Anda di halaman 1dari 3

Nama : Kharisma Bayu Samodra

NIM : 2017210655
Kelas : D

Mencari perusahaan yang melakukan stock split dan stock repurchase

1. Reverse Stock BNBR pada 2008


Jika dilihat secara historis sejumlah saham mengalami penurunan setelah melakukan
penggabungan saham.

Hal inilah yang dikhawatirkan oleh investor, seperti yang pernah terjadi pada induk usaha
Bakrie Group, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) setelah melakukan reverse stock.

BNBR melakukan reverse stock pada 6 Maret 2008, dengan skala 2:1 menjadi 13,485 miliar
saham seharga Rp 680 per saham. Reverse stock ini dilakukan karena rencana BNBR
melakukan akuisisi PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Energy Mega Persada Tbk
(ENRG), dan PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) senilai Rp48,4 triliun.

Harga perdagangan saham BNBR kala itu adalah Rp 320 per lembar saham. Dengan reverse
stock saham perseroan akan menjadi Rp 640 per lembarnya. Namun tidak sampai satu tahun
harga saham BNBR anjlok ke level terendah di Rp 50.

Hal inilah yang membuat investor pesimistis terhadap aksi reverse stock yang akan dilakukan
ke-2 anak usaha saham Bakrie pada tahun ini, sehingga mempengaruhi harga saham-saham
Bakrie lainnya.

Reverse Stock Split ibarat hiburan sesaat, yang menipu mata secara kasat, seakan-akan
harganya naik. Memang harganya jadi naik, kelihatan seperti harga sahamnya menjadi mahal,
akan tetapi setelah itu, risiko turun lebih dalam.

Saham ENRG
Akibat terjadinya panic selling, ENRG kembali diperdagangkan di kisaran Rp 50. Hal ini
tidak lepas dari aksi korporasi yang akan dilakukannya pada tahun ini, yaitu reverse stock.
Berita akan terjadinya reverse stock tersebut langsung disambut negatif oleh para trader
sehingga menyebabkan ENRG terperosok ke bawah.

ENRG akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) untuk
meminta izin mengenai rencana perseroan melakukan penggabungan nominal saham atau
yang disebut dengan reverse stock. ENRG berencana melakukan RUPSLB pada Senin, 23
Maret 2017.

Reverse stock ini, dilakukan sebagai syarat untuk melakukan restrukturisasi utang saham
ENRG.
Berdasarkan prospektus perusahaan yang dipublikasi 14 Februari 2017, ENRG berencana
melakukan reverse stock terhadap seluruh saham yang telah dikeluarkan dengan skala 8:1.
Artinya delapan saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham akan menjadi satu saham
dengan nilai Rp 800.

Adanya reverse stock ini tidak akan menyebabkan terjadi perubahan jumlah modal. Namun,
struktur kepemilikan bisa saja berubah jika ada saham-saham odd lot yang dibeli oleh
pembeli siaga (pasar sekunder). Selain itu, jumlah saham beredar (outstanding share)
perseroan akan berkurang seiring dengan aksi korporasi ini.
Selain ENRG, UNSP juga berencana melakukan reverse stock dalam rangka restrukturisasi
utang. UNSP ingin menggabungkan nominal sahamnya dengan rasio 10:1. Tapi rencana ini
belum bisa dilakukan lantaran masih belum ditentukan kapan akan dilakukannya RUPSLB.

DAMPAK
Prospek Saham ENRG
Ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan dari saham ENRG ini. Hingga kuartal III-
2016, di mana ENRG masih menyisakan utang sebesar US$ 323 juta. Dengan pinjaman
jangka pendek mencapai US$ 92,18 juta dan utang jangka panjang jatuh tempo setahun
mencapai US$ 80,78 juta. Secara keseluruhan, total liabilitas perseroan mencapai US$ 1,2
miliar dengan aset US$ 1,5 miliar.

Sejak tahun lalu, manajemen perusahaan telah berupaya untuk melakukan pembayaran
kembali pinjaman (refinancing). Pada tahun ini, perseroan tidak berniat untuk menggalang
dana dari pasar modal lewat emisi obligasi. Manajemen ENRG fokus refinancing dengan
menggalang dana dari bank dalam dan luar negeri. Setelah saham BUMI, kali ini saham-
saham Bakrie lainnya juga akan ikut mengalami restrukturisasi utang.

ENRG sendiri berencana melakukan refinancing utang sekitar US$ 60 – US$ 100 juta yang
akan masih terus berlanjut tahun ini.

Secara sektoral, ENRG sempat terdorong oleh sentiment positif penguatan harga minyak dan
harga gas alam pada bulan Februari 2017. Kenaikan ini didukung dengan adanya informasi
dari MDA Weather Services yang memperkirakan suhu udara di eastern Amerika akan lebih
dingin hingga pertengahan Februari 2017.

2. Stock split PT PP Properti Tbk


Pemegang saham PT PP Properti Tbk (PPRO) menyetujui aksi pemecahan nilai nominal
saham (stock split) dengan rasio 1 banding 4. Pascaaksi korporasi tersebut, perseroan akan
melakukan penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMTED) atau
right issue senilai Rp 1,5 triliun.
"Pemegang saham merestui dua aksi korporasi tersebut," kata Direktur Utama PP Properti
Taufik Hidayat usai rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) perseroan di Jakarta,
Jumat (27/1).
Dia mengatakan, sebelum stock split, saham PPRO yang beredar sebanyak 14,04 miliar
lembar dengan saham portepel 22,4 miliar lembar. Dari total itu, sebanyak 4,91 miliar saham
dimiliki publik. Dengan rasio 1 banding 4, pasca-stock split saham PPRO akan bertambah
menjadi 56,1 miliar lembar dengan porsi kepemilikan publik 19,6 miliar saham.
Adapun harga efektif stock split akan berlaku pada pertengahan Februari 2017. "Stock split
akan mendorong likuiditas perdagangan saham PPRO di pasar modal," kata Taufik.
Sementara dalam right issue, Direktur Keuangan Indaryanto mengatakan, perseroan akan
menerbitkan sebanyak 7,33 miliar saham baru. Perseroan sudah menunjuk PT Bahana
Securities dan PT Trimegah Securities sebagai penjamin emisi. Jika publik tidak
mengeksekusi haknya, maka keduanya akan menjadi pembeli siaga (standby buyer). "Dana
rights issue ditargetkan sebesar Rp 1,5 triliun," kata Indaryanto.
Dia mengatakan, sebesar 70 persen dana right issue akan digunakan untuk memenuhi
sebagian belanja modal (capital expenditure/capex) tahun 2017 yang dialokasikan sebesar Rp
1,9 triliun. Sementara sebesar 20 persen dana right issue untuk memperkuat modal kerja dan
sisanya 10 persen untuk refinancing.
Lebih lanjut dijelaskan Indaryanto, selain dari right issue, sumber pembiayaan capex akan
dipenuhi dari obligasi, surat utang jangka menengah (medium term notes/MTN), pinjaman
dan kas internal. "Dengan dukungan capex, diharapkan target markerting sales tahun ini
sebesar Rp 2,9 triliun tercapai," kata dia.
Dia mengatakan, capex akan digunakan untuk ekspansi sejumlah proyek baru, disamping
melanjutan proyek yang sedang berjalan (existing). "Ada proyek residensial baru di Malang,"
kata Indaryanto.
Direktur Komersial PP Properti Linda Gustina mengatakan perseroan juga akan membangun
hotel ke-4 dan ke-5 di Surabaya dan Lombok, disamping membangun lifestyle mall. "Tahun
ini diharapkan satu mal bisa beroperasi di Bekasi, sedangkan di Surabaya akan beroperasi dua
mal. Jd 2019 akam ada 5 life stylemall," kata dia.
Capex juga akan dugunakan untuk menambah cadangan lahan (landbank) sebesar 9 hektare
(ha) dari saat ini 68 ha. Wilayah landbank yang disasar di Jabar, Jateng dan Banten serta
Makassar dan Manado. "Semuanya untuk residensial/apartemen," kata dia.

Anda mungkin juga menyukai