Oleh :
Kelompok 3
UNIVERSITAS JEMBER
2017
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, karunia, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan tepat waktu.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah.
Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih kepada Ibu Reny Indrayani S. KM.,
M.KKK yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan motivasi sehingga kami
dapat menyusun makalah ini dengan mudah.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi kepada pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1) Agar mengetahui cara/teknik identifikasi bahaya pada lingkungan kerja
1
2) Agar memahami teknik mengidentifikasi bahaya kerja “Survey Jalan
Lintas”
3) Agar memahami teknik mengidentifikasi bahaya kerja “ Job Safety
Analysis”
4) Agar memahami teknik mengidentifikasi bahaya kerja “Job Safety
Observation”
1.4 Manfaat
1) Untuk memahami cara/teknik identifikasi bahaya pada lingkungan kerja
2) Agar memahami teknik mengidentifikasi bahaya kerja “Survey Jalan
Lintas”
3) Agar memahami teknik mengidentifikasi bahaya kerja “ Job Safety
Analysis”
4) Agar memahami teknik mengidentifikasi bahaya kerja “Job Safety
Observation”
2
BAB II. PEMBAHASAN
3
objektif, dengan menggunakan daftar isian (check list) sebagai panduan.
Daftar isian itu dibuat berupa proforma yang kemudian diisi secara rinci
sejalan dengan perjalanan survei. (Harrington, 2003)
Tujuan survei ini bukan untuk mengidentifikasi paparan potensi
bahaya (hazard) secara keseluruhan atau untuk mengidentifikasi metode
penanggulangan yang digunakan untuk mengendalikan potensi bahaya
tersebut, melainkan hanya untuk mengenali sistem operasi yang dijalankan
oleh perusahaan. Tujuan yang utama adalah lebih memahami perusahaan
secara keseluruhan, produk yang dihasilkan, tenaga yang mengerjakan,
gambaran umum perusahaan dan lingkungan kerja secara keseluruhan, agar
sebagai seorang pakar kesehatan lingkungan kerja kita dapat memahami
proses produksi, dan denah tempat kerja.
b. Langkah – langkah
4
4) Jika mengunjungi karena keluhan individu, diskusikan dulu dengan
pelapor
5) Ikuti proses dari awal sampai akhir, dari bahan baku yang masuk hingga
barang jadi
(a) Bahaya apa yang terjadi pada setiap tahap?
(b) Bagaimana seharusnya mereka dikendalikan?
(c) Apakah kontrol benar-benar bekerja?
(d) Memfokuskan penilaian pada proses membantu pemahaman
dasar tentang pekerjaan dan persyaratannya.
6) Mengaudit kategori dari kegiatan atau bahaya, seperti prosedur
kebisingan, dimanapun terjadi dalam organisasi
(a) Apakah kebijakan pengendalian bekerja dimana-mana, atau
ada masalah khusus atau kepatuhan yang buruk pada
kelompok pekerja atau tempat tertentu?
(b) Pendekatan ini berguna untuk memperkenalkan dan memantau
kebijakan baru.
7) Situs pemeriksaan lengkap
(a) Apa bahaya di situs ini?
(b) Bagaimana mereka ditangani?
(c) Pemeriksaan hanya dilakukan bila unit kepentingan geografis
telah diperiksa secara menyeluruh.
(d) Pendekatan yang difokuskan pada situs ini sering diapresiasi
oleh stan toko dan perwakilan pekerja dengan kepemilikan
lokal atas masalah tersebut. Mereka mungkin menyertai
pemeriksaan dan sering memberi wawasan tentang pabrik
kerja dan masalah yang tidak terlihat selama kunjungan.
8) Keadaan yang mungkin memicu penyelidikan di tempat kerja
(a) Penilaian awal saat pertama mengambil alih perawatan tenaga
kerja
(b) Pengenalan proses baru atau bahan yang bisa berbahaya
5
(c) Penelitian baru menunjukkan bahwa suatu proses atau zat
lebih berbahaya daripada yang diyakini sebelumnya
(d) Terjadinya penyakit atau cedera pada angkatan kerja yang
menunjukkan bahaya yang tidak terkendali
(e) Kebutuhan untuk memberi saran tentang kesesuaian pekerjaan
bagi karyawan yang sakit atau cacat
(f) Review rutin
9) Apa yang harus ditutup dalam perjalanan melalui survei
Setelah mencantumkan bahaya, penting untuk mempertimbangkan
siapa yang mungkin terpapar dan di mana pekerjaan, seberapa besar
kemungkinan hal ini berada di bawah kondisi kerja yang berlaku
(termasuk tindakan pencegahan yang diikuti), besarnya eksposur yang
diharapkan, dan kemungkinan dampaknya terhadap kesehatan (risiko
terhadap kesehatan). Tujuannya adalah untuk menentukan apakah risiko
dapat diterima, dengan mempertimbangkan kemungkinan hasil yang
merugikan dan keseriusannya, atau apakah tindakan pengendalian lebih
lanjut diperlukan dan, jika memang demikian, apa ini seharusnya terjadi.
Karena pencegahan lebih baik daripada mengobati, apakah bahaya
dapat dihindari sama sekali, atau alternatif yang lebih aman dapat
digunakan? Jika tidak, bisakah proses atau bahan dimodifikasi untuk
meminimalkan masalah pada sumbernya? Bisakah prosesnya tertutup,
atau dioperasikan dari jarak jauh? Bisakah asap diekstraksi mendekati
titik di mana mereka dihasilkan (ventilasi pembuangan lokal) ?
Mintalah gagasan ini dipertimbangkan sebelum mengeluarkan
pelindung telinga, masker wajah atau tindakan pengendalian lainnya
yang bergantung pada kepatuhan pekerja ("Jangan merokok," "Jangan
kunyah kuku jari Anda," "Angkat seperti yang saya katakan kepada
Anda")? Strategi yang realistis harus selalu menempatkan lebih banyak
ketergantungan pada pengendalian risiko pada sumbernya daripada
pada perilaku dan disiplin pribadi karyawan.
6
10) Profesional kesehatan dan keselamatan kerja menggunakan daftar
periksa untuk memastikan bahwa semua jenis bahaya utama
dipertimbangkan dan untuk memastikan bahwa opsi kontrol sepenuhnya
dieksplorasi. Mereka berusaha untuk memverifikasi bahwa opsi ini telah
dipertimbangkan dalam hierarki yang teratur.
11) Tindakan setelah penilaian di tempat kerja :
(a) Buat kesimpulan tentang risiko yang ada dan kecukupan
kontrol.
(b) Hasil harus dikomunikasikan kepada manajer senior yang
memiliki wewenang untuk mengatur, mendanai, dan
mengawasi kebijakan di tempat kerja.
(c) Laporan tertulis disarankan, namun presentasi verbal,
mungkin pada pertemuan komite keselamatan organisasi,
mungkin memiliki dampak yang lebih besar, seperti
pertunjukan slide bergambar singkat.
c. Contoh performa yang dapat disajikan
Nama perusahaan
Alamat perusahaan
Lokasi tempat kerja
Nama dan kedudukan orang yang bertanggungjawab di tempat kerja:
7
Syarat tingkat keterampilan
dan tingkat pelatihan
Kualitas supervisi
BAHAYA
KIMIA/BIOLOGIK
Bahan berbahaya yang
dipergunakan, berikan nama
bahan dan bentuknya (debu,
serat, cairan, gas, uap, jasad
renik) (bila daftar ini
banyak uraikan dalam
lampiran
Bahan mentah
Produk akhir
Produk antara
Apakah ada lembar data
bahaya (jika ya, uraikan)
Jalan masuk ke dalam tubuh
(inhalasi, ingesti, kontak
kulit, tusukan)
Tingkat pemajanan
(pendapat subjektif atau
cantumkan hasil
monitoring)
Upaya pengendalian yang
sudah dilakukan (misalnya
penyedot udara lokal,
ventilasi, pakaian
pelindung, penutupan, tabir,
dll)
8
Metode pemantauan
keberhasilan dan
pemeliharaan upaya
pengendalian
BAHAYA FISIKA
Bahaya berbahaya yang ada
(misalnya kebisingan,
radiasi, panas)
Metode pengendalian
(temeng, penutupan,
pakaian pelindung)
Metode pemantauan
keberhasilan dan
pemeliharaan upaya
pengendalian
PENCAHAYAAN
Cantumkan kesan subjektif
atau hasil pengukuran
terbaru
UMUM
Tuliskan prosedur kerja,
sebagaimana adanya
Sikap petugas kebersihan
dan manajemen terhadao
kesehatan dan keselamatan
(cantumkan kesan subjektif)
KESEHATAN DAN
KESEJAHTERAAN
Sarana kesehatan, perawat,
pertolongan pertama
9
Kamar mandi/bilas dan
ruang istirahat
Sarana pakaian dan
pencucian
Sarana makan dan minum
Kebijakan merokok
Kebijakan promosi
kesehatan perusahaan
Pemeriksaan kesehatan
prakarya dan berkala
Kebijakan rehabilitasi dan
orang cacat masalah lainnya
Nama dan melakukan
survei
10
langkah-langkah untuk menghilangkan atau mengurangi tingkat risiko dari
hazard yang diterima.
Hazard yang ditemukan melalui JHA berguna untuk (OSHA 3071, 2001):
11
Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pekerjaan ini
adalah cakupan dan jumlah langkah-langkah dalam melakukan pekerjaan.
Pekerjaan yang cakupannya terlalu luas dan jumlah langkah kerjanya
terlalu banyak dan kompleks tentunya diperlukan pemecahan menjadi
beberapa pekerjaan dalam ruang lingkup yang lebih kecil. Begitu pula
halnya dengan pekerjaan yang terlalu sederhana atau hanya memiliki dua
sampai tiga langkah kerja saja dapat dipertimbangkan untuk digabung
menjadi pekerjaan yang lebih besar dengan beberapa langkah kerja yang
ideal.
12
Setelah meninjau ulang langkah-langkah pekerjaan, selanjutnya
dilakukan identifikasi terhadap kondisi yang berbahaya dan perilaku tidak
selamat. Perilaku hazard pada masing-masing langkah dapat diidentifikasi
dengan melihat data-data seperti Material Safety Data Sheets (MSDSs),
pengalaman para pekerja, laporan kecelakaan laporan pertolongan pertama
(first aid statistical records), dan Behavior Base Safety (BBS). Ketelitian
dan kejelian sangat diperlukan untuk menentukan bahaya apa yang
mungkin ada dan seberapa parah dampak yang ditimbulkannya.
Identifikasi hazard dapat ditelusuri melalui beberapa pertanyaan seperti
(Rausand, 2005):
a) Apakah kebakaran atau ledakan dapat terjadi jika pekerjaan
dilaksanakan?
b) Apakah ada benda (rantai, sling, kait, dan sebagainya) yang dapat
menghantam pekerja?
c) Apakah pekerja dapat terkena aliran listrik, logam panas, acid, air
panas, dan sebagainya?
d) Apakah pekerja dapat terhimpit di antara/ di dalam/ pada benda?
e) Apakah pekerja dapat terekspos oleh hazard kesehatan, seperti radiasi,
asap beracun, bahan kimia, gas panas, kekurangan, dan lain
sebagainya?
f) Jika terjadi kesalahan mengoperasikan peralatan, apakah peralatan
tersebut akan rusak?
g) Kaji ulang setiap langkah, sehingga semua hazard teridentifikasi.
13
berbeda-beda. Sehingga dapat pula dilakukan kombinasi dari beberapa
metode untuk perlindungan terhadap karyawan menjadi lebih baik.
OHSAS 18001 memberikan pedoman pengendalian risiko yang lebih
spesifik untuk bahaya keselamatan dan kesehatan kerja dengan pendekatan
hirarki pengendalian hazard, yaitu:
a) Menghilangkan hazard (elimination)
Eliminasi merupakan langkah ideal yang dilakukan untuk
menghilangkan hazard pada langkah pekerjaan, dan sangat mengurangi
kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan. Namun, metode ini sulit
dilakukan apabila proses pekerjaan sudah berlangsung dan akan
menghabiskan banyak biaya. Jika proses pekerjaan masih dalam tahap
perencanaan maka metode ini dapat dilakukan dengan biaya yang
murah. Contoh Teknik eliminasi antara lain (Ramli, 2010); mematikan
atau menghentikan mesin yang bising, menghehentikan penggunaan
bahan kimia yang berbahaya, menghentikan proses yang berbahaya
dalam perusahaan.
b) Mengganti hazard (substitusi)
Metode ini dilakukan dengan mengganti bahan, alat atau cara kerja
dengan yang lain sehingga kemungkinan kecekalaan dapat ditekan.
c) Pengendalian secara Teknik (engineering controls)
Metode ini dilakukan dengan mengubah desain tempat kerja,
peralatan, atau proses kerja untuk mengurangi hazard. Metode ini
membutuhkan pemikiran yang lebih mendalam untuk membuat lokasi
kerja yang lebih aman, mengatur ulang lokasi kerja, memodifikasi
peralatan, melakukan kombinasi kegiatan, perubahan prosedur, dan
mengurangi frekuensi dalam melakukan kegiatan berbahaya (Geigle,
2002).
d) Pengendalian secara administratif (administrative controls)
Pengendalian secara administrative control ini, umumnya masih
membutuhkan metode pengendalian yang lain. Contoh pengendalian
hazard menggunakan metode ini antara lain (Geigle, 2002); membuat
14
kebijakan kerja yang baru atau membuat SOP yang dapat mengurangi
frekuensi atau paparan hazard, memperbaiki jadwal kerja karyawan,
memonitoring penggunaan bahan beracun dan berbahaya, penggunaan
alarm dan warning signs, buddy systems, dan pelatihan.
e) Alat pelindung diri (personal protective equipment)
Penggunaan alat pelindung diri (APD) merupakan opsi terakhir
yang dapat dilakukan untuk mencegah paparan hazard pada pekerja.
APD digunakan ketika engineering control tidak dapat dilakukan atau
tidak menghilangkan hazard sama sekali. APD dapat memberikan
perlindungan tambahan apabila praktik kerja selamat (safe work
practices) tidak memberikan perlindungan pada karyawan. APD dapat
memberikan perlindungan keamanan dan kesehatan secara efektif
apabila digunakan bersamaan dengan penggunaan alat pengendali
lainnya.
a. Melalui JSO kita mendapat informasi tentang karyawan kita sehingga dapat
mencapai efektivitas dalam melatih karyawan.
b. Bisa memberikan kesempatan kepada atasan dan karyawan untuk
berbincang-bincang secara informil sehingga dapat membicarakan sikap
yang kurang mengenakkan/tidak sesuai dalam bekerja.
c. Atasan akan lebih mudah dan cepat memahami problema baik fisik ataupun
psikis yang sedang dialami anak buah.
15
Hasil dari JSO dapat digunakan untuk mengoreksi aktifitas karyawan
yang kurang tepat saat bekerja. Sehingga untuk kedepannya dia bisa
memperbaiki bahkan meningkatkan kinerjanya.
16
17
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahaya di tempat kerja merupakan konsekuensi dalam bagaimana suatu
badan memanajemen lingkungan kerjanya. Tuntutan untuk mengharuskan
suatu badan memfasilitasi K3 diharapkan dapat mewujudkan tujuan K3, yaitu
untuk menciptakan lingkungan kerja yang selamat serta kondisi yang sehat
bagi karyawan, keluarga, dan masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu,
diperlukanlah teknik dalam mengidentifikasi bahaya. Teknik ini meliputi
Survei Jalan Lintas (WTS), Job Safety Analaysis (JSA), dan Job Survey
Observation (JSO).
3.2 Saran
Diharapkan pemilik kekuasaan dan kebijakan dalam suatu badan dapat
lebih serius dalam mengidentifikasi bahaya yang mungkin terjadi. Hal ini
bertujuan agar terciptanya lingkungan kerja dan SDM yang aman dan sehat.
18
DAFTAR PUSTAKA
Said, A. A. 2013. Analisis Pelaksanaan Teknik Job Safety Analysis (JAS) Dalam
Identifikasi Bahaya Di Tempat Kerja Pada Terminal Y PT X Di
Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur Tahun 2012. Skripsi.
Jakarta : Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
19