Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

“ Tetes Mata “

DisusunOleh :

KELOMPOK 2

1. AYU SRINTIANI (17.9.3.053)


2. BAIQ HIDAYATUL ILMI (17.9.3.054)
3. CITTA NURSANTI (17.9.3.055)
4. DEVI YANTI (17.9.3.056)

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN
Tahun Akademik 2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata merupakan organ yang peka dan penting dalam kehidupan terletak dalam lingkaran
bertulang yang berfungsi untuk memberikan perlindungan maksimal dan sebagai pertahaan
yang baik dan kokoh. Penyakit mata dapat dibagi menjadi 4 yaitu : infeksi mata, iritasi mata,
mata memar dan glaucoma. Mata mempunyai pertahaan terhadap infeksi karena secret mata
mengandung enzim lisozim yang menyebabkan lisis pada bakteri dan dapat membantu
mengeliminasi organisme dari mata. Obata mata dikenal terdiri atasa berapa bentuk sediaan
dan mempunyai mekanisme kerja tertentu. Obat mata dibuat khusus. Salah satu sediaan mata
adalah obat tetes mata. Obat tetes mata ini merupakan obat yang berupa larutan atau suspensi
steril yang digunakan secara lokal pada mata.

Karena mata merupakan organ yang paling peka dari manusia maka pembuatan larutan
untuk obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan obat, kebutuhan
akan dapat ( larutan penyangga ), kebutuhan akan bahan pengawet, sterilitas dan kesamaan
yang tepat. Hal – hal berkaitan dengan syarat tersebut akan dibahas lebih lanjut dalam
laporan ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan obat tetes mata ?
2. Apa saja syarat – syarat obat tetes mata ?
3. Apa saja keuntungan dan kerugian sediaan tetes mata ?

C. Tujuan
Agar mahasiswa dapat memahami dan mampuu membuat membuat tetes mata
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Obat Tetes Mata

Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspense yang digunakan dengan
cara meneteskan obat pada selaput lender mata di sekitar kelopak mata dan bola mata.

Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing, merupakan sediaan yang
dibuat dan dikemas sedekimian rupa hingga sesuai digunakan pada mata.

Suspensi obat mata adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel- partikel yang
terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada obat seperti yang tertera pada
suspensiones.

2. Syarat – Syarat Sediaan Tetes Mata

a. Sedapat mungkin isohidris


b. Sedapat mungkin isotonis
c. Harus steril atau bebas dari mikroorganisme

Pemakaian tetes mata yang terkontaminasi mikroorganisme dapat terjadi rangsangan


berat yang dapat menyebabkan hilangnya daya penglihatan atau terlukanya mata sehingga
sebaiknya dilakukan sterilisasi atau menyaring larutan dengan filter pembebas bakteri.

d. Sedapat mungkin harus jernih

Persyaratan ini dimaksudkan untuk menghindari rangsangan akibat bahan padat.

e. Harus mempunyai aktivitas terapi yang optimal

Harga pH mata sama dengan darah, yaitu 7,4. Pada pemakaian tetesan biasa, larutan yang
nyaris tanpa rasa nyeri adalah larutan dengan pH 7,3-9,7. Namun, daerah pH 5.5-11,4, masih
dapat diterima. Pengaturan pH sangat berguna untuk mencapai rasa bebas nyeri, meskipun
kita sangat sulit merealisasikannya.
3. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Tetes Mata
a. Keuntungan

 Larutan mata memiliki kelebihan dalam hal kehomogenan, bioavailabilitas, dan


kemudahan penanganan.
 Suspensi mata memiliki kelebihan dimana adanya partikel zat aktif dapat
memperpanjang waktu tinggal pada mata sehingga meningkatkan waktu
terdisolusinya oleh air mata, sehingga terjadi peningkatan bioavailabilitas dan efek
terapinya.
 Tidak menganggu penglihatan ketika digunakan
Larutan mata memiliki kelebihan dalam hal kehomogenan, bioavailabilitas dan
kemudahan penanganan.

b. Kerugian

 Waktu kontak yang relatif singkat antara obat dan permukaan yang terabsorsi.
 Volume larutan yang dapat ditampung oleh mata sangat terbatas, maka larutan
yang berlebih dapat masuk ke nasal cavity lalu masuk ke jalur gastrointestinal
menghasilkan absorpsi sistemik yang tidak diinginkan.
 Kornea dan rongga mata sangat kurang tervaskularisasi, selain itu kapiler pada
retina dan iris relatif non permeabel sehingga umumnya sediaan untuk mata adalah
efeknya lokal atau topikal.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan

 Alat : 1. Timbangan
2. Batang Pengaduk
3. Beaker Glass dan Gelas Ukur
4. Botol
5. Autoclave
6. Corong dan Labu Ukur
 Bahan : 1. Klorofenikol
2. Asam Borat
3. Natri Tetra Borat
4. Phenilhydragyrinitas
5. Aqua Pro Injeksi

 Formula : R/ Klorofenikol 50 mg
Asam Borat 150 mg
Natrii Tetra Borat 30 mg
Phenilhydragyrinitas 100 mg
Aqua p.i 10 mL
B. Cara Kerja

1. Larutkan asam borat dan natritetra borat dalam aquadest


2. Larutkan klorofenikol ke dalam larutan 1
3. Masukan ke dalam wadah sesuai volume yang diminta dan tutup serta sterilkan
dalam autoclave 110° selama 30 menit
4. Periksa larutan terhadap
a. pH
b. Kebocoran
c. Partikel
d. Kejernihan
e. Keseragaman volume atau berat
BAB IV

PEMBAHASAN

Praktikum kali ini membuat sediaan tetes mata, dimana sediaan tetes mata adalah
sediaan steril berupa larutan atau suspense yang digunakan dengan cara meneteskan obat
pada selaput lender mata di sekitar kelopak mata dan bola mata. Tujuan dari praktikum ini
adalah agar mahasiswa dapat memahami dan mampuu membuat membuat tetes mata. Suatu
sediaan tetes mata harus pirogen dan steril karena mata merupakan organ yang sangat
sensitive, jika suatu sediaan obat tidak steril dan mengandung pirogen maka akan
menyebabkan rasa sakit dan membuat sakit pada tubuh (bukannya menyembuhkan malah
menambah rasa sakit).
Dalam percobaan ini bahan obat yang digunakan sebagai zat aktif adalah
Kloramfenikol yang mempunyai daya sebagai antimikroba yang kuat melawan infeksi mata
dan merupakan antibiotika spectrum luas bersifat bakteriostatik. Asam borat dan Natrii
tetraborat keduanya berfungsi sebagai pelarut yang isotonis dan larutan dapar. Larutan dapar
ini menetralkan pH dan tetes mata agar sesuai cairan mata sehingga mencegah dari
ketidaknyamanan, mengurangi rasa sakit, menjaga stabilnya obat dalam larutan, dan juga
sebagai kontrol aktivitas terapeutik. Larutan dapar merupakan larutan yang digunakan untuk
meniadakan perubahan pH dengan penambahan sedikit asam atau basa.
Sterilisasi pada percobaan ini dilakukan dengan sterilisasi uap dengan autoclave dan
menggunakan uap air dengan tekanan tinggi. Mekanisme penghancuran bakteri oleh uap air
panas adalah karena terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa protein esensial organisme
tersebut. Adanya uap air yang panas dalam sel mikroba, menimbulkan kerusakan pada
temperatur yang relatif rendah. Sediaan tetes mata yang sudah disterilisasi akhir kemudian
dilakukan beberapa pengujian. Tujuan dari pengujian – pengujian tersebut antara lain untuk
memenuhi standar sediaan yang di inginkan, layak untuk dipakai atau tidak, harus memiliki
kejernihan yang tinggi, tidak ada partikel, steril,tidak bocor dan mempunyai pH yang sesuai.
Pengujian yang pertama yaitu uji pH, yang bertujuan untuk untuk mengetahui pH
sediaan mata yang dibuat serta sediaan mata harus berada dalam rentang kestabilan. Harga
pH mata sama dengan darah, yaitu 7,4. Pada pemakaian tetesan biasa, larutan yang nyaris
tanpa rasa nyeri adalah larutan dengan pH 7,3-9,7. Berdasarkan hasil pengamatan, pH yang
diperoleh sediaan yang dibuat yaitu 7,3. Hal ini membuktikan bahwa pH sediaan tetes mata
yang dibuat sesuai dengan nilai parameter pH tetes mata.
Pengujian yang kedua yaitu bebas partikel (kejernihan), yang bertujuan untuk
mengetahui kejernihan dari larutan, ada dan tidaknya partikel pada larutan. Sediaan yang
dibuat harus jernih dan tidak ada partikel lain. Partikel ini biasanya adalah bahan yang tidak
larut dan secara tidak langsung terdapat dalam sediaan. Adanya partikel asing dalam sediaan
menandakan bahwa larutan tersebut tidak jernih, karena adanya kontaminasi partikel asing,
sehingga bila diamati lebih teliti dalam sediaan tersebut keruh dengan partikel asing.
Berdasarkan hasil pengamatan selama 7 hari, sediaan yang kami buat positif jernih dan tidak
ada partikel asing. Hal ini membuktikan sediaan yang kami buat dapat digunakan karena
tidak dikhawatirkan menimbulkan emboli dan menyebabkan rasa nyeri.
Pengujian yang ketiga yaitu uji kebocoran, yang bertujuan untuk melihat apakah terjadi
kebocoran dari sediaan tetes mata yang dibuat. Berdasarkan hasil pengamatan, pada uji
kebocoran sediaan tetes mata kloramfenikol yang dibuat tidak terjadi kebocoran.
BAB V

KESIMPULAN

1. Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan
cara meneteskan obat pada selaput lender mata di sekitar kelopak mata dan bola mata
2. Klorofenikol berfungsi sebagai zat aktif, Asam Borat dan Natrii Tetra Borat berfungsi
sebagai pelarut yang isotonis dan larutan dapar.
3. Dari hasil percobaan menunjukkan bahwa sediaan tetes mata yang kami buat layak
digunakan memenuhi syarat yaitu memiliki pH 7,3, tidak ada kebocoran, dan tidak ada
partike lasing pada larutan.
Daftar Pustaka

Anief, Moh. 1999. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Anief, Moh. 2000. Farmasetika. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia, III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.

Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia, IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.

Sutedjo, R.Y. 2008. Mengenal Obat-Obatan secara Mudah dan Aplikasinya dalam
Keperawatan. Amara Books. Jakarta

Widjajanti, Nuraini. 1989. Obat-Obatan. Kanisius. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai