Referat Luka Bakar - Yusticia Maharani 1261050067 (RSUD Cibinong)
Referat Luka Bakar - Yusticia Maharani 1261050067 (RSUD Cibinong)
LUKA BAKAR
Disusun oleh:
Yusticia Maharani
1261050067
Dosen Pembimbing:
dr. Mudianto, sp.B
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan karuniaNya
penulis dapat menyelesaikan referat ini sebagai salah satu pemenuhan tugas kepaniteraan
Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia. Referat yang berjudul “Luka
bakar” diharapkan dapat memiliki manfaat bagi penulis dan pembaca referat ini.
Penulis menyadari bahwa di dalam melaksanaan pendidikan kepaniteraan Ilmu
Bedah, banyak kesulitan dan hambatan yang dihadapi, namun berkat bimbingan dan arahan
dari para dokter, maka penulis dapat menyelesaikan penulisan referat ini. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. ...... selaku dokter pembimbing yang telah memberikan banyak waktu, arahan dan
didikan untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan referat ini.
2. Teman-teman kepaniteraan FK UKI yang saling mendukung dan membantu satu sama
lain dalam program kepaniteraan klinik Ilmu Bedah.
Penulis menyadari bahwa referat ini jauh dari sempurna dan memiliki banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis sangat menerima kritik dan saran yang membangun agar
dapat menjadi bekal yang baik dalam penulisan berikutnya.
Yusticia Maharani
2
Daftar Isi
BAB I
3
PENDAHULUAN
penyebab kematian dan kecacatan utama di Amerika Serikat. Wawasan klinis dari
perawatan luka bakar mengacu pada fisiologi cairan elektrolit, infeksi bedah,
tak satupun dapat diatasi sebagai kondisi-kondisi yang terpisah tanpa pemahaman
panjang untuk pasien-pasien dengan luka bakar yang lebih kecil dan yang tidak
memerlukan rawat inap. Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering
dihadapi para dokter. Luka bakar berat menyebabkan morbiditas dan derajat cacat
yang relatif tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang
dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi. Di Indonesia, belum ada angka pasti
mengenai luka bakar, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk dan industri,
angka luka bakar juga semakin meningkat. Luka bakar menyebabkan hilangnya
integritas kulit dan juga menimbulkan efek sistemik yang sangat kompleks. Luka
bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan kedalaman luka bakar.
Beratnya luka tergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Selain beratnya luka
bakar, umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya merupakan faktor yang
1,2
sangat mempengaruhi prognosis.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan
3
sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut.
B. Epidemiologi
meninggal dunia. Di Indonesia, belum ada angka pasti mengenai luka bakar,
tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk dan industri, angka luka bakar
1,2
juga semakin meningkat.
C. Etiologi
Penyebab luka bakar yang tersering adalah terbakar api langsung yang
dapat dipicu atau diperparah dengan adanya cairan yang mudah terbakar seperti
bensin, gas, kompor rumah tangga, cairan dari tabung pemantik api, yang akan
menyebabkan luka bakar pada seluruh atau sebagian tebal kulit. Pada anak,
kurang lebih 60% luka bakar disebabkan oleh air panas yang terjadi pada
5
kecelakaan rumah tangga, dan umumnya merupakan luka bakar superfisial,
2
tetapi dapat juga mengenai seluruh ketebalan kulit (derajat tiga).
Penyebab luka bakar yang lain adalah pajanan suhu tinggi dari
matahari, listrik maupun bahan kimia. Bahan kimia ini bias berupa asam
protein, dan rasa nyeri yang hebat. Asam hidroflorida mampu menembus
bahkan pada luka kecil sekalipun. Alkali atau basa kuat yang banyak
lebih dalam lebih kuat dari pada asam, kerusakan jaringan lebih berat
karena sel mengalami dehidrasi dan terjadi denaturasi protein dan kolagen.
2,3
datang untuk berobat dan kerusakan jaingan sudah meluas.
D. Patofisiologi
Adanya cedera inhalasi, dengan dampak cedera termis pada lapisan mukosa
6
b. Reaksi inflamatorik mukosa saluran mulai dari nasofaring sampai
3. Gangguan sirkulasi:
b. Cedera Inhalasi
distress pernapasan. Reaksi yang timbul akibat paparan terhadap suatu iritan
berupa suatu bentuk inflamasi akut dengan edema dan hipersekresi mukosa
saluran nafas. Iritan dimaksud dalam hal ini jarang berupa suatu kontak
menahan nafas. Iritan tersebut biasanya berupa produk toksik dari sisa
pembakaran yang tidak sempurna (toxic fumes) atau zat kimia lainnya.
7
glotis) menyebabkan obstruksi lumen dapat terjadi dalam waktu 24 jam
mukosa saluran ini dihubungkan dikaitkan dengan peran sitokin dan radikal
yang mengalami proses inflamasi akut, khususnya oleh sel epitel yang
8
dada ini, volume inspirasi berkurang sehingga menyebabkan gangguan
d. Gangguan sirkulasi
9
Reaksi yang timbul akibat adanya gangguan homeostasis tersebut
E. Diagnosis
1. Anamnesis
kecelakaannya.
b. Lokasi – ruang terbuka atau tertutup (kemungkinan cedera paru lebih besar
di ruang tertutup).
c. Sumber panas – api (biasanya luka bakar dalam), air panas (jarang dengan
ketebalan penuh),
10
Berdasarkan penyebab
Luka bakar karena bahan kimia (yang bersifat asam atau basa kuat)
Berupa eritema
Dijumpai bula
11
a. Derajat II dangkal (superficial)
Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam
mengalami kerusakan.
Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Kering, letaknya lebih
Tidak dijumpai rasa nyeri, bahkan hilang sensasi karena ujung-ujung saraf
Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan baik
12
Gambar 2. Dalamnya luka bakar
Kategori Penderita
13
Derajat II-III >20% pada pasien berusia dibawah 10 tahun atau diatas usia
50 tahun.
Luka bakar dengan luas 15-25% pada dewasa, dengan luka bakar derajat tiga
Luka bakar dengan luas 10-20% pada anak usia <10 tahun atau dewasa >40
Luka bakar dengan derajat tiga <10% pada anak maupun dewasa yang tidak
Luka bakar dengan luas <10% pada anak dan usia lanjut
Luka bakar dengan luas <2% pada anak segala usia; tidak mengenai muka,
kebutuhan cairan, dosis obat, dan prognosis. Ukuran luka bakar dapat
menentukan derajat luka bakar secara akurat. Lokasi luka bakar digambarkan
14
pada diagram tubuh. Luasnya cedera lebih penting daripada dalamnya luka
15
Gambar 4 Diagram Lund-Bowder
3. Pemeriksaan fisik
dilakukan secara aman dan tangkas menurut petunjuk Advanced Trauma Life
paling dini yang timbul pada pasien luka bakar adalah cedera inhalasi yang
berat, yang menimbulkan kerusakan jalan napas atas dan obstruksi atau
4. Pemeriksaan laboratorium
16
darah dan karboksi-hemoglobin perlu segera diukur oleh karena pemberian
penderita.
F. Penatalaksanaan
harus dirujuk ke pusat luka bakar, Tetapi baru dikirim setelah dipasang
beberapa slang infus dan sudah dimuali resusitasi cairan yang adekuat.
Perawatan jalan cukup untuk luka bakar superfisial yang mengenai kurang dari
4
15 % luas permukaan tubuh pada orang dewasa dan 10% pada anak-anak.
Perawatan jalan untuk luka bakar ketebalan penuh kurang dari 2% masih
masuk akal. Pasien dengan luka bakar dalam lebih dari 10% biasanya dirawat
di rumah sakit. Adapun faktor faktor lain yang lebih baik dirawat di rumah
sakit adalah umur-umur ekstrem (sangat muda atau sangat tua) atau luka bakar
akan terjadi konversi luka bakar kearah yang lebih berat atau bahkan kematian
jaringan.
dilakukan sejak dini dan pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak
17
sadar, maka pemberian nutrisi dapat melalui naso-gastric tube (NGT). Nutrisi
dan 25-30% lemak. Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat meningkatkan
fungsi kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya atrofi vili usus. Dengan
Merendam segera daerah luka di dalam air dingin atau memakai kantong
jaringan mati, seperti epidermis yang sudah tidak menempel karena lepuh
yang pecah.
kemungkinan lepuh pecah, bula yang amat tegang di atas sendi boleh
Luka bakar derajat kedua harus diobati dengan antibiotic topical dan
Luka harus dilihat dan kasa penutupnya diganti seluruhnya dalam jangka
topical beberapa kali sehari, meskipun ini mungkin tidak praktis untuk
Terapi cairan
18
Diberikan pada luka bakar derajat II/ lebih seluas ≥20% pada anak-
anak, atau ≥30% pada dewasa. Jumlahnya berdasarkan luas luka bakar
(%LB) dan berat badan (BB). Permeabilitas kapiler terhadap koloid telah
4
(Baxter) dianjurkan
Cara Evans
jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah
19
Cara Baxter
jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah
dengan kasa lembab (moist dressing) selama 2-3 hari, dilanjutkan dengan
Setelah pencucian luka, letakkan tulle dan pembalutan luka dengan kasa
lembab. Kasa lembab ini akan menyerap eksudat yang timbul dan mencgah
penguapan. Balutan diganti sesuai kebutuhan, terutama bila kasa sudah jenuh.
Sebagai upaya mencegah infeksi, lakukan pencucian luka (dilusi), kalau perlu
20
sama atau bila dikhawatirkan akan timbul infeksi, sebagai pencegahan dapat
dilakukan teknik klisis atau diolesi krim antibiotik topical yang sesuai dengan
dan debris (debridement) yang dikerjakan dalam waktu kurang dari 7 hari
lebih dini yaitu dalam 24 jam pertama pasca trauma. Dilakukan tindakan dini
sedini mungkin
sekitar luka dimulai demikian pula proses angiogenesis; hal mana akan
Skin Grafting
Skin grafting adalah salah satu metode penutupan luka sederhana yang
merupakan salah satu modalitas utama dalam ilmu bedah plastik. Pada kasus
luka bakar di fase awal. Metode ini diterapkan pada luka bakar berdasarkan
tujuan :
21
Menghentikan evaporative heat loss berlebihan yang menyebabkan
Kehilangan kulit yang luas pada luka bakar menyebabkan hilangnya barier
penyembuhan luka.
5. Prosedur operasi
22
G. Prognosis
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan
luasnya permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan.
Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita
luka bakar antara lain gagal ginjal akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis,
23
BAB III
KESIMPULAN
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.
Luka bakar dibagi 4 derajat. Cara menentukan derajat luka bakar yaitu, Wallace rule
Tingginya angka kejadian luka bakar didaerah Asia Tenggara disebabkan juga
karena factor resiko lainnya. Untuk itu perlu pencegahan dan penanganan luka bakar
Penanganan luka bakar perlu diketahui luas luka bakar, derajat luka bakar,
fase luka bakar. Penanganan luka bakar mencakup, pertolongan pertama, resusitasi
komplikasi.
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan
luasnya permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan.
Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita
DAFTAR PUSTAKA
24
1. Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, de Jong W,
editor. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2005. h. 73-5.
2. Moenadjat Y. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.
3. Heimbach DM, Holmes JH. Burns. In: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar
TR, Dunn DL, Hunter JG, Pollock RE, editors. Schwartz’s principal surgery.
th
8 ed. USA: The McGraw-Hill Companies; 2007.
4. Naradzay JFX, Alson R. Thermal burns. Dalam: Slapper D, Talavera F,
Hirshon JM, Halamka J, Adler J, editors. Diunduh dari:
http://www.emedicinehealth.com. 20 Januari 2018.
5. Split & Full Thickness Skin Grafting. Diunduh dari
http://www.burnsurvivorsttw.org/burns/grafts.html. 20 Januari 2018 .
25