Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Menurut Maramis (2004), bunuh diri (suicide) adalah segala perbuatan dengan
tujuan untuk membinasakan dirinya sendiri dan yang dengan sengaja dilakukan oleh
seseorang yang tahu akan akibatnya yang mungkin pada waktu yang singkat.
Tanda dan gejala :
1. Sedih
2. Marah
3. Putus asa
4. Tidak berdaya
5. Memeberikan isyarat verbal maupun non verbal
2. Penyebab
Secara universal karena ketidakmampuan individu untuk menyelesaikan
masalah. Terbagi menjadi:
a. Faktor Genetik
Faktor genetik (berdasarkan penelitian):
1) 1,5 – 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada individu yang
menjadi kerabat tingkat pertama dari orang yang mengalami gangguan
mood/depresi/ yang pernah melakukan upaya bunuh diri.
2) Lebih sering terjadi pada kembar monozigot dari pada kembar dizigot.
b. Faktor Biologis lain
Biasanya karena penyakit kronis/kondisi medis tertentu, misalnya: Stroke,
Gangguuan kerusakan kognitif (demensia), DiabetesPenyakit arteri koronaria,
Kanker, HIV / AIDS
1
3) Stressor Lingkungan: kehilangan anggota keluarga, penipuan, kurangnya
sistem pendukung social
6. Pengobatan
Semua kasus percobaan bunuh diri harus mendapat perhatian yang serius.
Pertolongan pertama dilakukan di rumah sakit, dilakukan pengobatan terhadap luka
ataupun keracunan. Bila luka atau keracunan sudah dapat diatasi maka dilakukan
evaluasi psikiatri. Untuk pasien depresi bisa diberikan terapi elektrokonvulsi, obat-
obatan berupa antidepresan dan psikoterapi.
7. Prognosa
Faktor yang mempengaruhi prognosa yaitu :
3
a. Pasien : bila pasien dapat menyesuaikan diri dengan baik dan stress yang menjadi
faktor pencetus untuk percobaan bunuh diri cukup besar maka prognosanya lebih
baik.
b. Lingkungan : bila lingkungan memberi dukungan dan banyak orang yang
memperhatikan penderita serta banyak hal yang dapat memberi arti dalam
kehidupan pasien, maka prognosanya akan lebih baik.
8. Rentang respon
perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya
ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudaj melakukan
dirinya.
d. Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan
5
DO : Nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls
POHON MASALAH
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko bunuh diri
b. Risiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan
c. Harga diri rendah
6
3. Rencana Tindakan Keperawatan
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN RISIKO BUNUH DIRI
Tg No.D Dx. Perencanaan
Tujuan Kriteria hasil Intervensi
l x Keperawata
n
Risiko TUM :
Bunuh Diri Klien dapat
mengendalika
n dorongan
untuk bunuh
diri.
1. Setelah ....x... menit 1. Bina hubungan
TUK 1 : selam...jam klien saling percaya
Klien dapat menunjukkan tanda- dengan :
a.
membina tanda percaya pada
kenalkan diri
hubungan perawat :
a. Menjawab salam pada klien
saling percaya
b. Mau menerima b.
perawat Tanggapi
c. Ada kontak mata
d. Mau berjabat pembicaraan
tangan klien dengan
sabar dan
tidak
menyangkal
c.
Bicara tegas,jelas
dan jujur
d.
Bersifat hargai
dan
7
bersahabat
e.
Temani klien saat
keinginan
mencederai
diri
meningkat
f.
Jjauhkan klien
ari bena-bena
(eperti :
pisau, silet,
gunting, tali
kaca,sll).
TUK 2 : 2. Setelah .....x..menit 2.1 Dengar kan
Klien mampu selama.....am klien keluhan yang
mengekpresik dapat mengekpresikann dirasakan
an perasaannya : klien
2.2 Bersikap
perasaannya. a. Menceritakan
empati untuk
peneritaan secara
meninkatkan
terbuka dan
unkapan
konstruktif dengan
keraguan,keta
oran lain.
kutan dan
keprihatinan.
2.3 Beri
dorongan
kepada klien
untuk
mengungkap
kan mengapa
dan
bagaimana
harapan
karena
harapan
adalah hal
yang
terpenting
dalam
kehidupan.
8
TUK 3 : 3. Setelah .....x....menit 3.1 Bantu klien
Klien dapat selama...jam klien dapat untuk
meningkatkan mengenang dan memahami
harga diri meninjau kembali bahwa ia
kehiupan secara dapat
positif : mengatasi
a. Mempertimbangkan aspek-aspek
nilai-nilai dan arti keputusan
kehidupan. dan
b. Mengekpresikan
memisahkan
perasaan-perasaan
dari aspek
yang optimis
harapan.
tentang yang ada.
3.2 Kaji dan
kerahkan
sumber-
sumber
internal
individu
(outonomi,
mandiri,
rasional
pemikiran
kognitif ,
fleksibelitas
dan
spiritualitas.
3.3 Bantu klien
mengidentifi
kasi sumber-
sumber
harapan
(misal :
hubungan
antar sesama,
keyakinan
hak-hak
untuk
diselesaikan).
3.4 Bantu klien
mengembang
kan tujuan-
tujuan
9
realitas
jangka
panjang dan
angka pendek
(beralih dari
yang
sederhana ke
yang lebih
komplek
dapat
menggunaka
n suatu poster
tujuan untuk
menandakan
jenis dan
waktu untuk
pencapaian
tujuan-tujuan
spesifik).
TUK 4 : 4. Setelah ....x...menit 4.1 Ajarkan klien
Klien selama ...jam klien untuk
menggunakan dapat mengekpresikan mengantisipa
dukungan perasaan tentang si
sosial. hubungan yang positif pengalaman
dengan orang terdekat : yang dia
a. Mengekpresikan senang
percaya diri dengan melakukan
hasil yang setiap hari
diinginkan. ( misal :
b. Menekpresikan
beralan,
percaya ddiri
membaca
dengan diri dan
buku favorit
orang lain.
dan menulis
c. Menatap tujuan-
surat).
tujuan yang realitis.
4.2 Bantu klien
untuk
mengenali
hal-hal yang
dicintai yang
ia sayang dan
penting
terhadap
10
kehidupan
orang lain
disamping
tentan
kegagalan
dalam
kesehatan.
4.3 Beri
dorongan
pada klien
untuk berbaai
keprihatinan
pada orang
lain yang
mempunyai
masalah dan
penyakit
yang sama
dan telah
mempunyai
pengalaman
positif dalam
mengatasi
tersebut
dengan
koping yang
efektif.
TUK 5 : 5. Setelah ...x... menit 5.1 Kaji dan
Klien selama...jam , sumber kerahkan
menggunakan tersedia (keluarga, sumber-
dukungan lingkungan dan sumber
sosial. masyarakat) : ekternal
a. Keyakinan makin individu
meningkat (orang
terdekat,
timpelayanan
kesehatan,
kelompok
pendukung,
agama
dianutnya).
5.2 Kaji sistem
11
pendukung
keyakinan(nil
ai,
pengalaman
masa lalu,
aktivitas
keagamaan,
kepercayaan
agama).
Lakukan
rujukan
selesai
indikasi
(misal :
konseling dan
pemuka
agama).
4. Pelaksanaan
12
SP III SP III
1. Mengidentifikasipola 1. Membantu keluarga
koping yang biasa membuat jadwal aktivitas
diterapkan pasien dirumah termasuk minum
2. Menilai pola koping yang obat (discharge planning)
biasa dilakukan 2. Mendiskusikan sumber
3. Mengidentifikasi pola rujukan yang bisa dijangkau
koping yang konstruktif. oleh keluarga
4. Mendorong pasien
memilih pola koping
yang konstruktif
5. Membimbing pasie
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
SP IV
1. Membuat rencana masa
depan yang realistis
bersama pasien
2. Mengidentifikasi cara
mencapai rencanana
masa depan yang realistis
3. Memberi dorongan
pasien melakukan
kegiatan dalam rangka
meraih masa depan yang
realistis.
5. Evaluasi
Selanjutnya, setelah dilakukan tindakan keperawatan, evaluasi dilakukan terhadap
kemampuan pasien risiko bunuh diri serta kemampuan perawat dalam merawat pasien dengan
risiko bunuh diri.
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien mampu mengekpresikan perasaannya
c. Klien dapat meningkatkan harga diri
d. Klien menggunakan dukungan sosial.
13
DAFTAR PUSTAKA
Keliat , Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa . EGC. Jakarta.
Maramis. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press : Surabaya
Stuart dan sundeen . 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 3. EGC.Jakarta .
14