Anda di halaman 1dari 42

MODIFIKASI OVEN ELEKTRODA DENGAN PENGATUR SUHU

OTOMATIS MENGGUNAKAN TEMPERATURE CONTROL UNIT


DAN LED
( Light Emitting Diode) SEBAGAI INDIKATOR

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

Angga Saputra
15 641 028

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK MESIN
PROGRAM STUDI D4 TEKNIK MESIN PRODUKSI DAN PERAWATAN
SAMARINDA
2019
i
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI

MODIFIKASI OVEN ELEKTRODA DENGAN PENGATUR SUHU


OTOMATIS MENGGUNAKAN TEMPERATURE CONTROL UNIT DAN LED
( Light Emitting Diode) SEBAGAI INDIKATOR

Oleh :

ANGGA SAPUTRA
15 641 028

Samarinda, 31 Januari 2019

Diketahui Oleh :

PembimbingI PembimbingII

Ir.Mimin Rihotimawati, MT Baso Cante,ST,.MT

NIP. 19630911 199303 2 001 NIP. 196912321 199512 1 001

Disetujui Oleh :

Kepala Program Studi

Teknik Mesin Produksi dan Perawatan S-1 Terapan

Samen Lolongan, ST., MT

NIP. 19680710 199803 1 005

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa

memberikan kemudahan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan Proposal Skripsi ini

dengan baik, sehingga penyusun dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir

dengan judul “Modifikasi Oven Elektroda Dengan Pengatur Suhu Otomatis

Menggunakan Temperature Control Unit Dan Led ( Light Emitting Diode) Sebagai

Indikator”.

Proposal Skripsi ini di susun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan

jenjang pendidikan program Diploma IV pada jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri

Samarinda. Proposal Skripsi ini di susun berdasarkan data yang penulis peroleh selama

melakukan penelitian.

Dalam penyusunan Proposal Skripsi ini penulis mengalami beberapa kendala,

namun berkat bantuan dari berbagai pihak penulis dapat mmenyelesaikannya. Dalam

beberapa kesempatan ini penulis sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Bapak Ir. H. Ibayasid M. Selaku Direktur Politeknik Negeri Samarinda.

2. Bapak Baso Cante, ST, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin.

3. Bapak Suwarto, ST, MT selaku Sekertaris Jurusan Teknik Mesin.

4. Bapak Samen Lolongan, ST,. MT selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin

Produksi dan Perawatan.

5. Bapak Simon Petrus,ST,.MT selaku KA.Laboratorium Politeknik Negeri

Samarinda.

6. Bapak Imam,ST,.MT selaku KA.Bengkel Politeknik Negeri Samarinda.

7. Ibu Ir. Ruspita Sihombing ST, MT selaku Koordinator TA Jurusan Teknik

Mesin.

iii
8. Ibu Ir.Mimin Rihotimawati, MT selaku Dosen Pembimbing I.

9. Baso Cante,ST,.MT selaku Dosen Pembimbing II.

10. Bapak dan Ibu Dosen, Staff Teknik serta Administrasi Jurusan Teknik Mesin.

11. Bapak dan Ibu saya yang selalu memberi dukungan baik secara moril dan

materi sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah.

12. Rekan-rekan mahasiswa Teknik Mesin Angkatan 2015 yang senantiasa

saling mmembantu dan memberikan semangat selama proses penyusunan

Proposal Skripsi ini.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari Proposal Skripsi ini, baik

dari materi maupun teknik penyajiannya yang mengingat masih kurangnya pengetahuan

dan pengaaman saya sebagai penulis Proposal Skripsi. Oleh karena itu, kritik dan saran

yang membangun sangat saya harapkan.

Samarinda, 31 Januari 2019

Angga Saputra

NIM : 156411028

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR TABEL viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penulisan 3

1.4 Manfaat Penulisan 3

1.5 Sistematika Penulisan 4

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kotak Panel 9

2.2 Switch Button 9

2.3 LED (Light Emmiting Dioda) 10

2.4 Temperature Control 11

2.5 Thermocouple 11

2.6 Pemanas (Heater) 14

2.7. Kabel 17

2.8 LCD ( Liquid Cristal Display) 18

2.9 Perawatan 19

v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 20

3.2 Alirr Program Modifikasi Oven Elektroda 21

3.3 Perancangan Oven Elektroda 24

3.3.1 Perancangan Sistem Kerja Oven Elektroda 24

3.3.2 Gambar Oven Elektroda Konvensional 24

3.3.3 Gambar Oven Elektroda Modifikasi 25

3.3.4 Dimensi Rangka Oven Elektroda 26

3.4 Fabrikasi Oven Elektroda 27

3.5 Persiapan Komponen Alat dan Bahan 27

3.6 Kotak Panel Kontrol 28

3.7 Rangka Badan Modifikasi Oven Elektroda 30

3.8 Perakitan Kelistrikan 31

3.9 Skema jalur komponen dan Aliran Listrik 33

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 34

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pengguna Oven Electrode di Workshop PT. Pupuk Kaltim 1

Gambar 2.1 Switvh Button 5

Gambar 2.2 Bentuk dan Simbol Lampu LED 6

Gambar 2.3 Temperature Ccontrol 7

Gamabar 2.4 Thermocouple 8

Gambar 2.5 Jenis – Jenis Kontrol Suhu 9

Gambar 2.6 Kabel Jenis NYAF 13

Gambar 2.7 Liquid Crystal Display 14

Gambar 3.1 Flowchart Modifikasi Oven Elektroda 20

Gambar 3.2 Flowchart Modifikasi Oven Elektroda ( Lanjutan ) 21

Gambar 3.3 Flowchart Modifikasi Oven Elektroda ( Lanjutan ) 22

Gambar 3.4 Oven Elektroda Konvensional 23

Gambar 3.5 Modifikasi Oven Elektroda 24

Gambar 3.6 Dimensi Oven Elektroda 25

Gambar 3.7 Konstruksi Panel Kelistrikan 28

Gambar 3.8 Tampak Atas Konstruksi Mesin Oven Elektroda 29

Gambar 3.9 Skema Jalur Komponen Kelistrikan 31

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Modifikasi Oven Elektroda ........................................... 20

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peranan dunia pengelasan dalam industri sangatlah penting karena mengelas

adalah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam

induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam

penambah dan menghasilkan sambungan yang kontinyu. Oleh sebab itu masalah kualitas

kawat las (electrode) perlu di pertimbangkan agar menjaga struktur dan kekuatan pada

sambungan baja.

Banyak keluhan akan konsumen atau para pekerja dibidangnya karena sering

mengalami kecacacatan dalam pengelasan, ada yang mengalami porosity, cut off,

hinggan crack.

Maka penulis menjadi termotivasi dengan banyaknya keluhan mereka, dan kami

pun menyimpulkan akar penyebabnya yaitu kondisi kawat las yang lembab dan dingin

karena penyimpanan yang terlalu lama atau suhu yang terlalu rendah. Padahal solusi

kawat las hanyalah perlu dipanaskan, banyak metode sederhana maupun modern untuk

memanaskannya, salah satunya adalah dengan metode di Oven.

Banyak tipe dan model pemanas di pasaran, namun semua itu harus

menyesuaikan dengan kebutuhan konsumen, ada yang mencari dengan harga yang

murah, ada yang menari kualitas, adapula yang mencari berdasarkan kapasitas. Penulis

pun mendapatkan ide bagaimana semua itu dapat di kombinasikan dengan harga yang

terjangkau namun tidak kalah kualitasnya apalagi jaman sekarang banyak produk

pasaran yang berkelas industri dengan keunggulannya yaitu energy saving,

5
6

Rencana modifikasi yang akan kami kembangkan adalah dari kalangan usaha

dagang, maupun kelas menengah kebawah dengan model Lite Version atau versi yang

lebih ringan atau kecil dari versi aslinya, Model ini di dasari dengan penyesuaian

kebutuhan yang fleksibel, ringkas, namun kualitas yang terjamin. Penekanan yang paling

penting adalah tingkat keamanan alat tersebut, penulis nantinya akan mencari celah

terbaik dalam meningkatkan keamanan alat yang akan kami modifikasi.

Berdasarkan hasil observe awal meneliti dengan partner, penulis mendapatkan

data mengenai keperluan karyawan dalam penggunaan Oven Electrode di berbagi

perusahaan di daerah Kaltim Seperti PT. Pupuk Kaltim khususnya bagian Divisi Jasa

Pelayanan Pabrik, hasilnya beberapa karyawan ada yang memerlukan alat tersebut alasan

nya karena workshop di Divisi JPP tidak setiap hari menerima orderan dengan stabil,

terkadang beberapa hari workshop tidak berproduksi. Jadi kawat las perlu dipanaskan

kembali ketika ingin di gunakan.

Gambar 1.1 Pengguna Oven Electrode di Workshop di Divisi JPP PT. Pupuk Kaltim

Bontang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Jenis hardware seperti apa yang digunakan dalam perancangan alat ?

2. ?

3. ?
7

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui Jenis Hardware yang digunakan dalam perancangan alat

meliputi, Element, Switch, LED Indicator, Volt Meter Digital, Thermo

couple, dan rangka dengan menggunakan bahan Seng Galvanum. Komposisi

Bahan Galvalum terdiri dari 97% Zinc/seng dan +/- 1% Alumunium sisanya

bahan lain hingga 100%. Dimana bahan-bahan lainnya seperti Silikon (Si),

Mangan (Mn), Fosfor (P)

2. Untuk mengetahui temperatur yang diinginkan dan sesuai dengan standar

produk kawat las.

3. Untuk mengetahui durasi alat untuk memanaskan kawat las.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat Yang bisa didapat diantaranya:

1 Bagi Institusi

a) Untuk mengetahui sejauh mana daya serap mahasiswa dalam mengikuti

perkuliahan.

b) Untuk bahan evaluasi dalam peningkatan mutu perguruan tinggi.

2 Bagi Mahasiswa

a) Sebagai latihan menyelesaikan suatu permasalahan di bidang yang ditekuni

untuk persiapan dalam menghadapi dunia kerja.

b) Dapat memperdalam bidang yang ditekuni dan juga sebagai penerapan teori

yang didapat dibangku kuliah dengan kenyataan.

1. Data primer

a) Metode Observasi

Berupa pengamatan dan pengambilan data laporan dengan:


8

 Studi Literatur

 Studi Pustaka

b) Metode Survei

Berupa pemantauan langsung pada alat, terutama pada keadaan yang dapat

mendukung keterangan bahan penyusunan tugas akhir.

2. Data sekunder

Pengumpulan data berupa buku dari penerbitan:

a) Buku umum

b) Buku referensi

c) Laporan ilmiah

d) Jurnal ilmiah

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan tugas akhir ini sistematika penulisan yang akan digunakan

adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, batasan masalah, tujuan penulisan tugas akhir,

manfaat penulisan tugas akhir, metode pengumpulan data dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang teori dasar dari beberapa komponen yang digunakan dalam

pembuatan alat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang perancangan perangkat keras& lunak dari semua bagian

peralatan yang dibuat.


9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kotak Panel

Kotak panel adalah alat yang terbuat dari plat galvalum berukuran 0,7 mm yang

tahan karat dan tahan terhadap tekanan mekanis yang berfungsi untuk meletakkan semua

peralatan maupun instalasi serta tombol-tombol yang digunakan untuk mengatur atau

mengoperasikan alat sesuai dengan keinginan pemakai. Selain itu kotak panel juga

berfungsi untuk merapikan peralatan maupun instalasi supaya tertata rapi serta indah

dilihat.

2.2 Switch Button

Push button switch (saklar tombol tekan) adalah perangkat / saklar sederhana yang

berfungsi untuk menghubungkan atau memutuskan aliran arus listrik dengan sistem kerja

tekan unlock (tidak mengunci). Sistem kerja unlock disini berarti saklar akan bekerja

sebagai device penghubung atau pemutus aliran arus listrik saat tombol ditekan, dan saat

tombol tidak ditekan (dilepas), maka saklar akan kembali pada kondisi normal.

Gambar 2.1 Switch Button


10

2.3 Light Emitting Diode

` Light Emitting Diode atau sering disingkat dengan LED adalah komponen

elektronika yang dapat memancarkan cahaya monokromatik ketika diberikan tegangan

maju. LED merupakan keluarga Dioda yang terbuat dari bahan semikonduktor. Warna-

warna Cahaya yang dipancarkan oleh LED tergantung pada jenis bahan semikonduktor

yang dipergunakannya. LED juga dapat memancarkan sinar inframerah yang tidak

tampak oleh mata seperti yang sering kita jumpai pada Remote Control TV ataupun

Remote Control perangkat elektronik lainnya.

Bentuk LED mirip dengan sebuah bohlam (bola lampu) yang kecil dan dapat

dipasangkan dengan mudah ke dalam berbagai perangkat elektronika. Berbeda dengan

Lampu Pijar, LED tidak memerlukan pembakaran filamen sehingga tidak menimbulkan

panas dalam menghasilkan cahaya. Oleh karena itu, saat ini LED (Light Emitting Diode)

yang bentuknya kecil telah banyak digunakan sebagai lampu penerang dalam LCD TV

yang mengganti lampu tube.

Simbol dan Bentuk LED (Light Emitting Diode) :

Gambar 2.2 Bentuk dan Simbol Lampu LED


11

2.4 Temperature control

Temperature Control adalah sistem otomatisasi yang dapat berfungsi dengan

memanfaatkan bantuan berbagai macam sensor sebagai input, seperti sensor gerak,sensor

suhu,sensor kecepatan dan masih banyak lagi, yang selanjutnya akan di proses oleh

control unit untuk memberikan perintah kepada sistem selanjutnya.

Sebagai contoh suatu ruangan yang memiliki pendingin udara harus dapat

menghemat biaya pengunaan listrik, dengan menggunakan temperature control kita

dapat membuat pendingin ruangan tersebut dapat menyala dan mati sesuai waktu yang

telah kita tentukan. Dengan memanfaatkan sensor suhu data suhu ruangan dapat kita

ketahui selanjutnya data tersebut akan diproses oleh control unit, dan control unit akan

memberikan perintah kepada sistem yang dimiliki oleh pendingin ruangan untuk

menyala dan padam ketika pendingin udara tidak diperlukan. Dalam dunia industry

temperature control banyak sangat membantu, karna dengan temperature

control pekerjaan menjadi lebih mudah dan juga biaya menjadi lebih efisien.

Gambar 2.4

Gambar 2.3 Temperature Control

2.5 Thermocouple

Thermocouple adalah sambungan dua logam yang berbeda dan mempunyai output

tegangan yang sebanding dengan beda suhu antara sambungan panas dan ujung kawat
12

(sambungan dingin). Oleh karena kasarnya dan lebarnya rentang suhu thermocouple,

thermocouple digunakan pada industri untuk memonitor dan mengontrol suhu open atau

tungku.

Gambar 2.5

Thermocouple

Gambar 2.4 Thermocouple

Pengontrolan suhu digunakan untuk proses pengontrolan suhu dengan cermat tanpa

melibatkan penambahan operator. Pengontrolan menerima sensor suhu misalnya

thermocouple atau RTD sebagai input, dan membandingkan suhu yang sesungguhnya

dengan suhu kontrol yang dikehendaki, atau titik penyetelan, dan menyediakan output

pada elemen kontrol.

Ada tiga jenis cara mengontrol suhu, ON/OFF, proposal, dan PID. Tergantung dari

system yang dikontrol, operator dapat menggunakan satu jenis atau yang lain untuk

mengontrol proses.
13

Gambar 2.5 Jenis-Jenis Kontrol Suhu

Variasi output kontrol ada pada pengontrol suhu. Mencakup relai, relai solidstate

(Solid-state Relai = SSR), juga output tegangan atau arus. Misalnya, output kontak relai

5 A pada 250 Vac, pulsa 12 Vdc untuk menggerak SSR%, 4 sampai dengan 10 mA, dan

1 sampai dengan 5 Vdc. Kapasitas output relai biasanya hanya cukup menangani beban

elemen pemanas kecil. Untuk beban besar tersebut digunakan untuk memberikan energi

kontaktor.

Dengan kontrol suhu ON-OFF, output hidup ketika suhu turun di bawah titik

penyetelan dan mati apabila suhu mencapai titik penyetelan. Kontrol adalah sederhana,

tetapi Overshoot dan Cycling di sekitar titik penyetelan dapat menjadi kelemahan dalam

beberapa proses. Kontrol ON-OFF biasanya digunakan dimana kontrol yang tepat tidak

diperlukan, pada sistem yang tidak dapat menangani energi yang sering dihidup dan
14

dimatikan, di mana system begitu besar sehingga suhu berubah sangat lambat atau untuk

alarm suhu.

Kontrol proporsional dirancang untuk membatasi getaran (cycling) berkaitan

dengan kontrol ON-OFF. Pengontrol proporsional menurunkan daya rata-rata yang

sedang diberikan pada pemanas ketika suhu mencapai titik penyetelan. Ini akan

melambatkan pemanasan, sehingga tidak akan melampaui titik penyetelan tetapi akan

mencapai titik penyetelan dan mempertahankan suhu yang stabil. Tergantung pada proses

dan keakuratan yang dikehendaki, kemungkinan diperlukan kontrol proporsional

sederhana atau PID.

Kontrol PID atau control mode-3, menggabungkan aksi proporsioanal, integral

(reset) dan derivative (laju), dan biasanya diperlukan untuk control yang ketat dari

aplikasi yang sensitive. Output ON dan OFF sebanding dengan penyimpangan suhu dari

titik penyetelan. Fungsi laju memperpendek waktu yang diambil suhu untuk

menstabilkan mendekati titik penyetelan. Fungsi reset membatasi setiap pengganti

kerugian dari titik penyetelan suhu.

2.6 Pemanas (Heater)

Hantaran panas terjadi karena molekul-molekul suatu bahan saling berbenturan dan

dengan demikian saling meneruskan energi panas yang mereka

miliki.

Tidak semua bahan dapat menghantarkan panas sama baiknya. Umumnya

penghantar-penghantar listrik yang baik juga merupakan penghantar panas yang baik.

Arus panas banyak persamaannya dengan arus listrik. Karena itu daya hantar jenis

untuk panas dapat disamakan dengan daya hantar jenis untuk listrik seperti di bawah ini:

a. Bahan kawat pemanas


15

Bahan-bahan yang banyak digunakan untuk pembuatan elemen pemanas listrik,

terdiri dari campuran:

1. Krom-nikel

2. krom-nikel-besi

3. krom-besi-allumunium

Supaya elemennya tahan lama, dicampurkan juga sedikit unsur-unsur

lain. Tahanan jenis logam-logam campuran ini berkisar antara (1-1,5) x 10-6

Ωm.

Kawat untuk elemen-elemen pemanas listrik harus memenuhi syarat-

syarat berikut ini:

1. Harus tahan lama pada suhu yang dikehendaki.

2. Mekanis harus cukup kuat pada suhu yang dikehendaki.

3. Koefisien muainya harus kecil, sehingga perubahan bentuknya pada suhu

yang dikehendaki tidak terlalu besar.

4. Tahanan jenisnya harus tinggi.

5. Koefisien suhunya harus kecil, sehingga arus kerjanya sedapat mungkin

konstan.

Bahan-bahan tersebut di atas tahan panas karena membentuk lapisan

oksida yang kuat pada permukaannya, sehingga tidak terjadi oksidasi lebih

lanjut.

Bahan yang digunakan sebagian besar ditentukan oleh suhu maksimum

yang dikehendaki. Logam-logam campuran tersebut di atas dapat digunakan

sampai 1000o C hingga 1250o C.

Untuk suhu lebih tinggi, misalnya untuk tanur listrik, dapat digunakan

campuran kanthal. Campuran ini terutama terdiri dari krom, alumunium, besi
16

dan kobalt, dan dapat dibedakan dari campuran krom-nikel karena memiliki

beberapa sifat penting berikut ini:

1. Kalau dipanasi diudara, campuran kanthal akan membentuk kulit oksida

yang sampai melekat.

2. Elemen-elemen kanthal dapat digunakan sampai 1350o C.

3. Tahanan jenis bahan ini (1,35 – 1,45) × 10-6 Ωm.

4. Umumnya bahan ini dapat diberi beban permukaan (dalam satuan W/cm2)

yang tinggi

Kanthal super dapat digunakan sampai 16000 C. Bahan ini berupa bubuk

yang dipanaskan hingga padat, dan terdiri dari suatu bahan yang dapat

disamakan dengan logam, dan suatu bahan keramik. Unsure - unsur utamanya

Mo, Si dan SiO2.

Beban permukaanuntuk kanthal-super dapat mencapai 10-20 W/cm2.

Tahanan jenisnya meningkat kalau suhunya naik, yaitu pada:

1. 20o C sama dengan 0,4 . 10-6 Ωm

2. 500o C sama dengan 1,2 . 10-6 Ωm

3. 1000o C sama dengan 2,3 . 10-6 Ωm

4. 1300o C sama dengan 2,9 . 10-6 Ωm

5. 1600o C sama dengan 3,5 . 10-6 Ωm

Karena tahanan jenisnya rendah kalau masih dingin, elemen-elemen

emanas dari kanthal super memerlukan tegangan asut, yang kira-kira sama

dengan 1/3 dari tegangan kerjanya.

b. Bahan isolasi untuk kawat pemanas


17

Bahan isolasi untuk kawat pemanas tidak boleh mengadakan reaksi

kimia dengan bahan kawatnya pada suhu penggunaan. Syarat ini penting untuk

bahan-bahan isolasi keramik.

Untuk bahan isolasi keramik, koefisien muainya juga penting. Bahan

isolasi keramik yang dipergunakan antara lain adalah porselen. Akan tetapi pada

kira-kira 300o C bahan ini berubah menjadi penghantar.

Selain porselen, sebagai bahan isolasi keramik juga digunakan steatite

misalnya dalam bentuk manik-manik, dan sebagai penyangga kawat pemanas.

Untuk lemen-elemen berbentuk batang atau pipa digunakan

magnesiumoksida sebagai bahan isolasinya. Pipa elemennya diisi dengan

magnesiumoksida aini sampai padat, sehingga kawat pemanasnya tidak dapat

bergerak. Elemen-elemen ini antara lain digunakan untuk alat pemanas celup,

alat pemanas kamar mandi, kompor listrik dan setrika listrik.

Untuk suhu tinggi dapat digunakan mika (sampai 600o C) atau mika ambar

(sampai 800o C - 900o C). Kalau sudah lama digunakan, mika menjadi

higroskopis karena kehilangan air kristalnya. Mika antara lain digunakan untuk

elemen seterika listrik. Untuk suhu rendah, sampai 300o C, dapat digunakan

asbes. Tetapi bahan ini higroskopis.

2.7 Kabel

Dalam dunia industri banyak jenis dan ukuran kabel yang digunakan. Kebanyakan

kabel dapat dianggap tersusun dari tiga bagian yaitu bagian konduktor yang harus

berpenampang lintang yang sesuai untuk dialiri dengan bebas arus bagian isolasi, yang

memiliki warna atau nomor kode untuk identifikasi, dan bagian lapis luar yang dapat

mengandung sesuatu untuk memberikan perlindungan terhadap kerusakan mekanis.


18

Konduktor suatu kabel dibuat dari tembaga atau allumunium dan bisa berupa

serabut dari kabel yang sangat halus, sehalus sehelai rambut manusia. Ini memberikan

kualitas fleksibel tinggi bagi kabel.

Kabel yang akan digunakan dalam pembuatan alat ini adalah kabel jenis

NYAF 2,5 mm2 dan 1,5 mm2.

Gambar 2.6 Kabel jenis NYAF

2.8 LCD (Liquid Cristal Display)

LCD dibuat dari kristal cair yang merespon adanya medan listrik. Cristal tersebut

terdiri atas molekul seperti batang yang apabila tekena medan listrik akan menyusun diri

agar melewatkan atau menahan cahaya yang mengenainya. Oleh karena itu diperlukan

sumber cahaya lain agar tampilan LCD dapat terlihat.

Lapisan film yang berisikan cristal cair diletakan diantara dua lempeng kaca yang

telah ditanami elektroda logam transparan, seperti terlihat pada Gambar 2.10 saat

tegangan dicatukan pada beberapa pasang elektroda, molekul-molekul cristal cair akan

menyusun diri agar cahaya yang mengenainya akan dipantulkan atau diserap. Dari hasil

pemantulan atau penyerapan cahaya tersebut akan terbentuk pola huruf, angka, atau

gambar sesuai bagian yang diaktifkan.


19

Gambar 2.7 Liquid cristal display

2.9 Perawatan

2.9.1 Pengertian perawatan

Perawatan adalah salah satu rangkaian aktivitas untuk memelihara atau menjaga

fasilitas peralatan pabrik serta mengadakan perbaikan atau penggantian alat yang

diperlukan agar operasi dapat dicapai sesuai dengan yang direncanakan.

Kegagalan instalasi listrik atau mesin dapat mengakibatkan kemacetan produksi.

Untuk itu diperlukan pemeliharaan atau perawatan guna menghindari peralatan dari

kerusakan yang parah.

Pemeliharaan adalah suatu rangkaian yang meliputi pemeriksaan, pengujian dan

perbaikan instalasi serta peralatan listrik dengan tujuan agar keadaan selalu baik, bersih

dan aman dalam penggunaan, sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan lancar.
20

2.9.2 Tujuan perawatan

Peralatan dan mesin-mesin merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu

instalasi. Kegagalan operasi peralatan atau mesin-mesin dapat mengakibatkan kemacetan

produksi yang akan merugikan perusahaan. Disamping itu kerusakan peralatan atau

mesin-mesin yang sifatnya fatal memerlukan biaya yang cukup besar untuk

memperbaikinya. Oleh karena itu perlu diadakan suatu perawatan untuk peralatan atau

mesin-mesin.

Adapun tujuan ataupun sasaran yang dilakukan suatu perawatan adalah:

1. Mengurangi kegagalan operasi.

2. Peralatan dan fasilitas lain agar dapat digunakan secara optimal tanpa ada gangguan.

3. Mekanisme kerja dapat maksimum sehingga kemampuan produk akan meningkat.

4. Biaya operasi dapat ditekan seminimal mungkin.

5. Keselamatan kerja yang menggunakan sarana tersebut dapat terjamin.

Oleh karena proses perawatan atau pemeliharaan dari suatu pabrik sangat bermanfaat

dalam menunjang proses produksi itu sendiri.

2.9.3 Jenis perawatan

Ditinjau dari aktifitas pemeliharaannya maka maintenance dapat dibedakan menjadi

tiga yaitu:

1. Preventive maintenance

Preventive maintenance yaitu pelaksanaan pemeliharaan yang terkoordinir

dan berencana agar peralatan tidak mengalami kerusakan yang lebih parah, untuk itu

diperlukan:

a. Jadwal pelaksanaan

b. Manpower yang memenuhi syarat (terampil)


21

c. Spare part yang cukup.

d. Tool yang memadai.

e. Standar maintenance prosedur.

2. Corrective Maintenance

Corrective Maintenance yaitu tindakan maintenance yang dilakukan apabila

ada kerusakan saja. Jadi corrective maintenance dapat dikatakan sebagai tindakan

perbaikan. Ada kalanya kerusakan tersebut ditemukan pada saat inspeksi. Umumnya

kegiatan maintenance tidak terencana dan tidak terduga.

3. Pemeliharaan Kombinasi

Pada umumnya sulit untuk melaksanakan salah satu kegiatan tersebut secara

tersendiri, sehingga biasanya kegiatan ini merupakan koordinasi antara kegiatan

preventive maintenance dan kegiatan corrective maintenance, bahkan dapat

dikaitkan dengan kegiatan lain, misalnya:

a. Proyek penyempurnaan.

b. Proyek modifikasi.

Dalam system maintenance dikenal adanya suatu program pemeliharaan

yang umumnya dilaksanakan adalah:

a. Program servise berkala (periodic service)

Program service berkala adalah pemeliharaan yang dilakukan secara teratur

dan berkala dan pelaksanaannya disesuaikan dengan jam kerja setiap mesin (service

hour). Misalnya:

1. Penggantian oli mesin.

2. Pembersihan bagian-bagian mesin.

b. Program perbaikan ringan (minor repair program)


22

Program perbaikan ringan adalah perbaiakn atas kesalahan-kesalahan kecil

pada komponen setiap saat, baik pada waktu mesin sedang beroperasi maupun pada

saat pengecekan. Misalnya pada saat terjadi kebocoran oli.

c. Program perbaikan besar

Program perbaikan besar dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Tidak terencana.

Dilakukan apabila terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga, sehingga harus

dilakukan tindakan perbaikan secepatnya.

2. Terencana

Dilakukan sesuai dengan rencana, mempersiapkan peralatan atau

perlengkapan Bantu yang dibutuhkan dan rencana over houl.

d. Program penggantian komponen

Adalah penggantian komponen yang terencana, hal ini dilakukan karena

komponen life time terbatas. Program ini dilakukan untuk mencegah kerusakan

yang lebih besar.

2.11.5 Syarat-syarat perawatan yang baik

Untuk mencapai suatu tujuan perawatan yang baik dalam mempertahankan

kondisi peralatan semaksimal mungkin perlu memperlihatkan syarat-syarat perawatan

yang baik, diantaranya:

1. Tata letak industri yang baik, sehingga memudahkan aktifitas perusahaan.

2. Pemeliharaan peralatan yang tepat.

3. Sistem pemeliharaan yang sesuai atau baik.

4. Sistem inventaris yang baik.

5. Tool (peralatan Bantu) yang memadai.

6. Adanya fasilitas perlengkapan disekitar industri tersebut.


23

7. Tenaga kerja yang kualitatif mampu melaksanakan rencana-rencana

maintenance.

2.11.6 Maintenance pada system instalasi tenaga

Sistem produksi tenaga merupakan bagian terpenting pada proses produksi.

Oleh karena itu instalasi tenaga harus mendapat perawatan khusus agar tidak terjadi

kerusakan.

Adapun perawatan pada instalasi tenaga meliputi:

1. Perawatan CB (Circuit Breaker)

Pada CB mungkin berupa pemutusan rangkaian bertipe memakai minyak

banyak, tipe minyak minimum, pemutusan rangkaian menggunakan udara dan

tipe hampa udara. Pemerikasaan, pemeliharaan dan Over houl dapat dikerjakan

sesuai dengan anjuran pabrik. Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah

pembersihan minyak, pengembalian keadaan minyak, rangkaian-rangkaian

tambahan kerja dari system tanpa bahaya, dan keadaan kontak, cepatnya nyala

kawat dan pemutusan rangkaian dengan udara dan keadaan pemutus rangkaian

hampa udara.

2. Perawatan sambungan

Perawatan sambungan bertujuan agar sambungan pada system instalasi

dapat terjaga dengan baik. Apabila terjadi kegagalan dalam sambungan akan

mengakibatkan hubung singkat dan apabila CB tidak bekerja dengan baik maka

dapat menimbulkan kebakaran dan kegagalan proses produksi, maka perawatan

sambungan harus dilakukan secara rutin.

3. Perawatan sistem instalasi

Perawatan system instalasi sangat penting karena instalasi tenaga

merupakan tempat penyaluran daya listrik dari sumber ke beban. Perawatan


24

instalasi dilakukan dari sumber dengan pengecekan menggunakan megger untuk

mengukur tahanan isolasi dengan tujuan untuk mengetahui apakah penghantar

mampu dialiri arus yang besar apa tidak. Pengecekan hantaran cabang dilakukan

agar tidak terjadi hubung singkat pada cabang tersebut dengan tujuan agar proses

produksi tidak terganggu.

4. Perawatan sumber listrik

Apabila motor dihubungkan dengan sumber tidak berputar, maka sebelum

mencari kerusakan-kerusakan pada bagian yang lain, perlu pemeriksaan tegangan

pada bagian stop kontak (dengan mengukur volt meter). Tegangan diukur pada

mesin pendingin bekerja. Tegangan dapat turun umumnya disebabkan karena

instalasi yang kurang baik, kabel yang sudah tua dan lain-lain.

5. Hubungan kabel-kabel

Semua kabel diperikasa, apakah hubungannya sudah sesuai dengan

diagram garis tunggal atau tidak. Disinilah pentingnya diagram garis tunggal,

memudahkan mengadakan pengecekan hubungan kabel-kabel. Apakah

sambungan dengan kabelkabel klem dengan terminal yang kurang kuat

menegangnya akan mengakibatkan turun tegangan (drop tegangan) dan dapat

memutuskan aliran listrik.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Bengkel Pengelasan Jurusan Teknik Mesin untuk

pengambilan data. Selain itu Bengkel Produksi Jurusan Teknik Mesin dan Toko Ikhwah

Komputer adalah lokasi pabrikasi. Sedangkan jadwal kegiatan penelitian tersusun pada

tabel 3.1.

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Modifikasi Oven Elektroda

Febuari Maret April Mei


Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Survei Alat dan Bahan

2 Perancangan

Belanja Alat dan


3
Bahan

Pembuatan Alat
4
(Modifikasi)

5 Uji Coba

Pengumpulan data

6 dan Laporan Tugas

Akhir

20
21

3.2. Alir Program Modifikasi Oven Elektroda

Secara Makro, pelaksanaan modifikasi dapat di jabarkan melalui flowchart

Mulai

Perancangan :
- Sistem Kelistrikan Studi Literatur :
- Rangka Badan Oven - Text Book
- Panel dan Modul Sensor - Media Internet
- Sistem Element Pemanas
- Media Ukur Ketepatan dan Waktu Alat Beroperasi

Belum Apakah Sudah


Rancangan A
Sudah Benar?

Gambar 3.1 Flowchart Modifikasi Oven Elektroda


sebagai berikut :
22

Penyediaan Komponen Kelistrikan


(Sensor, Modul, Element, Indikator)
Pengadaan Rangka badan Oven,
Pembelian komponen dan aksesoris
pendukung

Belum Apakah
Persiapan
Sudah Selesai?

Sudah
Fabrikasi :
- Bodi Oven Elektroda
- Rak penampung Elektroda
- Kotak Panel

Apakah Belum
Fabrikasi Sudah
Selesai?

Sudah
Kalibrasi Kontrol Unit Meliputi :
- Temperatur Kontrol
- Volt, Ampere Monitor
- SSR/Relay

Apakah Data Belum


Sudah
Mencukupi?

Sudah

Gambar 3.2 Flowchart Modifikasi Oven Elektroda (Lanjutan)


23

Pengambilan data saat proses


pengujian alat, Ketahanan
Komponen dan kapasitas wadah
untuk Elektroda..

Dokumenasi Data :
𝑄
- Perpindahan Kalor Secara Radiasi = 𝜎𝐴𝑇 4
𝑡
- Kelembapan Udara
𝐾𝑒𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑀𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘
Kelembapan nisbi = 𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑖𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚

Apakah Data Belum


sudah
mencukupi?

Sudah

Pengolahan Data menjadi Grafik.

Grafik

- Konsumsi daya
- Temperatur Heater
- Efisiensi

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.3 Flowchart Modifikasi Oven Elektroda (Lanjutan)


24

3.3 Perancangan Oven Elektroda

3.2.1. Perancangan Sistem Kerja Oven Elektroda

Rankaian ini adalah sebuah rancangan modifikasi penulis dalam mengembangkan

efektivitas, efisiensi, dan juga kemudahan pengguna dalam aksebilitasnya, karena jika di

bandingkan dengan oven konvesional yang cenderung hanya menapilkan lampu sebagai

indikator power input. Rangkaian modifikasi Oven Elektroda ini nantinya dapat

menampung hingga 15kg atau 3 kali lipat dari oven eletroda konvensional. Selain itu,

kelebihan yang dimiliki oven elektroda yang telah termodifikasi adalah tambahan berupa

layar yang menampilak tegangan input, beban, dan konsumsi daya. Pada modul bagian

module temperature control unit juga menampilkan status suhu ruang yang ada pada

oven elektroda.

3.3.2. Gambar Oven Elektroda konvensional

1
4

2
5

6
Gambar 3.4 Oven Elektroda Konvesional
25

Keterangan :

1. Tabung Element

2. Wadah Elektroda

3. Kabel power

4. Penutup tabung

5. Gagang

6. Female Socket

3.3.3. Gambar Modifikasi Oven Elektroda

1 5

2
6

3
7

4 8

Gambar 3.5 Modifikasi Oven Elektroda

Keterangan :

1. LED Indikator
26

2. Switch Button

3. Gagang

4. Lubang Ventilasi

5. Body Panel

6. Temperature Control Unit

7. LCD Status Monitor

8. Pintu

3.3.4. Dimensi Rangka Oven Elektroda

Gambar 3.6 Dimensi Oven Elektroda


27

3.4 Fabrikasi Oven Elektroda

Fabrikasi Oven Elektroda terbagi dalam beberapa tahapan meliputi pembuatan

Badan Oven, rak penampung kawat, panel kontrol, dan Instalasi Kelistrikan.

Proses manufaktur yang terlibat antara lain :

1. Cutting (Pemotongan plat baja dengan gerinda dan gergaji besi)

2. Drilling (Pengeboran lubang – lubang baut dan lainnya)

3. Welding (Penyambungan rangka Plat Siku dengan SMAW)

4. Grinding (Penghalusan Permukaan Plat)

5. Painting (Pengecatan Permukaan Plat agar terhindar dari korosi)

3.5 Persiapan Komponen, Alat, dan Bahan

Persiapan komponen dan alat yang baik adalah amat penting dalam melakukan

perancangan alat ini. Karena dalam meimilih perlengkapan instalasi listrik, termasuk

juga menetukan jenis, ukuran tegangan dan kemampuan harus diperhatikan hal berikut :

1. Penyesuaian dan maksud Rancangan dan Instalasi.

2. Durablity dan Protection, Termasuk bagian yang di maksudkan untuk

melindungi komponen lainnya.

3. Pengaruh Suhu, keadaan normal maupun abnormal.

Komponen atau bahan yang digunakan adalah :

1. Switch Button 110 – 250V, 6A

2. Lampu LED Red, Yellow, Green.

3. LCD (Seven Segment)

4. Microcontroller

5. Mini Push Button

6. Volt Meter 220v AC

7. Ampere Meter
28

8. SSR/Relay

9. Kabel Serabut kecil

10. Thermocouple

11. Heater Element

Alat yang digunakan adalah :

1. Tang

2. Obeng

3. Bor listrik

4. Mata bor kembang

5. Gergaji besi

6. Gerinda sudut

7. Tang pemotong

8. Gunting seng

9. Tang press

10. Pisau

11. Palu

12. Meteran logam

13. Tespen

14. AVO Meter

3.6 Kotak Panel Kontrol

Dalam memilih Kotak Panel Kontrol yang harus diperhatikan adalah ukuran

yang cukup untuk memasang komponen-komponen rangkaian kontrol. Panel

kontrol harus terbuat dari bahan yang tahan korosi, kuat terhadap gangguan

mekanis dan harus mempunyai lubang sirkulasi udara agar suhu di dalam panel
29

tidak terlalu tinggi. Jika suhu terlalu tinggi akan menyebabkan gangguan terhadap

komponen yang ada di dalam box panel.

Pada proses pembuatan kotak panel kontrol, penulis telah menentukan

karakteristik untuk menunjang aksesoris kotak panel tersebut,dimulai dari

pembuatan sirkulasi udara, pembuatan pintu dan kunci, serta lubang untuk jalur

kabel.

Untuk menempatkan komponen pada tutup panel, urutannya adalah sebagai

berikut:

1. Membuat titik-titik pengeboran sesuai dengan perencanaan letak

komponen yang akan dipasang.

2. Thermo control bagian belakang harus diukur sedemikian rupa supaya

bagian belakang dari thermo control dapat masuk kedalam box panel

dan kemudian digambarkan pada pintu box panel.

3. Pengeboran menggunakan mata bor kembang ukuran 25mm untuk

lampu indikator dan saklar selektor.

4. Untuk thermo control, dilakukan pengeboran menggunakan mata bor

kembang 25mm dan kemudian untuk membuat bentuk lubang

digunakan gergaji besi.

5. Menghaluskan lubang thermo control dengan menggunakan gerinda

sudut, sampai bagian belakang thermo control benar-benar masuk dan

memperkuat kondisinya.

6. Pasangan komponen pada lubang-lubang yang telah selesai dilakukan

pengeboran.
30

7. Untuk menempatkan box panel pada mesin pengering digunakan bor

kembang dan juga membuat lubang dengan ukuran yang sama untuk

memasukkan kabel pengontrol kedalam Oven Elektroda.

1 2 3 4

Gambar 3.7 Konstruksi Panel Kelistrikan (Modifikasi)

Keterangan gambar :

1. Power Switch

2. LCD

3. Voltage Meter

4. Switch Button

3.7 Rangka Badan Mesin Oven Elektroda

Mesin Oven yang akan dibuat adalah dalam bentuk mini yang menyerupai

rancangan mesin Oven di industri. Mesin ini diharapkan dapat mempercepat waktu dalam

pengeringan Elektroda dan hasilnya akan lebih baik. Dalam pembuatan alat ini

menggunakan lempengan plat dengan tebal 0.8 – 1 mm.

Urutan pembuatan mesin pengering adalah sebagai berikut:

1. Membuat gambar atau sketsa tentang mesin yang akan dibuat sekaligus

dengan ukuran
31

2. Membuat ukuran pada lempengan plat sesuai ukuran mesin Oven yang

akan dibuat.

3. Memotong plat yang telah diukur dengan menggunakan gergaji besi.

4. Menghaluskan sisa pemotongan dengan menggunakan gerinda sudut.

Gambar 3.8 Tampak Atas Konstruksi Mesin Oven Elektroda

3.8 Perakitan Kelistrikan

Perancangan suatu instalsi listrik harus memastikan bahwa desainnya memenuhi

persyaratan peraturan pengkabelan untuk instalasi dan peraturan-peraturan lainnya yang

mungkin relevan terhadap instalasi tertentu. Penghantar yang digunakan adalah kabel

jenis NYAF 2,5 mm dan 1,5 mm. Urutan pengerjaannya adalah sebagai berikut:

1. Membuka Cover panel dari box panel untuk mempermudah dalam mengatur

letak komponen dan pengkabelan sesuai dengan gambar.

2. Mengatur dan memperkirakan letak komponen yang akan digunakan untuk

pengoperasian.
32

3. Memasang rel bantalan komponen sesuai penguat posisi komponen di dalam

box panel dan juga memasang rel kabel agar instalasi di dalam box panel

menjadi rapi dan akan mempermudah jika ada perbaikan atau perubahan.

4. Memasang komponen-komponen yang digunakan seperti Switch Button,

Keypad, LCD, dan Voltage Monitor

5. Memasang komponen yang diletakkan di pintu Mesin Oven seperti thermo

control, pilot lamp, Protector Switch dan Heater Element.

6. Melakukan pengawatan seperti pada gambar rangkaian yang telah dirancang.

Tidak lupa untuk setiap ujung kabel atau penghantar menggunakan sepatu

kabel yang berfungsi sebagai penguat hubungan kabel-kabel ke terminal-

terminal kabel dan untuk mengurangi adanya percikan api yang disebabkan

karena sambungan yang tidak kuat.

7. Memasukkan kembali papan panel ke dalam box panel. Dan diperkuat

dengan menggunakan mur agar papan panel merekat kuat pada box panel.

8. Melakukan tes uji coba rangkaian dan membuat data tentang kerja rangkaian

dan hasil produksi.


33

3.9 Skema Jalur Komonen dan Aliran Listrik

Power Input Power Switch LED Indicator


220v AC

Power Supply
Volt
Meter

LCD

Ampere
Control Panel
Meter

Keypad

Thermo SSR/Relay Protector


Couple Switch

LED
Indicator 2
Heater
Element
LED
Indicator 3

Gambar 3.9 Skema Jalur Komponen Kelistrikan

Anda mungkin juga menyukai