PENDAHULUAN
Hipertensi daat ditemukan pada semua populasi dengan angka dan kejadian yang
berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh faktor genetik, ras, regional, sosiobudaya, yang juga
akan menyangkut mengenai gaya hidup. Hipertensi akan semakin meningkat bersaman
dengan bertambahnya usia. Hasil analisa dari The Third National Health and Nutrition
Examination Survey (NHANES III) hipertensi didapatkan pada dua kategori, yaitu 26% pada
populasi muda dengan usia ≤ 50 tahun, terutama pada laki-laki yaitu 63%, dan 74%
didapatkan pada populasi tua, yaitu pada usia > 50 tahun dimana terutamanya adalah
wanitayaitu 58%.1
BAB II
STATUS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 74 tahun
Tidak ada masalah psikologis dalam keluarga, hubungan pasien dengan anggota
keluarga lainnya cukup baik.
Keluhan utama:
Kontrol ke puskesmas untuk pengobatan darah tinggi yang sudah diketahui sejak
sekitar 6 bulan ini.
Riwayat perjalanan penyakit (autoanamnesa):
Pasien datang ke Puskesmas untuk kontrol pengobatan hipertensi yang telah diketahui
dideritanya sejak sekitar 6 bulan yang lalu. Awalnya, sekitar 6 bulan yang lalu, pasien
mengeluh sakit kepala sejak 1 hari sebelum ke puskesmas. Kepala terasa seperti berat, terasa
seperti ditekan diseluruh bagian kepala terutama daerah belakang kepala, dan terkadang
disertai pegal daerah tengkuk. Sakit kepala ini dirasakan tiba-tiba, dirasakan hampir
sepanjang hari, walaupun agak berkurang jika saat berisitirahat. Pasien hanya menggosok
minyak aromaterapi (freshcare) pada area pelipis, keluhan tidak membaik. Keadaan ini
menyebabkan aktivitas sehari-hari pasien tidak bisa dilakukan sepenuhnya. Sakit kepala tidak
dirasakan seperti berputar, adanya pandangan kabur, lemah anggota tubuh demam, mual,
muntah, nyeri dada, sesak napas, sakit gigi, dan batuk pilek disangkal pasien. Untuk BAB
dan BAK tidak ada keluhan. Setelah sehari mengalai sakit kepala ini dan tidak kunjung
membaik, pasien akhirnya dibawa anaknya berobat ke Puskesmas dan didiagnosa dengan
hipertensi grade II.
Sebelumnya pasien tidak pernah mengetahui penyakit darah tinggi yang diderita dan
tidak sedang dalam menjalani pengobatan apapun. Oleh pasien, riwayat kencing manis,
penyakit jantung, penyakit ginjal atau penyakit kronis lainnya disangkal.
Adanya riwayat keluhan yang sama, penyakit darah tinggi, penyakit kencing manis,
penyakit jantung ataupun penyakit lainnya disangkal.
2.12 Manajemen
a. Promotif
1. Pengaturan pola makan rendah garam dan rendah kolestrol
2. Olahraga secara teratur
3. Mengkonsumsi obat secara rutin
4. Edukasi mengenai hipertensi dan bahaya komplikasinya
b. Preventif
Menganjurkan pasien untuk membatasi makanan yang mengandung garam, kolestrol
dan lemak, serta melakukan olahraga secara rutin yaitu selama 30 menit minimal tiga
kali dalam satu minggu. Menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi obat
antihipertensi secara teratur. Menerangkan kepada pasien mengenai hipertensi dan
bahaya komplikasi dari hipertensi, serta pentingnya pemeriksaan secara berkala ke
puskesmas. Pasien juga diminta sedapat mungkin untuk menghindari stres akibat
beban pikiran.
c. Kuratif
1. Non medikamentosa
a) Diet hipertensi (DASH)
- Bubuhkan garam saat diatas meja makan, gunakan garam beryodium, tidak
lebih dari setengah sendok teh per hari.
- Makanan lebih enak ditumis, di goreng, dipanggang, walaupun tanpa
garam.
- Rasa tawar dapat diperbaiki dengan menambah gula merah, gula pasir,
bawang merah, bawang putih, jahe, kencur, salam dan bumbu lain yang
tidak mengandung atau sedikit gara.
b) Berisitriahat yang cukup
2. Medikamentosa
Amlodipin tablet 10 mg/24 jam
Vitamin B kompleks tablet/12 jam
3. Herbal untuk hipertensi
Adapun herbal yang dapat dimanfaatkan untuk hipertensi adalah salah satunya
adalah rosela, atau Hibiscus sabdarifa linn, famili Malvaceae.
Pro : Tn. S
Pro : Tn. S
Alamat : RT 07 Mudung Laut
Alamat : RT 07 Mudung Laut
Resep tidak boleh ditukar tanpa
Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter
sepengetahuan dokter
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg sistolik
dan sama atau melebihi 90 mmHg diastolik pada seseorang yang tidak sedang
mengkomsumsi obat antihipertensi. Hipertensi sering disebut sebagai the silent disease
karena penderita umumnya tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum
memeriksakan tekanan darahnya.1
3.2 Epidemiologi
Hipertensi merupakan salah satu penyakit utama didunia, mengenai hamper 50 juta
orang di amerika serikat dan hampir 1 miliar orang diseluruh dunia. Meningkatnya populasi
usia lanjut, maka jumlah pasien hipertensi juga bertambah. Lebih dari separuh orang berusia
di atas 65 tahun menderita hipertensi. Pengendalian tekanan darah penderita hipertensi hanya
mencapai 34 % dari seluruh penderita hipertensi.2,3
3.3 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :3
1. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut
juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 90% kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhinya,seperti genetic, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis,
system rennin-angiotensin, defek dalam eksresi Na, peningkatan Na dan Ca
intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alcohol,
merokok serta polisitemia.
2. Hipertensi sekunder. Terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab spesifiknya diketahui,
seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular renal,
hiperaldosteronisme primer, sindroma cushing, feokromasitoma, koarktasio aorta,
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, pemakaian obat-obatan seperti pil
KB, kortikosteroid, simpatomimetik amin (efedrin, fenilefrin, fenilpropanolamin,
amfetamin), siklosporin dan eritropoitin dan lain-lain.
3.4 Faktor – Faktor Risiko
Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan
serta faktor yang tidak dapat dimodifikasi.1,2,3
a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi atau dikendalikan
- Genetik.
- Umur
- Jenis Kelamin
- Etnis
- Penyakit komorbid
- Obat-obataan
- Preeklampsi pada kehamilan
b. Faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan
- Stress
- Obesitas
- Dislipidemia
- Nutrisi
- Merokok
- Kurang olahraga
3.5 Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis
penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang
diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah
menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi
angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan
darah melalui dua aksi utama.1,3
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus.
ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur
osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang
diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.
Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik
cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah.1,3
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur
volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali
dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.1,3
Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat komplek.
Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah terhadap perfusi jaringan yang adekuat
meliputi mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume sirkulasi darah, kaliber vaskuler,
viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah dan stimulasi neural. Patogenesis
hipertensi esensial dapat dipicu oleh beberapa faktor meliputi faktor genetik, asupan garam
dalam diet, tingkat stress dapat berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi.1,3,4
Perjalanan penyakit hipertensi esensial berkembang dari hipertensi yang kadang-
kadang muncul menjadi hipertensi yang persisten. Setelah periode asimtomatik yang lama,
hipertensi persisten berkembang menjadi hipertensi dengan komplikasi, dimana kerusakan
organ target di aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal, retina dan susunan saraf pusat.
Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien umur 10-30 tahun (dengan
meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20-40
tahun (dimana tahanan perifer meningkat) kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50
tahun dan akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun.1,3
3.6 Klasifikasi
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah di kedua lengan, mencari
kerusakan organ sasaran (retinopati, gangguan neurologi, payah jantung kongestif, diseksi
aorta). Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas. Auskultasi untuk mendengar ada atau
tidak bruit pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki paru. Perlu dibedakan komplikasi
krisis hipertensi dengan kegawatan neurologi ataupun payah jantung, kongestif dan oedema
paru. Perlu dicari penyakit penyerta lain seperti penyakit jantung koroner.5
Batasan hipertensi ditetapkan dan dikenal dengan ketetapan JNC VII (The Seventh
Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment
of Hight Blood Pressure). Ketetapan ini juga telah disepakati Badan Kesehatan Dunia
(WHO), organisasi hipertensi International (ISH), maupun organisasi hipertensi regional,
termasuk Indonesia (InaSH).6
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII6
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
3.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Sebagian besar pasien dengan hipertensi tidak memiliki gejala spesifik yang dapat
dikaitkan dengan hipertensi. Perlu dicari adanya riwayat-riwayat yang relevan dengan
hipertensi seperti adanya penyakit yang mendsaari seperti penyakit ginjal, diabetes, adanya
faktor risiko kardiovaskular seperti dislipidemia atau gaya hidup, adanya pengobatan yang
telah dijalankan pasien, ataupun adanya bukti-bukti kerusakan organ target seperti riwayat
stroke dan infark miokard.1
2. Pemeriksaan fisik
Berikut adalah tanda yang dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik kasus hipertensi,
diantaranya yaitu:1,2
a. Penilaian keadaan umum dan pengukuran tekanan darah.
b. Pemeriksaan jantung, dimana dapat ditemukan adanya pembesaran jantung, ditujukan
untuk menilai hipertrofi ventrikel kiri dan tanda-tanda gagal jantung.
c. Bunyi jantung S2 dapat meningkat, hal ini diakibatka akibat kerasnya penutupan
katup aorta.
d. Bunyi S3 (gallop ventrikel),terjadi karena tekanan akhir diastolik ventrikel kiri
meningkat akibat dilatasi ventrikel kiri.
e. Bunyi S4 (gallop atrial) yang terjadi akibat peninggian tekanan atrium kiri.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang laboratorium awal meliputi urinalisis, darah rutin, faal ginjal,
gula darah puasa, pemeriksaan elektrolit, profil lipid, dan EKG. Indikasi ekokardiografi pada
pasien hipertensi yaitu:1
a. Konfirmasi gangguan jantung atau murmur
b. Hipertensi dengan kelainan katup
c. Hipertensi pada anak atau remaja
d. Hipertensi saat aktifitas, tetapi normal saat istirahat
e. Hipertensi yang disertai sesak napas yang belum jelas penyebabnya
3.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan umum hipertensi mengacu pada tuntunan umum yaitu JNC VIII. Bila
sudah dalam tahap gagal jantung hipertensi, maka prinsip pengobatannya sama dengan
pengobatan gagal jantung yang lain yaitu diuretik, ACE atau ARB bloker, penghambat beta
dan penghambat aldosteron. Berikut adalah algoritme penatalaksanaan hipertensi JNC VIII.7
Gambar 1. Skema penatalaksanaan hipertensi berdasarkan JNC VIII.7
Tabel 2. Tabel obat antihipertensi yang direkomendasikan dalam JNC VIII. 12
Tatalaksana hipertensi ada masyarakat akan lebih teraktual pada modifikasi faktor
risiko dengan menggunakan media Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) sehingga
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pencegahan penyakit. Adapun pola
hidup sehat yang dapat disalurkan dengan KIE mengenai pencegahan dan pengontrolan
hipertensi adalah dengan edukasi mengenai gizi seimbang berdasarkan Dietary Approaches
to Stop Hypertension (DASH). Modifikasi diet ini terbukti dapat menurunkan tekanan darah
pada pasien hipertensi. Adapun pirnsip dari diet ini adalah gizi seimbang, membatasi gula,
garam, cukup buah, sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, makanan rendah lemak jenuh,
menggantinya dengan unggas dan ikan yang berminyak. Berikut adalah anjuran gizi
seimbang berdasarkan DASH untuk modifikasi diet pada pasien dengan hipertensi.1,7
Tabel 3. Modifikasi Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH).1
Pedoman Gizi Seimbang
Garam (Natrium Klorida/NaCl) Makanan Berlemak
Batasi garam <5 gram (1 sendok teh) per hari Batasi daging berlemak, lemak susu dan
minyak goreng (1,5-3 sendok makan perhari)
Kurangi garam saat memasak Ganti sawit atau minyak kelapa dengan
zaitun, kedelai, jagung, lobak atau minyak
sunflower.
Membatasi makanan olahan dan cepat saji Ganti daging lainnya dengan ayam (tanpa
kulit)
Buah-buahan dan sayuran Ikan
5 porsi (400-500 gram) buah-buahan dan Makan ikan sedikitnya tiga kali per minggu
sayuran per hari
(1 porsi setara dengan 1 buah jeruk, apel, Utamakan ikan berminyak seperti tuna,
mangga, pisang atau 3 sendok mkaan sayur makarel, dan salmon
yang sudah dimasak).
3.9 Komplikasi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung, gagal
jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan darah yang
tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut. Hipertensi yang tidak
diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup
sebesar 10-20 tahun.1
Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol dan
telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab kematian yang sering terjadi
adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal. Komplikasi yang
terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata
berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung
merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan
miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya
mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian.1
Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia
otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai
komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna. Risiko
penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi ditentukan tidak hanya tingginya tekanan
darah tetapi juga telah atau belum adanya kerusakan organ target serta faktor risiko lain
seperti merokok, dislipidemia dan diabetes melitus. Tekanan darah sistolik melebihi 140
mmHg pada individu berusia lebih dari 50 tahun, merupakan faktor resiko kardiovaskular
yang penting. Selain itu dimulai dari tekanan darah 115/75 mmHg, kenaikan setiap 20/10
mmHg meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler sebanyak dua kali.1
BAB IV
ANALISIS KASUS
4.3 Anjuran-Anjuran Promosi Kesehatan Penting yang Dapat Memberi Semangat dan
Mempercepat Penyembuhan Pada Pasien
Dalam menjaga kepatuhan berobat dan mengontrol tekanan darah, pasien dan keluarga
diberikan nasihat dan penjelasan sehingga meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga
mengenai hipertensi. Hipertensi itu merupakan penyakit yang berbahaya bila dibiarkan.
Hipertensi bila dibiarkan dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku dan bisa
tersumbat bahkan bisa pecah sehingga dapat menyebabkan komplikasi seperti stroke bahkan
kematian. Oleh karena itu pasien dianjurkan menjaga pola makan yang benar, makan
makanan yang rendah kolesterol dan diet rendah garam, melakukan olah raga secara teratur,
tidak merokok dan jauhkan diri dari asap rokok, mengkonsumsi obat secara rutin, dan jika
terdapat gejala yang memberat, segera di bawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih
lanjut.