Anda di halaman 1dari 5

Air sungai merupakan salah satu sumber air baku bagi masyarakat.

Air sungai
mempunyai kualitas yang baik karena langsung keluar dari mata air di pegunungan. Namun,
semakin jauh dari sumbernya semakin besar tingkat pencemaran pada air sungai, karena
semakin terakumulasinya limbah dari hulu ke hilir (Wiwoho 2005).
Pencemaran sungai dapat berasal dari (1) limbah organik dari manusia, hewan dan
tanaman, (2) pertambahan senyawa kimia yang berasal dari aktivitas industri yang membuang
limbahnya ke perairan dan (3) tingginya kandungan sedimen yang berasal dari erosi, kegiatan
pertanian, penambangan, konstruksi, pembukaan lahan dan aktivitas lainnya. Ketiga hal
tersebut merupakan dampak dari meningkatnya populasi manusia, kemiskinan dan
industrialisasi (Hendrawan 2005).

Koagulasi adalah proses adsorpsi oleh koagulan terhadap partikel-partikel koloid


sehingga menyebabkan destabilisasi partikel. Koagulan biasa dibubuhkan ke dalam air
yang dikoagulasi yang bertujuan untuk pembentukan flok dan untuk mencapai sifat spesifik
flok yang diinginkan sehingga mudah mengendap. Koagulan adalah zat kimia yang
menyebabkan destabilisasi muatan negatif partikel di dalam suspensi. Zat ini merupakan
donor muatan positif yang digunakan untuk mendestabilisasi muatan negatif partikel. Dalam
pengolahan air sering dipakai garam aluminium Al (III) atau garam besi (II) dan besi (III)
(Aminzadeh, et al. 2007).
Koagulan yang umum digunakan pada pengolahan air antara lain: Aluminium Sulfat
(Al2(SO4)3.xH2O), Sodium Aluminat (NaAlO2 atau Na2Al2O4), Polyaluminium Chloride
(PAC), ferri sulfat (Fe2(SO4)3.9H2O), ferri klorida (FeCl3.6H2O), dan ferro sulfat
(FeSO4.7H2O) (Sugiarto 2006).

Aluminium sulfat merupakan bahan koagulan yang paling banyak digunakan. Poly-
Aluminium Chloride (PAC) merupakan koagulan alternatif dari alumunium sulfat.
Polialuminium klorida merupakan salah satu koagulan polimer utama yang digunakan secara
luas pada pengolahan air dan air limbah. PAC efektif bekerja pada rentang pH yang cukup luas
yaitu pH 6 sampai dengan 9 (Karamah et al. 2008).

Koagulasi Flokuasi sebagai Metode Pengolahan Air Sungai


Prinsip pengendapan polutan berupa partikel koloid adalah berdasarkan proses
koagulasi dan flokulasi. Koagulasi adalah proses yang bersifat kimia yang bertujuan
menurunkan kekeruhan dan material pada air yang kebanyakan merupakan partikel – partikel
koloidal (berukuran 1-200 milimikron) seperti alga, bakteri, zat organik anorganik dan partikel
lempung (Lin 2007).
Koloid adalah sekelompok atom atau molekul berukuran sangat kecil yang tidak dapat
diendapkan secara gravitasi namun tetap terlarut dalam air. Karena terlarut, koloid bersifat
stabil. Stabilitas ini disebabkan oleh terjadinya tolak - menolak diantara partikel koloid
(Sincero 2003).
Secara alami, partikel koloid dalam air memiliki muatan yang sama. Akibatnya partikel
koloid akan tolak menolak sehingga tidak terjadi pembentukan partikel besar dalam air.
Koagulasi bekerja dengan memberikan ion berlawanan muatan sehingga menurunkan gaya
tolak menolak dan terjadi tarik menarik antara partikel koloid. Meningkatnya gaya tarik
menarik antara partikel koloid membuat partikel menjadi lebih besar dan mengendap di dasar
air (Aminzadeh, et al. 2007). Endapan tersebut kemudian menjebak partikel koloid yang
masih berada dalam air menjadi flok. Tumbukan interpartikel ini dicapai melalui proses
flokulasi (Zhan, et al. 2004)

Flokulasi adalah proses lanjutan dan koagulasi. Terbentuknya flok-flok yang baik
biasanya diawali oleh proses koagulasi yang efisien. Kualitas flok-flok tersebut akan
mempengaruhi cepat atau lambatnya partikel- partikel mengendap dalam bak sedimentasi.
Pada tahap ini akan dilihat tingkat efisiensi flokulasi dan waktu sedimentasi yang diperlukan
sesuai dengan karakteristik air baku yang masuk dalam tahap sebelumnya. Pada proses
flokulasi terjadi penggabungan partikel yang tidak stabil sehingga membentuk flok yang lebih
besar dan lebih cepat dapat dipisahkan (Teng 2000).
Tiga tahap penting yang terjadi dalam proses koagulasi-flokulasi yaitu pembentukan
spesies, destabilisasi partikel dan tumbukan interpartikel (Haines 2003; Geng 2005).
Pembentukan spesies terjadi saat koagulan melalui serangkaian reaksi hidrolisis ketika
kaogulan ditambahkan ke dalam air. Pembentukan spesies pada alum sedikit berbeda dengan
PAC. Pada alum, hanya spesies monomer saja yang terbentuk yaitu Al3+, Al(OH)2+,
Al(OH)2+, dan Al(OH)4-. Sementara pada PAC, selain monomer, kation polimer juga
terbentuk yang didominasi oleh Al13O4(OH)247+ (Geng 2005).

Percobaan Koagulasi dengan Alat Jar Test


Jar test merupakan metode standar yang digunakan untuk menguji proses koagulasi.
Informasi yang didapat dengan melakukan jar test antara lain dosis optimum penambahan
koagulan, lama pengendapan serta volume endapan yang terbentuk. Jar test sebaiknya
dilakukan setiap kali terjadi perubahan keadaan air baik oleh perubahan musim maupun sebab
lain. Jar test terdiri dari enam buah batang pengaduk yang masing – masing mengaduk satu
buah gelas dengan kapasitas satu liter. Satu buah gelas berfungsi sebagai kontrol dan kondisi
operasi dapat bervariasi diantara lima gelas yang tersisa. Volume gelas adalah 800 ml.

Penggunaan sebuah pengukuran RPM di bagian atas petangkat jar test ini berperan
sebagai pengontrol keseragaman kecepatan pencampuran pada keenam gelas tersebut. Hasil
dari uji ini menjadi acuan dalam pemberian dosis koagulan pada proses koagulasi. Percobaan
dilakukan dengan dua perlakuan utama yaitu : menggunakan bahan koagulan aluminium
sulfat dan poly- aluminium chloride (PAC). Tujuan perlakuan ini adalah mencari bahan
koagulan yang lebih efisien untuk penjernihan air di sungai yang diteliti.
Jenis Koagulan Dan Koagulan Aid
Koagulan merupakan bahan kimia yang dibutuhkan untuk membantu proses
pengendapan partikel – partikel kecil yang tidak dapat mengendap dengan sendirinya ( secara
grafitasi ). Kekeruhan dan warna dapat dihilangkan melalui penambahan koagulan atau
sejenis bahan – bahan kimia antara lain.
Jenis-jenis koagulan:
 Alumunium sulfat (Al2(SO4)3.14H2O)
Biasanya disebut tawas, bahan ini sering dipakai karena efektif untuk menurunkan
kadar karbonat. Tawas berbentuk kristal atau bubuk putih, larut dalam air, tidak larut dalam
alkohol, tidak mudah terbakar, ekonomis, mudah didapat dan mudah disimpan. Penggunaan
tawas memiliki keuntungan yaitu harga relatif murah dan sudah dikenal luas oleh operator
water treatment. Namun Ada juga kerugiannya, yaitu umumnya dipasok dalam bentuk
padatan sehingga perlu waktu yang lama untuk proses pelarutan.
Al2(SO4)3 → 2 Al+3 + 3SO4-2
Air akan mengalami
H2O → H+ + OH-
Selanjutnya
2 Al+3 + 6 OH- → 2 Al (OH)3
Selain itu akan dihasilkan asam
3SO4-2 + 6 H+ → 3H2SO4
 Sodium aluminate ( NaAlO2 )
Digunakan dalam kondisi khusus karena harganya yang relatif mahal. Biasanya
digunakan sebagai koagulan sekunder untuk menghilangkan warna dan dalam proses
pelunakan air dengan lime soda ash.
 Ferrous sulfate ( FeSO4.7H2O )
Dikenal sebagai Copperas, bentuk umumnya adalah granular. Ferrous Sulfate dan lime
sangat efektif untuk proses penjernihan air dengan pH tinggi (pH > 10).
 Chlorinated copperas
Dibuat dengan menambahkan klorin untuk mengioksidasi Ferrous Sulfate. Keuntungan
penggunaan koagulan ini adalah dapat bekerja pada jangkauan pH 4,8 hingga 11.
 Ferrie sulfate ( Fe2(SO4)3)
Mampu untuk menghilangkan warna pada pH rendah dan tinggi serta dapat
menghilangkan Fe dan Mn.
 Ferrie chloride ( FeCl3.6H2O)
Dalam pengolahan air penggunaannya terbatas karena bersifat korosif dan tidak tahan
untuk penyimpanan yang terlalu lama.
Jenis Koagulan Aid
Kesulitan pada saat proses koagulasi kadang-kadang terjadi karena lamanya waktu
pengendapan dan flok yang terbentuk lunak sehingga akan mempersulit proses pemisahan.
Koagulan Aid menguntungkan proses koagulasi dengan mempersingkat waktu pengendapan
dan memperkeras flok yang terbentuk. Jadi difinisi koagulan aids adalah koagulan sekunder
yang ditambahkan setelah koagulan primer atau utama bertujuan untuk mempercepat
pengendapan, pembentukan dan pengerasan flok.
Jenis koagulan aid diantaranya:
 PAC ( poly alumunium chloride )
Polimer alumunium merupakan jenis baru sebagai hasil riset dan pengembangan
teknologi air sebagai dasarnya adalah alumunium yang berhubungan dengan unsur lain
membentuk unit berulang dalam suatu ikatan rantai molekul yang cukup panjang, pada PAC
unit berulangnya adalah Al-OH. Rumus empirisnya adalah Aln(OH)mCl3n-m. Dimana : n =
2 2,7 <> 0. Dengan demikian PAC menggabungkan netralisasi dan kemampuan
menjembatani partikel-partikel koloid sehingga koagulasi berlangsung efisien. Namun
terdapat kendala dalam menggunakan PAC sebagai koagulan aids yaitu perlu pengarahan
dalam pemakaiannya karena bersifat higroskopis. Poly Aluminium
Chloride (PAC) merupakan polimer aluminium sejenis tawas yang mempunyai
kandungan klorida. PAC yang paling umum dalam pengolahan air yakni Al12Cl12(OH)24.
PAC dapat digunakan karena memiliki kemampuan koagulasi yang kuat, cocok digunakan
pada pengolahan limbah, dapat bekerja efektif pada rentang pH yang luas,
biayanya murah dan cara pengoperasiannya mudah tetapi sedikit berpengaruh
terhadap pH. PAC memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan
koagulan yang lainnya.
 Karbon aktif
Aktivasi karbon bertujuan untuk memperbesar luas permukaan arang dengan
membuka pori-pori yang tertutup sehingga memperbesar kapasitas adsorbsi. Pori-pori arang
biasanya diisi oleh hidrokarbon dan zat-zat organik lainnya yang terdiri dari persenyawaan
kimia yang ditambahkan akan meresap dalam arang dan membuka permukaan yang mula-
mula tertutup oleh komponen kimia sehingga luas permukaan yang aktif bertambah besar.
Efisiensi adsorbsi karbon aktif tergantung dari perbedaan muatan listrik antara arang dengan
zat atau ion yang diserap. Bahan yang bermuatan listrik positif akan diserap lebih efektif oleh
arang aktif dalam larutan yang bersifat basa. Jumlah karbon aktif yang digunakan untuk
menyerap warna berpengaruh terhadap jumlah warna yang diserap.
 Activated silica
Merupakan sodium silicate yang telah direaksikan dengan sulfuric acid, alumunium
sulfate, carbon dioxide, atau klorida. Sebagai koagulan aid, activated silica memberikan
keuntungan antara lain meningkatkan laju reaksi kimia, menurunkan dosis koagulan,
memperluas jangkauan pH optimum dan mempercepat serta memperkeras flok yang
terbentuk. Umumnya digunakan dengan koagulan alumunium dengan dosis 7 – 11% dari
dosis alum.
 Bentonic clay
Digunakan pada pengolahan air yang mengandung zat warna tinggi, kekeruhan
rendah dan mineral yang rendah.

Anda mungkin juga menyukai