Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan manifestasi gangguan keseimbagan sistem kardiovaskular,


yang dimana patofisiolgiinya adalah multi faktor, sehingga tidak bisa diterangkan dengan
hanya satu mekanisme tunggal. Hipertensi juga diketahui adalah salah satu penyebab
terbanyak kematian di dunia yaitu mengambil porsi sekitar 60% dari seluruh kematian,
disusul merokok lalu dislipidemia. Hipertensi juga merupakan faktor risiko independen,
sebab terlibat dalam proses terjadinya mortalitas dan morbiditas dari kejadian penyakit
penanda kardiovaskular. Bila faktor risiko tersebut tidak diinterveni maka hipertensi akan
berlanjut menuju penyulit berupa kerusakan-kerusakan organ target seperti jantung dengan
timbulnya penyakit jantung koroner, otak dengan timbulnya strok atau transient ischemic
attack, penyakit ginjal kornik, penyakit arteri perifer dan penyakit pada mata seperti
retinopati.1

Hipertensi daat ditemukan pada semua populasi dengan angka dan kejadian yang
berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh faktor genetik, ras, regional, sosiobudaya, yang juga
akan menyangkut mengenai gaya hidup. Hipertensi akan semakin meningkat bersaman
dengan bertambahnya usia. Hasil analisa dari The Third National Health and Nutrition
Examination Survey (NHANES III) hipertensi didapatkan pada dua kategori, yaitu 26% pada
populasi muda dengan usia ≤ 50 tahun, terutama pada laki-laki yaitu 63%, dan 74%
didapatkan pada populasi tua, yaitu pada usia > 50 tahun dimana terutamanya adalah
wanitayaitu 58%.1
BAB II

STATUS PASIEN

2.1 Identitas Pasien

Nama : Tn. S

Umur : 74 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Tidak bekerja

Alamat : RT 07 Kelurahan Mudung Laut

2.2 Latar Belakang Sosial Ekonomi Demografi Lingkungan Keluarga

a. Status perkawinan : menikah (duda)


b. Jumlah anak : 5 orang
c. Jumlah saudara : anak ketiga dari tujuh bersaudara
d. Status ekonomi keluarga : cukup
e. Kondisi rumah
Pasien tinggal bersama anak keduanya dan 2 orang cucu di dalam sebuah rumah non
permanen yang terdiri dari 1 ruang tamu yang bergabung dengan ruang keluarga, 2
kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi dan 1 buah jamban jongkok dengan septic tank
dengan jarak ± 7 meter dari rumah. Rumah pasien memiliki 1 pintu depan, jendela
berada di bagian depan dan sisi kiri rumah dengan pencahayaan yang cukup.
Lingkungan sekitar rumah cukup padat. Air yang digunakan sehari-hari adalah
PDAM yaitu untuk mandi, memasak, dan mencuci pakaian dan peralatan rumah. Air
minum diperoleh dari galon kemasan. Sumber listrik berasal dari PLN.
f. Kondisi lingkungan keluaraga
Pasien saat ini tinggal dirumah anaknya yang kedua, bersama dengan menantu dan
kedua cucunya yang masih berusia balita dan bayi. Hubungan pasien dengan
masyarakat disekitar tempat tinggal baik. Dalam aspek makanan sehari-hari, keluarga
gemar memasak ikan asin dan pasien sendiri suka mengkonsumsi telur asin, paling
tidak 1 kali 2 hari, dan meminum kopi hitam hampir setiap pagi. Garam yang
dikonsumsi adalah garam beryodium dan tidak tentu (tidak ditakar) penggunaannya
dalam sehari. Pasien telah berhenti merokok sejak 1 tahun ini.
p

2.3 Aspek Psikologis Keluarga

Tidak ada masalah psikologis dalam keluarga, hubungan pasien dengan anggota
keluarga lainnya cukup baik.

2.4 Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan utama:

Kontrol ke puskesmas untuk pengobatan darah tinggi yang sudah diketahui sejak
sekitar 6 bulan ini.
Riwayat perjalanan penyakit (autoanamnesa):

Pasien datang ke Puskesmas untuk kontrol pengobatan hipertensi yang telah diketahui
dideritanya sejak sekitar 6 bulan yang lalu. Awalnya, sekitar 6 bulan yang lalu, pasien
mengeluh sakit kepala sejak 1 hari sebelum ke puskesmas. Kepala terasa seperti berat, terasa
seperti ditekan diseluruh bagian kepala terutama daerah belakang kepala, dan terkadang
disertai pegal daerah tengkuk. Sakit kepala ini dirasakan tiba-tiba, dirasakan hampir
sepanjang hari, walaupun agak berkurang jika saat berisitirahat. Pasien hanya menggosok
minyak aromaterapi (freshcare) pada area pelipis, keluhan tidak membaik. Keadaan ini
menyebabkan aktivitas sehari-hari pasien tidak bisa dilakukan sepenuhnya. Sakit kepala tidak
dirasakan seperti berputar, adanya pandangan kabur, lemah anggota tubuh demam, mual,
muntah, nyeri dada, sesak napas, sakit gigi, dan batuk pilek disangkal pasien. Untuk BAB
dan BAK tidak ada keluhan. Setelah sehari mengalai sakit kepala ini dan tidak kunjung
membaik, pasien akhirnya dibawa anaknya berobat ke Puskesmas dan didiagnosa dengan
hipertensi grade II.

2.5 Riwayat Penyakit Dahulu

Sebelumnya pasien tidak pernah mengetahui penyakit darah tinggi yang diderita dan
tidak sedang dalam menjalani pengobatan apapun. Oleh pasien, riwayat kencing manis,
penyakit jantung, penyakit ginjal atau penyakit kronis lainnya disangkal.

2.6 Riwayat Penyakit Keluarga

Adanya riwayat keluhan yang sama, penyakit darah tinggi, penyakit kencing manis,
penyakit jantung ataupun penyakit lainnya disangkal.

2.7 Pemeriksaan Fisik


Kondisi umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4M6V5
Tekanan darah : 160/100 mmHg
Nadi : 72 x/mnt, irama reguler, isi cukup
Respirasi : 20 x/menit, irama reguler, jenis pernapasan torakoabdominal
Suhu aksila : 36,6 °C
BB / TB : 45 kg / 150 cm  IMT : 20 kg/m2
Status Generalisata
Kepala : Bentuk normochepal, simetris, tidak ada deformitas
Mata : Exopthalmus/enophtal (-/-), kelopak dalam batas normal,
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), kornea dalam
batas normal, pupil isokor, refleks cahaya (+/+), lensa tidak
keruh, gerakan bola mata dalam batas normal.
Hidung : Mukosa hidung tidak hiperemis, sekret tidak ada
Telinga : Sekret tidak ada, nyeri tekan tidak ada
Mulut : Bibir lembab, bau pernafasan dalam batas normal
Leher : Pembesaran KGB (-), JVP 5-2 cm H2O. Kelenjar tiroid membesar (-)
Thorax : Bentuk simetris, pergerakan dinding dada simteris
Jantung : Inspeksi : Iktus cordis terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS V dua jari ke lateral LMC
sinistra, thrill (-), lebar iktus ± 2 jari.
Perkusi : batas jantung kiri melebar
Auskultasi : BJ I, II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Inspeksi : Gerakan napas simetris, sikatriks (-)
Palpasi : Vocal fremitus simetris
Perkusi : Sonor kanan dan kiri
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Inspeksi : Distensi (-), denyut epigastrium (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-) ,
ballottement -/-
Perkusi : Shifting dullness (-), nyeri ketok CVA( –)
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, edema (-/-), sianosis (-/-), CRT < 2 detik
Bawah : Akral hangat, edema (-/-), sianosis (-/-), CRT < 2 detik
2.8 Pemeriksaan Penujang

a. Pemeriksaan darah rutin

Leukosit: 6,8 x 103/uL (nilai rujuk: 4-11 x 103/uL)

Eritrosit: 4,2 x 106/uL (nilai rujuk: 3,8 – 5,2 x 106/uL)


Hemoglobin: 12,7 gr/dL (nilai rujuk: 11-16,5 gr/dL)

Trombosit: 233 x 103/uL (nilai rujuk: 100-300 x 103/uL)

b. Kolestrol total: 133 mg/dL (nilai rujuk: <200 mg/dL)

c. Gula darah sewaktu: 126 mg/dL (nilai rujuk: <200 mg/dL)

2.9 Diagnosis Kerja

Hipertensi Esensial grade II

2.10 Diagnosis Banding

2.11 Pemeriksaan Anjuran

Berikut adalah pemeriksaan untuk Tn. S.

a. Rontgen thoraks posisi AP


b. EKG

2.12 Manajemen

a. Promotif
1. Pengaturan pola makan rendah garam dan rendah kolestrol
2. Olahraga secara teratur
3. Mengkonsumsi obat secara rutin
4. Edukasi mengenai hipertensi dan bahaya komplikasinya
b. Preventif
Menganjurkan pasien untuk membatasi makanan yang mengandung garam, kolestrol
dan lemak, serta melakukan olahraga secara rutin yaitu selama 30 menit minimal tiga
kali dalam satu minggu. Menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi obat
antihipertensi secara teratur. Menerangkan kepada pasien mengenai hipertensi dan
bahaya komplikasi dari hipertensi, serta pentingnya pemeriksaan secara berkala ke
puskesmas. Pasien juga diminta sedapat mungkin untuk menghindari stres akibat
beban pikiran.
c. Kuratif
1. Non medikamentosa
a) Diet hipertensi (DASH)
- Bubuhkan garam saat diatas meja makan, gunakan garam beryodium, tidak
lebih dari setengah sendok teh per hari.
- Makanan lebih enak ditumis, di goreng, dipanggang, walaupun tanpa
garam.
- Rasa tawar dapat diperbaiki dengan menambah gula merah, gula pasir,
bawang merah, bawang putih, jahe, kencur, salam dan bumbu lain yang
tidak mengandung atau sedikit gara.
b) Berisitriahat yang cukup
2. Medikamentosa
Amlodipin tablet 10 mg/24 jam
Vitamin B kompleks tablet/12 jam
3. Herbal untuk hipertensi
Adapun herbal yang dapat dimanfaatkan untuk hipertensi adalah salah satunya
adalah rosela, atau Hibiscus sabdarifa linn, famili Malvaceae.

a. Bagian yang digunakan


Kelopak bunga
b. Nama daerah
Gamet walanda, katsuri roriha, merambos ijo, kasew jawe, asam rejang, asam
jarot.
c. Simplisia
Tumbuhan berupa semak, tumbuh tegak tinggi dapat mencapai 3 meter.
Batang berbentuk bulat, berkayu lunak, tegak bercabang-cabang berwarna
merah. Daun bentuk bulat telur dengan ujung tumpul dan tepi daun bergerigi.
Tangkai bunga keluar dari ketiak daun. Bunga tungal, kelopak berbentuk
lanset, berdaging tebal, berwarna merah tua.
d. Kandungan kimia
Kelopak bunga mengandung senyawa antosianin, vitamin C dan B, kalsium,
beta karoten, serta asam amino esensial. Sekitar 15020% merupakan asam-
asam tumbuhan yang meliputi asam sitrat, asam malat, asam tartar da asam
(+)-allo-hidroksisitrat.
e. Data keamanan
LD50: diatas 5000 mg/kgBB per oral pada tikus.
Fraksi ekstrak laurt air dari ekstral hidroalkohol kelopak bunga rosela dengan
dosis sampai 250 mg/kgBB pada mencit. Pada dosis 16 mg/kgBB terlihat ada
perubahan kadar albumin namun pada gambaran histologi tidak ada
perubahan. Pada pria sehat dapat menurunkan konsentrasi kreatinin, asam urat,
sitrat, tartrat, kalsium, natrium, kaliun, dan fosfat pada urin.
f. Data manfaat
Mekanisme kerja adalah dengan mengandung anthocyanin yaitu pgmen
flavonoid yang mempunyai efek antioksidan. Pada jaringan binatang diamati
adanya efek hipotensi dan vasorelaksan, juga aktivitas kardioprotektif dan
inhibitor ACE.
uji praklinik: pemberian ekstrak kering kelopak bungan rosella 500 dan 100
mg/kgbb pada tikus dengan diet kolestrol tinggi selama 6 minggu dapat
menurunkan kadar kolestrol 22% dan 26% sedangka trigliserida 33% dan
28%. Sementara kadar HDL tidak terjadi perubahan nyata.
Uji klinik: ekstrak kering kelopak bungan rosela 100 mg/hari selaam 1 bulan
dapat menurunkan secara nyata kadar kolestrol total, meingkatkan kadar HDL
dan memperbaiki rasio TAG/HDL pada pasien dengan sindrom metabolik.
Selain itu juga terjadi penurunan trigliserida.
g. Indikasi
Dislipidemia, hipertensi ringan dan sedang
h. Kontraindikasi
Peringatan: gastritis erosif, karena berisifat asam
i. Efek samping
Rosela dihindari pada pasien yang mempunyai hipersensitifitas terhadap
kandungannya. Pemberian pada dosis tinggi harus hati-hati.
j. Interaksi
Menunrunkan kadar klorokuin sehingga tidak berefek. Dapat mengubah waktu
paruh asetaminofen. Rosela memiliki aktivitas estrogen dan senyawanya.
Tes histologi: rosela memiliki efek antikanker pada studi laboratorium dann
hewan coba dan secara teoritis dapat berinteraksi dengan senyawa
antineoplastik.
Tes fungsi ginjal: pada pria sehat, mengkonsumsi rosela yang dapat
menyebabkan penurunan konsentrasi kreatinin, asam urat, sitrat, tartrat,
kalsium, natrium, kaium dan fosfat pada urin, tetapi bukan okalasat.
k. Posologi
Sebagai teh serbuk simplisia 1-2 sendok teh dalam 1 cangkir air panas 3
kali/hari. Pemberian kapsul mengandung 100 mg ekstrak terstandar 2 kali/hari.
d. Rehabilitatif
Memantau tekanan darah pasien secara rutin. Hal ini dilakukan dengan kerja sama
dari pasien tersebut dengan mengikuti saran dokter untuk datang secara berkala.
2.13 Resep

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Tahtul Yaman Puskesmas Tahtul Yaman
dr. Dessy Daswar dr. Dessy Daswar
SIP : G1A217059 SIP : G1A217059

Jambi, 2019 Jambi, 2019

Pro : Tn. S
Pro : Tn. S
Alamat : RT 07 Mudung Laut
Alamat : RT 07 Mudung Laut
Resep tidak boleh ditukar tanpa
Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter
sepengetahuan dokter

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Tahtul Yaman Puskesmas Tahtul Yaman
dr. Dessy Daswar dr. Dessy Daswar
SIP : G1A217059 SIP : G1A217059

Jambi, 2019 Jambi, 2019

Pro : Tn. S Pro : Tn. S


Alamat : RT 07 Mudung Laut Alamat : RT 07 Mudung Laut
Resep tidak boleh ditukar tanpa Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter sepengetahuan dokter
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg sistolik
dan sama atau melebihi 90 mmHg diastolik pada seseorang yang tidak sedang
mengkomsumsi obat antihipertensi. Hipertensi sering disebut sebagai the silent disease
karena penderita umumnya tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum
memeriksakan tekanan darahnya.1
3.2 Epidemiologi
Hipertensi merupakan salah satu penyakit utama didunia, mengenai hamper 50 juta
orang di amerika serikat dan hampir 1 miliar orang diseluruh dunia. Meningkatnya populasi
usia lanjut, maka jumlah pasien hipertensi juga bertambah. Lebih dari separuh orang berusia
di atas 65 tahun menderita hipertensi. Pengendalian tekanan darah penderita hipertensi hanya
mencapai 34 % dari seluruh penderita hipertensi.2,3
3.3 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :3
1. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut
juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 90% kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhinya,seperti genetic, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis,
system rennin-angiotensin, defek dalam eksresi Na, peningkatan Na dan Ca
intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alcohol,
merokok serta polisitemia.
2. Hipertensi sekunder. Terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab spesifiknya diketahui,
seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular renal,
hiperaldosteronisme primer, sindroma cushing, feokromasitoma, koarktasio aorta,
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, pemakaian obat-obatan seperti pil
KB, kortikosteroid, simpatomimetik amin (efedrin, fenilefrin, fenilpropanolamin,
amfetamin), siklosporin dan eritropoitin dan lain-lain.
3.4 Faktor – Faktor Risiko
Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan
serta faktor yang tidak dapat dimodifikasi.1,2,3
a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi atau dikendalikan
- Genetik.
- Umur
- Jenis Kelamin
- Etnis
- Penyakit komorbid
- Obat-obataan
- Preeklampsi pada kehamilan
b. Faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan
- Stress
- Obesitas
- Dislipidemia
- Nutrisi
- Merokok
- Kurang olahraga
3.5 Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis
penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang
diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah
menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi
angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan
darah melalui dua aksi utama.1,3
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus.
ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur
osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang
diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.
Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik
cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah.1,3
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur
volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali
dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.1,3
Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat komplek.
Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah terhadap perfusi jaringan yang adekuat
meliputi mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume sirkulasi darah, kaliber vaskuler,
viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah dan stimulasi neural. Patogenesis
hipertensi esensial dapat dipicu oleh beberapa faktor meliputi faktor genetik, asupan garam
dalam diet, tingkat stress dapat berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi.1,3,4
Perjalanan penyakit hipertensi esensial berkembang dari hipertensi yang kadang-
kadang muncul menjadi hipertensi yang persisten. Setelah periode asimtomatik yang lama,
hipertensi persisten berkembang menjadi hipertensi dengan komplikasi, dimana kerusakan
organ target di aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal, retina dan susunan saraf pusat.
Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien umur 10-30 tahun (dengan
meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20-40
tahun (dimana tahanan perifer meningkat) kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50
tahun dan akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun.1,3
3.6 Klasifikasi
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah di kedua lengan, mencari
kerusakan organ sasaran (retinopati, gangguan neurologi, payah jantung kongestif, diseksi
aorta). Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas. Auskultasi untuk mendengar ada atau
tidak bruit pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki paru. Perlu dibedakan komplikasi
krisis hipertensi dengan kegawatan neurologi ataupun payah jantung, kongestif dan oedema
paru. Perlu dicari penyakit penyerta lain seperti penyakit jantung koroner.5
Batasan hipertensi ditetapkan dan dikenal dengan ketetapan JNC VII (The Seventh
Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment
of Hight Blood Pressure). Ketetapan ini juga telah disepakati Badan Kesehatan Dunia
(WHO), organisasi hipertensi International (ISH), maupun organisasi hipertensi regional,
termasuk Indonesia (InaSH).6
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII6
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik

Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg

Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg

Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg

Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHg

3.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Sebagian besar pasien dengan hipertensi tidak memiliki gejala spesifik yang dapat
dikaitkan dengan hipertensi. Perlu dicari adanya riwayat-riwayat yang relevan dengan
hipertensi seperti adanya penyakit yang mendsaari seperti penyakit ginjal, diabetes, adanya
faktor risiko kardiovaskular seperti dislipidemia atau gaya hidup, adanya pengobatan yang
telah dijalankan pasien, ataupun adanya bukti-bukti kerusakan organ target seperti riwayat
stroke dan infark miokard.1
2. Pemeriksaan fisik
Berikut adalah tanda yang dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik kasus hipertensi,
diantaranya yaitu:1,2
a. Penilaian keadaan umum dan pengukuran tekanan darah.
b. Pemeriksaan jantung, dimana dapat ditemukan adanya pembesaran jantung, ditujukan
untuk menilai hipertrofi ventrikel kiri dan tanda-tanda gagal jantung.
c. Bunyi jantung S2 dapat meningkat, hal ini diakibatka akibat kerasnya penutupan
katup aorta.
d. Bunyi S3 (gallop ventrikel),terjadi karena tekanan akhir diastolik ventrikel kiri
meningkat akibat dilatasi ventrikel kiri.
e. Bunyi S4 (gallop atrial) yang terjadi akibat peninggian tekanan atrium kiri.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang laboratorium awal meliputi urinalisis, darah rutin, faal ginjal,
gula darah puasa, pemeriksaan elektrolit, profil lipid, dan EKG. Indikasi ekokardiografi pada
pasien hipertensi yaitu:1
a. Konfirmasi gangguan jantung atau murmur
b. Hipertensi dengan kelainan katup
c. Hipertensi pada anak atau remaja
d. Hipertensi saat aktifitas, tetapi normal saat istirahat
e. Hipertensi yang disertai sesak napas yang belum jelas penyebabnya
3.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan umum hipertensi mengacu pada tuntunan umum yaitu JNC VIII. Bila
sudah dalam tahap gagal jantung hipertensi, maka prinsip pengobatannya sama dengan
pengobatan gagal jantung yang lain yaitu diuretik, ACE atau ARB bloker, penghambat beta
dan penghambat aldosteron. Berikut adalah algoritme penatalaksanaan hipertensi JNC VIII.7
Gambar 1. Skema penatalaksanaan hipertensi berdasarkan JNC VIII.7
Tabel 2. Tabel obat antihipertensi yang direkomendasikan dalam JNC VIII. 12

Tatalaksana hipertensi ada masyarakat akan lebih teraktual pada modifikasi faktor
risiko dengan menggunakan media Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) sehingga
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pencegahan penyakit. Adapun pola
hidup sehat yang dapat disalurkan dengan KIE mengenai pencegahan dan pengontrolan
hipertensi adalah dengan edukasi mengenai gizi seimbang berdasarkan Dietary Approaches
to Stop Hypertension (DASH). Modifikasi diet ini terbukti dapat menurunkan tekanan darah
pada pasien hipertensi. Adapun pirnsip dari diet ini adalah gizi seimbang, membatasi gula,
garam, cukup buah, sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, makanan rendah lemak jenuh,
menggantinya dengan unggas dan ikan yang berminyak. Berikut adalah anjuran gizi
seimbang berdasarkan DASH untuk modifikasi diet pada pasien dengan hipertensi.1,7
Tabel 3. Modifikasi Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH).1
Pedoman Gizi Seimbang
Garam (Natrium Klorida/NaCl) Makanan Berlemak
Batasi garam <5 gram (1 sendok teh) per hari Batasi daging berlemak, lemak susu dan
minyak goreng (1,5-3 sendok makan perhari)
Kurangi garam saat memasak Ganti sawit atau minyak kelapa dengan
zaitun, kedelai, jagung, lobak atau minyak
sunflower.
Membatasi makanan olahan dan cepat saji Ganti daging lainnya dengan ayam (tanpa
kulit)
Buah-buahan dan sayuran Ikan
5 porsi (400-500 gram) buah-buahan dan Makan ikan sedikitnya tiga kali per minggu
sayuran per hari
(1 porsi setara dengan 1 buah jeruk, apel, Utamakan ikan berminyak seperti tuna,
mangga, pisang atau 3 sendok mkaan sayur makarel, dan salmon
yang sudah dimasak).

3.9 Komplikasi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung, gagal
jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan darah yang
tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut. Hipertensi yang tidak
diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup
sebesar 10-20 tahun.1
Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol dan
telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab kematian yang sering terjadi
adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal. Komplikasi yang
terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata
berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung
merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan
miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya
mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian.1
Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia
otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai
komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna. Risiko
penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi ditentukan tidak hanya tingginya tekanan
darah tetapi juga telah atau belum adanya kerusakan organ target serta faktor risiko lain
seperti merokok, dislipidemia dan diabetes melitus. Tekanan darah sistolik melebihi 140
mmHg pada individu berusia lebih dari 50 tahun, merupakan faktor resiko kardiovaskular
yang penting. Selain itu dimulai dari tekanan darah 115/75 mmHg, kenaikan setiap 20/10
mmHg meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler sebanyak dua kali.1
BAB IV
ANALISIS KASUS

4.1 Analisis Pasien Secara Holistik


a. Hubungan anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang dengan diagnosis
Tn. S 74 tahun datang ke puskesmas untuk kontrol pengobatan hipertensi yang telah
diketahui sejak 6 bulan ini. Gejala awal yang dirasakan pasien adalah adanya nyeri kepala
seperti rasa berat dan tertekan diseluurh bagian kepala sampai ke daerah tengkuk. Keadaan
ini tidak disertai dengan rasa berputar, pandangan kabur, demam, mual, muntah, nyeri dada,
ataupun sesak napas. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Hal ini menjadi salah satu
manifestasi klinis hipertensi yang dialami oleh pasien, dimana tekanan darah yang tinggi
dapat mengakibatkan hipoperfusi pada organ-organ tubuh, salah satunya adalah sistem saraf
pusat, sehingga akan terjadi hipoksia dan menimbulkan nyeri kepala. Jika hal ini berlanjut
dan telah terjadi gangguan organ karena hipoksia berkelanjutan, maka akan timbul kerusakan
organ target, dimana merupakan manifestasi dari hipertensi emergensi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 160/100 mmHg. Berdasarkan klasifikasi
hipertensi oleh JNC VII, maka termasuk hipertensi grade II. Dari pemeriksaan fisik jantung
didapatkan adanya perluasan batas jantung kiri yaitu, pada palpasi dirasakan iktus kordis
teraba selebar ± 2 jari di ICS V dua jari ke lateral dari LMC sinistra dan tidak ada thrill. Hal
ini menunjukkan adanya kardiomegali yang merupakan salah satu bentuk kerusakan organ
target pada hipertensi. Namun, pasien tidak memiliki manifestasi akut dari kerusakan organ
target jantung, dimana terlihat pada keadaan umum pasien tampak tenang dan dari
pemeriksaan paru-paru, abdomen serta ekstremitas tidak ditemukan adanya kelainan. Hal ini
berarti keadaan kerusakan organ target jantung masih dalam batas kompensasi tubuh.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien adalah pemeriksaan kolestrol total
dan gula darah sewaktu. Berdasarkan teori, salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi
adalah adanya dislipidemia seperti hiperkolestrolemia dan penyakit komorbid seperti diabetes
melitus. Keadaan ini akan terlibat pada patofisiologi hipertensi yaitu dengan timbulnya
aterosklerosis yang menyebabkan kakunya pembuluh darah sehingga tekanan dari aliran
darah menjadi tinggi. Dari pemeriksaan penunjang ini didapatkan hasilnya normal, sehingga
daat disimpulkan bahwa Tn. S menderita hipertensi primer atau hipertensi esensial. Dari
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, akhirnya didapatkan diagnosa
penyakit yang diderita pasien yaitu Hipertensi grade II.
b. Hubungan diagnosis dengan aspek psikologis di keluarga
Sehari-hari pasien tinggal bersama anak keduanya, menantu dan kedua cucunya yang
masih balita. Pasien bersama anggota keluarganya saling membantu, dan pasien merasa
senang mengasuh dan bermain dengan kedua cucunya. Pasien tidak memiliki masalah berarti
didalam keluarga dan saling memperlakukan dengan baik antar anggota keluarga. Kesan yang
didapat adalah pasien hidup dengan keluraga yang harmonis. Kehidupan yang tidak harmonis
dalam keluarga dapat memicu adanya stres yang merupakan salah satu faktor risiko hipertensi
yang dapat dimodifikasi. Didalam hubungan diagnosis dan aspek psikologis dikeluarga tidak
ada hubungannya dengan penyakit pasien.
c. Hubungan kausal antara beberapa masalah dengan diagnosis
Berdasarkan etiologinya, hipertensi terbagi 2 yaitu hipertensi esensial dan hipertensi
sekunder. Pada pasien ini penyebab hipertensi tidak diketahui atau disebut hipertensi esensial.
Dimana hipertensi ini dialami sekitar 90% kasus.
d. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit
Faktor risiko timbulnya hipertensi adalah meliputi dua jenis, yaitu faktor yang dapat
dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Pada pasien ini terdapat faktor yang
tidak dapat dimodifikasi yaitu usia lanjut dan adapun faktor yang dapat dimodifikasi yaitu
pengaturan diet seperti rendah garam dan berolahraga secara teratur dan terukur.
e. Analisis untuk menghindari faktor memperberat penyakit
Untuk menghindari faktor yang memperberat yaitu dengan memodifikasi gaya hidup
yang sehat seperti mengatur pola makan dengan benar, hindari makan yang mengandung
kolesterol dan membatasi asupan garam, hindari stres, olah raga yang teratur. Selain itu
pasien juga kontrol teratur, periksa tekanan darah secara rutin serta mengkonsumsi obat yang
teratur.
4.2 Edukasi Penyakit kepada Pasien dan Keluarga
Adapun edukasi yang akan diberikan kepada pasien yaitu menjelaskan kepada pasien
bahwa penyakit ini tidak diketahui penyebabnya. Namum ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhinya yaitu faktor yang tidak dapat dimodifikasi yaitu faktor umur. Dimana pada
usia tua pembuluh darah kehilangan elastisitasnya sehingga tidak dapat mengatur secara baik
tekanan pada pembuluh darah. Kemudian terdapat juga faktor yang dapat dimodifikasi yaitu
gaya hidup. Faktor gaya hidup merupakan faktor yang dapat dimodifikasi yaitu olahraga yang
cukup, hindari stres dan mengatur pola makanan dengan benar yakni makan makanan yang
rendah kolesterol dan diet rendah garam. Dari Kementrian Kesehatan RI mengeluarkan
anjuran diet hipertensi pada tahun 2011 yang berpedoman pada diet DASH. Adapun syarat
dari diet hipertensi ini adalah dengan memakan makanan beraneka raga mengikuti pola gizi
seimbang, jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita, serta jumlah
garam disesuaikan dengan berat ringannya penyakit dan obat yang diberikan. Cara mengatur
diet hipertensi ini adalah dengan memilih rasa tawar yang dapat diperbaiki dengan menambah
gula merah, gula pasir, bawang merah, bawang putih, dan bumbu lain yang tidak
mengandung atau sedikit garam natrium. Kemudian memakan makanan dalam bentu ditumis,
digoreng atau dipanggang yang akan lebih terasa enak walaupun tanpa garam. Selain itu,
pembubuhan garam diatas meja makan dapat di gunakan garam beryodium (30-80 ppm) tidak
lebih dari setengah sendok teh dalam satu hari. Penggunaan garam dapat digunakan garam
yang mengandung rendah natrium. Berikut adalah tabel diet hipertensi yang
direkomendasikan oleh Kementrian Kesehatan RI tahun 2011.
Tabel 3. Pengaturan makanan untuk hipertensi.
Pengaturan Makanan
Makanan yang segar: sumber hidrat arang,
protein nabati dan hewani, sayuran dan buah-
buahan yang banyak mengandung serat.
Makanan yang diolah tanpa atau sedikit
menggunakan garam natrium, vetsin, kaldu
Bahan makanan dianjurkan bubuk.
Sumber protein hewani: penggunaan daging/
ayam/ ikan paling banyak 100 gram/ hari.
Telur ayam/ bebek 1 butir/ hari.
Susu segar 200 ml/ hari
Bahan makanan yang dibatasi Pemakaian garam dapur tidak lebih dari
setengah sendok teh dalam satu hari
Penggunaan bahan makanan yang
mengandung natrium seperti soda kue.
Otak, ginjal, paru, jantung, daging kambing.
Makanan yang diolah menggunakan garam
natrium
- Crackers, pastries, dan kue lain-lain
- Krupuk, kripik dan makanan kering yang
Bahan makanan yang dihindari asin
Makanan dan minuman dalam kaleng:
sarden, sosis, kornet, sayuran dan buah-
buahan dalam kaleng
Makanan yang diawetkan: dendeng, abon,
ikan asin, ikan pindang, udang kering, telur
asin, telur pindang, selai kacang, acar,
manisan buah
Mentega dan keju
Bumbu-bumbu: kecap asin, terasi,
petis, garam, saus tomat, saus
sambel, tauco dan bumbu penyedap
lainnya
Makanan yang mengandung alkohol
misalnya: durian, tape

4.3 Anjuran-Anjuran Promosi Kesehatan Penting yang Dapat Memberi Semangat dan
Mempercepat Penyembuhan Pada Pasien
Dalam menjaga kepatuhan berobat dan mengontrol tekanan darah, pasien dan keluarga
diberikan nasihat dan penjelasan sehingga meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga
mengenai hipertensi. Hipertensi itu merupakan penyakit yang berbahaya bila dibiarkan.
Hipertensi bila dibiarkan dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku dan bisa
tersumbat bahkan bisa pecah sehingga dapat menyebabkan komplikasi seperti stroke bahkan
kematian. Oleh karena itu pasien dianjurkan menjaga pola makan yang benar, makan
makanan yang rendah kolesterol dan diet rendah garam, melakukan olah raga secara teratur,
tidak merokok dan jauhkan diri dari asap rokok, mengkonsumsi obat secara rutin, dan jika
terdapat gejala yang memberat, segera di bawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih
lanjut.

Anda mungkin juga menyukai