaulan merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu, dapat juga oleh
individu dengan kelompok.
Seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles bahwa manusia sebagai makhluk sosial (zoon-politicon),
yang artinya manusia sebagai makhluk sosial yang tak lepas dari kebersamaan dengan manusia lain.
Pergaulan mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seorang individu.
Pergaulan yang ia lakukan itu akan mencerminkan kepribadiannya, baik pergaulan yang positif
maupun pergaulan yang negatif. Pergaulan yang positif itu dapat berupa kerjasama antar individu
atau kelompok guna melakukan hal – hal yang positif. Sedangkan pergaulan yang negatif itu lebih
mengarah ke pergaulan bebas, hal itulah yang harus dihindari, terutama bagi remaja yang masih
mencari jati dirinya. Dalam usia remaja ini biasanya seorang sangat labil, mudah terpengaruh
terhadap bujukan dan bahkan dia ingin mencoba sesuatu yang baru yang mungkin dia belum tahu
apakah itu baik atau tidak. Pergaulan remaja berupa tekanan teman bahkan sahabat, yang bias
disebut dengan rasa solidaritas, ingin diterima, dan sebagai pelarian, benar-benar ampuh untuk
mencuatkan kenakalan remaja yaitu perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja.
Lingkungan social meliputi teman sebaya, masyarakat dan sekolah. Sekolah mempunyai pengaruh
yang sangat besar bagi remaja, karena selain dirumah sekolah adalah lingkungan kedua dimana
remaja banyak melakukan berbagai aktifitas dan interaksi social dengan teman-temannya.
Masalah yang dialami remaja yang bersekolah lebih besar dibandingkan yang tidak bersekolah.
Hubungan dengan guru dan teman-teman di sekolah, mata pelajaran yang berat menimbulkan
konflik yang cukup besar bagi remaja. Pengaruh guru juga sanagt besar bagi perkembangan remaja,
karena guru adalah orang tua bagi remaja ketika mereka berada disekolah.
Pada masa remaja, hubungan social memiliki peran yang sangat penting bagi remaja. Remaja mulai
memperluas pergaulan sosialnya dengan teman teman sebayanya. Remaja lebih sering berada diluar
rumah bersama teman teman sebayanya, karena itu dapat dimengerti bahwa pengaruh teman-
teman sebayanya pada sikap, minat, penampilan dan perilaku lebih besar daripada pengaruh orang
tua.
Brown (1997) menggambarkan empat cara khusus, bagaimana terjadinya perubahan kelompok
teman sebaya dari masa kanak-kanak ke masa remaja :
a. Remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya dibandingkan pada anak-anak.
Pada usia 12 tahun, remaja awal mulai menjauhkan diri dari orang dewasa dan mendekatkan diri
dengan teman sebaya.
b. Remaja berusaha menghindari pengawasan yang ketat dari orang tua dan guru dan ingin
mendapatkan kebebasan. Mereka mencari tempat untuk bertemu dimana mereka tidak terlalu
diawasi. Meskipun dirumah mereka ingin mendapatkan privasi dan tempat dimana mereka dapat
mengobrol dengan teman temannya tanpa didengar oleh keluarganya.
c. Remaja mulai banyak berinteraksi dengan teman sebaya dari jenis kelamin yang berbeda.
Walaupun anak perempuan dan laki laki berpartisipasi dalam kegiatan dan berkelompok
persahabatan yang berbeda selama masa pertengahan kanak-kanak, tetapi pada masa remaja
interaksi dengan remaja yang berbeda jenis semakin meningkat, sejalan dengan semakin
menjauhnya remaja dengan orang tua mereka.
d. Selama masa remaja, kelompok teman sebaya menjadi lebih memahami nilai-nilai dan perilaku
dari sub-budaya remaja yang lebih besar. Mereka juga mengidentifikasikan diri dalam kelompok
pergaulan tertentu.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Makalah dengan judul Makalah Kenakalan
Remaja. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL