Anda di halaman 1dari 4

TEKNOLOGI LARIKAN GOGO (LARGO) SUPER PADI

DI LAHAN PERKEBUNAN

Peningkatan produksi beras nasional terus diupayakan Kementerian Pertanian melalui


optimalisai lahan sawah irigasi, lahan sawah pasang surut maupun lahan kering. Potensi
lahan kering di Provinsi Riau cukup besar dan secara umum mengarah kepada lahan
perkebunan seperti karet dan kelapa sawit. Untuk budidaya tanaman perkebunan memiliki
rentang waktu yang cukup lama berkisar antara 3-4 tahun mulai dari persiapan lahan
sampai tanaman perkebunan menghasilkan. Rentang waktu tersebut menjadi peluang
pemanfaatan lahan untuk pengembangan tanaman pangan, salah satunya padi gogo.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) telah menemukan


beberapa teknologi, salah satunya adalah Inovasi sistem tanam Larikan Gogo (LARGO).
Inovasi sistem tanam Larikan Gogo (LARGO) bertujuan untuk mendapatkan hasil maksimal
dalam upaya mendukung peningkatan produksi padi nasional. Inovasi LARGO ini
berpeluang untuk dikembangkan di lahan perkebunan di Provinsi Riau.

Larik Gogo (LARGO) adalah terobosan teknologi budidaya padi gogo dengan
merekayasa jumlah populasi per hektar minimal 200.000 rumpun dengan menerapkan cara
tanam jajar legowo. Penanaman dilakukan dengan alsin tabela larik pola jajar legowo 2 : 1.
Varietas unggul padi gogo yang potensi hasilnya tinggi adalah varietas Inpago 8, 9, 10 dan
IPB 9G. Provitas tinggi adalah kombinasi wajib larik gogo plus pupuk hayati, pestisida nabati
dan biodekomposer.

Inovasi Sistem Tanam Largo terus dikembangkan dengan penambahan beberapa


komponen teknologi sehingga dihasilkan Inovasi Sistem Tanam LARGO SUPER. Sistem
Tanam LARGO SUPER merupakan penerapan teknologi yang diawali dengan penggunaan
benih unggul, Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK), pupuk hayati Agrice Plus, pestisida nabati
Bio Protector, dan biodekomposer Agrodeko 1 atau M Dec, penggunaan lampu perangkap
hama, dan pemasangan feromon hingga mekanisasi pertanian.

Komponen teknologi LARGO SUPER meliputi :

1. Penggunaan Varietas Unggul Baru (VUB) Padi Gogo

Varietas unggul padi gogo yang memiliki potensi hasil tinggi antara lain INPAGO
8 9, 10, dan 11. Hasil pengkajian BPTP Jawa Tengah bekerjasama dengan Balai
Besar Penelitian Padi masing-masing bisa menghasilkan : Inpago 8 : 5,0 t/ha,
Inpago 9: 6,1 t/ha, Inpago 10: 7,9 t/ha, dan Inpago 11: 7,1 t/ha.

2. Cara tanam dilarik dengan sistem jajar legowo

Cara tanam jajar legowo merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
populasi tanaman. Jarak tanam dan populasi tanaman mempengaruhi (1)
penangkapan radiasi surya oleh individu tanaman, terutama daun untuk
fotosintesis, (2) efektivitas penyerapan hara oleh akar tanaman, (3) kebutuhan
air tanaman, (4) sirkulasi udara terutama CO2 untuk fotosintesis dan O2 untuk
hasil fotosintesis, (5) ketersediaan ruang yang menentukan populasi gulma, dan
(6) iklim mikro (kelembaban dan suhu udara) di bawah kanopi, yang juga
berpengaruh terhadap perkembangan organisme pengganggu tanaman (OPT).
Keenam faktor tersebut berpengaruh terhadap kualitas pertumbuhan individu
rumpun tanaman padi gogo.

Pada budidaya padi gogo, pengaturan jarak tanam dengan membentuk barisan
tanaman yang lurus bertujuan untuk mempermudah pemeliharaan (penyiangan,
penyemprotan dan pemupukan). Jarak tanam 25 x 20 cm, disesuaikan dengan
kesuburan tanah. Jumlah biji per lubang tanam sekitar 2-3 biji sehingga
kebutuhan benih sekitar 30 kg/ha.

Larikan gogo 2 : 1 memberikan hasil tertinggi terhadap pertumbuhan padi gogo,


jumlah anakan total per rumpun, indeks luas daun, dan berat kering tanaman,
sementara Legowo 4 : 1 memberikan hasil tertinggi terhadap komponen hasil
padi gogo berat kering bulir per petak dan berat 1000 bulir hasil tertinggi.

3. Penggunaan Dekomposer

Penggunaan Dekomposer seperti M-Dec pada lahan perkebunan yang rata-rata


merupakan tanah tanah gambut dapat mempercepat pelapukan bahan organik,
sehingga dapat meningkatkan ketersediaan N, P, dan K pada tanah. Takaran
penggunaan M Dec 4 kg/ha.

4. Penggunaan pupuk hayati

Pupuk hayati adalah pupuk berbasis mikroba non-patogenik yang dapat


menghasilkan fitohormon (zat pemacu tumbuh tanaman), penambat nitrogen dan
pelarut fosfat yang berfungsi meningkatkan kesuburan dan kesehatan tanah.
Pupuk hayati yang dapat digunakan salah satunya adalah Agrimeth.

Pupuk hayati Agrimeth memiliki aktivitas enzimatik dan fitohormon yang


berpengaruh positif terhadap pengambilan hara makro dan mikro tanah, memacu
pertumbuhan, pembungaan, pemasakan biji, pematahan dormansi,
meningkatkan vigor dan viabilitas benih, efisiensi penggunaan pupuk NPK
anorganik, dan produktivitas tanaman. Selain itu manfaat lain dari Agrimeth
adalah menghemat biaya produksi, meningkatkan produktivitas tanaman
sebesar 20 – 50%, memperbaiki dan meningkatkan pertumbuhan akar, batang,
daun, bunga dan buah. Pupuk ini juga dapat meningkatkan daya tahan tanaman
terhadap serangan mikroba pathogen, menjamin kesuburan tanah pertanian
tetap terjaga, aman digunakan dan bersahabat dengan lingkungan (BB Padi link
web http://www.litbang.pertanian.go.id/ berita/one/2814/)

Aplikasi Agrimeth pada tanaman padi dilakukan sebelum jam 08.00 pagi atau
sore hari pukul 15.00-17.00 dan saat tidak hujan. Pupuk ini hanya diaplikasikan
sekali, yakni pada saat benih akan disemai dengan cara perlakuan benih ( seed
treatment)

5. Pemupukan Hara Spesifik Lokasi berdasarkan hasil uji PUTK

Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK) adalah suatu alat untuk analisis kadar hara
tanah lahan kering, yang dapat digunakan di lapangan dengan cepat, mudah,
murah dan cukup akurat. PUTK dirancang untuk mengukur kadar P, K, C-organik,
pH dan kebutuhan kapur. Prinsip kerja PUTK adalah mengukur hara P, dan K
tanah yang terdapat dalam bentuk tersedia secara semi kuantitatif. Penetapan P
dan pH dengan metode kolorimetri (pewarnaan). Hasil analisis P dan K
tanah selanjutnya digunakan sebagai dasar penentuan rekomendasi pemupukan
P dan K spesifik lokasi untuk tanaman jagung, kedelai dan padi gogo.

Berdasarkan hasil uji PUTK pada lokasi pengkajian Largo Super di Kabupaten
Siak, diperoleh rekomendasi pemupukan Dolomit 2 t/ha, Pupuk kandang 3 ton/
ha, Urea 150 kg/ha, TSP 200 kg/ha, dan KCL 100 kg/ha.
6. Mekanisasi Pertanian

Mekanisasi Pertanian digunakan pada saat pengolahan tanah menggunakan


Cultivator, penanaman menggunakan Alat Tanam Benih Langsung (ATABELA),
pembersihan gulma, pemanenan dan pasca panen.

7. Pengendalian hama dan penyakit mengacu pada konsep Pengendalian Hama


secara Terpadu (PHT).

Dokumentasi Kegiatan

Anda mungkin juga menyukai