Anda di halaman 1dari 16

PAPER BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN LABORATORIUM

PERLINDUNGAN USAHA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4 (II A)

Kadek Ika Surya Cahyani P07134017006


Ni Kadek Wiraningsih P07134017007
Ni Luh Putu Tania Sentana Sanjiwani P07134017009
Ni Wayan Ayu Ratih Damayanti P07134017017
I Gusti Ayu Agung Mas Indrayani P07134017018
Ni Kadek Lidya Pramesti P07134017019
I Nyoman Sentana Yoga P07134017020
Ni Wayan Surya Arista Pratiwi P07134017029
Ni Made Dwi Priska Dana P07134017030
Alit Kurnia Dewi P07134017040
Putu Ayu Dyah Savitri Dewi P07134017041

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dunia usaha rentan terjadinya monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yang dapat
menimbulkan kerugian bukan hanya bagi pelaku usaha tetapi juga masyarakat. Bagi
pelaku usaha persaingan usaha tidak sehat akan berdampak pada hilangnya kesempatan
berusaha sedangkan bagi konsumen penguasaan pasar oleh satu atau dua produsen
terhadap pangsa pasar yang sama memungkinkan timbulnya permainan harga dan
kualitas barang yang rendah yang pada skala besar akan dapat menimbulkan
terjadinya inflasi dan menimbulkan kerugian bagi masyarakat.
Salah satu yang menjadi momok bagi pengusaha adalah resiko kerugian terhadap
jiwa dan hartanya. Kerugian ini sering terjadi tanpa diduga sebelumnya. Risiko kerugian
dapat terjadi dan mengancam nyawa atau jiwa seseorang, misalnya menyebabkan
kematian atau cacat seumur hidup. Selain itu risiko kerugian juga dapat mengancam
harta berda pengusaha tersebut, seperti risiko kehilangan, kerusakan, kebakaran, dan
kerugian lainnya. Risiko-risiko ini pada akhirnya akan menelan biaya besar dan
membuat kehidupan usaha menjadi bangkrut. Seperti yang telah diketahui bahwa dalam
melakukan usaha selalu ada risiko kerugian. Jadi hal ini sebenarnya tidak perlu
ditakutkan selama mampu meminimalkan risiko tersebut. Memang sulit untuk
menghilangkan segala risiko seperti yang di atas. Akan tetapi yang penting bagaimana
risiko dapat diminimalkan dengan berbagai cara. Agar risiko yang kalau pun terjadi tidak
sebesar dengan yang sesungguhnya jika dikelola dengan baik. Artinya risiko yang akan
terjadi dapat diminimalkan atau dihilangkan.
Pengusaha yang baru atau pengusaha yang dikategorikan tidak terlalu besar
omsetnya, kadang-kadang menghadapi masalah dengan ketidaktahuan akan arti risiko
atau sebagian memandang enteng terhadap risiko yang akan dihadapi. Padahal terjadinya
risiko kerugian ini tidak memandang sasaran, siapapun orangnya dapat saja mengalami,
misalnya risiko kebakaran, kerusakan, atau kehilangan. Dalam praktiknya risiko dapat
terjadi karena dua hal yaitu pertama, karena ada unsur sengaja yang dilakukan oleh
pihak-pihak tertentu misalnya oleh karyawan atau oleh pihak-pihak yang tidak suka
kepada perusaan seperti masyarakat umum atau pesaing. Kedua, risiko karena tidak
sengaja seperti terjadi kebakaran, kehilangan, kerusakan, atau kejadian alam. Agar segala
risiko di atas dapat dihindarkan dan kerugian dapat diminimalkan, usaha yang dijalankan
baik jiwa maupun harta yang terkandung di dalamnya perlu diberikan payung
perlindungan. Payung ini akan mampu mengganti, secara maksimal atas resiko kerugian
yang akan diderita. Tanpa payung perlindungan, perusahaan tidak akan mendapat
penggantian apapun atau dengan kata lain akan rugi total.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian perlindungan usaha
2. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian risiko kerugian
3. Mahasiswa dapatt mengetahui faktor-faktor terjadinya kerugian
4. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis kerugian / risiko
5. Mahasiswa dapat mengetahui cara melindungi usaha
6. Mahasiswa dapat mengetahui cara menghindari risiko / kerugian

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa dapat melakukan langkah-langkah dalam perlindungan usaha
2. Mahasiswa dapat meminimalisisrkan risiko/kerugian

1.3 Kunjungan/Literatur
Literatur dalam melakukan penulisan paper dilakukan teknik penyusunan yang
sistematis untuk memudahkan langkah-langkah yang akan diambil. Begitu pula yang
dilakukan penulis dalam penyusunan paper ini, langkah pertama yaitu dengan melakukan
studi literatur pada jurnal, dan penelitian yang telah dilakukan yang berkaitan dengan
Perlindungan Usaha.Data yang didapat dari studi literatur ini akan digunakan sebagai
acuan dalam penyusunan paper ini. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan
beberapa sumber yang merupakan data pendukung yang bersumber dari literatur maupun
referensi-referensi yang ada.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perlindungan Usaha


Menurut definisi KBBI perlindungan adalah tempat berlindung (bersinonim dengan
pertahanan), hal perbuatan memperlindungi" (bersinonim dengan konservasi, penjagaan).
Sedangkan usaha yaitu suatu kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan
untuk mencapai suatu maksud; pekerjaan (perbuatan, prakarsa, ikhtiar, daya upaya) untuk
mencapai sesuatu: bermacam-macam -- telah ditempuhnya untuk mencukupi kebutuhan
hidup; -- meningkatkan mutu pendidikan; atau kegiatan di bidang perdagangan (dengan
maksud mencari untung), perdagangan, perusahaan: -- perkayuan mengalami kemajuan;
-- nya di bidang tenun ikat berkembang.

Jadi perlindungan usaha merupakan suatu hal perbuatan melindungi, menjaga,


merawat serta mempertahankan sesuatu kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran,
pekerjaan untuk mencapai sesuatu hal yang menjadi tujuan atau sasaran utama.
2.2 Pengertian Risiko Kerugian
Risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuh proses
yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Dalam bidang asuransi, risiko
dapat diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian, dimana jika terjadi suatu keadaan
yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian. Bentuk-bentuk risiko antara
lain risiko murni, risiko spekulatif, risiko partikular dan risiko fundamental.
a. Risiko murni adalah risiko yang akibatnya hanya ada 2 macam: rugi atau break even,

contohnya pencurian, kecelakaan atau kebakaran.


b. Risiko spekulatif adalah risiko yang akibatnya ada 3 macam: rugi, untung atau break

even, contohnya judi.


c. Risiko partikular adalah risiko yang berasal dari individu dan dampaknya lokal,
contohnya pesawat jatuh, tabrakan mobil dan kapal kandas. Sedangkan risiko
fundamental adalah risiko yang bukan berasal dari individu dan dampaknya luas,
contohnya angin topan, gempa bumi dan banjir.

Manajemen resiko adalah suatu fungsional manajemen yang bersifat umum bertugas
mengidentifikasi, menilai dan menunjukan penyebab serta dampak yang timbul dari
ketidak pastian dan resiko pada suatu organisasi / perusahaan. Sebelum anda membaca
artikel dan pembahasan mengenai manajemen resiko, sebaiknya anda mengenali terlebih
dahulu tentang resiko itu sendiri.

2.3 Faktor – Faktor Penyebab Kerugian


Membangun suatu usaha bukanlah pekerjaan gampang. Diperlukan lebih dari sekedar
modal yang cukup atau latar belakang bisnis yang kuat. Seringkali suatu usaha yang
dibangun dari nol mengalami kemunduran dan kerugian karena hal-hal yang tidak
disangka-sangka. Meskipun ada banyak sekali faktor yang mempengaruhi kerugian suatu
usaha, akan tetapi penyebab usaha mengalami kerugian dapat dibedakan menjadi dua
faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

Sebab internal yang mempengaruhi stabilitas perusahaan hingga menyebabkan


kerugian, adalah :

1. Tidak adanya kontrol yang sepenuhnya terhadap usaha tersebut

Pebisnis dalam memulai usahanya harus memiliki kewenangan mutlak dan perhatian
yang khusus kepada bisnis yang di rintisnya. Hal ini biasanya menimpa pada pebisnis
yang tidak fokus pada usahanya, atau memiliki pekerjaan sampingan lain selain usahanya.
Biasanya pebisnis terlalu mempercayakan segala sesuatunya kepada pegawai atau
karyawannya, tanpa memberikan perhatian ekstra, padahal iklim dunia bisnis selalu
berkembang dari waktu ke waktu. Dengan tanpa pengawasan yang jeli, potensi-potensi
untuk mengembangkan usaha dapat terlewati. Bahkan usaha bisa mandeg dan dapat
mengakibatkan kemunduran dan kerugian.

2. Manajemen perusahaan tidak efektif dan efisien

Posisi manajemen dalam perusahaan memegang peranan penting khususnya berkaitan


dengan penanganan sumber daya manusia. Manajemen dikatakan efektif apabila dalam
mencapai tujuannya atau memilih tujuan dapat melakukannya dengan tepat dan pada
waktu yang tepat pula, dari beberapa pilihan alternatif. Sedangkan manajemen dikatakan
efisien apabila mampu menggunakan sumberdaya dalam jumlah minimal demi
menghasilkan output dan volume yang optimal. Sehingga apabila manajemen perusahaan
tidak berfungsi dengan efektif dan efisien, tujuan-tujuan perusahaan tidak akan tercapai.
Dampaknya antara lain timbulnya keborosan sumber daya, manajemen tidak terampil,
dan kerugian akibat jumlah produksi yang tidak maksimal.

3. Tidak cepatnya mengantisipasi perkembangan zaman/kurang berinovasi

Pelajaran terbaik adalah belajar dari kebangkrutan Kodak. Tidak mampunya Kodak
melawan arus digitalisasi dalam fotografi membuat Kodak harus terjerembab dengan
ketidakpopuleran. Kodak juga melewatkan peluang bisnis dengan bertransformasi dalam
bagian kelompok media sosial dengan menggunakan layanan online untuk mengedit atau
menyimpan gambar. Sebaliknya hanya berfokus pada perangkat, dan teknologi digital
hanya diperuntukkan untuk memperbaiki kualitas film. Dari Kodak, dapat diambilkan
kesimpulan bahwa inovasi dan fleksibilitas merupakan hal yang harus dipertahankan
dalam perusahaan. Inovasi wajib dilakukan demi menarik minat konsumen dan investor.
Produk yang terus berkembang akan memiliki nilai jual lebih dan menarik pangsa pasar
lebih besar.

4. Ketidakseimbangan dalam modal dan besarnya hutang piutang

Besarnya modal yang dipunya harus diimbangi dengan besarnya hutang dan piutang
perusahaan. Perusahaan yang memiliki hutang yang besar dengan bunga yang tinggi
dapat menyebabkan minimnya keuntungan. Bahkan perusahaan akan terus merugi. Begitu
juga dengan piutang yang terlalu tinggi, akan menyebabkan neraca pendapatan menjadi
tidak stabil. Aktiva yang diam dan tidak produktif dapat menurunkan pendapatan. Dalam
jangka panjang akan mempengaruhi ketidakstabilan keuangan perusahaan.

5. Tidak dapat mengantisipasi kebutuhan konsumen dan pergerakan kompetitor

Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, minat dan kebutuhan konsumen
akan produk yang semakin beragam. Pebisnis harus punya strategi yang baik dalam
melayani konsumennya, salah satunya dengan cara menjaga relationship yang baik
dengan konsumen, memberikan service yang excellent, mendengarkan keluhan mereka.
Dengan cara itu, pebisnis dapat mengetahui jenis produk seperti apa yang sedang tren saat
ini. Begitupula dalam menanggapi kompetitor, pebisnis harus terus memantau langkah-
langkah yang dilakukan oleh kompetitor. Strategi marketing apa yang sedang dilancarkan
kompetitor. Setidaknya posisi perusahaan akan selaras dengan kompetitor, bahkan kalau
mungkin membuat strategi yang selangkah lebih maju dan lebih menarik daripada
kompetitor. Sehingga perkembangan usaha tidak berjalan di tempat. Mendekatkan diri
dengan konsumen dan pesaing sama-sama memberikan keuntungan bagi pebisnis.

Sementara itu, faktor-faktor eksternal yang kerap kali membuat kerugian suatu usaha,
antara lain :

1. Ketidakstabilan perekonomian global

Ketidakstabilan ekonomi global dapat mengakibatkan menurunnya pertumbuhan


ekonomi. Hal ini tentu membuat lesunya kegiatan bisnis. Kondisi perekonomian global
juga harus diantisipasi oleh pebisnis. Salah satunya kebijakan yangb dilakukan oleh Bank
Sentral The Federal Reserve, Amerika Serikat, yaitu penarikan simulus juga berdampak
terhadap perlambatan ekonomi Indonesia. Tingkat konsumsi menjadi rendah, karena
masyarakat cenderung untuk saving atau membelanjakan uangnya pada pos-pos yang
lebih major.

2. Kesulitan bahan baku

Kesulitan bahan baku dari supplier biasanya disebabkan keadaan-keadaan force


mejeur seperti bencana alam, sehingga paosakan bahan baku menjadi terhambat. Hal ini
tentu diluar perkiraan pebisnis, untuk itu ada baiknya pebisnis membuat plan b atau
rencana yang lain dalam menemukan supplier untuk bahan baku tersebut. Dengan
demikian produksi tidak menurun sehingga tidak menyebabkan kerugian.

3. Kecurangan oleh debitor

Debitor yang memberikan piutang dengan waktu pengembalian yang lama akan
mengakibatkan kerugian pada perusahaan karena banyaknya aktiva yang tidak dapat
dimanfaatkan untuk memberikan penghasilan.

4. Ketatnya persaingan

Tidak dapat dipungkiri suatu bisnis pasti memiliki pesaing atau kompetitor. Untuk
beberapa segmen produk, persaingan sangat ketat. Karena tidak bisa dihindari, untuk itu
perusahaan harus selalu memperbaiki diri demi memenuhi kepuasan konsumen. Semakin
ketatnya persaingan, seharusnya memberikan motivasi lebih kepada pebisnis untuk
memberikan nilai tambah yang terbaik bagi konsumen. Ketatnya persaingan jika tidak
dapat dihadang dengan inovasi ataupun kreatifitas yang sepadan, maka susatu usaha tidak
akan dapat bertahan. Ketika usaha tersebut mulai menunjukkan kemunduran maka
kerugian tidak dapat dihindari lagi.

5. Adanya perubahan dalam pola konsumsi konsumen

Biasanya disebabkan perkembangan teknologi yang lebih dinamis. Konsumen dapat


berpindah pada produk lain bila pebisnis tidak melakukan tindakan antisipatif.
Menurunnya konsumen dapat menyebabkan menurunnya pendapatan, dan lama kelamaan
akan membuat pebisnis merugi.

Membangun suatu usaha atau mempertahankan kondisi perusahaan ternyata bukanlah


hal yang mudah. Akan tetapi determinasi dan konsistensi merupakan kunci yang ampuh
untuk tetap bisa berbuat lebih bagi pertumbuhan ekonomi. Untuk itu, dengan
memperhatikan faktor-faktor di atas, tak mustahil perkembangan usaha akan tercapai.

2.4 Jenis – Jenis Kerugian/Risiko


Menurut Hadijah (2017), dalam asuransi risiko (risk) diklasifikasikan menjadi
beberapa jenis yaitu:

1. Risiko Murni (Pure Risk)


Karakteristik dari pure risk adalah risiko bila itu memang terjadi pasti menimbulkan
kerugian dan apabila tidak terjadi maka tidak akan menimbulkan kerugian maupun tidak
akan menimbulkan keuntungan. Artinya dalam pengertian risiko murni, maka kerugian
pasti terjadi. Contoh dari risiko ini adalah kebakaran, kecelakaan, bangkrut dan lain
sebagainya.

2. Risiko Spekulatif (Speculative Risk)


Kebalikan dari risiko murni, risiko spekulatif masih mengandung dua kemungkinan
jika peristiwa yang dianggap risiko tersebut benar-benar terjadi. Misalnya ketika
berinvestasi saham di bursa efek, maka peristiwa atau proses investasi tersebut akan
menimbulkan risiko spekulatif, yaitu di satu sisi ada kemungkinan untung secara finansial
dan di lain sisi ada risiko kerugian.
3. Risiko Khusus (Particular Risk)
Risiko khusus adalah suatu risiko yang dampak maupun penyebabnya hanya
mempengaruhi lingkungan lokal (pribadi) baik secara kuantitas maupun kualitas.
Contohnya adalah pengangguran ataupun seorang pencuri. Ketika seseorang mencuri
maka risiko yang ditimbulkan hanya mempengaruhi individu tersebut.

4. Risiko Fundamental (Fundamental Risk)


Kebalikan dari risiko khusus, risiko fundamental akan menimbulkan dampak yang
sangat luas. Risiko ini bisa disebabkan oleh faktor atau pihak tertentu seperti bencana
alam, kebijakan pemerintah dan lain sebagainya.

5. Risiko Individu (Individual Risk)


Risiko individu adalah berbagai macam kemungkinan yang terjadi di kehidupan
sehari-hari yang dapat mempengaruhi kapasitas finansial seseorang, harta kekayaanya
maupun risiko tanggung-jawab. Individual risk dapat dibagi menjadi beberapa kelompok
yaitu personal risk, property risk dan liability risk. Dalam personal risk sering kali
dikaitkan dengan pengaruh suatu hal atau kemungkinan-kemungkinan yang secara
langsung akan berdampak pada individu tertentu, seperti finansial seseorang. Contoh
risiko pribadi adalah cacat fisik, kehilangan pekerjaan, meninggal dunia dan lain
sebagainya.

6. Risiko Harta (property risk)


Merupakan kerugian yang terkait dengan kepemilikan suatu benda akibat kehilangan,
pencurian ataupun kerusakan. Risiko harta dapat dikategorikan lagi menjadi dua jenis
yaitu kerugian secara langsung (direct losses) dan kerugian tak langsung (consequential).

7. Risiko Tanggung-Gugat (liability risk)


Merupakan risiko tanggung-jawab yang harus kita berikan kepada pihak lain. Dengan
kata lain, risiko ini untuk menanggung kerugian orang lain akibat ulah atau hal yang kita
sebabkan. Misalnya, dalam peristiwa kecelakaan, ketika Anda menabrak orang lain maka
ini disebut dengan risiko tanggung-gugat (liability risk).

Berdasarkan PBI Nomor 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi


Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah terdapat sepuluh jenis risiko yang dihadapi
bank Islam, yaitu: risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko
hukum, risiko reputasi, risiko strategis, risiko kepatuhan, risiko imbal hasil, dan risiko
investasi. Delapan risiko pertama merupakan risiko umum yang juga dihadapi oleh bank
konvensional. Sedangkan dua risiko terakhir merupakan risiko unik yang khusus dihadapi
oleh bank Islam.

a. Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi
kewajiban kepada bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati. Termasuk dalam
kelompok risiko kredit adalah risiko konsentrasi pembiayaan. Risiko konsentrasi
pembiayaan merupakan risiko yang timbul akibat terkonsentrasinya penyediaan dana
kepada 1 (satu) pihak atau sekelompok pihak, industri, sektor, dan/atau area geografis
tertentu yang berpotensi menimbulkan kerugian cukup besar yang dapat mengancam
kelangsungan usaha Bank.

b. Risiko Pasar
Risiko Pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif akibat
perubahan harga pasar, antara lain Risiko berupaperubahan nilai dari aset yang dapat
diperdagangkan atau disewakan. Risiko pasar meliputi antara lain, risiko nilai tukar,
risiko komoditas, dan risiko ekuitas. Risiko nilai tukar adalah risiko akibat perubahan
nilai posisi trading book dan banking book yang disebabkan oleh perubahan nilai tukar
valuta asing atau perubahan harga emas. Risiko komoditas adalah risiko akibat perubahan
harga instrumen keuangan dari trading book dan banking book yang disebabkan oleh
perubahan harga komoditas. Risiko ekuitas adalah risiko akibat perubahan harga
instrumen keuangan dari posisi trading book dan banking book yang disebabkan oleh
perubahan harga saham.

c. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau aset likuid
berkualitas tinggi yang dapat digunakan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi
keuangan bank.

d. Risiko Operasional
Risiko operasional adalah kerugian yang diakibatkan oleh proses internal yang kurang
memadai, kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan system, dan/atau
adanya kejadiankejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank.

e. Risiko Hukum
Risiko hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis.
Risiko ini timbul antara lain karena ketiadaan peraturan perundang-undangan yang
mendukung atau kelemahan perikatan, deperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak
atau pengikat agunan yang tidak sempurna.

f. Risiko Reputasi
Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder dari
persepsi negatif terhadap bank. Risiko ini timbul antara lain karena adanya pemberitaan
media dan/atau rumor mengenai bank yang bersifat negatif, serta adanya strategi
komunikasi bank yang kurang efektif.

g. Risiko Strategis
Risiko strategik adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau
pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan
lingkungan bisnis. Risiko ini timbul antara lain karena bank menetapkan strategi yang
kurang sejalan dengan visi dan misi bank, melakukan analisis lingkungan stratejik yang
tidak komprehensif, dan/atau terdapat ketidaksesuaian rencana stratejik (strategic plane)
antar level stratejik. Selain itu risiko stratejik juga timbul karena kegagalan dalam
mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis mencakup kegagalan dalam mengantisipasi
perubahan teknologi, perubahan kondisi ekonomi makro, dinamika kompetisi di pasar,
dan perubahan kebijakan otoritas terkait.

h. Risiko Kepatuhan
Risiko kepatuhan adalah risiko akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku, serta prinsip
syariah.

i. Risiko Imbal Hasil (Rate of Return Risk)


Risiko Imbal Hasil adalah risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang
dibayarkan bank kepada nasabah, karena terjadi tingkat perubahan imbal hasil yang
diterima bank dari penyaluran dana, yang dapat, mempengaruhi perilaku nasabah dan
pihak ketiga bank. Risiko ini timbul antara lain karena adanya perubahan perilaku
nasabah dana pihak ketiga bank yang disebabkan oleh perubahan ekspektasi tingkat imbal
hasil yang diterima bank. Perubahan ekspektasi bisa disebabkan oleh faktor internal
seperti menurunnya 16 nilai asset bank dan/atau faktor eksternal seperti naik turunnya
return/imbal hasil yang ditawarkan bank lain. Perubahan ekspktasi tingkat imbal hasil
tersebut dapat memicu perpindahan dana dari bank kepada bank lain.

j. Risiko Investasi (Equity Investment Risk)


Risiko Investasi adalah risiko akibat bank ikut menanggung kerugian usaha nasabah
yang dibiayai dalam pembiayaan bagi hasil berbasis profit and loss sharing. Risiko ini
timbul apabila bank memberikan pembiayaan berbasis bagi hasil kepada nasabah dimana
bank ikut menanggung risiko atas kerugian usaha nasabah yang dibiayai (profit and loss
sharing). Dalam hal ini, perhitungan bagi hasil tidak hanya didasarkan atas jumlah
pendapatan atau penjualan yang diperoleh nasabah namun dihitung dari keuntungan usaha
yang dihasilkan nasabah. Apabila usaha nasabah mengalami kebangkrutan, maka jumlah
pokok pembiayaan yang diberikan bank kepada nasabah tidak akan diperoleh kembali.
Perbankan syariah mempunyai keunikan tersendiri dalam pengelolaan risiko. Perbankan
syariah tidak hanya tunduk terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
Peraturan Bank Indonesia, tetapi juga harus tunduk terhadap peraturan fikih muamalat
(Syah, 2017).

2.5 Cara Melindungi Usaha


Cara melindungi usaha yaitu salah satu cara atau strategi kita dalam menjaga ataupun
melindungi usaha yang kita jalankan agar terhindar dari resiko kerugian atau sebagainya.
maka hal yang dapat kita lakukan yaitu meminimalkan resiko tersebut agar tidak
menyebabkan sesuatu hal yang tidak kita inginkan terhadap usaha yang kita jalankan,
baik jiwa maupun harta yang terkandung di dalamnya, maka kita perlu memberikan
payung perlindungan. Payung ini akan mampu menggantikan secara maksimal atas risiko
kerugian yang akan diderita. Tanpa payung perlindungan, kita tidak akan mendapat
penggantian apa pun atau dengan kata lain benar-benar rugi total. Payung untuk
melindungi usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara berikut :
a. Menetapkan prosedur dan tata tertib kerja
Dengan mematuhi dan melaksanakan semua prosedur dan tata tertib kerja secara
disiplin oleh seluruh karyawan, kemungkinan terjadi kesalahan dapat diperkecil. Hal ini
berarti dapat meminimalkan risiko kerugian.
b. Menyediakan Alat Pengamanan
Pengusahaan hendaknya menyiapkan alat bantu bagi seluruh karyawan agar bila
terjadi sesuatu, fungsi alat ini dapat melindungi karyawan dan harta perusahaan dari
risiko kerugian, misalnya perusahaan perlu menyediakan alat pemadam kebakaran.
c. Meminta Pertanggungan Perusahaan Asuransi
Perusahaan hendaknya mengasuransikan karyawan, harta, dan seluruh kegiatan
perusahaan kepada pihak asuransi tertentu.

2.6 Cara menghindari Risiko/Kerugian


Tidak selamanya usaha yang di jalani yang memberikan keuntungan. Kerugian juga
akan mengiringi perjalanan usaha dan bermasalah pada keuangan usaha tersebut. Terlepas
dari kerugian besar atau pun kerugian kecil, semua berdampak pada mekanisme keuangan
pada usaha yang dijalankan. Cara pasti untuk mengurangi resiko kebangkrutan usaha
dengan cara memastikan keuangan usaha tetap di bawah kontrol atau pengawasan
sepenuhnya. Tetapi tidak semua pemilik usaha dapat menghandle keuangan sepenuhnya.
Oleh karena itu diperlukan sebuah sistem dan manajemen yang kuat untuk menjaga usaha
dari kerugian (Iskandar, 2013).
Manajemen merupakan salah satu ilmu yang berfungsi untuk mengatur jalannya
sebuah perusahaan atau usaha. Sebagai ilmu, manajemen terbagi menjadi beberapa
bagian, salah satunya adalah manajemen risiko (Iskandar, 2013).
Manajemen risiko sebenarnya tidak hanya diterapkan pada perusahaan, tapi juga
dalam kehidupan pribadi atau sehari – hari. Misalnya, jika seseorang ingin membuka
usaha, harus matang-matang dipikirkan bagaimana strategi pengelolaannya dan apa risiko
jika usaha yang direncanakan mengalami kegagalan. Pola pengaturan risiko yang
diaplikasikan pada ruang lingkup pribadi ini dapat diaplikasikan atau digunakan dalam
ruang lingkup yang lebih luas, misalnya perusahaan. Pola pengaturan manajemen risiko
memiliki sasaran. Sasaran yang ditujunya, yaitu meminimalisasi segala risiko yang
berhubungan dengan bidang atau usaha yang telah diambil atau dipilih pada tingkat yang
dapat diterima dengan baik (Iskandar, 2013).
Hal tersebut dapat berbentuk segala jenis ancaman yang bisa diakibatkan oleh banyak
faktor, misalnya faktor lingkungan, faktor teknologi, faktor manusia, faktor organisasi,
dan faktor politik. Selain itu, realisasi manajemen risiko melibatkan sumber daya
manusia. Tetap waspada terhadap perubahan kondisi pasar dan waspada terhadap kegiatan
pesaing potensial usaha yang mungkin dapat membuat seluruh pelanggan anda beralih
kepadanya (Iskandar, 2013).
Jika usaha yang dilakukan tergantung pada pemasok tertentu, maka harus memastikan
distribusi barang tetap tersedia walaupun dalam kondisi apapun. Menjaga catatan yang
baik terhadap kerugian akan membantu untuk menentukan apakah perlu menambahkan
beberapa keamanan tambahan untuk perusahaan yang dilakukan (Iskandar, 2013).
Berikut langkah-langkah yang perlu diperhatikan, untuk mengurangi resiko
(Iskandar, 2013) :
1. Sebelum memulai usaha, sebaiknya dilakukan riset mengenai hambatan-hambatan
yang dimungkinkan muncul ditengah perjalanan usaha. Dengan begitu dapat
menyiapkan strategi sedini mungkin, untuk mengantisipasi hambatan yang
dimungkinkan ada. Misalnya saja resiko persaingan bisnis yang dimungkinkan
semakin meningkat.
2. Pilihlah peluang bisnis sesuai dengan skill dan minat yang dimiliki. Jangan sampai
memulai usaha hanya karena ikut-ikutan trend yang ada. Dengan memulai usaha
sesuai dengan skill dan minat, setidaknya memiliki bekal pengetahuan dan keahlian
untuk mengurangi dan mengatasi segala resiko yang muncul di tengah perjalanan.
Hindari peluang usaha yang tidak dikuasai, ini dilakukan agar tidak kesulitan dalam
mengatasi segala resikonya.
3. Carilah informasi mengenai kunci kesuksesan bisnis. Hal tersebut bisa membantu
untuk menentukan langkah-langkah apa saja yang bisa membuat usaha berkembang,
dan langkah apa saja yang tidak perlu dilakukan untuk mengurangi munculnya resiko
yang tidak diinginkan.
4. Sesuaikan besar modal usaha yang dimiliki dengan resiko usaha yang diambil. Jangan
terlalu memaksakan diri untuk mengambil peluang usaha yang beresiko besar, jika
modal usaha yang dimiliki juga masih terbatas.
5. Kesuksesan bisnis bisa dibangun dengan adanya keteguhan hati yang didukung
kreatifitas. Dengan keteguhan hati dalam mencapai kesuksesan serta kreatifitas untuk
mengembangkan usaha dengan ide-ide baru. Maka segala resiko yang muncul bisa
Anda atasi dengan baik.
6. Cari informasi tentang prospek bisnis tersebut sebelum mengambil sebuah resiko.
7. Ketahui seberapa besar tingkat kebutuhan masyarakat akan produk yang dibuat.
Semakin besar tingkat kebutuhan konsumen akan sebuah produk, maka akan
memperkecil resiko bisnis tersebut. Setidaknya resiko dalam memasarkan produk
(Iskandar, 2013).

Ada juga beberapa tips bagi pengusaha agar terhindar dari peranggap kegagalan,
dintaranaya yaitu :
d. Pahamilah bisnis yang dijalankan secara mendalam.
e. Dalam merencanakan usaha janganlah lupa untuk membuat perencanaan bisnis secara
baik.
f. Aturlah sumber keuangan secara baik dan pahami neraca laporan keuangan (financial
statement)
g. Memanfaatkan sumber daya manusia secara efektif.
h. Pahamilah iklim kompetisi usaha secara baik.
i. Peliharalah selalu semnagat membara dalam berbisnis (Iskandar, 2013).

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Simpulan yang dapat ditarik dalam tulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Perlindungan usaha merupakan suatu hal perbuatan melindungi, menjaga, merawat
serta mempertahankan sesuatu kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran,
pekerjaan untuk mencapai sesuatu hal yang menjadi tujuan atau sasaran utama.
2. Risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuh proses
yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang.
3. Secara umum, faktor yang menyebabkan kerugian adalah faktor internal dan
eksternal.
4. Jenis – jenis kerugian/risiko dapat dibedakan menjadi risiko murni, spekulatif, khusus,
fundamental, individu, harta, tanggung gugat.
5. Cara melindungi usaha yaitu salah satu cara atau strategi kita dalam menjaga ataupun
melindungi usaha yang kita jalankan agar terhindar dari resiko kerugian atau
sebagainya.
6. Cara pasti untuk mengurangi resiko kebangkrutan usaha dengan cara memastikan
keuangan usaha tetap di bawah kontrol atau pengawasan sepenuhnya.

3.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan sebagai penulis adalah kepada mahasiswa lainnya
untuk lebih memahami bisnis dan kewirausahaan laboratorium khususnya perlindungan
usaha sehingga selain sebagai analis kesehatan yang bekerja di laboratorium, kita
mampu mengembangkan jiwa berwirausaha.

DAFTAR PUSTAKA

Hadijah, Siti. (2017). Jenis dan Macam-macam Risiko Asuransi yang Wajib Diketahui.
Diakses di https://www.cermati.com/artikel/jenis-dan-macam-macam-risiko-asuransi-
yang-wajib-diketahui
Syah, MR. (2017). Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah di BPRS PNM
Binama Semarang. Semarang: Universitas Islam Negeri Walisongo

Iskandar. 2013. Apa Yang Harus Dilakukan Mencegah Kerugian. Tersedia pada :
http://www.iskandarst.com/apa-yang-harus-dilakukan-mencegah-kerugian/.
Diakses pada 15 Maret 2019

Anda mungkin juga menyukai