Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI

“RUMAH SAKIT”

1. Amaliah Citra Khotimah 1920374193


2. Aulia Maulida 1920374194
3. Dian Christivan Kusmahendra 1920374195
4. Fannia Nabilla Ayu Mawarni 1920374196
5. Guruh Arief Wibowo 1920374197

PROGRAM PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari
suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna
(komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif)
kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan
pusat penelitian medik. Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan mempunyai
kewajiban untuk melayani pasien dengan fasilitas yang lengkap serta pelayanan yang cepat
dan tepat. Untuk mencapai hal tersebut manajemen rumah sakit harus dilaksanakan dengan
benar (Rhesavani, 2013). Seiring dengan perkembangan zaman, manajemen rumah sakit
yang pada mulanya murni bersifat sosial berkembang menjadi bersifat sosio-ekonomis.
Menurut Hatta (2011), sistem informasi yang pada mulanya hanya berorientasi pada
pelayanan mediknya saja lama-lama berkembang menjadi memperhitungkan biaya produksi.
Namun, tujuan utama dalam pelayanan kesehatan adalah menghasilkan outcome yang
menguntungkan bagi pasien, provider, dan masyarakat. Informasi mengenai pelayanan
kesehatan, baik dari seluruh pengguna jasa pelayanan medis maupun seluruh individu dalam
populasi diperlukan sebagai sumber data untuk dapat menjawab pertanyaan mengenai
persamaan (equity), efisiensi (efficiency), dan mutu pelayanan kesehatan (quality) (EEQ),
sehingga manajemen informasi dan teknologinya dalam banyak hal sangat diperlukan dalam
manajemen klinis untuk mendapatkan informasi yang benar dan akurat. Salah satu upaya
pelayanan kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayanan adalah dengan menciptakan
pelayanan yang cepat, tepat, dan akurat, baik dalam pelayanan medis maupun nonmedis.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, setiap
rumah sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan tentang semua kegiatan
penyelenggaraan rumah sakit dalam bentuk Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS). Menurut
Permenkes 1171/MENKES/PER/VI/2011 tentang SIRS, ada dua macam pelaporan, yaitu
pelaporan terbarukan dan pelaporan periodik. Kegiatan pengolahan data-data tersebut akan
lebih efektif dan efisien apabila menggunakan perangkat lunak komputer.
Menurut Rustiyanto (2010), Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)
merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup semua pelayanan kesehatan (rumah
sakit) disemua tingkatan administrasi yang dapat memeberikan informasi kepada pengelola
untuk proses manajemen (berhubungan dengan pengumpulan data, pengolahan data,
penyajian informasi, dan analisa) pelayanan rumah sakit. Sistem ini dirancang untuk
meningkatkan kinerja petugas, diantaranya dokter dan asisten dokter, bidan dan perawat,
staff administrasi dan personalia, apoteker, logistik, dan top manajerial. Oleh karena itu
sudah semestinya system informasi yang ada membantu pekerjaan petugas lebih mudah dan
lebih cepat terselesaikan. Kebutuhan sistem informasi pada rumah sakit bahkan telah
ditetapkan sebagai suatu kewajiban, seperti yang tertuang pada Undang-Undang No. 44
Tahun 2009 tentang rumah sakit, pasal 52 ayat 1 yang berisi setiap rumah sakit wajib
melakukan pencatatan dan pelaporan tentang semua kegiatan penyelenggaraan rumah sakit
dalam bentuk sistem informasi manajemen rumah sakit.
Peran sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) harus dimanfaatkan secara
maksimal untuk membantu kelancaran pelayanan. Dalam usaha memanfaatkan SIMRS
secara optimal maka selalu dilakukan pengembangan sistem sehingga akan memperkaya
kemampuan suatu sistem. Dengan begitu diharapkan terjadi kesesuaian antara kebutuhan
pengguna dengan kemampuan yang dimiliki sistem.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi rumah sakit?
2. Apa fungsi dan tugas rumah sakit?
3. Apa saja kegiatan di rumah sakit?
4. Apa saja persyaratan umum rumah sakit?
5. Apa kode etik di rumah sakit?
6. Apa saja hak dan kewajiban rumah sakit?
7. Apa tanggung jawab rumah sakit kepada pasien?
8. Apa saja hak dan tanggung jawab pasien?
9. Apa pertanggungjawaban pidana rumah sakit terhadap pasien?
10. Bagaimana struktur di rumah sakit?
11. Apa saja jenis dan klasifikasi rumah sakit?
12. Bagaimana akreditasi di rumah sakit?
13. Bagaimana pelayanan medis di rumah sakit?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi rumah sakit.
2. Untuk mengetahui fungsi dan tugas rumah sakit.
3. Untuk mengetahui kegiatan di rumah sakit.
4. Untuk mengetahui persyaratan umum rumah sakit.
5. Untuk mengetahui kode etik di rumah sakit.
6. Untuk mengetahui hak dan kewajiban rumah sakit.
7. Untuk mengetahui tanggung jawab rumah sakit kepada pasien.
8. Untuk mengetahui hak dan tanggung jawab pasien.
9. Untuk mengetahui pertanggungjawaban pidana rumah sakit terhadap pasien.
10. Untuk mengetahui struktur di rumah sakit.
11. Untuk mengetahui jenis dan klasifikasi rumah sakit.
12. Untuk mengetahui akreditasi di rumah sakit.
13. Untuk mengetahui pelayanan medis di rumah sakit.
BAB II
ISI

2.1 Definisi Rumah Sakit


Berdasarkan Permenkes No 4 Tahun 2018 rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan sebagai intitusi pemberi pelayanan
kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan individu terlatih dan terdidik dalam
menangani masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik.
Upaya kesehatan yang dilakukan dalam setiap kegiatan bertujuan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan sehingga mampu mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
bagi masyarakat. Sarana kesehatan berfungsi dalam melayani kesehatan dasar, kesehatan
rujukan dan atau upaya kesehatan penunjang. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan
pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang
diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
2.2 Fungsi dan Tugas Rumah Sakit
2.2.1 Fungsi Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, fungsi
rumah sakit adalah:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan
yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta pengaplikasian teknologi
dalam bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
2.2.2 Tugas Rumah Sakit
Tugas rumah sakit yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun
2009 tentang rumah sakit adalah sebagai berikut: Pasal 4, rumah sakit mempunyai tugas
memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pasal 5, untuk
menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.
Rumah sakit merupakan sebuah organisasi yang mempunyai tingkat
kompleksitas tinggi karena terdapat otoritas formal yang dipresentasikan oleh
manajemen keilmuan dan keahlian yang dimiliki oleh kelompok dokter.
Menurut Handoyo et, al.. 2008, tugas rumah sakit bersifat pelayanan yang
mengharuskan setiap personal dalam penyelengaraan rumah sakit harus memenuhi
standar dan kriteria minimum. Tugas rumah sakit pada umumnya sebagai pemeliharaan
dan pemulihan kesehatan, melaksanakan pelayanan kesehatan dengan mengutamakan
kegiatan penyembuhan penderita maupun pemulihan keadaan cacat badan dan jiwa,
yang dilaksanakan secara terpadu dengan upaya peningkatan (promotif), pencegahan
(preventif) serta melaksanakan upaya rujukan.
2.3 Kegiatan Rumah Sakit
Untuk menyelenggarakan fungsinya, maka rumah sakit menyelenggarakan kegiatan:
1. Pelayanan medis.
2. Pelayanan dan asuhan keperawatan.
3. Pelayanan penunjang medis dan nonmedis.
4. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan.
5. Pendidikan, penelitian dan pengembangan.
6. Administrasi umum dan keuangan.
2.4 Persyaratan Umum Rumah Sakit
Rumah sakit harus memiliki persyaratan umum agar mampu bersaing di bidang
pelayanan kesehatan dan mampu memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat maupun
tenaga kerja yang terkait dalam intitusi tersebut.
1. Nama Rumah Sakit
a. Tidak boleh memakai nama orang yang masih hidup.
b. Penamaan rumah sakit harus sesuai dengan misi, tugas, dan fungsinya.
2. Lokasi
Lokasi rumah sakit harus sesuai dengan analisa kebutuhan pelayanan kesehatan dan
rencana umum tata ruang Kota atau daerah setempat.
3. Organisasi
a. Mempunyai pengaturan kedudukan, tugas, fungsi, tanggung jawab, susunan
organisasi, tata kerja dan tata laksana rumah sakit yang sesuai dengan kelas rumah
sakit dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Struktur organisasi terdiri dari unsur pimpinan, unsur bantuan administrasi, dan
bantuan medis teknis yang berpedoman pada organisasi rumah sakit pemerintah.
c. Badan hukum selaku pemilik rumah sakit bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan perumah sakitan dan
penggunaan dana bantuan yang diterima untuk rumah sakit.
d. Rumah sakit diharuskan mempunyai Dewan Penyantun Rumah Sakit yang
mempunyai tugas memberikan saran atau nasihat kepada pemilik rumah sakit dan
direktur rumah sakit dalam penyelenggaraan dan pengelolaan rumah sakit.
4. Bangunan
a. Jumlah tempat tidur minimal
 Rumah sakit umum milik badan hukum sosial memiliki minimal 50 tempat tidur.
 Rumah sakit umum milik badan hukum lain memiliki minimal 100 tempat tidur.
 Rumah sakit khusus memiliki minimal 25 tempat tidur.
b. Luas bangunan minimal 50 m2 setiap penyediaan 1 tempat tidur.
c. Luas tanah
 Bangunan tidak bertingkat luas tanah minimal 1,5 kali luas bangunan.
 Bangunan bertingkat luas tanah minimal 2 kali luas bangunan dari lantai dasar.
d. Tanah diluar digunakan untuk parkir, taman dan jalan.
e. Bangunan, ruang rumah sakit terdiri dari :
 Ruang rawat inap dengan jumlah tempat tidur sesuai ketentuan.
 Ruangan rawat jalan.
 Ruangan gawat darurat.
 Kamar operasi.
 Ruangan instalasi penunjang medik minimal mempunyai laboratorium, radiologi
dan pelayanan obat.
 Ruangan penunjang sarana rumah sakit, yaitu gudang, dapur, tempat cuci, bengkel
sederhana, dan kamar jenazah.
 Ruangan administrasi, ruangan tenaga medis, ruangan paramedis, dan ruang
pertemuan staff.
f. Seluruh bangunan berpedoman pada standarisasi bangunan rumah sakit pemerintah
yang disesuaikan dengan kelasnya.
g. Seluruh ruangan memenuhi persyaratan minimal untuk kebersihan, bebas polusi,
ventilasi, penerangan, tenaga, dan sistem pemadam kebakaran yang akurat.
h. Sistem keselamatan kerja, kebakaran, dan kewaspadaan bencana.
i. Tersedianya fasilitas listrik dan penyediaan air minum setiap hari selama 24 jam yang
memenuhi persyaratan kesehatan.
j. Tersedianya pengolahan air limbah dan pembuangan sampah sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
5. Peralatan
a. Peralatan kelengkapan medik dan penunjang medik disesuaikan dengan kelas rumah
sakit dan pelayanan medik yang berlaku.
b. Pengadaan peralatan canggih harus berdasarkan analisa kebutuhan dan kelas rumah
sakit serta terlebih dahulu melakukan konsultasi dengan Dinas Kesehatan yang
berwenang dengan konsultasi dari Direktur Jenderal Pelayanan Medik.
c. Persediaan obat-obatan berpedoman pada DOI (Data Obat Indonesia) dan
formularium rumah sakit yang kelasnya setingkat dengan rumah sakit pemerintah.
d. Peralatan atau kelengkapan non medis yang harus disediakan :
 Perlengkapan kebutuhan rawat inap, rawat darurat dan rawat jalan.
 Perlengkapan kebutuhan dapur dan cuci.
 Perlengkapan kebutuhan perkantoran.
 Perlengkapan perbengkelan sederhana dan pemadam kebakaran sesuai
kebutuhan.
 Perlengkapan pengelolaan air limbah dan sampah.
 Alat tranportasi pasien, elevator atau lift dan ram untuk gedung-gedung
bertingkat.
6. Ketenagaan
a. Direktur rumah sakit adalah seorang dokter (dokter umum atau dokter spesialis) yang
mempunyai pengetahuan dan keterampilan manajemen rumah sakit, bekerja purna
waktu, dan berkewarganegaraan Indonesia dengan batas umur maksimal 70 tahun.
b. Direktur rumah sakit diangkat dan diberhentikan oleh Badan Hukum Pemilik Rumah
Sakit dengan surat keputusan dan sepengetahuan serta tidak ada keberatan dari
Kepala Dinas Kesehatan yang berwenang.
c. Jumlah tenaga medis, paramedik dan non medis yang dipekerjakan sesuai dengan
kebutuhan dan berpedoman pada kelas rumah sakit dan peraturan ketenagaan rumah
sakit yang berlaku. Jumlah tenaga medis purna waktu sesuai dengan kelas rumah
sakit minimal dua orang.
d. Tenaga medis, paramedis, dan non medis purna waktu mempunyai surat
pengangkatan dari Direktur Rumah Sakit.
e. Tenaga medis yang bekerja secara paruh waktu mempunyai ijin atasan langsung dari
instansinya.
f. Semua tenaga medis mempunyai surat penugasan (SP) yang dikeluarkan oleh
Departemen Kesehatan dan Surat Ijin Praktek (SIP) sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
g. Penggunaan tenaga medis asing hanya diperbolehkan sebagai konsultan, tidak
memberi pelayanan serta memenuhi persyaratan yang berlaku bagi tenaga medis
asing yang bekerja di Indonesia sesuai ketentuan yang berlaku.
h. Penggunaan tenaga medis asing dalam rangka pelayanan yang bersifat sosial harus
bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran dan ikatan profesi atau organisasi profesi
setempat dan mendapat ijin dari Direktur Jenderal Pelayanan Medik.
7. Tarif
a. Ketentuan tarif rumah sakit ditetapkan oleh Badan Hukum Milik Rumah Sakit
dengan mempertimbangkan biaya satuan, kemampuan rumah sakit dan kemampuan
membayar dari masyarakat, serta peraturan pola tarif untuk rumah sakit swasta yang
berlaku atau Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 282/Menkes/SK/III/1993 tentang
pola tarif rumah sakit swasta.
b. Penetepan besaran tarif untuk kelas III berpedoman pada tarif Kepala Kantor
Wilayah Departemen Kesehatan setempat.
8. Kegiatan Pelayanan
a. Memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit sesuai dengan standar pelayanan
rumah sakit, standar pelayanan medik dan prosedur tetap.
b. Melaksanakan kegiatan rekam medik serta pencatatan dan pelaporan sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan.
c. Menyelenggarakan administrasi keuangan sebagai kegiatan administrasi rumah sakit
yang dipertanggungjawabkan Direktur Rumah Sakit kepada pemilik rumah sakit.
d. Mempunyai buku keuangan yang dapat diperlihatkan apabila suatu hal tertentu
diperlukan pemeriksaan.
2.5 Kode Etik Rumah Sakit
Dalam pelayanan rumah sakit di Indonesia memerlukan kode etik, kode etik ini
berguna supaya dalam pelayanan rumah sakit tetap memusatkan kepada pelayanan medis
yang maju dan berguna bagi masyarakat luas dan khususnya bagi pasien yang membutuhkan
perawatan medis pertama. Kode etik rumah sakit di Indonesia disusun oleh organisasi
perumahsakitan dari seluruh Indonesia, yakni peratuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia atau
juga yang disingkat PERSI. Etika yang disusun oleh PERSI untuk seluruh rumah sakit di
Indonesia mencakup:
1. Kewajiban umum rumah sakit,
2. Kewajiban rumah sakit terhadap masyarakat,
3. Kewajiban rumah sakit terhadap pasien,
4. Kewajiban rumah sakit terhadap karyawan di rumah sakit,
5. Kewajiban rumah sakit terhadap rumah sakit yang lainnya.
2.6 Hak dan Kewajiban Rumah Sakit
Rumah sakit di mata hukum juga merupakan badan hukum (rechtpersoon), rumah
sakit juga berhubungan dengan pasien dan masyarakat. Rumah sakit juga mempunyai hak
dan tanggung jawab yang ada di dirinya. Adapun, hak rumah sakit adalah sebagai berikut:
1. Setiap rumah sakit dapat membuat peraturan rumah sakitnya sendiri, yang dimaksudkan
dengan membuat peraturan rumah sakit adalah membuat peraturan-peraturan khusus
yang diberlakukan dalam rumah sakit tersebut, seperti halnya dengan peraturan jam
besuk, menggunakan sarana dan prasarana rumah sakit, dan lain sebagainya.
2. Mensyaratkan pasien harus menaati segala peraturan rumah sakit baik itu dalam
pengobatan maupun saat berada dalam rumah sakit tersebut.
3. Mensyaratkan pasien harus menaati segala instruksi yang diberikan dokter kepadanya.
4. Memilih serta menyeleksi tenaga dokter yang akan dipekerjakan pada rumah sakit
tersebut, hal ini berhubungan dengan persoalan tanggung jawab rumah sakit terhadap
personalia sehubungan dengan doktrin Hubungan Majikan Karyawan.
5. Menuntut pihak-pihak yang melakukan wanprestasi, baik yang dilakukan oleh pasien
maupun pihak ketiga yang bekerja sama dengan rumah sakit tersebut.
2.7 Kewajiban Rumah Sakit kepada Pasien
Dalam hal pelayanan rumah sakit, perawatan dan pengobatan terhadap pasien yang
terjadi di dalam rumah sakit yang bertanggung jawab penuh adalah rumah sakit itu sendiri.
Pengertian yang diterangkan sering juga disebut dengan Doktrin Corporate Liability. Secara
tegas tanggung jawab rumah sakit dalam pelayanan pasien diemban oleh rumah sakit
tersebut dan rumah sakit tidak dapat menolak pasien dengan alasan apapun, yang
diutamakan adalah keselamatan pasien. Berdasarkan Permenkes No 4 Tahun 2018 Pasal 2
ayat 1 setiap rumah sakit memiliki kewajiban antara lain :
a. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan rumah sakit kepada masyarakat;
b. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;
c. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan
pelayanannya;
d. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai dengan
kemampuan pelayanannya;
e. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin;
f. Melaksanakan fungsi sosial;
g. Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit
sebagai acuan dalam melayani pasien;
h. Menyelenggarakan rekam medis;
i. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak meliputi sarana ibadah, parkir,
ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak, lanjut usia;
j. Melaksanakan sistem rujukan;
k. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika serta
peraturan perundang-undangan;
l. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban pasien;
m. Menghormati dan melindungi hak pasien;
n. Melaksanakan etika rumah sakit;
o. Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana;
p. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional maupun
nasional;
q. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau kedokteran gigi
dan tenaga kesehatan lainnya;
r. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit (hospital by laws);
s. Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas rumah sakit dalam
melaksanakan tugas; dan
t. Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa rokok.
2.8 Hak dan Tanggung Jawab Pasien
Dalam pelayanan kesehatan antara rumah sakit dengan pasien, pasti ada hak dan
kewajiban yang diterima ataupun harus dilaksanakan oleh pasien atau rumah sakit. Dalam
hubungan pelayanan kesehatan, pasien sebagai penerima pelayanan dan rumah sakit sebagai
pemberi pelayanan. Rumah sakit sebagai pemberi pelayanan harus melaksanakan
kewajibannya, harus menerima hak dari pasien. Sebaliknya pasien sebagai penerima
pelayanan juga harus melaksanakan kewajiban dan mendapatkan haknya. Kewajiban-
kewajiban diuraikan sebagai berikut:
1. Pasien dan keluarganya harus menaati segala peraturan yang berlaku di rumah sakit
tersebut.
2. Pasien harus memberikan informasi yang sejujur-jujurnya tentang semua penyakit yang
diderita oleh pasien tersebut.
3. Pasien wajib mematuhi segala instruksi dokter dan perawat yang ada di rumah sakit
tersebut.
4. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk mematuhi dan memenuhi perjanjian
yang telah ditandatangani oleh pasien.
5. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas jasa
pelayanan yang telah diberikan oleh rumah sakit/dokter.
2.9 Pertanggungjawaban Pidana Rumah Sakit terhadap Pasien
Rumah sakit sebagai rechtpersoon yang mempunyai tugas dan kewajiban untuk
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara menyeluruh tanpa membedakan
suku, ras, agama dan kepercayaan tidak boleh menelantarakan pasien atau bahkan orang yang
dalam kondisi gawat darurat membutuhkan pertolongan. Rumah sakit tidak dapat menolak
pasien yang membutuhkan pertolongan, bahkan rumah sakit harus menolong dan
memberikan pelayanan demi nyawa hidup pasien tanpa mementingkan biaya dan
administrasi untuk rumah sakit tersebut. Rumah sakit harus mementingkan keselamatan jiwa
pasien yang sesuai dengan Undang – Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang
menyatakan bahwa rumah sakit dilarang menolak pasien dan tidak mementingkan uang muka
terlebih dahulu. Fenomena yang terjadi adalah banyak rumah sakit yang menolak pasien
yang tidak mampu dengan berbagai macam alasan. Pasien yang terlantar tersebut menjadi
cacat bahkan mati karena terlambat mendapat penanganan.
2.10 Struktur Rumah Sakit
Perancangan struktur organisasi rumah sakit meliputi penekenan pada proses
pelayanan inti (strategic), peningkatan integrasi berbagai kegiatan (synchronized),
penghapusan birokrasi yang berlebihan (small or lean), pengurangan kompleksitas (simple)
dan peningkatan kecepatan untuk memberikan pelayanan (speedy).
2.10.1 Struktur Rumah Sakit Umum Kelas A
1. Seorang Direktur Utama
2. Direktur utama membawahi 4 Direktorat
3. Masing-masing Direktorat terdiri paling banyak 3 bidang atau 3 Bagian
4. Masing-masing Bidang terdiri paling banyak 3 Seksi
5. Masing-masing Bagian terdiri paling banyak 3 Subbagian
2.10.2 Struktur Rumah Sakit Umum Kelas B Pendidikan
1. Seorang Direktur Utama
2. Direktur utama membawahi paling banyak 3 Direktorat
3. Direktorat membawahi paling banyak 3 Bidang atau 3 Bagian
4. Masing-masing bidang terdiri paling banyak 3 Seksi
5. Masing-masing bagian terdiri paling 3 Subbagian
2.10.3 Struktur Rumah Sakit Umum Kelas B Non Pendidikan
1. Seorang Direktur Utama
2. Direktur membawahi paling banyak 2 Direktorat
3. Masing-masing Direktorat terdiri dari paling banyak 3 Bidang atau 3 Bagian
4. Masing-masing Bidang terdiri paling banyak 3 Seksi
5. Masing-masing Bagian terdiri paling banyak 3 Subbagian
2.10.4 Struktur Rumah Sakit Umum Kelas C
1. Seorang Direktur
2. Direktur membawahi paling banyak 2 Bidang dan 1 Bagian
3. Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 Seksi
4. Bagian terdiri dari paling banyak 3 Subbagian
2.10.5 Struktur Rumah Sakit Umum Kelas D
1. Seorang Direktur
2. Direktur membawahi 2 Seksi dan 3 Subbagian
3. Masing-masing Bidang terdiri paling banyak 3 Seksi
4. Bagian terdiri paling banyak 3 Subbagian
2.10.6 Struktur Rumah Sakit Khusus Kelas A
1. Seorang Direktur Utama
2. Direktur Utama membawahi paling banyak 4 Direktorat
3. Masing-masing Direktorat terdiri paling banyak 3 Bidang atau 3 Bagian
4. Masing masing Bidang terdiri paling banyak 3 Seksi
5. Masing-masing Bagian terdiri paling banyak 3 Subbagian
2.10.7 Struktur Rumah Sakit Khusus Kelas B
1. Seorang Direktur Utama
2. Direktur Utama membawahi paling banyak 2 Direktorat
3. Masing-masing Direktorat terdiri dari 2 Bidang atau 2 Bagian
4. Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 Seksi
5. Masing-masing Bagian terdiri dari paling banyak 3 Subbagian
2.10.8 Struktur Rumah Sakit Khusus Kelas C
1. Seorang Direktur
2. Direktur membawahi 2 Seksi dan 3 Subbagian
2.10.9 Unit – unit Non Struktural
1. Satuan Pengawas Intern
2. Komite
3. Instalasi
2.11 Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit
2.11.1 Jenis Rumah Sakit
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan
menjadi 2, yaitu :
1. Rumah Sakit Umum
Rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang
dan jenis penyakit. Yang termasuk jenis rumah sakit ini adalah rumah sakit
swasta dan rumah sakit pemerintah/daerah. Rumah Sakit Pemerintah Pusat dan
Daerah diklasifikasikan menjadi Rumah Sakit Umum kelas A, B, C, dan D.
Klasifikasi tersebut didasarkan pada unsur pelayanan, ketenagaan fisik, dan
peralatan. Berikut ini klasifikasinya:
a. Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medic spesialistik luas dan subspesialistik
luas.
b. Rumah Sakit Umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunayi
fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurang kurangnya 11 spesialistik
dan subspesialistik terbatas.
c. Rumah Sakit Umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai
faslitas dan kemampuan pelayanan medic spesialistik dasar.
d. Rumah Sakit Umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.
2. Rumah Sakit Khusus
Rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau
satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umr, organ, jenis
penyakit atau kekhususan lainnya. Rumah sakit khusus meliputi :
a. Rumah Sakit Jiwa
b. Rumah Sakit Kusta
c. Rumah Sakit Ibu dan Anak
d. Rumah Sakit Bersalin
e. Rumah Sakit khusus lainnya.
2.11.2 Klasifikasi Rumah Sakit
Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria sebagai berikut :
1. Kepemilikan
Klasifikasi berdasarkan kepemilikan terdiri atas:
a. Rumah Sakit Pemerintah terdiri atas:
 Rumah sakit vertical yang dikelola oleh Departemen Kesehatan
 Rumah sakit pemerintah daerah
 Rumah sakit militer
 Rumah sakit BUMN
b. Rumah sakit swasta adalah rumah sakit yang dikelola oleh masyarakat
2. Jenis Pelayanan
Klasifikasi berdasarkan jenis pelayanannya terdiri atas:
a. Rumah sakit umum member pelayanan kepada berbagai penderita dengan
berbagai jenis kesakitan, member pelayanan diagnosis dan terapi untuk
berbagai kondisi medic, seperti penyakit dalam, bedah, psikiatrik, ibu hamil,
dan sebagainya.
b. Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang member pelayanan diagnosis
dan pengobatan untuk penderita dengan kondisi medic tertentu baik bedah
maupun non bedah, seperti rumah sakit kanker, bersalin, psikiatri, pediatric,
ketergantungan obat, rumah sakit rehabilitative, dan penyakit kronis.
3. Lama tinggal
Berdasarkan lama tinggal, rumah sakit terdiri atas:
a. Rumah sakit perawatan jangka pendek adalah rumah sakit yang merawat
penderita selama rata rata kurang dari 30 hari.
b. Rumah sakit perawatan jangka panjang adalah rumah sakit yang merawat
penderita dalam waktu rata rata 30 hari atau lebih.
4. Kapasitas tempat tidur
Klasifikasi rumah sakit berdasarkan kapasitas tempat tidurnya sebagai berikut:
a. Di bawah 50 tempat tidur
b. 50 - 99 tempat tidur
c. 100 - 199 tempat tidur
d. 200 - 299 tempat tidur
e. 300 - 399 tempat tidur
f. 400 - 499 tempat tidur
g. 500 tempat tidur atau lebih
5. Afiliasi pendidikan
Klasifikasi berdasarkan afiliasi pendidikan terdiri atas dua jenis yaitu:
a. Rumah sakit pendidikan adalah rumah sakit yang melaksanakan program
pelatihan dalam bidang medic, bedah, pediatric, dan bidang spesialis lain.
b. Rumah sakit non pendidikan adalah rumah sakit yang tidak memiliki afiliasi
dengan universitas disebut rumah sakit non pendidikan.
6. Status akreditasi
Rumah sakit berdasarkan status akreditasi rumah sakit yang telah
diakreditasi dan rumah sakit yang belum diakreditasi. Rumah sakit telah
diakreditasi adalah rumah sakit yang telah diakui secara formal oleh suatu badan
sertifikasi yang diakui, yang menyatakan bahwa suatu rumah sakit telah
memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan tertentu.
2.12 Akreditasi Rumah Sakit
Standar adalah keadaan ideal atau tinkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang
digunakan sebagai batas penerimaan minimal atau disebut pula sebagai kisaran variasi yang
masih dapat diterima. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam standar terutama dalam
pelayanan rumah sakit adalah:
1. Standar pelayanan RS merupakan standar minimal yang harus dipenuhi oleh sebuah RS
agar dapat menjalankan fungsi yang diembannya, yaitu fungsi pelayanan, pendidikan,
penelitan, dan penapisan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
2. Standar pelayanan RS merupakan acuan dan pelengkap untuk RS.
3. Standar pelayanan RS merupakan standar masukan dan satndar profesi.
4. Sebagai standar yang selalu berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan tekhnologi, maka secara berkala standar ini perlu dievaluasi.
Akreditasi rumah sakit adalah suatu pengakuan oleh pemerintah kepada RS yang
telah memenuhi standar yang ditetapkan. Legislasi akreditasi mengacu kepada UU NO 44
Tahun 2009 tentang RS pasal 40 yang menyatakan bahwa akreditasi RS dilakukan minimal
setiap 3 tahun sekali dan dilakukan oleh badan Independent. Tujuan umum dari akreditasi
rumah sakit adalah meningkatkan mutu layanan rumah sakit sedangkan khususnya adalah
memberikan jaminan, kepuasan, dan pelindungan masyarakat, memberikan pengakuan
kepada RS yang telah menerapkan standar pelayanan RS, dan menciptakan lingkungan intern
RS yang kondusif untuk penyembuhan dan pengobatan termasuk peningkatan dan
pencegahan sesuai standar struktur, proses, dan hasil. standar akreditasi merupakan suatu
pernyataan yang mendefinisikan harapan terhadap kinerja, struktru proses yang harus
dimiliki rumah sakit untuk memberikan pelayanan dan asuhan bermutu serta aman.
Akreditasi menunjukkan komitmen sebuah RS untuk meningkatkan keselamatan dan mutu
asuhan pasien, memastikan bahwa lingkungan pelayanan dan senantiasa berupaya
mengurangi resiko bagi para pasien dan staf RS, sebagai cara efektif untuk mengevaluasi
mutu suatu RS, yang sekaligus berperan sebagai sarana manajemen. Akreditasi dirancang
untuk meningkatkan budaya keselamatan dan budaya kualitas di RS sehingga senantiasa
berupaya meningkatkan mutu dan keamanan layanannya.
Standar akreditasi yang terbaru mengacu pada Standar Akreditasi Tahun 2012 yang
merupakan upaya Kementerian kesehatan menyediakan suatu perangkat yang mendorong RS
senantiasa meningkatkan mutu dan keamanan pelayanan dengan penekanan bahwa akreditasi
adalah suatu proses belajar, maka RS distimulasi melakuka perbaikan yang berkelanjutan dan
terus menerus. Proses akreditasi terdiri dari kegiatan survey oleh tim Survivor dan proses
pengambilan keputusan pada Pengurus KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit).
Peran Standarisasi dalam akreditasi RS adalah:
1. Sebagai dasar dalam penyusunan instrument akreditasi
2. Sebagai dasar dalam penyusunan criteria akreditasi
3. Sebagai dasar penyusunan indikator output
Akreditasi dilaksanakan secara bertahap, yaitu
1. Tahap pertama : akreditasi tingkat dasar (5 kegiatan pelayanan)
2. Tahap kedua : akreditasi tingkat lanjut (12 kegiata pelayanan)
3. Tahap ketiga : akreditasi tingkat lengkap (16 kegiatan pelayanan)
Dalam pelaksanaan akeditasi rumah sakit, RS boleh memilih antara akreditasi 5, 12,
atau 16 kegiatan pelayanan tergantung kemampuan RS tersebut. RS yang telah diakreditasi
bisa melakukan akreditasi ulang dan diperbolehkan memilih tetap 5 pelayanan atau
meningkat menjadi 12 pelayanan tergantung rumah sakit tersebut.
Adapun sebanyak 15 kriteria yang dinilai pada proses akreditasi suatu rumah sakit,
diantaranya:
1. Sasaran Keselamatan Pasien
2. Hak Pasien dan Keluarga
3. Pendidikan Pasien dan Keluarga
4. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
5. Milenium Development Goals
6. Akses Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan
7. Asessmen Pasien
8. Pelayanan Pasien
9. Pelayanan Anestesi dan Bedah
10. Manajemen Penggunaan Obat
11. Kualifikasi dan Pendidikan Staf
12. Manajemen Komunikasi dan Informasi
13. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
14. Tata kelola, Kepemimpinan, dan Pengarahan
15. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
Sedangkan tingkatan kelulusan dan kriterianya adalah sebagai berikut:
1. Tingkat Dasar
Apabila kriteria no 1-4, nilai minimum 80% dan kriteria no 5-15, nilai minimum 15 %
2. Tingkat Madya
Apabila kriteria no 1-8, nilai minimum 80 % dan kriteria 9-15, nilai minimum 20 %
3. Tingkat Utama
Apabila kriteria no 1-12, nilai minimum 80 % dan kriteria 13-15, nilai minimum 20 %
4. Tingkat Paripurna
Seluruh kriteria 1-15, nilai minimum 80 %
2.13 Pelayanan Medis Rumah Sakit
Menurut Dubois dan Miley, sistem pelayanan kesehatan merupakan jaringan
pelayanan interdisipliner, komprehensif, dan kompleks, terdiri dari aktivitas diagnosis,
treatment, rehabilitasi, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan untuk masyarakat pada
seluruh kelompok umur dan dalam berbagai keadaan. Berbagai sistem pelayanan kesehatan
meliputi pelayanan kesehatan masyarakat, rumah sakit rumah sakit, klinik klinik medical,
organisasi organisasi pemeliharaan kesehatan, lembaga kesehatan rumah, perawatan dalam
rumah, klinik klinik kesehatan mental, dan pelayanan pelayanan rehabilitative.
Pelayanan kesehatan dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1. Pelayanan kesehatan primer atau pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan
kesehatan yang paling depan, yang pertama kali diperlukan masyarakat saat terjadinya
gangguan kesehatan atau kecelakaan. Pelayanan ini merupakan tulang punggung
pelayanan kesehatan serta mengutamakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif.
Keberhasilan pelayanan ini akan mendukung pelaksanaan Jaminan Sosial Kesehatan
Nasional, dimana akan mengurangi jumlah pasien yang dirujuk. Bentuk bentuk pelayanan
primer, contohnya adalah Posyandu, dana sehat, Polindes (Poliklinik Desa), Pos Obat
Desa (POD), Pengembangan Masyarakat atau Community Development, Perbaikan
Sanitasi Lingkungan, Upaya Peningkayan Pendapatan (Income Generating), dan
sebagainya. Adapun prinsip pelayanan dokter layanan primer, yaitu:
a. Primary Care
b. Promotif dan Preventif
c. Personal Care
d. Comprehensive Care
e. Holistic Care
f. Integrated Care
g. Continuum Care
h. Koordinatif dan kerjasama
i. Berorientasi pada keluarga dan komunitas
j. Patient safety
Kemudian prasyarat untuk dokter layanan primer adalah sebagai berikut:
a. Memiliki fasilitas kesehatan
b. Memiliki SDM kesehatan
c. Memiliki peralatan pelayanan kesehatan
d. Mampu memberikan pelayanan sesuai jenis pelayanan yang telah ditetapkan
e. Memiliki system administrasi dan manajemen pelayanan kesehatan
f. Mampu menetapkan biaya pelayanan
g. Memiliki SPO pelayanan
h. Memiliki jejaring rujukan
2. Pelayanan kesehatan sekunder dan tersier adalah rumah sakit, tempat masyarakat
memerlukan perawatan lebih lanjut / rujukan. Pelayanan kesehatan ini merupakan
pelayanan kesehatan rujukan. Pelayanan kesehatan yang termasuk kepada pelayanan
rujukan contohnya rumah sakit mulai dari tipe D sampai dengan tipe A. Pengelola atau
pemilik rumah sakit di Indonesia dikelompokkan menjadi empat yakni:
a. Rumah sakit pemerintah, yang dibedakan menjadi rumah sakit Departemen
Kesehatan dan Rumah Sakit Pemda (Pemerintah Daerah), yang dibedakan lagi
menjadi rumah sakit Pemda Provinsi dan rumah sakit Pemda Kodia / Kabupaten.
b. Rumah sakit ABRI, yang dibedakan menjadi rumah sakit Angkatan Darat, Angkatan
Udara, Angkatan Laut, dan rumah sakit Polri.
c. Rumah sakit departemen lain yang biasanya dimiliki BUMN, seperti rumah sakit
Pertamina, rumah sakit Perkebunan, dan sebagainya.
d. Rumah sakit swasta yang dikelola LSM atau perusahaan LSM penyelenggaraan
rumah sakit ini biasanya dibedakan menjadi rumah sakit yang didirikan lembaga
keagamaan dan rumah sakit netral.
Agar pelayanan kesehatan dapat terjamin maka mutu pelayanan kesehatan harus
ditingkatkan. Mutu pelayanan kesehatan merupakan pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat
kepuasan rata rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan standard an kode
etik profesi. Agar mutu pelayanan kesehatan ini bisa tercapai harus memenuhi beberapa
strategi yang harus dilakukan yaitu:
a. Pelanggan dan harapannya
Harapan pelanggan mendorong upaya peningkatan mutu pelayanan. Organisasi
pelayanan kesehatan mempunyai banyak pelanggan potensial. Harapan mereka harus
diidentifikasi dan diprioritaskan lalu membuat criteria untuk menilai kesuksesan.
b. Perbaikan kinerja
Bila harapan pelanggan telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah
mengidentifikasi dan melaksanakan kinerja staf dan dokter untuk mencapai
konseling, adanya pengakuan, dan pemberian reward.
c. Proses perbaikan
Proses perbaikan juga penting. Seringkali kinerja disalahkan karena masalah
pelayanan dan ketidakpuasan pelanggan saat proses itu sendiri tidak dirancang
dengan baik untuk mendukung pelayanan. Dengan melibatkan staf dalam proses
pelayanan, maka dapat diidentifikasi masalah proses yang dapat mempengaruhi
kepuasan pelanggan, mendiagnosis penyebab, mengidentifikasi, dan menguji
pemecahan atau perbaikan
d. Budaya yang mendukung perbaikan terus menerus
Untuk mencapai pelayanan prima diperlukan organisasi yang tertib. Itulah sebabnya
perlu untuk memperkuat budaya organisasi sehingga dapat mendukung peningkatan
mutu. Untuk dapat melakukannya, harus sejalan dengan dorongan peningkatan mutu
pelayanan terus menerus.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jadi rumah sakit merupakan sarana masyarakat untuk mendapat pengobatan dan
mendapat pengetahuan tentang menjaga kesehatan. Serta rumah sakit juga memberikan
diagnosa tentang penyakit – penyakit yang di alami oleh pasiennya serta menyarankan
pengobatan dan langkah untuk mengobati penyakit tersebut.

3.2 Saran
1. Rumah sakit harus meningkatkan mutu pelayanan dan efektifitas pelayannya.
2. Rumah sakit harus meningkatkan perannya dalam menjalankan tugas dan
tanggungjawab sesuai ketentuan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2000. Standar Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI. 2009.UU RI No. 44 Tahun 2009” tentang Rumah Sakit”. Jakarta: Depkes RI
Depkes RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1171/MENKES/ PER/VI/2011
tentang Sistem Informasi Rumah Sakit. Jakarta : Depkes RI.
Depkes RI.2018. Peraturan Menkes RI No 4 tahun 2018”tentang Kewajiban Rumah Sakit
dan Kewajiban Pasien”.Jakarta : Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI, 2009. Undang-undang Nomor 36” Tentang kesehatan”. Jakarta.
Handoyo, Eko,Agung B.P., Fuad N.S.2008. Aplikasi Sistem Informasi Rumah Sakit Berbasis
Web Pada Sub-Sistem farmasi Menggunakan Framework Prado, Jurnal Teknologi
Elektro. 13 Vol. 7 No. 1. Januari – Juni 2008.
Hatta, Gemala R. 2011. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana. Pelayanan
Kesehatan. Jakarta : Universitas Indonesia.
Rhesavani, P. (2013) Evaluasi Sistem informasi Rekam Medis di RSU PKU
Muhammadiyah Bantul Berdasarkan Pendekatan Kemudahan dan Kemanfaatan.
Laporan Tugas Akhir (Tidak dipublikasikan). Yogyakarta: Program Diploma III
Rekam Medis Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada.
Rustiyanto, Ery. 2010. Sistem Informasi Rumah Sakit Yang Terintegrasi. Yogyakarta :
Gosyen Publishing.

Anda mungkin juga menyukai