reaven 6:14 AM
Perhatikan gambar sebuah rangkaian yang hanya memiliki sebuah elemen penghambat dan
sumber arus bolak-balik berikut:
Pada sebuah resistor dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, tegangan pada
resistor sama dengan tegangan sumber, yaitu:
Gambar dibawah ini menunjukkan grafik tegangan dan arus pada resistor terhadap waktu.
Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa tegangan dan arus mencapai nilai maksimumnya
pada saat yang sama, sehingga arus dan tegangan pada resistor disebut sefase.
Jika digambarkan dengan diagram fasor maka arus dan tegangan pada resistor akan
berhimpit karena kedunya sefase. Diagram fasor arus dan tegangan pada resistor dapat
digambarkan sebagai berikut:
Karena
Maka
Karena
Perbandingan antara tegangan dan arus pada induktor disebut reaktansi induktif. Reaktansi
induktif dapat dituliskan dalam persamaan berikut:
dengan:
XL = reaktansi induktif (Ohm = W)
L = induktansi diri induktor (Henry = H)
w= frekuensi anguler/sudut (rad/s) = 2pf
Grafik arus dan tegangan pada induktor terhadap waktu adalah sebagai berikut:
Pada grafik diatas terlihat ketika arus pada induktor maksimum, besar tegangan pada induktor
adalah nol. Ketika arus pada induktornya nol, besar tegangan pada induktornya maksimum.
Jadi tegangan pada induktor mencapai nilai maksimumnya lebih cepat seperempat periode
dibandingkan dengan arus mencapai nilai maksimumnya. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pada tegangan sinusoidal, arus pada induktor selalu tertinggal 90 derajat dibandingkan
tegangan pada induktor.
Jika dibuat dalam bentuk diagram fasor,hubungan antara arus dan tegangan pada induktor
akan menjadi seperti berikut:
Pada diagram fasor diatas terlihat bahwa kedua fasor membentuk sudut 90O . Sudut tersebut
menunjukkan ada perbedaan fase 90O antara arus dan tegangan pada induktor.
Sehingga arus yang mengalir pada kapasitor dapat dirumuskan sebagai berikut:
Perbandingan antara tegangan dan arus pada kapasitor disebut dengan reaktansi kapasitatif.
Secara matematis reaktansi kapasitatif dapat dituliskan:
dengan :
XC = reaktansi induktif (Ohm = W)
C = kapasitas kapasitor (Farad = F)
w = frekuensi anguler/sudut (rad/s)= 2pf
Grafik hubungan arus dan tegangan pada kapasitor terhadap waktu dapat digambarkan
sebagai berikut:
Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa arus mencapai nilai maksimumnya seperempat
periode lebih cepat dibandingkan dengan tegangan mencapai nilai maksimumnya. Ketika arus
pada kapasitornya nol, tegangan pada kapasitor mencapai nilai maksimumnya. Dan saat arus
pada kapasitornya maksimum, besar tegangannya adalah nol.
Jika dibuat dalam bentuk diagram fasor,hubungan antara arus dan tegangan pada kapasitor
akan menjadi seperti berikut:
Pada diagram fasor diatas terlihat bahwa kedua fasor membentuk sudut 90O . Sudut
tersebut menunjukkan ada perbedaan fase 90O antara arus dan tegangan pada kapasitor.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tegangan sinusoidal, arus pada kapasitor
selalu mendahului tegangan pada kapasitor sebesar 90 derajat.
Pada penjelasan di atas juga telah diterangkan bahwa pada rangkaian hambatan arus
tegangan sefase, sedangkan pada induktor tegangan mendahului arus, dan pada kapasitor
arus mendahului tegangan.
Besarnya tegangan jepit pada masing-masing komponen dalam rangkaian seri RLC adalah
sebagai beriktu:
Jika sudut wt kita pilih sebagai sumbu x, maka diagram fasor untuk I, VR, VL, dan VC dapat
digambarkan dengan diagram berikut:
Dan besarnya tegangan jepit pada rangkaian seri RLC dapat dicari dengan menjumlahkan
fasor dari VR, VL, dan VC menjadi :
dengan:
V = tegangan total/jepit susunan RLC (volt)
VR = tegangan pada hambatan (volt)
VL = tegangan pada induktor (volt)
VC = tegangan pada kapasitor (volt)
Dari gambar diagram fasor terlihat bahwa antara tegangan dan arus terdapat beda sudut fase
sebesar q yang dapat dinyatakan dengan:
Besarnya arus yang melewati rangkaian RLC adalah sama, sehingga besarnya tegangan pada
masing masing komponen R, L, dan C dapat dinyatakan :
VR = I R, VL = I XL , VC = I XC
maka,
Berdasarkan hukum Ohm bahwa V/I = R, akan tetapi dalam rangkaian arus AC besaran V/I = Z
yang disebut dengan impedansi rangkaian RLC yang disusun seri.
Jadi besarnya impedansi rangkaian dapat dinyatakan dengan :
dengan:
Z = impedansi rangkaian seri RLC (W)
R = hambatan (W)
XL = reaktansi induktif (W)
XC = reaktansi kapasitif (W)
b. Jika nilai XL < XC maka rangkaian akan bersifat seperti kapasitor, yaitu tegangan ketinggalan
terhadap arus dengan beda sudut fase q yang besarnya dinyatakan
c. Jika nilai XL = XC maka besarnya impedansi rangkaian sama dengan nilai hambatannya (Z =
R) maka pada rangkaian akan terjadi resonansi yang disebut resonansi deret/seri yang
besarnya frekuensi resonansi dapat dicari yaitu :
Faktor Daya
Besarnya daya pada rangkaian arus bolak-balik antara teori dengan hasil
sesungguhnya dari hasil pembacaan alat ukur tidak sama, hal ini disebabkan adanya
hambatan semu yang berasal dari induktor dan kapasitor yang disebut reaktansi induktif (XL)
dan reaktansi kapasitif (XC). Daya sesungguhnya yang timbul pada rangkaian arus listrik
hanyalah pada hambatan murni saja (R). Perbandingan antara daya sesungguhnya (Pss) dan
daya semu yang menurun (Psm) disebut faktor daya yang dinyatakan dalam persamaan :
dengan:
PSS= I2R (daya sesungguhnya)
PSM = I2Z (daya semu)
Sehingga
Jadi daya sesungguhnya dalam rangkaian arus AC dapat dinyatakan sama dengan hasil
perkalian daya hasil perhitungan teoritis dengan faktor daya yang secara umum dapat
dituliskan :
dengan :
P = daya sesungguhnya (watt)
V = tegangan efektif (Volt)
I = kuat arus efektif (A)
cos q = faktor daya