Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Darah membentuk sekitar 8% dari berat badan tubuh total dan memiliki

volume rata-rata 5 liter pada wanita dan 5,5 liter pada pria. Darah terdiri dari tiga

jenis unsur sel khusus, eritrosit, leukosit, dan trombosit, yang terendam dalam

cairan kompleks plasma. Sejumlah besar zat organik dan anorganik larut dalam

plasma. Konstituen organik yang paling banyak berdasarkan beratnya adalah

protein plasma, yang membentuk 6% sampai 8% dari berat total plasma.1

Plasma adalah elemen cair di dalam darah. Di dalam darah terdapat

berbagai komponen yang berperan penting dalam kehidupan. Sebagian besar

plasma terdiri dari air (H2O).2 Protein plasma adalah sekelompok konstituen yang

tidak sekedar diangkut, karena merupakan konstituen plasma berukuran terbesar,

protein-protein plasma biasanya tidak keluar dari pori-pori di dinding kapiler.

Juga tidak seperti konstituen plasma lainnya yang larut dalam air plasma, protein

plasma berada dalam bentuk disperse koloid. Terdapat tiga kelompok protein

plasma yaitu albumin, globulin, dan fibrinogen.1

Eritrosit adalah sel darah merah berbentuk bikonkaf (cekung). Warna

merah darah disebabkan oleh eritrosit. Satu sel eritrosit membawa 280 molekul

hemoglobin dan setiap molekul membawa 4 molekul O2. Eritrosit diproduksi

sekitar 2,5 juta sel setiap detik. Usia eritrosit berkisar 120 hari. Mekanisme

produksi eritrosit diatur oleh kadar O2 di darah.2 Walupun terdapat tindakan-

tindakan kontrol, kapasitas darah mengangkut O2 tidak selalu dapat dipertahankan

1
unutk memenuhi kebutuhan jaringan. Anemia mengacu kepada penurunan di

bawah normal kapasitas darah mengangkut O2 dan ditandai oleh hematrokit yang

rendah. Anemia disebabkan oleh penurunan kecepatan eritropoesis, kehilangan

eritrosit berlebihan, atau defisiensi kandungan hemoglobin dalam eritrosit.2

Anemia dapat diklasifikasikan menurut faktor-faktor morfologik sel darah merah

dan indeks-indeksnya atau etiologi.1

Anemia hemolitik adalah anemia yang terjadi karena meningkatnya

penghancuran sel darah merah. Dalam keadaan normal, sel darah merah

mempunyai waktu hidup 120 hari. Jika menjadi tua, sel pemakan dalam sumsum

tulang, limpa, dan hati dapat mengetahuinya dengan merusaknya. Jika suatu

penyakit menghancurkan sel darah merah sebelum waktunya (hemolisis), sumsum

tulang berusaha menggantinya dengan mempercepat pembentukan sel darah

merah yang baru, sampai 10 kali kecepatan normal. Jika penghancuran sel darah

merah melebihi pembentukannya, maka akan terjadi anemia hemolitik.3

Berikut ini akan disajikan sebuah tinjauan pustaka mengenai anemia

hemolitik.

Anda mungkin juga menyukai