Anda di halaman 1dari 6

BAB VII

LONGSORAN BAJI (WEDGE FAILURE)

7.1. Persyaratan Umum Terjadinya Longsoran Baji

Berbeda dengan longsoran bidang, longsoran baji akan terjadi bila ada 2
bidang lemah atau lebih berpotongan sedemikian rupa sehingga membentuk baji
terhadap lereng (gambar 4.1). persyaratan lain yang harus terpenuhi untuk terjadinya
longsoran baji adalah bila sudut lereng lebih besar dari pada sudut garis potong
kedua bidang lemah tersebut (Ψfi > Ψi), dan sudut garis potong kedua bidang lemah
lebih besar daripada sudut geser dalamnya.

7.2. Analisis Longsoran Baji

Bila tahanan bidang gelincir (permukaan bidang lemah yang berpotongan)


hanya tergantung pada friksi saja (tanpa kohesi), maka penentuan faktor keamanan
dapat menggunakan persamaaan berikut ini :

( R A  RB ) tan 
F ……………………………………………(7-1)
W sin i

Dimana RA dan RB adalah reaksi ke arah normal bidang A dan B (gambar


4.2) dengan membuat penampang tegak lurus garis potong kedua bidang lemah
tersebut, maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut :

RA sin(  1 2  )  RB sin(  1 2  ) …………………………….(7-2)

RA cos(  1 2  )  RB cos(  1 2  )  W cos i …………….(7-3)

Bila kedua persamaan di atas diselesaikan, maka akan diperoleh :

W cos i sin 
R A  RB  …………………………………….(7-4)
sin 12 

Dengan mensubstitusikan persamaan (7-4) ke persamaan (7-1) maka akan


diperoleh persamaan sebagai berikut :

LONGSORAN BAJI | 69
sin  tan 
F ……………………………………………..(7-5)
sin 12  tan i

Sudut β, ξ, Ψi ini akan sangat mudah ditentukan dengan bantuan stereonet.

Gambar 7.1 Geometri longsoran baji

(Hoek & Bray, 1981)

LONGSORAN BAJI | 70
Gambar 7.2 Gaya-gaya pada longsoran baji

(Hoek & Bray, 1981)

Apabila ternyata ketahanan geser bidang gelincir juga dipengaruhi oleh


kohesi dan dijumpai pula adanya adanya rembesan air di bidang-bidang lemah
tersebut , maka penentuan faktor keamanan harus mempertimbangkan kedua faktor
tersebut. Dengan membuat asumsi untuk air bahwa air hanya masuk di sepanjang
garis potong bidang lemah dengan muka atas lereng (garis 3 dan 4 pada gambar 7.3)
dan merembes keluar di sepanjang garis potong bidang lemah dengan muka lereng
(garis 1 dan 2 pada gambar 7.3) serta baji bersifat impermeable, maka persamaan
yang digunakan untuk menentukan faktor keamanan adalah sebagai berikut :

3  
F (c A X  c BY )  ( A  W X ) tan  A  ( B  W Y ) tan  B …(7-6)
H 2 2

LONGSORAN BAJI | 71
Dimana :
CA, CB = kohesi bidang lemah A dan B

øA, øB = sudut geser dalam bidang lemah A dan B

γ = bobot isi batuan

γw = bobot isi air

H = tinggi keseluruhan dari baji yang terbentuk (gambar 4.3)

X = sin  24 /(sin  45 sin 2.na)

Y = sin 13 /(sin  35 sin 1.nb)

A = (cos a cos b cos  na.nb ) /(sin  5 cos 2  na.nb )

B = (cos b cos a cos  na.nb ) /(sin  5 cos 2  na.nb )

Ψ a , Ψb = dip bidang lemah A dan B

Ψ5 = plunge dari garis potong kedua bidang lemah (garis no 5)

Θ24, dll = sudut-sudut yang diperoleh dengan menggunakan stereonet seperti


terlihat pada gambar 4.4

7.3. Soal Latihan

Bidang C pada soal latihan sub-bab 2.3 adalah muka lereng dimana lereng
tersebut mempunyai tinggi 70 m. Baji yang terbentuk dari perpotongan bidang A dan
B serta muka lereng memiliki 50 m. Hitung faktor keamanan lereng tersebut bila γ
batuan = 2.6 t/m3, γw = 1 t/m3 cjoint = 11 t/m2 dan øjoint = 300 .

LONGSORAN BAJI | 72
Gambar 7.3 Geometri baji untuk analisis kemantapan dengan memperhitungkan
kohesi air

(Hoek & Bray, 1981)

Keterangan:

 1 = perpotongan antara bidang A dengan muka lereng.

 2 = perpotongan antara bidang B dengan muka lereng.

 3 = perpotongan antara bidang A dengan bagian atas permukaan lereng.

 4 = perpotongan antara bidang B dengan bagian atas permukaan lereng.

 5 = perpotongan antara bidang A dan B.

LONGSORAN BAJI | 73
Gambar 7.4 Stereoplot geometri baji dari gambar 7.3 untuk keperluan analisis

(Hoek & Bray, 1981)

LONGSORAN BAJI | 74

Anda mungkin juga menyukai