Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

STKIP PGRI SUMBAR adalah salah satu lembaga pendidikan yang

bertujuan untuk mencetak tenaga – tenaga edukatif yang profesional dan

memiliki kualitas kompotetif di era globalisasi, sebagai konsekuensi

tentunya diharapkan mampu menjadi lembaga pendidikan yang berbasis

kompetensi secara konprenhensif, melakukan transformasi pendidikan

yang berciri situasional dan selanjutnya berkembang menjadi lembaga

pendidikan yang tangguh serta mampu berkompetensi pada dunia kerja.

Dalam rangka penyelesaian Studi Starata Satu (SI) jurusan

kependidikan. Selain Kuliah ( mengikuti mata kuliah secara teori ), tetapi

juga praktek Pengalaman Lapangan (PPL) juga menjadi suatu tahap yang

harus ditempuh oleh Mahasiswa. Untuk menciptakan mahasiswa siap

bersaing, maka tentunya sudah sepatutnya lembaga melakukan Lulus Uji

kelayakan dalam arti bahwa sarjana-sarjana yang merupakan keluaran

lembaga harus memiliki kompetensi dan konsistensi bahwa orientasi

keilmuan memiliki sfesifikasi yang sistematis yang harus dipertanggung

jawabkan. Legalisasi keilmuan tidak selalu mencerminkan keabsolutan

nilai yang dikandungnya banyak persoalan yang terjadi di lapangan.

Program Pengalaman Lapangan adalah salah satu kegiatan kurikuler

yang merupakan kulminasi dari seluruh program pendidikan yang telah


dihayati dan dialami oleh mahasiswa di LPTK, maka PPL dapat diartikan

sebagai suatu program yang merupakan suatu ajang pelatihan untuk

menerapkan berbagai pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam rangka

pembentukan guru yang profesional. Dengan demikian PPL adalah suatu

program yang mempersyaratkan kemampuan aplikasi dan terpadu dari

seluruh pengalaman belajar sebelumnya ke dalam program pelatihan

berupa kinerja dalam semua hal yang berkaitan dengan jabatan keguruan

baik kegiatan mengajar maupun tugas-tugas keguruan lainnya.

Praktik pengalaman lapangan ialah suatu program kegiatan

akademik yang wajib dilaksanakan mahasiswa STKIP PGRI SUMBAR

yang mencakup Observasi sekolah dan latihan mengajar maupun tugas

kependidikan secara terbimbing dan terpadu dalam pembentukan profesi

kependidikan.

Sasaran yang ingin dicapai dari program pengalaman lapangan

adalah membentuk pribadi calon guru yang memiliki seperangkat

pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap dan tingkah laku yang diperlukan

bagi profesinya serta cakap dan tepat menggunakannya di dalam

penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran baik di masyarakat, sekolah

maupun luar sekolah.

B. Maksud dan Tujuan


Pelaksanaan program pengalaman lapangan ( PPL ) ditujukan untuk

pembentukan guru / tenaga kependidikan yang profesional melalui

kegiatan pelatihan disekolah mitra.

a. Mengenal secara cermat lingkungan fisik, administrasi, akademik dan

sosial psikologis sekolah tempat pelatihan berlangsung.

b. Menguasai berbagai keterampilan dasar mengajar dan pembelajaran

c. Menerapkan berbagai kemampuan profesional keguruan secara utuh dan

terpadu dalam situasinya

d. Mampu mengembangkan aspek pribadi dan sosial di lingkungan sekolah

e. Menarik kesimpulan edukatif dan penghayatan dan pengalaman selama

pelatihan melalui refleksi dan menuangkan hasil refleksi itu dalam bentuk

laporan

C. Permasalahan yang dihadapi mahasiswa PL

Adapun permasalahan yang ditemukan penulis pada saat

melakukan program praktik pengalaman lapangan kependidikan (PPLK),

yaitu :

1. Kurangnya kedisiplinan, hal ini dapat dilihat dari seringnya terjadi

keterlambatan yang dilakukan oleh siswa baik saat datang kesekolah maupun

ketika pergantian jam mata pelajaran atau masuk kekelas dengan alasan dari

WC/ kantin.
a. Belum sempurnanya pengelolaan kelas masih banyak peserta didik yang

terkadang sibuk sendiri pada saat pelajaran berlangsung

b. Adanya siswa yang usil atau iseng terhadap teman, baik itu teman

sekelas maupun teman yang lainnya

c. Terdapat beberapa siswa yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan

2. Kenakalan-kenakalan yang dilakukan siswa terhadap temannya ketika

proses belajar mengajar berjalan.

3. Penyusunan RPP

Dalam penyusunannya tentu tidak semudah yang diperkirakan

karena masih perlu bimbingan dalam penyusunan RPP. RPP harus sesuia

dengan pelaksanaan pembelajaran kita di dalam kelas, terkadang karena

kurangnya pemahaman penulis terhadap RPP, penulis sering melenceng

dari RPP yang sudah disusun pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan bentuk RPP yang

dipelajari sama yang dimiliki sekolah sehingga guru muda sulit untuk

membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dilakukan di sekolah

latihan, namun dengan kesulitan itu guru muda terus berusaha untuk

melaksanakan pembuatan RPP tersebut dengan bantuan dan arahan dari

guru pamong sendiri sehingga pembuatan RPP yang guru muda lakukan

dari hari ke hari semakin baik.

4. Pengelolaan dan pelaksanaan kurikulum

Kurikulum yang digunakan di SMA Negeri 01 Mukomuko adalah

kurikulum 13. Dalam pengelolaan kurikulum 13 di SMAN 01


Mukomuko cukup baik, karena pihak sekolah telah berusaha untuk

memberdayakan tenaga pendidikan agar mutu pendidikan dapat

meningkat. Namun, strategi yang digunakan dalam pengelolaan kurikulum

masih terbilang kurang. Strategi yang digunakan pihak sekolah belum

mampu memberikan pengalaman belajar yang menarik bagi siswa

sehingga upaya untuk mengoptimalkan pengalaman-pengalaman belajar

siswa secara produktif belum tercapai.

Sementara itu, untuk pelaksanaan kurikulum di sekolah kurang

sesuai dengan karekter siswa. Kemudian keterbatasan sarana dan prasarana

juga menjadi kendala dalam penerapan kurikulum di sekolah. Akibatnya,

siswa mudah bosan selama penerapan kurikulum berlangsung. Selain itu,

sarana yang tersedia kurang dimanfaatkan oleh guru maupun siswa,

misalnya mading sekolah yang tidak dimanfaatkan sama sekali. Padahal

mading sekolah dapat dijadikan sebagai penyaluran bakat siswa.

5. Pembinaan kesiswaan

Pembinaan kesiswaan di SMAN 01 Mukomuko hanya

dilaksanakan dalam beberapa bentuk kegiatan, yaitu, Organisasi Siswa

Intra Sekolah (OSIS), upacara bendera, dan kegiatan keagamaan pada hari

Jum’at (siraman Rohani). Sedangkan untuk kegiatan Usaha Kesehatan

Sekolah (UKS) dan kegiatan pagi berbagi kurang diperhatikan oleh oleh

pihak sekolah. Padahal kegiatan tersebut, misalnya Usaha Kesehatan

Sekolah (UKS) sangat penting diadakan mengingat banyaknya siswa yang

sering pingsan pada saat pelaksanaan upacara bendera.


Untuk kegiatan OSIS sendiri dinilai kurang aktif, karena tidak

terlihatnya kerjasama antara anggota OSIS itu sendiri. Hal ini terlihat pada

keadaan ruang OSIS yang selalu sepi dan bahkan jarang sekali dikunjungi

oleh anggota. Jadi, kegiatan OSIS di sekolah ini belum terlalu aktif.

Kemudian, hal yang perlu menjadi perhatian adalah pada saat pelaksanaan

PBM. Banyak siswa yang minta izin dengan berbagai alasan agar dapat

meninggalkan kelas pada saat PBM berlangsung. Hal ini dinilai kurang

disiplin karena dapat mengganggu proses PBM yang sedang berlangsung.

Selanjutnya, masalah mengenai kedisiplinan siswa dalam

mematuhi aturan dan tata tertib sekolah. SMAN 01 Mukomuko

menerapkan kegiatan pagi berbagi pukul 7.15 Wib untuk saling berbagi

cerita. Namun, masih banyak sekali anak-anak yang datang terlambat. Hal

ini tidak hanya dilakukan sekali saja, hampir tiap hari terulang. SelaIn itu,

guru juga perlu membutuhkan banyak waktu untuk mengatur siswa dalam

berbaris dilapangan seperti acara upacara bendera dan senam pagi.

6. Pembinaan kerjasama dengan orang tua peserta didik

Di lingkungan SMA Negeri 01 Mukomuko pembinaan kerjasama

dengan orang tua peserta didik cukup baik. Pada saat ada siswa yang

bermasalah guru akan memanggil orang tua siswa dan meminta orang tua

agar lebih memperhatikan sikap dan kelakuan peserta didik. Tapi banyak

pula orang tua yang tidak datang ke sekolah pada saat mendapat surat

panggilan dari guru ataupun pihak sekolah. Pada saat penyelenggaraan

rapat yang melibatkan orang tua peserta didik, misalnya rapat pergantian
komite. Kebanyakan orang tua peserta didik tidak datang mengahadiri

rapat tersebut. Walaupun pihak sekolah menyediakan daftar hadir untuk

mendata orang tua peserta didik yang hadir pada acara rapat tersebut.

Padahal melalui kegiatan ini pihak sekolah dapat menyampaikan bentuk

pembinaan kerjasama guru dengan orang tua peserta didik.

Hal ini tidak dapat membantu masalah pihak sekolah agar seluruh

orang tua peserta didik dapat hadir pada rapat yang telah ditentukan pihak

sekolah. Permasalahan ini disebabkan karena orang tua peserta didik

menganggap bahwa setiap acara rapat yang diadakan pihak sekolah hanya

untuk membahas masalah keuangan sekolah dan iuran peserta didik. Oleh

sebab itu, orang tua peserta didik merasa enggan untuk mengikuti rapat

tersebut.

Selain itu, permasalahan yang sering terjadi adalah banyaknya

siswa yang tidak mengerjakan tugas rumah yang diberikan oleh guru. Hal

ini seharusnya menjadi tugas orang tua di rumah untuk mengontrol

anaknya. Namun, sayangnya pembinaan inilah yang kurang dari pihak

orang tua. Kebanyakan orang tua peserta didik tidak memperhatikan

anaknya di rumah dan jarang menanyakan pada mereka mengenai tugas-

tugas yang diberikan oleh guru di sekolah. Hal inilah yang menghambat

pembinaan kerjasama pihak sekolah dengan orang tua peserta didik.

Permasalah ini tidak akan terjadi jika pembinaan kerjasama pihak sekolah

dengan orang tua peserta didik terlaksana dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai