Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

TEKNIK IDENTIFIKASI HAZARD


(Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Higiene Industri kelas E)

Oleh :

Kelompok 3

1. Lenny Mar’atus Sholikah (162110101050)


2. Della Novi Savitri (162110101102)
3. Firda Aulia Rahmadhini (162110101104)
4. Helmi Safitri (162110101111)
5. Balgis Putri Salindra (162110101113)
6. Yasmin Ihza Aula Dzati (162110101121)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JEMBER

2017

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, karunia, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan tepat waktu.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah.
Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih kepada Ibu Reny Indrayani S. KM.,
M.KKK yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan motivasi sehingga kami
dapat menyusun makalah ini dengan mudah.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi kepada pembaca.

Jember, 18 September 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 1

1.4 Manfaat ..................................................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN ...................................................................................... 3

2.1 Survey Jalan Lintas (Walk Through Survey) ........................................... 3

2.2 Job Safety Analysis ................................................................................ 10

2.3 Job Safety Observation ........................................................................... 15

BAB III. PENUTUP .............................................................................................. 18

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 18

3.2 Saran ....................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

iii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pesatnya perkembangan industrialisasi di satu sisi telah membawa
dampak yang menguntungkan, namun di sisi lain telah menimbulkan efek yang
merugikan. Dari sisi ekonomi perkebangan industri telah meningkatkan
pendapatan perkapita penduduk, menekan angka pengangguran serta social
effect positif lainnya, namun dari sisi kesehatan kerja telah menimbulkan
dampak yang cukup membahayakan. Penggunaan berbagai bahan yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan, proses kerja yang mengandung risiko
bahaya serta hasil produksi atau produk sampingan yang juga dapat
mengandung bahaya telah meningkatkan risiko terjadinya gangguan kesehatan
dan keselamatan kerja. Penerapan teknologi dalam memproduksi barang dan
jasa kebutuhan manusia selain membawa manfaat bagi efisiensi dan
peningkatan produktifitas juga menimbulkan resiko yang dapat
membahayakan terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja di tempat
kerja. Oleh karena itu, diperlukan identifikasi bahaya kerja untuk
meminimalisir bahaya, kerugian maupun kecelakaan kerja pada industri
sehingga tercipta lingkungan kerja yang baik dan sehat serta tidak
menimbulkan kerugian bagi pihak pekerja maupun perusahaan,

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana cara/teknik mengidentifikasi bahaya pada lingkungan kerja?
2) Bagaimana teknik mengidentifikasi bahaya kerja “Survey Jalan Lintas”?
3) Bagaimana teknik mengidentifikasi bahaya kerja “Job Safety Analysis”?
4) Bagaimana teknik mengidentifikasi bahaya kerja “Job Safety
Observation”?

1.3 Tujuan
1) Agar mengetahui cara/teknik identifikasi bahaya pada lingkungan kerja

1
2) Agar memahami teknik mengidentifikasi bahaya kerja “Survey Jalan
Lintas”
3) Agar memahami teknik mengidentifikasi bahaya kerja “ Job Safety
Analysis”
4) Agar memahami teknik mengidentifikasi bahaya kerja “Job Safety
Observation”

1.4 Manfaat
1) Untuk memahami cara/teknik identifikasi bahaya pada lingkungan kerja
2) Agar memahami teknik mengidentifikasi bahaya kerja “Survey Jalan
Lintas”
3) Agar memahami teknik mengidentifikasi bahaya kerja “ Job Safety
Analysis”
4) Agar memahami teknik mengidentifikasi bahaya kerja “Job Safety
Observation”

2
BAB II. PEMBAHASAN

Untuk menghindari gangguan kesehatan kerja dari kegiatan industri


diperlukan praktek higene industri yaitu dengan mengadakan penilaian kepada
faktor-faktor penyebab penyakit kualitatif dan kuantitatif dalam lingkungan kerja
dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar
tindakan korektif kepada lingkungan tersebut serta bila perlu pencegahan, agar
pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja.
Penyelenggaraan higiene perusahaan dan kesehatan kerja akan memberi manfaat
besar bagi kesejahteraan tenaga kerja dan produktivitas kerja. Penyelenggaran
higiene industri dimulai dengan mengidentifikasi bahaya yang ada pada lingkungan
kerja. Identifikasi Potensi Bahaya Kerja merupakan bagian dari program
keselamatan dan kesehatan kerja dalam tahapan manajemen risiko, yang dilakukan
sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja (PAK). Berikut adalah teknik dalam mengidentifikasi bahaya kerja :

2.1 Survey Jalan Lintas (Walk Through Survey)


a. Definisi
Dalam melakukan pekerjaannya, pekerja harus selalu waspada
terhadap adanya potensi lingkungan yang dapat membahayakan kesehatan.
Sebuah survei yang dilakukan sebagai langkah dasar yang pertama harus
dilakukan dalam upaya program kesehatan lingkungan kerja disebut sebagai
Survei Jalan Lintas. Survei ini dilakukan dalam waktu yang relatif singkat
dengan menggunakan panca indra. Apabila para pekerja berpotensi terkena
bahaya kesehatan di lingkungan kerja, maka besarnya bahaya harus
dievaluasi dan sesegera mungkin mencari solusi untuk menangani bahaya
tersebut. Dengan demikian ancaman bahaya tersebut dapat diminimalisir.
Salah satu syarat utama seseorang yang hendak melakukan evaluasi
bahaya di tempat kerja adalah mengunjungi dan melihat langsung kondisi
lingkungan kerja. Upaya ini dimulai dengan melakukan survei jalan lintas.
Agar hasil usaha kunjungan sempurna, pengamatan harus dijalankan secara

3
objektif, dengan menggunakan daftar isian (check list) sebagai panduan.
Daftar isian itu dibuat berupa proforma yang kemudian diisi secara rinci
sejalan dengan perjalanan survei. (Harrington, 2003)
Tujuan survei ini bukan untuk mengidentifikasi paparan potensi
bahaya (hazard) secara keseluruhan atau untuk mengidentifikasi metode
penanggulangan yang digunakan untuk mengendalikan potensi bahaya
tersebut, melainkan hanya untuk mengenali sistem operasi yang dijalankan
oleh perusahaan. Tujuan yang utama adalah lebih memahami perusahaan
secara keseluruhan, produk yang dihasilkan, tenaga yang mengerjakan,
gambaran umum perusahaan dan lingkungan kerja secara keseluruhan, agar
sebagai seorang pakar kesehatan lingkungan kerja kita dapat memahami
proses produksi, dan denah tempat kerja.

b. Langkah – langkah

Menurut (El-Shafei, 2015) langkah-langkah yang diperlukan dalam


survei jalan lintas yaitu:

1) Merencanakan dan mengatur survei jalan lintas agar terstruktur dan


menghemat waktu. Hal-hal yang perlu dilakukan adalah:
1. Melakukan kunjungan awal harus dilakukan dengan janji.
2. Periksa apakah anda akan:
(a) Didampingi oleh seseorang yang memiliki tanggung jawab
untuk keselamatan
(b) Lihat seseorang yang bisa menjelaskan prosesnya
(c) Memiliki kesempatan untuk melihat aktivitas perwakilan
2) Lihat dokumentasi pada kesehatan & keselamatan, seperti lembaran
data, penilaian risiko, kebijakan keamanan, buku kecelakaan
3) Melakukan penelitian pendahuluan: mengidentifikasi macam bahaya
yang mungkin dihadapi dan standar hukum yang mungkin untuk
diterapkan

4
4) Jika mengunjungi karena keluhan individu, diskusikan dulu dengan
pelapor
5) Ikuti proses dari awal sampai akhir, dari bahan baku yang masuk hingga
barang jadi
(a) Bahaya apa yang terjadi pada setiap tahap?
(b) Bagaimana seharusnya mereka dikendalikan?
(c) Apakah kontrol benar-benar bekerja?
(d) Memfokuskan penilaian pada proses membantu pemahaman
dasar tentang pekerjaan dan persyaratannya.
6) Mengaudit kategori dari kegiatan atau bahaya, seperti prosedur
kebisingan, dimanapun terjadi dalam organisasi
(a) Apakah kebijakan pengendalian bekerja dimana-mana, atau
ada masalah khusus atau kepatuhan yang buruk pada
kelompok pekerja atau tempat tertentu?
(b) Pendekatan ini berguna untuk memperkenalkan dan memantau
kebijakan baru.
7) Situs pemeriksaan lengkap
(a) Apa bahaya di situs ini?
(b) Bagaimana mereka ditangani?
(c) Pemeriksaan hanya dilakukan bila unit kepentingan geografis
telah diperiksa secara menyeluruh.
(d) Pendekatan yang difokuskan pada situs ini sering diapresiasi
oleh stan toko dan perwakilan pekerja dengan kepemilikan
lokal atas masalah tersebut. Mereka mungkin menyertai
pemeriksaan dan sering memberi wawasan tentang pabrik
kerja dan masalah yang tidak terlihat selama kunjungan.
8) Keadaan yang mungkin memicu penyelidikan di tempat kerja
(a) Penilaian awal saat pertama mengambil alih perawatan tenaga
kerja
(b) Pengenalan proses baru atau bahan yang bisa berbahaya

5
(c) Penelitian baru menunjukkan bahwa suatu proses atau zat
lebih berbahaya daripada yang diyakini sebelumnya
(d) Terjadinya penyakit atau cedera pada angkatan kerja yang
menunjukkan bahaya yang tidak terkendali
(e) Kebutuhan untuk memberi saran tentang kesesuaian pekerjaan
bagi karyawan yang sakit atau cacat
(f) Review rutin
9) Apa yang harus ditutup dalam perjalanan melalui survei
Setelah mencantumkan bahaya, penting untuk mempertimbangkan
siapa yang mungkin terpapar dan di mana pekerjaan, seberapa besar
kemungkinan hal ini berada di bawah kondisi kerja yang berlaku
(termasuk tindakan pencegahan yang diikuti), besarnya eksposur yang
diharapkan, dan kemungkinan dampaknya terhadap kesehatan (risiko
terhadap kesehatan). Tujuannya adalah untuk menentukan apakah risiko
dapat diterima, dengan mempertimbangkan kemungkinan hasil yang
merugikan dan keseriusannya, atau apakah tindakan pengendalian lebih
lanjut diperlukan dan, jika memang demikian, apa ini seharusnya terjadi.
Karena pencegahan lebih baik daripada mengobati, apakah bahaya
dapat dihindari sama sekali, atau alternatif yang lebih aman dapat
digunakan? Jika tidak, bisakah proses atau bahan dimodifikasi untuk
meminimalkan masalah pada sumbernya? Bisakah prosesnya tertutup,
atau dioperasikan dari jarak jauh? Bisakah asap diekstraksi mendekati
titik di mana mereka dihasilkan (ventilasi pembuangan lokal) ?
Mintalah gagasan ini dipertimbangkan sebelum mengeluarkan
pelindung telinga, masker wajah atau tindakan pengendalian lainnya
yang bergantung pada kepatuhan pekerja ("Jangan merokok," "Jangan
kunyah kuku jari Anda," "Angkat seperti yang saya katakan kepada
Anda")? Strategi yang realistis harus selalu menempatkan lebih banyak
ketergantungan pada pengendalian risiko pada sumbernya daripada
pada perilaku dan disiplin pribadi karyawan.

6
10) Profesional kesehatan dan keselamatan kerja menggunakan daftar
periksa untuk memastikan bahwa semua jenis bahaya utama
dipertimbangkan dan untuk memastikan bahwa opsi kontrol sepenuhnya
dieksplorasi. Mereka berusaha untuk memverifikasi bahwa opsi ini telah
dipertimbangkan dalam hierarki yang teratur.
11) Tindakan setelah penilaian di tempat kerja :
(a) Buat kesimpulan tentang risiko yang ada dan kecukupan
kontrol.
(b) Hasil harus dikomunikasikan kepada manajer senior yang
memiliki wewenang untuk mengatur, mendanai, dan
mengawasi kebijakan di tempat kerja.
(c) Laporan tertulis disarankan, namun presentasi verbal,
mungkin pada pertemuan komite keselamatan organisasi,
mungkin memiliki dampak yang lebih besar, seperti
pertunjukan slide bergambar singkat.
c. Contoh performa yang dapat disajikan
Nama perusahaan
Alamat perusahaan
Lokasi tempat kerja
Nama dan kedudukan orang yang bertanggungjawab di tempat kerja:

Butir yang harus diperiksa Uraian atau Memuaskan Tindakan yang


komentar (ya/tidak) diperlukan
Jumlah orang yang terpajan
(sebutkan jumlahnya
masing-masing menurut
jenis kelamin)
Lama kerja regu bergilir
dan pola regu bergilir

7
Syarat tingkat keterampilan
dan tingkat pelatihan
Kualitas supervisi
BAHAYA
KIMIA/BIOLOGIK
Bahan berbahaya yang
dipergunakan, berikan nama
bahan dan bentuknya (debu,
serat, cairan, gas, uap, jasad
renik) (bila daftar ini
banyak uraikan dalam
lampiran
Bahan mentah
Produk akhir
Produk antara
Apakah ada lembar data
bahaya (jika ya, uraikan)
Jalan masuk ke dalam tubuh
(inhalasi, ingesti, kontak
kulit, tusukan)
Tingkat pemajanan
(pendapat subjektif atau
cantumkan hasil
monitoring)
Upaya pengendalian yang
sudah dilakukan (misalnya
penyedot udara lokal,
ventilasi, pakaian
pelindung, penutupan, tabir,
dll)

8
Metode pemantauan
keberhasilan dan
pemeliharaan upaya
pengendalian
BAHAYA FISIKA
Bahaya berbahaya yang ada
(misalnya kebisingan,
radiasi, panas)
Metode pengendalian
(temeng, penutupan,
pakaian pelindung)
Metode pemantauan
keberhasilan dan
pemeliharaan upaya
pengendalian
PENCAHAYAAN
Cantumkan kesan subjektif
atau hasil pengukuran
terbaru
UMUM
Tuliskan prosedur kerja,
sebagaimana adanya
Sikap petugas kebersihan
dan manajemen terhadao
kesehatan dan keselamatan
(cantumkan kesan subjektif)
KESEHATAN DAN
KESEJAHTERAAN
Sarana kesehatan, perawat,
pertolongan pertama

9
Kamar mandi/bilas dan
ruang istirahat
Sarana pakaian dan
pencucian
Sarana makan dan minum
Kebijakan merokok
Kebijakan promosi
kesehatan perusahaan
Pemeriksaan kesehatan
prakarya dan berkala
Kebijakan rehabilitasi dan
orang cacat masalah lainnya
Nama dan melakukan
survei

2.2 Job Safety Analysis


Menurut Canadian Centre for Occupational Health and Safety, Job
Safety Analysis (JSA) adalah prosedur yang membantu untuk mengintegrasikan
diterimanya prinsip dan praktik keselamatan dan kesehatan untuk tugas tertentu
atau operasi kerja. Dalam JSA, setiap langkah dasar dari pekerjaan adalah untuk
mengidentifikasi potensi bahaya dan merekomendasikan cara paling aman
untuk melakukan pekerjaan. Istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan
prosedur ini adalah Job Hazard Analysis (JHA) dan Job Hazard Breakdown.

Dalam OSHA 3071 (2001), Job Hazard Analysis (JHA) merupakan


pengkajian sistematis tentang prosedur kerja suatu pekerjaan untuk
mengidentifikasi dan mengendalikan hazard sebelum hazard tersebut
mengakibatkan kecelakaan. JHA difokuskan kepada hubungan antara pekerja,
pekerjaan, alat kerja, dan lingkungan kerja. Melalui kegiatan ini dapat diambil

10
langkah-langkah untuk menghilangkan atau mengurangi tingkat risiko dari
hazard yang diterima.

Pelaksanaan JHA merupakan salah satu komponen dalam komitmen


sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja. Agar pelaksanaan JHA
efektif, maka manajemen perusahaan harus menunjukkan komitmen
keselamatan dan kesehatan kerja yang diiringi dengan pengendalian terhadap
hazard yang ditemukan. Jika hal ini tidak dilakukan, maka perusahaan dapat
kehilangan kredibilitas dan karyawan akan ragu untuk melaporkan penemuan
kondisi tidak aman kepada manajemen (OSHA 3071, 2001).

Hazard yang ditemukan melalui JHA berguna untuk (OSHA 3071, 2001):

a. Mengeliminasi atau mengurangi hazard pekerjaan.


b. Mengurangi cedera dan penyakit akibat kerja.
c. Pekerja dapat melaksanakan pekerjaan dengan selamat.
d. Metode kerja menjadi lebih efektif.
e. Mengurangi biaya kompensasi pekerja.
f. Meningkatkan produktivitas pekerja.

Menurut OSHA Academy Course 706 Study Guide (2002), terdapat


empat langkah melaksanakan job safety analysis:

1) Memilih (menyeleksi) pekerjaan yang akan dianalisis.


JSA dapat menganalisis semua pekerjaan yang ada di tempat kerja,
namun harus diprioritaskan berdasarkan (Rausand, 2005):
a) Pekerjaan yang memiliki tingkat kecelakaan yang tinggi.
b) Pekerjaan yang memiliki tingkat keparahan kecelakaan yang tinggi,
berdasarkan banyaknya hilang hari kerja atau kebutuhan medis.
c) Pekerjaan yang memiliki potensi menyebabkan luka berat
d) Pekerjaan yang dapat menyebabkan kecelakaan atau luka berat, akibat
kesalahan manusia yang sederhana.
e) Pekerjaan baru, pekerjaan tidak rutin, atau pekerjaan yang mengalami
perubahan prosedur.

11
Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pekerjaan ini
adalah cakupan dan jumlah langkah-langkah dalam melakukan pekerjaan.
Pekerjaan yang cakupannya terlalu luas dan jumlah langkah kerjanya
terlalu banyak dan kompleks tentunya diperlukan pemecahan menjadi
beberapa pekerjaan dalam ruang lingkup yang lebih kecil. Begitu pula
halnya dengan pekerjaan yang terlalu sederhana atau hanya memiliki dua
sampai tiga langkah kerja saja dapat dipertimbangkan untuk digabung
menjadi pekerjaan yang lebih besar dengan beberapa langkah kerja yang
ideal.

2) Membagi pekerjaan dalam langkah-langkah pekerjaan:


Menurut Geigle (2002), sebelum membagi pekerjaan dalam
berbagai langkah, terlebih dahulu dilakukan deskripsi terhadap pekerjaan
yang akan dianalisis. Setiap pekerjaan dapat dibagi dalam beberapa
langkah. Siapa yang bekerja, berapa jumlah pekerja, dan apa yang
dilakukan bekerja menjadi dasar deskripsi masing-masing langkah.
Setiap langkah menunjukkan suatu tindakan yang dilakukan.
Pastikan cukup informasi untuk menggambarkan langkah-langkah
pekerjaan. Hindari membuat rincian terlalu panjang dan luas. Tidak perlu
menuliskan langkah-langkah dasar. Informasi dari pekerja lain yang
pernah melakukan pekerjaan tersebut sangat berguna sebagai masukan
dalam membagi tahapan pekerjaan. Peninjau ulang langkah-langkah kerja
dilakukan bersama karyawan lain yang melakukan pekerjaan tersebut. Hal
ini untuk memastikan tidak ada langkah yang hilang. gambar foto dan
video dapat membantu pelaksanaan kegiatan ini (Geigle, 2002).
Deskripsi pekerjaan berfungsi untuk membangun analisis hazard
yang ada pada pekerjaan tersebut. Hasil analisis dilaporkan melalui lembar
kerja (worksheet). Format lembar kerja JSA umumnya terdiri dari tiga
kolom, yaitu langkah-langkah pekerjaan, keberadaan hazard, dan tindakan
pekerjaan, atau rekomendasi prosedur kerja selamat.
3) Melakukan identifikasi hazard dan kecelakaan yang potensial

12
Setelah meninjau ulang langkah-langkah pekerjaan, selanjutnya
dilakukan identifikasi terhadap kondisi yang berbahaya dan perilaku tidak
selamat. Perilaku hazard pada masing-masing langkah dapat diidentifikasi
dengan melihat data-data seperti Material Safety Data Sheets (MSDSs),
pengalaman para pekerja, laporan kecelakaan laporan pertolongan pertama
(first aid statistical records), dan Behavior Base Safety (BBS). Ketelitian
dan kejelian sangat diperlukan untuk menentukan bahaya apa yang
mungkin ada dan seberapa parah dampak yang ditimbulkannya.
Identifikasi hazard dapat ditelusuri melalui beberapa pertanyaan seperti
(Rausand, 2005):
a) Apakah kebakaran atau ledakan dapat terjadi jika pekerjaan
dilaksanakan?
b) Apakah ada benda (rantai, sling, kait, dan sebagainya) yang dapat
menghantam pekerja?
c) Apakah pekerja dapat terkena aliran listrik, logam panas, acid, air
panas, dan sebagainya?
d) Apakah pekerja dapat terhimpit di antara/ di dalam/ pada benda?
e) Apakah pekerja dapat terekspos oleh hazard kesehatan, seperti radiasi,
asap beracun, bahan kimia, gas panas, kekurangan, dan lain
sebagainya?
f) Jika terjadi kesalahan mengoperasikan peralatan, apakah peralatan
tersebut akan rusak?
g) Kaji ulang setiap langkah, sehingga semua hazard teridentifikasi.

4) Mengembangkan prosedur kerja yang aman


Pada dasarnya terdapat dua pendekatan yang dapat dilakukan agar
kecelakaan atau bahaya terkait pekerjaan dapat dicegah atau dihindari.
Yaitu menciptakan lingkungan kerja yang selamat dan melakukan praktek
kerja yang selamat. Ada beberapa metode untuk mengendalikan,
mengeliminasi atau mereduksi hazard yang teridentifikasi dari setiap
langkah pekerjaan. Masing-masing metode memiliki keefektifan yang

13
berbeda-beda. Sehingga dapat pula dilakukan kombinasi dari beberapa
metode untuk perlindungan terhadap karyawan menjadi lebih baik.
OHSAS 18001 memberikan pedoman pengendalian risiko yang lebih
spesifik untuk bahaya keselamatan dan kesehatan kerja dengan pendekatan
hirarki pengendalian hazard, yaitu:
a) Menghilangkan hazard (elimination)
Eliminasi merupakan langkah ideal yang dilakukan untuk
menghilangkan hazard pada langkah pekerjaan, dan sangat mengurangi
kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan. Namun, metode ini sulit
dilakukan apabila proses pekerjaan sudah berlangsung dan akan
menghabiskan banyak biaya. Jika proses pekerjaan masih dalam tahap
perencanaan maka metode ini dapat dilakukan dengan biaya yang
murah. Contoh Teknik eliminasi antara lain (Ramli, 2010); mematikan
atau menghentikan mesin yang bising, menghehentikan penggunaan
bahan kimia yang berbahaya, menghentikan proses yang berbahaya
dalam perusahaan.
b) Mengganti hazard (substitusi)
Metode ini dilakukan dengan mengganti bahan, alat atau cara kerja
dengan yang lain sehingga kemungkinan kecekalaan dapat ditekan.
c) Pengendalian secara Teknik (engineering controls)
Metode ini dilakukan dengan mengubah desain tempat kerja,
peralatan, atau proses kerja untuk mengurangi hazard. Metode ini
membutuhkan pemikiran yang lebih mendalam untuk membuat lokasi
kerja yang lebih aman, mengatur ulang lokasi kerja, memodifikasi
peralatan, melakukan kombinasi kegiatan, perubahan prosedur, dan
mengurangi frekuensi dalam melakukan kegiatan berbahaya (Geigle,
2002).
d) Pengendalian secara administratif (administrative controls)
Pengendalian secara administrative control ini, umumnya masih
membutuhkan metode pengendalian yang lain. Contoh pengendalian
hazard menggunakan metode ini antara lain (Geigle, 2002); membuat

14
kebijakan kerja yang baru atau membuat SOP yang dapat mengurangi
frekuensi atau paparan hazard, memperbaiki jadwal kerja karyawan,
memonitoring penggunaan bahan beracun dan berbahaya, penggunaan
alarm dan warning signs, buddy systems, dan pelatihan.
e) Alat pelindung diri (personal protective equipment)
Penggunaan alat pelindung diri (APD) merupakan opsi terakhir
yang dapat dilakukan untuk mencegah paparan hazard pada pekerja.
APD digunakan ketika engineering control tidak dapat dilakukan atau
tidak menghilangkan hazard sama sekali. APD dapat memberikan
perlindungan tambahan apabila praktik kerja selamat (safe work
practices) tidak memberikan perlindungan pada karyawan. APD dapat
memberikan perlindungan keamanan dan kesehatan secara efektif
apabila digunakan bersamaan dengan penggunaan alat pengendali
lainnya.

2.3 Job Safety Observation


Job safety observation (JSO) adalah suatu metode untuk lebih mengenali
kebiasaan dan tata cara karyawan saat bekerja. JSO dilaksakan agar para atasan
dapat memahami dan mengenali bagaimana karyawannya dalam melaksanakan
tanggung jawabnya, apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan atau belum.

Manfaat Job Safety Observation (JSO):

a. Melalui JSO kita mendapat informasi tentang karyawan kita sehingga dapat
mencapai efektivitas dalam melatih karyawan.
b. Bisa memberikan kesempatan kepada atasan dan karyawan untuk
berbincang-bincang secara informil sehingga dapat membicarakan sikap
yang kurang mengenakkan/tidak sesuai dalam bekerja.
c. Atasan akan lebih mudah dan cepat memahami problema baik fisik ataupun
psikis yang sedang dialami anak buah.

15
Hasil dari JSO dapat digunakan untuk mengoreksi aktifitas karyawan
yang kurang tepat saat bekerja. Sehingga untuk kedepannya dia bisa
memperbaiki bahkan meningkatkan kinerjanya.

Berikut adalah contoh form yang dapat diisi untuk JSO:

16
17
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahaya di tempat kerja merupakan konsekuensi dalam bagaimana suatu
badan memanajemen lingkungan kerjanya. Tuntutan untuk mengharuskan
suatu badan memfasilitasi K3 diharapkan dapat mewujudkan tujuan K3, yaitu
untuk menciptakan lingkungan kerja yang selamat serta kondisi yang sehat
bagi karyawan, keluarga, dan masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu,
diperlukanlah teknik dalam mengidentifikasi bahaya. Teknik ini meliputi
Survei Jalan Lintas (WTS), Job Safety Analaysis (JSA), dan Job Survey
Observation (JSO).

1) Jalan Survei Lintas merupakan sebuah survei yang dilakukan sebagai


langkah dasar pertama yang harus dilakukan yaitu dengan terjun langsung
ke lapangan untuk menilai lingkungan atas dasar panca indra.
2) Job Safety Analysis (JSA) merupakan prosedur yang membantu untuk
mengintegrasikan diterimanya prinsip dan praktik keselamatan dan
kesehatan untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan rekomendasi cara
paling aman untuk melakukan pekerjaan.
3) Job Safety Observation (JSO) merupakan suatu metode untuk lebih
mengenali kebiasaan dan tata cara karyawan saat bekerja. JSO dilaksanakan
agar para atasan dapat memahami dan mengenali bagaimana karyawan
dalam melaksanakan tanggung jawabnya.

3.2 Saran
Diharapkan pemilik kekuasaan dan kebijakan dalam suatu badan dapat
lebih serius dalam mengidentifikasi bahaya yang mungkin terjadi. Hal ini
bertujuan agar terciptanya lingkungan kerja dan SDM yang aman dan sehat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ardinal, Y. 2012. Analisa Keselamatan Kerja (Job Safety / Hazard Analysis).


Malang : Bayumedia Publishing.

El-Shafei, D. A. (2015, Januari 2). Walk-Through Survey. Dipetik September 13,


2017, dari https://www.slideshare.net/daliaelshafei/walk-through-
survey?from_action=save

Harrington, J. M. (2003). Buku Saku Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC.

Ramdan, I. M. (2013). Higiene Industri. Yogyakarta: Bimotry.

Said, A. A. 2013. Analisis Pelaksanaan Teknik Job Safety Analysis (JAS) Dalam
Identifikasi Bahaya Di Tempat Kerja Pada Terminal Y PT X Di
Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur Tahun 2012. Skripsi.
Jakarta : Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Sitorus, Artia Tamado.2009.Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Keselamatan


dan Kesehatan Kerja.Skripsi.Semarang:Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang

19

Anda mungkin juga menyukai