Anda di halaman 1dari 163

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bidan seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai

dengan persyaratan yang berlaku, dicatat, dan diberi izin secara sah untuk

menjalankan praktik (Aticeh, 2014).

Bidan sebagai petugas kesehatan yang berada di garis terdepan

dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama kepada wanita. Dengan

peran yang cukup besar ini maka sangat penting kiranya begi bidan untuk

senantiasa meningkatkan kompentensi melalui pengalaman mengenai

asuhan kebidanan mulai dari awal wanita hamil sampai nifas serta

kesehatan bayi (Sulistyawati, 2014)

Asuhan kebidanan yang diberikan oleh seseorang pemberi

pelayanan kebidanan sangat mempengaruhi kualitas asuhan yang

diberikan dalam tindakan kebidanan seperti upaya pelayanan antenatal,

internatal, postnatal, dan perawatan bayi baru lahir (Saleha, 2013)

Proses kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah, hal

ini perlu diyakini oleh tenaga kesehatan khususnya bidan, sehingga ketika

memberikan asuhan kepada pasien, pendekatan yang dilakukan lebih

cenderung kepada bentuk pelayanan promotif. Realisasi yang paling

mudah dilaksanakan adalah pelaksanaan komunitas Informasi dan Edukasi

(KIE) kepada pasien dengan materi-materi mengenai pemantauan


2

kesehatan ibu hamil dan penatalaksanaan ketidaknyamanan selama hamil

(Sulistyawati, 2014).

Asuhan antenatal terfokus untuk memantau perkembangan

kehamilan, mengenali gejalah dan tanda bahaya, menyiapkan persalinan

dan kesediaan menghadapi komplikasi. (JNPK-KR,2008)

Proses penciptaan manusia sejak di dalam rahim dijelaskan dalam

AL-Qur’an surat AL-Mu’minun ayat 12-14 yang berbunyi sebagai berikut:

Artinya:

Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal)

dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan)

dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan

sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan

segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,

lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami

menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta

yang paling baik. (Q.S. Al-Mukminun [23]: 12–14)

Persalinan merupakan suatu kondisi fisiologis yang akan dialami

oleh setiap orang. Akan tetapi, kondisi yang fisiologis tersebut dapat

menjadi patologi apabila seorang ibu tidak mengetahui kondisi yang


3

fisiologis dan seorang penolong atau tenaga kesehatan tidak memahami

bagaimana suatu persalinan dikatakan fisiologis dan bagaimana

penatalaksanaannya sehingga dpat membantu menurunkan angka kematian

(Iimiah, 2015).

Asuhan kebidanan pada ibu nifas mempelajari berbagai hal terkait

dengan masa nifas yaitu mulai dari konsep dasar mengenai nifas sampai

pada bagaimana mengatasi komplikasi-komplikasi yang mungkin muncul

pada masa nifas (Dewi, 2011).

Pemeriksaan fisik bayi baru lahir adalah pemeriksaan awal yang

dilakukan terhadap bayi setelah berada di dunia luar yang bertujuan untuk

mengetahui apakah bayi dalam keadaan normal dan memeriksa adanya

penyimpangan/kelainan pada fisik, serta ada atau tidaknya reflek primitif.

Pemeriksaan fisik dilakukan setelah kondisi bayi stabil, biasanya enam

jam setelah lahir. (Rivanica & Oxyandi, 2016)

Pemeriksaan fisik bayi baru lahir memerlukan pengetahuan dan

keterampilan yang adekuat, sehingga tidak akan menimbulkan resiko yang

dapat membahayakan bayi. Pada pemeriksaan ini yang paling penting

adalah cara menjaga agar bayi tidak mengalami hipotermi dan trauma dari

tindakan yang kita lakukan. Jangan lupa untuk melakukan informed

consen terlebih dahulu kepada ibu/orang tua bayi, apabila bayi telah

dirawat gabung bersama ibunya. (Rivanica & Oxyandi, 2016)

Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Bersalin Mega untuk

ANC, Bersalin, Nifas, dan Neonatus dari tahun 2015 – 2017 didapatkan,
4

data pada tahun 2015 untuk jumlah ibu yang ANC (588 ), Bersalin (128),

Kunjungan Nifas (128 ), dan Neonatus berjumlah (762), pada tahun 2016

untuk jumlah ibu yang ANC (557), Bersalin (212), Kunjungan Nifas

(287), dan Neonatus berjumlah (268), dan pada tahun 2017 jumlah ibu

yang ANC (677), Bersalin (280), Kunjungan Nifas (957) dan Neonatus

berjumlah (957).

Mengingat pentingnya peran dan fungsi bidan dan berdasarkan

data di atas, hal ini yang melatar belakangi penulis untuk melakukan studi

kasus melalui pendekatan manajemen asuhan kebidanan komprehensip

pada Ny. “Y” di Rumah Bersalin Megawati Palembang Tahun 2018 untuk

meneliti dengan judul Asuhan Kebidanan Ibu Hamil, Bersalin, Nifas

Dan Bayi Baru Lahir Normal Pada Ny. “Y” Di Rumah Bersalin

Megawati Palembang Tahun 2018.


5

B. Rumusan Masalah

Bagaimana menerapkan asuhan kebidanan ibu hamil, bersalin,

nifas, dan bayi baru lahir normal pada Ny. “Y” dengan menggunakan

metode pendokumentasian SOAP di Bidan Praktik Mandiri Palembang

Tahun 2018.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Dapat menerapkan dan mengaplikasikan asuhan kebidanan hamil,

bersalin, nifas, dan bayi baru lahir normal pada Ny. “Y” dengan

menggunakan metode pendokumentasian SOAP di Bidan Praktik

Mandiri Palembang Tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat menerapkan asuhan kebidanan ibu Hamil normal pada Ny.

“Y” dengan menggunakan metode pendokumentasian SOAP di

BPM Palembang Tahun 2018.

b. Dapat menerapkan asuhan kebidanan ibu Bersalin normal pada Ny.

“Y” dengan menggunkan metode pendokumentasian SOAP di

BPM Palembang Tahun 2018

c. Dapat menerapkan asuhan kebidanan ibu Nifas normal pada Ny.

“Y” dengan menggunakan metode pendokumentasian SOAP di

BPM Palembang Tahun 2018.


6

d. Dapat menerapkan asuhan kebidanan Bayi Baru Lahir normal pada

Ny. “Y” dengan menggunakan metode pendokumentasian SOAP

di BPM Palembang Tahun 2018.

e. Melakukan pendokumentasian menggunakan metode SOAP di

BPM Palembang Tahun 2018.

D. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus

a. Antenatal Care pertama pada tanggal 14 April 2018

b. Antenatal Care kedua pada tanggal 15 April 2018

c. Antenatal Care ketiga pada tanggal 28 April 2018

d. Bersalin pada tanggal 10 Mei 2018

e. Nifas pertama pada tanggal 11 Mei 2018

f. Nifas kedua pada tanggal 16 Mei 2018

g. Asuhan BBL pertama pada tanggal 11 Mei 2018

h. Asuhan BBL kedua pada tanggal 16 Mei 2018

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada studi kasus ini terdiri dali lima bab, tiap

bab akan membahas hal-hal sebagaimana berikut :

1. BAB I Pendahuluan

Menjelaskan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan,

waktu dan tempat penambilan kasus, gambaran kasus, metode penulisan,

hasil yang diharapkan dan sistematika penulisan.


7

2. BAB II TINJAUAN TEORI

Menjelaskan tentang teori kehamilan, persalinan, nifas dan bayi

baru lahir.

3. BAB III PERKEMBANGAN KASUS

Menjelaskan tentang perkembangan kasus yang diambil dengan

menggunakan metode narasi dari masa kehamilan, persalinan, nifas, dan

bayi baru lahir.

4. BAB IV PEMBAHASAN

Menjelaskan ada atau tidaknya kesenjangan antara teori yang

didapat dengan kasus yang diambil.

5. BAB V PENUTUP

Menjelaskan tetang kesimpulan dan saran mengenai hasil dan

analisa yang dibahas pada bab sebelumnya dan merupakan jawaban dari

tujuan penulisan.

F. Gambaran Kasus

Pada studi kasus ini penulis mengambil kasus pada Ny “Y” umur

29 tahun, agama islam, bangsa Indonesia, pendidikan terakhir SMP,

pekerjaan ibu rumah tangga, alamat Jl. Angkatan 66 Lr Mawar Rt 21

No1622 palembang, asuhan diberikan sejak usia kehamilan 35 minggu

G2P1A0.
8

Pada kehamilan ini ANC dilakukan sebanyak 6 kali tetapi penulis

hanya melakukan ANC selama 2x pada trimester 3 kehamilan ketiga,

penulis menetapkan asuhan kebidanan pada klien mulai dari usia

kehamilan 35 minggu dan selama kehamilan tidak ada hal yang patologis.

Dalam proses persalinan semua berlangsung dengan normal, tidak

terdapat luka laserasi ataupun luka robekan. Bayi lahir spontan tanggal 10

Mei 2018 pukul 15.20 WIB. Jenis kelamin laki-laki, berat 3500 gr,

panjang 50 cm, menangsi spontan, tidak ada cacat bawakaan.

Masa nifas 1 hari post partum pada tanggal 11 berlangsung normal.

Ibu mengeluh merasa letih dan tinggi fundus uteri 3 jari dibawah pusat,

perdarahan normal, pengeluaran lochea rubra tidak ada masalah, tidak ada

keluhan pada mamae dan proses menyususi berjalan lancar. Pada masa

nifas hari ke 7 berlangsung normal ibu tidak ada masalah.

Neonatus cukup bulan 1 jam pertama, bayi sudah bisa menyusu,

tali pusat di bungkus menggunakan kasa steril atau kasa kering, dan sudah

diberikan salep mata, vitamin K disebelah kiri kaki, dan menyuntikan

injeksi imunisasi HB0 setelah 1 jam pembeian Vit K.


9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KEHAMILAN

1. Definisi Kehamilan

Kehamilan adalah pertemuan antara ovum matang dan

sperma sehat yang memungkinkan terjadinya kehamilan (Sulistyawati,

2014).

Kehamilan normal merupakan masa kehamilan yang

dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal

adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari haid

pertama sampai haid terakhir (Pudiastuti, 2012).

2. Tanda-tanda Kehamilan

a. Tanda Tidak Pasti Hamil

Tanda tidak pasti hamil adalah perubahan-perubahan

fisiologis yang dapat dikenali dari pengakuan atau yang dirasakan

oleh wanita hamil. Tanda tidak pasti ini terdiri atas hal-hal berikut

ini :

1) Amenore (berhentinya menstruasi)

Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadinya

pembentukan folikel degraaf dan ovulasi sehingga menstruasi

tidak terjadi. Lamanya amenore dapat dikonfirmasikan dengan

memastikan hari pertama haid terakhir (HPHT), dan digunakan

untuk memperkirakan usia kehamilan dan taksiran persalinan,


10

tetapi, amenorea juga dapat disebabkan oleh penyakit kronik

tertentu, tumor pritutari, perubahan dan faktor lingkungan,

malnutrisi, dan biasanya gangguan emosional seperti ketakutan

akan kehamilan.

2) Mual (nausea) dan Muntah (emesis)

Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi

pengeluaran asam lambung yang berlebihan dan menimbulkan

mual muntah yang terjadi terutama pada pagi hari yang disebut

morning sickness. Dalam batas tertentu hal ini masih fisiologis,

tetapi bila terlampau sering dapat menyebabkan gangguan

kesehatan yang disebut dengan hiperemesis gravidarum.

3) Pingsan (syncope)

Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala

(sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat

menimbulkan syncope atau pingsan. Hal ini sering terjadi

terutama jika berada pada tempat yang ramai, biasanya akan

hilang setelah 16 minggu.

4) Kelelahan

Sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari

penurunan kecepatan basal metabolisme (basal

metabolismerate-BMR) pada kehamilan, yang akan meningkat

seiring pertambahan usia kehamilan akibat aktivitas

metabolisme hasil konsepsi.


11

5) Payudara tegang

Estrogen meningkat perkembangan sistem duktus

pada payudara, sedangkan progesteron menstimulasi

perkembangan sistem alveolar payudara.

6) Pigmentasi kulit

Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12

minggu. Terjadi akibat pengaruh hormon kortikosteroid

plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.

b. Tanda Mungkin Hamil

1) Pembesaran Perut

Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi

pada bulan keempat kehamilan.

2) Tanda Hegar

Tanda hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya

isthmus uteri.

3) Tanda Goodel

Tanda goodel adalah pelunakan seviks. Pada wanita

yang tidak hamil serviks seperti ujung hidung, sedangkan pada

wanita hamil melunak seperti bibir.

4) Tanda Chadwicks

Perubahan warna menjadi keungu – unguan pada

vulva dan mukosa vagina termasuk juga porsio dan serviks.


12

5) Tanda Piscaseck

Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris.

Terjadi karena ovum berimplantasi pada daerah dekat dengan

kornus sehingga daerah tersebut berkembang lebih dulu.

6) Kontraksi Braxton Hicks

Merupakan peregangan sel-sel otot uterus, akibat

meningkatnya actomysin di dalam otot uterus. Kontraksi ini

beritmik, sporadis, tidak nyeri, biasanya timbul pada kehamilan

delapan minggu, tetapi baru dapat diamati dari pemeriksaan

abdomen pada trimester ketiga. Kontraksi ini akan terus

meningkat frekuensinya, lamanya, dan kekuatannya sampai

mendekati persalinan.

7) Teraba Ballotement

Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan

janin bergerak dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh

tangan pemeriksa. Hal ini terus ada pada pemeriksaan

kehamilan karena peradangan bagian seperti bentuk janin saja

tidak cukup karena dapat saja merupakan myoma uteri.

8) Pemeriksaan Tes Biologis Kehamilan (Planotest) Positif

Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya

Human Chorionic Gonadotropin (HCG) yang diproduksi oleh

sinsiotropoblastik sel selama kahamilan. Hormon ini disekresi


13

di peredaran darah ibu pada plasma darah, dan dieksresi pada

urine ibu.

c. Tanda Pasti Hamil

Tanda pasti adalah tanda yang menunjukan langsung

keberadaan janin, yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa.

1) Gerakan janin dalam rahim

Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jels

oleh pemeriksa. Gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia

kehamilan sekitar 20 minggu (Hani utami, 2013)

a) Terlihat atau teraba gerakan janin

b) Teraba bagian-bagian janin

2) Denyut jantung janin

a) Didengar dengan stetoskop laenec, alat kardiotokografi, alat

doopler.

b) Dilihat dengan alat ultrasonografi.

c) Pemeiksaan dengan alat canggih, yaitu rongent untuk

melihat kerangka janin.

3. Standar Pemeriksan Kehamilan dengan “10 T”

Pastikan ibu hamil mendapatkan pelayanan pemeriksaan kehamilan

yang meliputi :

a. Pengukuran tinggi badan, bila badan < 145 cm, maka faktor

risiko panggul sempit, kemungkinan sulit melahirkan secara


14

normal. Penimbangan berat badan setiap kali periksa, sejak

bulan ke-4 pertambahan BB paling sedikit 1 kg/bulan.

b. Pengukuran tekanan darah (tensi), tekanan darah normal

120/80mmHg. Bila tekanan darah lebih besar atau sama dengan

140/90mmHg, ada faktor risiko hipertensi (tekanan darah tinggi)

dalam kehamilan.

c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA), bila < 23,5cm

menunjukan ibu hamil menderita kurang energi kronis (ibu hamil

KEK) dan beresiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).

d. Pengukuran tinggi rahim, pengukuran tinggi rahim berguna

untuk melihat pertumbuhan janin apakah sesuai dengan usia

kehamilan.

e. Penentuan letak janin (presetasi janin) dan penghitungan

denyut jantung janin, apabilah trimester III bagian bawah janin

bukan kepala atau kepala belum masuk panggul, kemungkinan ada

kelainan letak atau ada masalah lain. Bila denyut jantung janin

kurang dari 120 kali/menit atau lebih dari 160 kali/menit

menunjukan ada tanda gawat janin, segerah rujuk.

f. Penentuan status imunisasi tetanus toksoid (TT), oleh petugas

untuk selanjutnya bilamana diperlukan mendapatkan suntikan

tetanus toksoid sesuai anjuran petugas kesehatan untuk mencegah

tetanus pada ibu dan bayi.


15

g. Pemberian tablet tambah darah, ibu hamil sejak awal

kehamilan minum 1 tablet tambah darah setiap hari minimal

selama 90 hari. Teblet tambah darah diminum pada malam hari

untuk mengurangi rasa mual.

h. Tes laboratorium :

1. Tes golongan darah, untuk mempersiapkan donor bagi ibu

hamil bila diperlukan.

2. Tes hemoglobin, untuk mengetahui apakah ibu kekurangan

darah (Anemia).

3. Tes pemeriksaan urine (air kencing).

4. Tes pemeriksaan darah lainnya, seperti HIV dan sifilis,

sementara pemeriksaan malaria dilakukan di daerah endemis.

i. Konseling atau penjelasan, tenaga kesehatan memberi penjelasan

mengenai perawatan kehamilan, pencegahan kelainan bawaan,

persalinan dan inisiasi menyusu dini (IMD), nifas, perawatan bayi

baru lahir, ASI eksklusif, Keluarga Berencana dan imunisasi pada

bayi. Penjelasan ini diberikan secara bertahap pada saat kunjungan

ibu hamil.

j. Tata laksana atau mendapatkan pengobatan, jika ibu

mempunyai maslaah kesehatan pada saat hamil.

(Kemenkes RI, 2017)


16

4. Perubahan Fisiologis Pada Masa Kehamilan

a. Sistem Reproduksi

1) Uterus

Uterus yang semula besarnya hanya sebesar jempol

atau beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hiperpla-

sia, sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan.

Otot dalam rahim mengalami hiperplasia dan hipertrofi

menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran

rahim karena pertumbuhan janin(Manuaba, 2010)

a) Ukuran

Pertumbuhan uterus pada trimester pertama terjadi

sebagai respon terhadap rangsangan hormon yaitu hormon

estrogen dan progesteron. Pada kehamilan cukup bulan

ukuran uterus adalah 30 × 25 × 20 cm dengan kapasitas

lebih dari 4.000 cc. Hal ini memungkinkan bagi adekuatnya

akomodasi pertumbuhan janin. Pada saat ini terjadi

pembesaran pada uterus yang disebabkan karena:

(1) Meningkatnya diltasi pembuluh darah dan

vaskularisasi.

(2) Hipertropi dari hiperplasia serabut serabut otot polos

rahim dan jaringan fibroelastik.

(3) Perkembangan dari decidua. Setelah bulan ketiga

pembesran uterus karena pertumbuhan fetus.


17

Gambar 2.1 Perkembangan Tinggi Fundus Uteri pada Kehamilan


Sumber : sulistyawati 2012
Jadi, uterus mengalami peningkatan ukuran dan

perubahan bentuk. Uterus akan membesar pada bulan-bulan

pertama dibawah pengaruh estrogen dan progesteron yang

kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan

oleh hipertropi otot polos uterus, disamping itu serabut-serabut

kolagen yang ada menjadi lebih higroskopis akibat

meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat mengikuti

pertumbuhan janin. Bila ada kehamilan ektopik, uterus akan

membesar pula, karena pengaruh hormon-hormon itu.

Jika penambahan ukuran TFU per tiga jari, dapat dili

hat pada tabel dibawah ini:


18

Tabel 2.1
TFU Menurut pertambahan per tiga jari
Usia Kehamilan
Tinggi Fundus Uteri (TFU)
(Minggu)
12 3 jari diatas simfisis
16 pertengahan pusat-simfisis
20 3 jari dibawah pusat
24 setinggi pusat
28 3 jari diatas pusat
32 pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px)
36 3 jari dibawah prosesus xiphoideus (px)
40 pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px)
(sumber: Dewi ,2013)

Taksiran kasar pembesaran uterus pada palpasi

tinggi fundus uteri (TFU) adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2
Tafsiran Kasar Pembesaran TFU
Usia Kehamilan
Tinggi Fundud Uteri (TFU)
(Minggu)
Tidak hamil /
Sebesar telur ayam (sekitar 30 gram)
normal
8 Sebesar telur bebek
12 Sebesar telur angsa
16 Pertengahan simfisis dan pusat
20 Pinggir bawah pusat
24 Pinggir atas pusat
28 Sepertiga antara pusat dan prosesus
xiphoideus (px)
32 Pertengahan pusat dan prosesus xiphoideus
(px)
36-42 3-1 jari dibawah prosesus xiphoideus (px)
(sumber : Ramadhy, 2013)
19

b) Berat
Tabel 2.3
Bentuk uterus berdasarkan usia kehamilan

Usia Kehamilan Bentuk dan konsistensi uterus


Seperti buah alpukat
Istimus rahim menjadi hipertropi
Bulan pertama daan bertambah panjang, sehingga
bila diraba terasa lebih lunak. Kedaan
ini disebut tanda hegar
2 Bulan Sebesar telur bebek
3 Bulan Sebesar telur angsa
4 Bulan Berbentuk bulat
Rahim teraba seperti berisi cairan
ketuban, rahim terasa tipid, itulh
5 Bulan sebabnya mengapa bagian-bagian
janin ini dapat dirasakan melalui
perabaan dinding perut.
(sumber : Hanifa, 2014)

c) Posisi rahim dalam kehamilan

(1) Pada permulaan kehamilan, rahim dalam posisi

antefleksi atau retrofleksi.

(2) Pada 4 bulan kehamilan, rahim tetap berada dalam

rongga pelvis, kemudian memasuki rongga perut yang

dalam pembesarannya dapat mencapai batas hati.

(3) Rahim yang hamil biasanya mobilitas, lebih mengisi

rongga abdomen kanan atau kiri.

(4) Vaskularisasi pembuluh darah balik (vena)

mengembang dan bertambah.

d) Vaskularisasi (suplai darah)

Suplai darah ke organ reproduksi meningkat

segera setelah konsepsi karena peningkatan kadar hormon-

hormon setroid seksual. Vaskularisasi tersebut memberikan


20

suplai darah yang banyak bagi perkembangan janin, tanda-

tanda khas pada organ dan berbagai gejalah pada wanita.

e) Serviks Uteri

Segerah setelah periode tidak terjadi

menstruasi pertama, terjadi pelembutan atau pelunakan

pada serviks sebagai akibat meningkatnya suplai darah (

disebut tanda Goodell). Kanalis servikalis dipenuhi oleh

mukus yang kental disebut operkulum. Selama kehamilan

operkulum menghambat masuknya bakteri ke uterus, yang

mengalir selama persalinan, yang disebut “bloody show”,

yang menandakan bahwa kanalis terbuka untuk melewati

bayi.

2) Vagina dan Vulva

Terjadi perubahan karena pengaruh estrogen.

Estrogen menyebabkan perubahan lapisan otot dan epithelium.

Lapisan otot mengalami hipertrofi dan epitell menjadi tebal dan

menjadi tanda deskuamasi / pelepasan elemen epitel sel-sel

vagina akibat stimulasi estrogen meningkat. Vagina

menghasilan cairan berwarna putih yang dikenl dengan

leukore. Sel epitel juga meningkat kadar glikogen. Sel ini

berinteraksi dengan basil dedorlein dan menghasilkan

lingkungan yang lebih asam.

3) Ovarium (Indung telur)


21

Ovulasi berhenti, masih terdapat korpus luteum

graviditas sampai terbentuknya plasenta untuk mengambil alih

pengeluaran estrogen dan progesteron. Kadar hormon relaxin di

sirkulasi maternal pada trimester 1 dan berpengaruh

menenangkan hingga pertumbuhan janin menjadi baik hingga

aterm.

4) Payudara

Pada trimester I payudara akan membesar, tegang,

dan berat akibat stimulasi hormon somatomammotropin, estrogen

dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan ASI. Estrogen

menimbulkan hipertropi sistem saluran payudara, sedangkan

progesteron menambah sel-sel asinus pada mamae.

Pada trimester II, kehamilan 12 minggu ke atas

keluar cairan berwarna putih agak jernih di sebut kolostrum.

Pertumbuhan payudara pun lebih besar lagi karena dipengaruhi

oleh kelenjar mamae, dan berakhir pada usia kehamilan 20

minggu.

Pada trimester III, mamae semakin tegang dan

membesar sebagai persiapan untuk laktasi akibat pengaruh

somatotropin, estrogen dan progesteron. Selama trimester ini

sbagaian wanita mengeluarkan kolostrum secara periodik.


22

b. Sistem Endokrin

Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat

perubahan pada sistem endokrin. Hormon-hormon yang berperan

pada proses tersebuat, antara lain: hormon plasenta, hormon

pituitary, hipotalamik pituitary ovarium, hormon oksitosin, seta

hormon estrogen dan progesteron.

c. Sistem Pekemihan

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung

kemih tertekan oleh uterus yang mulai membesar, sehingga timbul

sering kencing. Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun

ke bawah, keluhan sering kencing akan timbul lagi krena kandung

kencing mulai tertekan kembali. Dalam kehamilan ureter kanan

dan kiri membesar karena pengaruh progesteron.

d. Sistem Pencernaan

1) Mulut

Selama hamil trimester 1 mengalami mual karena

peningkatan HCG. Trimester II nafsu makan mulai naik.

2) Gusi

Mengalami hyperemia dan membengkak karena

meningkatnya kadar estrogen.


23

3) Gigi

Pada wanita hamil memerlukan sekitar 1,2 gr

kalsium dan kurang lebih sama dengan jumlah fosfor setiap

hari selama kehamilan dan meningkat 0,4 gr untuk setiap

elemen.

4) Motilitas Gastrointestinal

Selama kehamilan mortilitas gastrointestinal

mengalami penurunan akibat peningkatan hormon progesteron

yang dapat menurunkan produksi motilin yaitu suatu peptide

yang dapat menstimulasi pergerakan otot usus.

5) Kandung Empedu

Fungsi kandung empedu mengalami perubahan

selama kehamilan karena hypotoin pada otot dinding kandung

empedu.

e. Sistem Kardiovaskular

Sebagaimana kehamilan berlanjut, volume darah

meningkat bertahap mencapai 30% - 50% di atas tingkat pada

keadaan tidak hamil sehingga terjadi peningkatan kardial output.

Perubahan posisi janting seperti diafragma yang terdorong ke atas,

jantung mengalami elevasi ke atas dan berputar ke bagian depan

sebelah kiri. Perubahan auskultasi berhubungan dengan perubahan

ukuran, perubahan tempat, perubahan volume dan perubahan

kardial output.
24

f. Sistem Integumen / Kulit

Pada kulit terdapat deposit pigmen dan

hiperpigmentasi alat-alat tertentu. Pigmentasi ini disebabkan oleh

Melanohore Stimulating Hormone (MSH) yang meningkat. MSH

dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Deposit pigmen pada

dahi, pipi, dan hidung yang disebut cloasma gravidarum. Di daerah

leher sering terdapat hiperpigmentasi yang sama juga di areola

mamae. Linea alba pada kehamilan menjadi hitam yang disebut

linea nigra. Kadang terdapat perut yang seolah-olah retak,

warnanya berubah agak hiperemik dan kebiru-biruan disebut striae

gravidarum.

g. Sistem Pernafasan

Ruang abdomen yang membesar oleh karena

meningkatnya ruang rahim dalam pembentukan hormon

progesteron menyebabkan paru-paru berfungsi sedikit berbeda dari

biasanya. Wanita hamil bernafas lebih cepat dan lebih dalam

karena memerlukan lebih banyak oksigen untuk janin dan untuk

dirinya.

5. Perubahan Psikologis pada Masa Kehamilan

Bedasarkan sulistyawati (2009) mengatakan,

perubahan psikologis selama kehamilan adalah sebagai berikut :

a. Perubahan psikologis trimester I (Periode Penyesuaian)


25

1) Ibu meras tidak sehat dan kadang merasa benci dengan

kehamilannya.

2) Kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan, dan

kesedihan. Bahkan kadang ibu berharap agar dirinya tidak

hamil saja.

3) Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar

hamil, hal ini dilakukan sekedar untuk meyakinkan dirinya.

4) Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu

mendapat perhatian dengan seksama.

5) Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan

rahasia seorang ibu yang mungkin akan diberitahukanmya

kepada orang lain atau malah mungkin dirahasiakan.

6) Hasrat untuk melakukan hubungan seks berbeda-beda pada

setiap wanita, tetapi kebanyakan akan mengalami penurunan.

b. Perubahan Psikologis Trimester II (Periode Kesehatan yang Baik)

1) Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar

hormon yang tinggi.

2) Ibu sudah bisa menerima kehamilannya.

3) Merasakan gerakan anak.

4) Mersa terlepas dari ketidak nyamanan dan kekhawatiran.

5) Libido meningkat.

6) Menuntut perhatian dan cinta.


26

7) Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian

dari dirinya.

8) Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau

pada orang lain yang beru menjadi ibu.

9) Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan,

kelahiran, dan persiapan untuk peran baru.

c. Perubahan Psikologis Trimester III (periode Penelitin dengan

penuh kewaspadaan)

1) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh,

dan tidak menarik.

2) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat

waktu.

3) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat

melahirkan, khawatir akan keselamatannya.

4) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,

bermimpi yang mencerminkan kekhawatirannya.

5) Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinnya.

6) Merasa kehilangan perhatian.

7) Perasaan mudah terlukan (sensitif).

8) Libido menurun.

(sulistyawati, 2009)
27

6. Kebutuhan Fisik Ibu Hamil

a. Oksigen

Oksigen sangatlah dibutuhkan bagi ibu yang hamil,

di butuhkan oksigen dengan jumlah yang lebih banyak hal ini di

sebabkan si ibu bernafas lebih banyak antara 20 – 25 % dari hari

biasanya saat belum hamil. saat kehamilan sedang terjadi

perubahan dari sistem respirasi agar bisa memenuhi kebutuhan

akan oksigen. Kebutuhan akan oksigen ini terus meningkat

dikarenakan, ibu yang sedang hamil bernafas untuk dua orang yaitu

si ibu dan janin di dalam kandungan. Dan umumnya selama ibu

sedang hamil ini akan sering mengalami keluhan seperti, sesak

nafas dan keluhan ini terjadi pada ibu yang hamil.

b. Nutrisi

Makanan untuk ibu hamil haruslah lebih

diperhatikan lagi supaya mempertahankan kesehatan dan kekuatan

badan sang ibu. Untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.

Nutrisi sangat dibutuhkan bagi fisik ibu hamil agar bisa

menyembuhkan luka setelah persalinan dan sebagai cadangan masa

laktasi.

c. Personal Hygiene

Selain membutuhkan oksigen dan nutrisi ibu yang

hamil juga sangat membutuhkan kebersihan diri, pakaian yang di

pakai harus sering sering diganti, perawatan dan kebersihan gigi,


28

pemeliharaan payudara juga penting, putting susu juga harus

dibersihkan karena kelak akan di berdampak pada sang bayi.

d. Pakaian

Pakaian yang hendaknya longgar tidak ketat dan di

buat dari bahan katun jangan lupa menggunakan sepatu sebagai

alas kaki.

e. Eliminasi

Pada saat proses eliminasi sering sekali terjadi

obstipasi kepada wanita hamil, ini di karenanakan kurangnya gerak

badan. supaya melancarkan BAB banyaklah minum, gerakkan

badan anda dengan cukup, banyaklahme makan buah-buahan dan

sayur sayuran.

f. Istirahat dan tidur yang cukup

Anda juga harus istirahat yang cukup, seandainya

anda ibu rumah tangga tetap harus menjaga kondisi tubuh anda

jangan telalu lelah, begitu juga anda yang bekerja sebagai wanita

karir. Sebaiknya anda melakukan cuti jika anda bekerja melebihi

paruh waktu.

g. Seksual

Hubungan seksual dapat dilakukan seperti biasa

kecuali jika terjadi perdarahan atau keluar cairan dari kemaluan,

maka harus dihentikan (abstinentia). Jika ada riwayat abortus

sebelumnya, koitus ditunda sampai usia kehamilan diatas 16


29

minggu, dimana diharapkan plasenta sudah terbentuk, dengan

implantasi dan fungsi yang baik.

(sulistiyawati, 2012)

h. Imunisasi

Kehamilan bukan saat untuk memakai program

imunisasi terhadap berbagai penyakit yang dapat dicegah. Hal ini

karena kemungkinan adanya akibat yang membahayakan janin.

Imunisasi harus diberikan pada wanita hamil hanya imunisasi TT

untuk mencegah kemungkinan tetanus neonatorum. Imunisasi TT

pada ibu hamil harus terlebih dulu ditentukan status

kekebalan/imunisasinya.

Tabel 2.4
Pemberian suntikan TT
Imunsasi Selang Waktu
lama perlindungan
TT Minimal
Langkah awal pembentukan kekebalan
TT 1
tubuh terhadap penyakit tetanus
1 bulan
TT 2 3 tahun
setelah TT1
6 bulan
TT 3 5 tahun
setelah TT2
12 bulan
TT 4 10 tahun
setelah TT3
12 bulan
TT 5 >25 tahun
setelah TT4
(sumber : Kemenkes RI, 2017)

i. Senam Hamil

Senam hamil merupakan suatu program latihan fisik

yang sangat penting bagi calon ibu untuk mempersiapkan saat

persalinan. senam hamil adalah terapi latihan gerak untuk


30

mempersiapkan ibu hamil, secara fisik atau mental, pada persalinan

cepat, aman dan spontan.

7. Tanda Bahaya dalam Kehamilan

Beberapa tanda bahaya dalam kehamilan yang

penting untuk disampaikan kepada pasien dan keluarga adalah sebagai

berikut :

a. Perdarahan pervaginam dapat dicurigai abortus, kehamilan ektopik,

mola, plasenta previa dan solusio plasenta.

b. Sakit kepala yang hebat di daerah frontal.

c. Penglihatan kabur (visualisasi kabur dan tidak jelas).

d. Bengkak di wajah dan jari-jari tangan menandakan adanya

preeklamsi dalam kehamilan.

e. Gerakan janin tidak terasa dapat dicurigai IUFD.

(Sulistyawati, 2014)

8. Standar Antenatal Care

a. Pengertian

Antenatal care adalah pelayanan yang diberikan

kepada ibu hamil secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu dan

bayinya. Pelayanan antenatal ini meliputi pemeriksaan kehmilan,

upaya koreksi terhadap penyimpanan dan intervensi dasar

dilakukan.

(Pantiawati, DKK, 2010)


31

b. Standar frekuensi kunjungan kehamilan

Untuk menghindari resiko komplikasi pada

kehamilan dan persalinan anjurkan setiap ibu hamil untuk

melakukan kunjungan antenatal komprehensif yang berkualitas

minimal 4 kali.

Tabel 2.5
Kunjungan Pemeriksaan Antenatal
Jumlah kunjungan Waktu kunjungan yang
Trimester
minimal dianjurkan
I 1 kali 1 - 12 minggu

II 1 kali 13 - 28 minggu
29 - 36 minggu dan
II 2 kali
sesudah minggu ke - 36
(sumber: Kemenkes, 2017)

c. Pemeriksaan Abdomen (Leopold)

1) Pemeriksaan leopold 1

(a) Tujuan : Untuk menentukan tuanya kehamilan dan bagian janin

apa yang terdapat dalam fundus uteri

(b) Caranya :

i. Posisikan ibu yaitu lutut fleksi atau kaki ibu ditekuk

hingga 45˚ atau bisa juga diganjal dengan bantal dan

petugas pemeriksa menghadap kearah ibu

ii. Mengumpulkan bagian uterus ke tengah dengan kedua

tangan membawa bagian dari arah samping umbilikal

iii. Meraba fundus dengan kedua tangan lalu menentukan

tinggi fundus uteri (TFU)


32

iv. Menentukan bagian janin dengan menggunakan ujung-

ujung kedua tangan pada saat meraba fundus

Gambar 2.2 Leopold I


Sumber : sulistyawati 2012
(c) Hasilnya :

i. Saat teraba dan terasa bundar, melenting dan keras bisa

dipastikan yang telah teraba itu ialah bagian kepala dari

janin.

ii. Saat teraba dan terasa lunak, lembut, kurang bulat dan

melentik bisa dipastikan yang teraba ialah bagian

bokong dari janin.

iii. Apabila terjadi posisi melintang pada rahim maka

kemungkinan fundus akan teraba kosong.

2) Pemeriksaan Leopold II

(a) Tujuan : Menentukan bagian-bagian janin yang berada di

kedua sisi uterus pada lintang serta menentukan letak

kepala janin
33

(b) Caranya :

i. Posisi ibu sama dengan pemeriksaan leopold 1 tadi

yaitu lutut fleksi dan petugas pemeriksa menghadap

kearah ibu

ii. Menempatkan telapak tangan kanan pada dinding

abdomen lateral kiri dan telapak tangan kiri pada

dinding abdomen kanan dengan sejajar dan dengan

ketinggian yang sama

iii. Memulai menekan pada bagian atas secara

bersamaan atau bergantian (simultan) telapak

tangan kanan dan kiri kemudian geser atau arahkan

kearah bawah dan rasakan dan rasakan bagian yang

memanjang dan rata (punggung) serta bagian-

bagian kecil-kecil (ekstremitas/jari-jari tangan dan

kaki)

Gambar 2.3 Leopold II


Sumber :sulistyawati 2012
34

(c) Hasil :

i. Teraba jelas, cembung, kaku dan rata serta

tidak dapat digerakkan (bagian punggung)

ii. Teraba kecil-kecil (tangan/kaki) dan

kemungkinan teraba gerakan-gerakan kaki

janin yang aktif maupun pasif, bentuk atau

posisi tidak menonjol dan jelas

3) Pemeriksaan Leopold III

(a) Tujuan : Guna menentukan bagian janin yaitu kepala atau

bokong yang berada tepat ada bagian bawah perut ibu, serta

apakah janin sudah memasuki pintu atas panggul (PAP).

(b) Caranya :

i. Posisi ibu tetap dengan lutut yang fleksi (kaki

ditekuk) serta pemeriksa menghadap ke ibu

ii. Meletakkan telapak tangan kanan dibawah perut

ibu dan ujung telapak tangan kiri di dinding lateral

kiri bawah dari abdomen

iii. Menentukan bagian terbawah bayi dengan cara

menekan dengan lembut dan bergantian/bersamaan

iv. Menggoyang bagian terbawah janin dengan cara

tangan kanan tepatnya ibu jari dan keempat jari

lainny
35

Gambar 2.4 Leopold III


Sumber :sulistyawati 2012
(c) Hasil :

i. Tonjolan kurang simetris dan lunak adalah bokong

sedangkan bagian keras, bundar dan hampir

homogen ialah kepala

ii. Apabila bagian paling bawah janin sudah masuk

pintu atas panggul (PAP) maka jika bagian

terbawah digoyang sudah tidak bisa lagi (adanya

tahanan)

4) Pemeriksaan Leopold IV

(a) Tujuan : Guna memvalidasi bagian janin ibu yang terdapat


dibagian terbawah dari perut ibu, serta sebagai acuan dalam

menentukan bagian bawah janin yang sudah memasuki

pintu atas panggul (PAP)


36

(b) Caranya :

i. Petugas pemeriksa menghadap keaarah kaki ibu

dengan posisi kaki ibu yang lurus

ii. Menempatkan ujung telapak tangan kanan dan kiri

pada lateral kanan dan kiri uterus bagian bawah

serta ujung-ujung jari tangan kanan dan kiri yang

berada di tepi atas simfisis

iii. Kedua ibu jari kanan dan kiri dirapatkan kemudian

semua jari-jari tangan meraba dinding bagian bawah

uterus

iv. Hingga jari-jari membentuk sudut konvergen

(bertemu) atau divergen (tidak bertemu)

v. Kemudian pindahkan ibu jari serta telunjuk tangan

kiri ke bagian terbawah bayi (bila teraba kepala

usahakan memegang bagian kepala dekat leher dan

apabila teraba bokong usahakan untuk memegang

pinggang janin)

vi. Fiksasi bagian tersebut kearah pintu atas panggul

lalu letakkan jari-jari tangan kanan disekitar tangan

kiri dan simpisis guna menentukan seberapa jauh

bagian terbawah janin yang telah memasuki pintu

atas panggul (PAP).


37

Gambar 2.5 Leopold IV


Sumber : Sulistyawati 2012
(c) Hasil :

i. Apabila kedua jari tangan petugas pemeriksa

bertemu (konvergen) berarti bagian terbawah janin

belum memasuki PAP, sedangkan apabila kedua

tangan petuga pemeriksa tidak bertemu (divergen)

maka bagian terbawah janin sudah memasiki PAP

ii. Penurunan kepala janin dinilai yaitu 5/5 (artinya

seluruh bagian jari meraba kepala, kepala belum

memasuki PAP), 1/5 (artinya teraba kepala 1 jari

dari 5 jari sedangkan bagian kepala yang sudah

masuk PAP yaitu 4 bagian) dan selanjutnya samoai

0/5 (yaitu seluruh bagian kepala sudah memasuki

PAP).

(sulistyawati, 2012)
38

B. PERSALINAN

1. Definisi Persalinan

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan

selaput keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika

prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37

minggu) tanpa disertai adanya penyulit. (JNPK-KR, 2008)

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42

minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang

berlangsung selama 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun

pada janin. (saifuddin, dkk, 2009)

2. Sebab-sebab Mulainya Persalinan

Ada beberapa teori tentang sebab mulainya persalinan, antara lain :

a. Teori Penurunan Progesteron

Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim.

Sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot-otot rahim.

Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron

dan estrogen dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan atau 1-2

minggu sebelum partus terjadi penurunan progesteron sehingga

timbul his.
39

b. Teori Oksitosin

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hopofisis

posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat

mengubah sensitivitas otot rahim sehingga terjadi kontraksi

Braxton Hick.

c. Teori Keregangan Otot

Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung,

bila dindingnya teregang oleh karena isisnya bertambah maka

menimbulkan kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula

dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang

otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan.

d. Teori Pengaruh Janin

Hypofise dan kelenjar supra renal juga memegang

peran atau pemicu terjadinya persalinan. oleh karena pada

anenchepalus, kehamilan sering lebih lama dari biasanya karena

tidak terbentuknya hipotalamus.

e. Teori Prostaglandin

Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke

15 sampai aterm terus meningkat. Pemberian prostaglandin saat

hemil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil

konsepsi dikeluarkan. Prostaglandin dianggap dapat merupakan

pemicu terjadinya persalinan.


40

f. Teori Plasenta Menjadi Tua

Penurunan fungsi placenta diakhir usia kehamilan

menyebabkan kadar estrogen dan progesteron menurun mendadak

sehingga mengakibatkan tegangnya pembuluh darah dan akan

menimbulkan kontraksi uterus dan juga nutrisi untuk janin dari

planseta berkurang.

3. Faktor-Fakor yang Mempengaruhi Persalinan

a. Power (his dan tenaga mengedan)

Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan

yang terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari

ibu. Power merupakan merupakan tenaga primer atau kekuatan

utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot

rahim.

b. Passage (jalan lahir)

Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin

terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina.

Syarat agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada

rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal. (shofa, 2015)

c. Passanger (janin, plasenta, dan air ketuban)

(1) Janin

Janin dapat mempengaruhi proses jalannya kelahiran

karena ukuran dan presentasenya. Kepala banyak mengalami


41

cedera pada persalinan sehingga dapat membahayakan hidup

dan kehidupan janin.

(2) Plasenta

Plasenta adalah alat yang sangat penting bagi janin

karena merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan anak dan

sebaliknya. Jiwa anak tergantung pada plasenta baik atau

tidaknya anak tergantung pada baik buruknya faal plasenta.

(3) Air Ketuban

Amnion (cairan ketuban) adalah cairan yang bening

agak kekuningan-kuningan yang mengelilingi bagi yang belum

lahir (janin) selama kehamilan. Cairan ini terkandung dalam

kantung ketuban.

d. Penolong

Peran dari penolong persalinan dalam peran ini bidan

adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin

terjadi pada ibu dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill

dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.

e. Psikologis

Psokologis adalah ilmu pengetahuan yang

mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan

lingkungannya. Psikologis merupakan kondisi psikis klien,

tersedianya dorongan positif, persapan persalinan, pengalaman lalu

dan strategi adaptasi.


42

Keadaan psikologis ibu mempengaruhi proses

persalinan. ibu bersalin yang didampingi oleh suami dan orang-

orang yang dicintainya cenderung mengalami proses persalinan

yang lebih lancar dibandingkan dengan ibu bersalin yang tanpa

didampingi suami atau orang-orang yang dicintainya.

4. Tanda-tanda persalinan

a. Penipisan dan pembukaan serviks

Mendekati persalinan, serviks semakin matang. Kalau

tadinya selama hamil serviks masih lunak, dengan konsistensi

seperti pudding dan mengalami sedikit penipisan (effacement) dan

kemungkinan sedikit dilatasi.

b. Kontraksi uterus

Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan

serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).

c. Blood show

Cairan lendir bercampur darah yang keluar melalui

vagina.

5. Mekanisme persalinan

Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan

adalah sebagai berikut :


43

a. Engagement

Peristiwa ketika diameter biparietal melewati pintu

atas panggul dengan sutura sagitalis melintang / obllik didalam

jalan lahir dan sedikit fleksi.

b. Penurunan kepala

Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada Kala I dan

Kala II persalinan. hal ini disebabkan adanya kontraksi dan retraksi

dari segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan langsung

fundus pada bokong janin. Dalam waktu yang bersamaan, terjadi

relaksasi dari segmen bawah rahim sehingga terjadi penipisan dan

dilatasi serviks. Keadaan ini menyebabkan bayi terdorong ke

dalam jalan lahir. Penurunan kepala ini juga disebabkan tekanan

cairan intra uterin, kekuatan mengedan, atau adanya kontraksi otot-

otot abdomen dan melurusnya badan anak.

c. Fleksi

Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan

fleksi yang ringan. Dengan majunya kepala, biasanya fleksi juga

bertambah. Pada gerakan ini, dagu lebih dekat kearah dada janin

sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar.

Fleksi ini disebabkan janin didorong maju dan sebaliknya

mendapat tahanan dari serviks, dinding panggul, atau dasar

panggul.
44

d. Rotasi dalam

Pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa

sehingga bagian terendah dari begian depan janin memutar ke

depan ke bawah simpisis.

e. Ekstendi

Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil

berada di bawah simpisis, terjadilah ekstensi dari kepala janin. Sub

occiput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi

pusat pemutar (Hypomochlion). Maka, lahirla berturut-turut ubun-

ubun besar, dahi, hidung, mulut dan dagu bayi dengan gerakan

ekstensi.

f. Rotasi luar

Kepala bayi memutar kembali ke arah punggung anak untuk

menghilangkn torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi

luar. Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring. Bersama dengan

itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala

berhadapan dengan tuber ischiadikum sepihak.

g. Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai dibawah simpisis

dan menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah

kedua bahu bayi lahir, selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan

searah sumbu jalan lahi. (Rohani, 2011)


45

6. Tahapan Persalinan

a. Kala I (Pembukaan)

1) Pengertian Kala I

Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus

yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya)

hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Kala satu persalinan

terdiri atas dua fase, yairu fase laten dan fase aktif. (JNPK-

KR,2008)

2) Fase Kala I

(a) Fase Laten

Yaitu fase pembukaan yang sangat lambat dimulai dari

puncak kontraksi yang reguler (pembukaan 0 sampai

pembukaan 3 cm).

(b) Fase Aktif

Berlangsung mulai dari kemajuan aktif sampai dilatasi

lengkap terjadi. Sevara umum dari pembukaan (4 cm

sampai 10 cm). Fase aktif dibagi menjadi 3 fase, yaitu :

(1) Fase akselerasi (fase percepatan), dari pembukaan 3 cm

sampai 4 cm yang dicapai dalam 2 jam.

(2) Fase dilatasi maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9

cm yang dicapai dalam 2 jam.

(3) Fase deselerasi (kurang kecepatan), dari pembukaan 9

cm sampai 10 cm selama 2 jam.


46

b. Kala II

1) Pengertian kala II

Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan srviks sudah

lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II

juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi.

2) Gejalah dan Tanda Kala II

a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi.

b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum

dan/atau vaginannya.

c) Perineum menonjol

d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.

e) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa

dalam (informasi obyektif) yang hasilnya adalah :

a) Pembukaan serviks telah lengkap, atau

b) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina

c. Kala III

1) Pengertian Kala III

Dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya

plasenta dan selaput ketuban.


47

2) Tanda-tanda dari pelepasan plasenta

a) Semburan darah

b) Pemanjangan tali pusat

c) Perubahan bentuk uterus dari diksoid menjadi bentuk

bundar (globular)

d) Perubahan dalam posisi uterus naik di dalam abdomen

d. Kala IV

1) Pengertian Kala IV

Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama

postpartum, untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap

perdarahan postpartum.

2) Observasi Kala IV

a) Tingkat kesadaran

b) Pemeriksaan TTV

c) Kontraksi uterus

d) Jumlah perdarahan

e) Kandung kemih

f) Tinggi fundud uteri

7. Partograf

a. Definisi partograf

Pertograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I

persalinan dan informasi untuk membuka keputusan klinik.


48

b. Kegunaan pertograf

1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan

menilai pembukaan serviks melalui periksa dalam.

2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.

Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini

kemungkinan terjadinya pertus lama.

3) Data pelengkap yang terakit dengan pemantauan kondisi ibu,

kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinn, bahan dan

mendikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,

membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang

diberikan dimana semua itu dicatat secara rinci pada status atau

rekaman medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.

(JNPK-KR,2008)

8. 60 langkah Asuhan Persalinan Normal

1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua

2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk

mematahkan ampul oksitosin dan memasukkan 1 buah alat suntik

sekali pakai 3 cc ke dalam wadah partus set.

3) Memakai celemek plastic

4) Memastikan lengan / tangan tidak memakai perhiasan, mencuci

tangan dengan sabun di air mengalir

5) Memakai sarung tangan DTT pada tangan kanan yang di gunakan

untuk periksa dalam


49

6) Mengambil alat suntik sekali pakai dengan tangan kanan, isi

dengan oksitosin dan letakkan kembali kedalam wadah partus

set.Bila ketuban belum pecah, pinggirkan ½ kocher pada partus set

7) Membersihkan vulva dan perineum menggunakan kapas DTT

(basah) dengan gerakan dari vulva ke perineum (bila daerah

perineum dan sekitarnya kotor karena kotoran ibu yang keluar,

bersihkan daerah tersebut dari kotoran),

8) Melakukan pemeriksaan dalam dan pastikan pembukaan sudah

lengkap dan selaput ketuban sudah pecah

9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan kedalam larutan

klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan

merendamnya dalam larutan klorin 0,5%

10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai

pastikan DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit)

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his, bila ia sudah merasa

ingin meneran.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran, (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setelah duduk

dan pastikan ia merasa nyaman).

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang

kuat untuk meneran.


50

14) Saat kepala janin terlihat di vulva dengan diameter 5-6 cm,

memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu

15) Mengambil kain bersih, melipat 1/3 bagian dan meletakkannya

dibawah bokong ibu

16) Membuka tutup partus set

17) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

18) Saat sub-occiput tampak dibawah simfisis, tangan kanan

melindungi perineum dengan dialas lipatan kain di bawah bokong,

sementara tangan kiri menahan puncak kepala agar tidak terjadi

defleksi yang terlalu cepat saat kepala lahir. (minta ibu untuk tidak

meneran dengan nafas pendek-pendek) Bila didapatkan mekonium

pada air ketuban, segera setelah kepala lahir lakukan penghisapan

pada mulut dan hidung janin menggunakan penghisap lendirDe

Lee.

19) Menggunakan kasa/kain bersih untuk membersihkan muka janin

dari lendir dan darah

20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin

21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi

luar secara spontan

22) Setelah janin menghadap paha ibu, tempatkan kedua telapak

tangan biparietal kepala janin, tarik secara hati-hati ke arah bawah

sampai bahu anterior / depan lahir, kemudian tarik secara hati-hati

ke atas sampai bahu posterior/belakang lahir. Bila terdapat lipatan


51

tali pusat yang terlalu erat hingga menghambat putaran paksi luar

atau lahirnya bahu, minta ibu berhenti meneran, dengan

perlindungan tangan kiri, pasang klem di dua tempat pada tali

pusat dan potong tali pusat di antara dua klem tersebut.

23) Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan

bahu janin bagian posterior dengan posisi ibu jari pada leher

(bagian bawah kepala) dan ke empat jari pada bahu dan dada /

punggung janin, sementara tangan kiri memegang lengan dan bahu

janin bagian anterior saat badan dan lengan lahir

24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri pinggang ke

arah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai

bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri di antara kedua lutut

janin)

25) Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada

lengan kanan sedemikian rupa sehingga bayi menghadap ke arah

penolong.nilai bayi, kemudian letakkan bayi di atas perut ibu

dengan posisi kepala lebih rendah dari badan (bila tali pusat terlalu

pendek, letakkan bayi di tempat yang memungkinkan)

26) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi

kecuali bagian tali pusat

27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari

umbilicus bayi.Melakukan urutan tali pusat ke arah ibu dan

memasang klem diantara kedua 2 cm dari klem pertama.


52

28) Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri,

dengan perlindungan jari-jari tangan kiri, memotong tali pusat di

antara kedua klem.Bila bayi tidak bernafas spontan lihat

penanganan khusus bayi baru lahir

29) Mengganti pembungkus bayi dengan kain kering dan bersih,

membungkus bayi hingga kepala

30) Memberikan bayi pada ibu untuk disusui bila ibu menghendaki.

31) Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal

32) Memberi tahu ibu akan disuntik

33) Menyutikan Oksitosin 10 unit secara intra muskuler pada bagian

luar paha kanan 1/3 atas setelah melakukan aspirasi terlebih dahulu

untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak mengenai pembuluh

darah

34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari

vulva

35) Meletakkan tangan kiri di atas simpisis menahan bagian bawah

uterus, sementara tangan kanan memegang tali pusat menggunakan

klem atau kain kasa dengan jarak antara 5-10 cm dari vulva

36) Saat kontraksi, memegang tali pusat dengan tangan kanan

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah

dorso kranial.Bila uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu atau

keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu


53

37) Jika dengan peregangan tali pusat terkendali tali pusat terlihat

bertambah panjang dan terasa adanya pelepasan plasenta , minta

ibu untuk meneran sedikit sementara tangan kanan menarik tali

pusat ke arah bawah kemudian ke atas sesuai dengan kurva jalan

lahir hingga plasenta tampak pada vulva.

38) Setelah plasenta tampak di vulva, teruskan melahirkan plasenta

dengan hati-hati.Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta

dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu

pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.

39) Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri

dengan menggosok fundus secara sirkuler menggunakan bagian

palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus

teraba keras)

40) Sambil tangan kiri melakukan masase pada fundus uteri, periksa

bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan

untuk memastikan bahwa seluruh kotelidon dan selaput ketuban

sudah lahir lengkap, dan memasukkan ke dalam kantong plastik

yang tersedia.

41) Memeriksa apakah ada robekan pada introitus vagina dan perenium

yang menimbulkan perdarahan aktif.Bila ada robekan yang

menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan

42) Periksa kembali kontraksi uterus dan tanda adanya perdarahan

pervaginam, pastikan kontraksi uterus baik


54

43) Membersihkan sarung tangan dari lendir dan darah di dalam

larutan klorin 0,5 %, kemudian bilas tangan yang masih

mengenakan sarung tangan dengan air yang sudah di desinfeksi

tingkat tinggi dan mengeringkannya

44) Mengikat tali pusat kurang lebih 1 cm dari umbilicus dengan

sampul mati

45) Mengikat balik tali pusat dengan simpul mati untuk kedua kalinya

46) Melepaskan klem pada tali pusat dan memasukkannya dalam

wadah berisi larutan klorin 0, 5%

47) Membungkus kembali bayi

48) Berikan bayi pada ibu untuk disusui

49) Lanjutkan pemantauan terhadap kontraksi uterus, tanda perdarahan

pervaginam dan tanda vital ibu.

50) Mengajarkan ibu/keluarga untuk memeriksa uterus yang memiliki

kontraksi baik dan mengajarkan masase uterus apabila kontraksi

uterus tidak baik.

51) Mengevaluasi jumlah perdarahan yang terjadi

52) Memeriksa nadi ibu

53) Merendam semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5

54) Membuang barang-barang yang terkontaminasi ke tempat sampah

yang di sediakan
55

55) Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, lendir dan darah dan

menggantikan pakaiannya dengan pakaian bersih/kering

56) Memastikan ibu merasa nyaman dan memberitahu keluarga untuk

membantu apabila ibu ingin minum

57) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%

58) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%

melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan

merendamnya dalam larutan klorin 0,5%

59) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

60) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda

vital dan asuhan kala IV

(JNPK-KR, 2008)

9. Pencegahan Infeksi

Tiga proses pokok yang direkomendasikan untuk

proses perelatan dan benda-benda lain dalam upaya pencegahan infeksi

adalah :

a. Dekontaminasi

Dekontaminasi adalah langkah penting pertama untuk

menangani peralatan, perlengkapan, sarung tangan dan benda-

benda lain yang terkontaminasi. Segerah digunakan masukan

benda-benda yang terkontaminasi kedalam laluratan klorin 0,5%

selama 10 menit
56

b. Cuci dan Bilas

Pencucian adalah cara paling efektif untuk

menghilangkan sebagian besar miktoorganisme pada peralatan /

perlengkapan yang kotor atau yang sudah digunakan.

c. Disenfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi

Meskipun strilisasi adalah cara yag paling efektif

untuk membunuh mikroorganisme tetapi proses steilisasi tidak

selalu memungkinkan dan praktis. Agar proses DTT atau sterilisasi

menjadi efektif, terlebih dahulu lakukan dekontaminasi dan cuci

bilas peralatan secara seksama sebelum melakukan proses tersebut.

DTT dengan cara rebus, DTT sarung tangan dengan uap panas,

DTT kimiawi.

(JNPK-KR,2008)

10. IMD (Inisiasi Menyusi Dini)

a) Pengertian IMD

Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit

ibunya segerah setelah lahir selama paling sedikit 1 jam.

Dianjurkan agar tetap melakukan kontak kulit ibu-bayi selma 1 jam

pertama kelahiran walaupun bayi telah berhasil menghisap puting

susu ibu dalam waktu kurang dari 1 jam.

b) Langkah IMD

1) Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya

segerah setelah lahir selama paling sedikit 1 jam. Dianjurkan


57

agar tetap melakukan kontak kulit ibu-bayi selma 1 jam

pertama kelahiran walaupun bayi telah berhasil menghisap

puting susu ibu dalam waktu kurang dari 1 jam.

2) Bayi harus menggunakan naluri alamiahnya untuk melakukan

IMD dan ibu dapat mengenali bayinya siap untuk menyusu

serta memberi bantuan jika diperlukan.

3) Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada

bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu selesai dilakukan,

prosedur tersebut seperti, menimbang, pemberian antibiotika

salep mata, vitamin k1 dan lain-lain.

(JNPK-KR,2008)
58

C. NIFAS

1. Pengertian

Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus

selesai sampai pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum

hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu kira-kira 6-8 minggu (Walyani,

2015)

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak i jam setelah

lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu

(saifuddin,2009).

2. Tahapan masa nifas

a. Nifas dibagi dalam tiga periode

1) Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan.

2) Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat

genital.

3) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih

dan sehat sempurna, teritama bila selama hamil atau waktu

persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat

sempurna mungkin beberapa minggu, bulan, atau tahun.

(walyani dan purwoastuti, 2015)

3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

a. Sistem Reproduksi

1) Uterus
59

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil

(involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

(walyani dan purwoastuti, 2015)

Tabel 2.6
Perubahan Uterus dan Tinggi Fundus Uteru Masa Nifas
Involusi Bobot Diameter
Tinggi Fundus Uteri
Uterus uterus uterus
1000
Bayi lahir Setinggi pusat 12,5 cm
gram
Plasenta lahir 2 jari bawah pusat
Pada akhir 500 1⁄ pusat
2 dan shympisis 7,5 cm
minggu ke-1 gram
Pada akhir 350
Tidak teraba 5,0 cm
minggu ke-2 gram
Pada akhir
60 gram Normal 2,5 cm
minggu ke- 6
(Sumber: Sulistyawati, 2012)

2) Pengeluaran lochea

a) Lochea rubra, hari ke 1-2, terdiri dari darah segar

bercampur sisa-sisa ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa

vernik kaseosa, lanugo, dan mekonium.

b) Lochea sanguinolenta, hari ke 3-7, terdiri dari darah

bercampur lendir, warna kecoklatan.

c) Lochea serosa, hari ke 7-14, berwarna kekuningan.

d) Lochea alba, hari ke 14 sampai selesai nifas, hanya

merupakan cairan putih. Lochea yang berbau busuk dan

terinfeksi dosebut lochea purulent.

3) Serviks
60

Serviks mengalami infolusi bersama-sama uterus.

Setelah persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2

hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks

menutup.

4) Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan secara

peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi,

dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut,

kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3

minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil

dan rugea dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul

kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.

5) Perineum

Segerah setelah melahirkan, perineum menjadi

kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi

yang bergerak maju pada postnatal hari ke 5, perineum sudah

mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap

lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan.

6) Payudara

Perubahan pada payudara meliputi :

a) Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan

peningkatan hormon prolaktin setelah persalinan


61

b) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi

pada hari ke-2 atau ke-3 setelah persalinan

c) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya

proses laktasi

b. Sistem Perkemihan

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam

pertama. Kemungkinan terdapat spasine sfingter dan edema leher

buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala

janin dan tulang pubis selama persalinan.

c. Sistem Muskuloskeletal

Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam

postpartum. Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah

komplikasi dan mempercepat proses involusi.

d. Sistem Endokrin

Kadar estrogen menurun 100% dalam wakru

sekitar 3 jam postpartum. Progesteron turun pada hari ke 3

postpartum. Kadar prolaktin dalam darah berangsur-angsur hilang.

e. Sistem Integumen

Penuruna melanin umumnya setelah persalinan

menyebabkan berkurangnya hyperpigmentasi kulit. Perubahan

pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan dan

akan menghilang pada saat estrogen menurun.

f. Sistem Gastrointestinal
62

Kerapkali diperlukan wakru 3-4 hari sebelum faal

usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun

setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami

penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan

usus bagian bawah sering kososng jika sebelum melahirkan

diberikn enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat menghalangi

ke belakang.

4. Perubahan Psikologi pada Masa Nifas

Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas, yaitu :

a. Fase taking in

Fase taking in yaitu periode ketergantungan,

berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua melahirkan. Pada

fase ini ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu

akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang

dialaminya dari awal sampai akhir.

b. Fase taking hold

Fase taking hold adalah periode yang berlangsung

antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ibu timbul rasa

khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya

dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif,

sehingga mudah tersinggung atau marah. Dukungan moril sangat

diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu.


63

c. Fase letting go

Fase letting go adalah periode menerima tanggung

jawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah

melahirkan. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan bayinya.

Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan

bayinya. Ibu memahami bahwa bayinya butuh disusui sehingga

siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya.

5. Kebijakan dan Program Masa Nifas

Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali

kunjungan ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir

juga untuk mencegah, mendeteksi, serta menangani masalah-masalah

yang terjadi. (saleha, 2009)


64

Tabel 2.7
Kunjungan Masa Nifas

kunjungan Waktu Tujuan


a. mencegah terjadinya perdarahan pada
masa nifas
b. mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan dan memberikan rujukan bila
oerdarahan berlanjut.
c. memberikan konseling kepada ibu atau
6-8 jam salah satu anggota keluarga mengenai
1 setelah bagaimana mencegah perdarahan masa
persalinan nifas karena atonia uteri.
d. pemberian ASI pada masa awal
menjadi ibu.
e. mengajarkan ibu untuk mempererat
hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f. menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi
a. memastikan involusi uteri berjalan
normal, uterus berkontraksi, fundus di
bawah umbilicus, dan tidak ada bau.
b. menilai adanya tanda-tanda demm,
infeksi atau kelainan pasca melahirkan
6 hari c. memastikan ibu mendapatkan cukup
2 setelah makanan, cairan, dan istirahat.
persalinan d. memastikan ibu menyususi dengan baik
dan tidak ada tanda-tanda penyulit.
e. memberikan konselin kepada ibu
mengenai asuhan pada bayi, cara merawat
tali pusat, dan menjaga bayi agar tetap
hangat.
a. memastikan involusi uteri berjalan
normal, uterus berkontraksi, fundus di
bawah umbilicus tidak ada perdarahan
abnormal, dan tidak ada bau.
b. menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi atau kelainan pascamelahirkan.
2 minggu
c. memastikan ibu mendapat cukup
3 setelah
makanan, cairan, dan istirahat.
persalinan
d. memastikan ibu menyusui denan baik
dan tidak ada tanda-tanda penyulit.
e. memberikan konseling kepada ibu
mengenai asuhan pada bayi, cara merawat
tali pusat, dan menjaga bayi agar tetap
hangat.
a. menanyakan pada ibu tentang penyulit-
6 minggu
penyulit yang dialami atau bayinya
4 setelah
b. memberikan konseling untuk KB secara
persalinan
dini.
65

6. KB (Keluarga Berencana)

Lebih dari 95% klien pascapersalinan ingin menunda

kehamilan berikutnya paling sedikit 2 tahun lagi, atau tidak ingin

tambahan anak lagi . konseling tentang keluarga berencana atau

metode kontrasepsi sebaiknya diberikan sewaktu asuhan antenatal

maupun pascapersalinan.

Tabel 2.8
Metode Kontrasepsi Pascapersalinan
Metode
Waktu pascapersalinan Ciri-ciri Khusus Catatan
Kontrasepsi
 Mulai segerah  Manfaat  Harus benar-
pascapersalinan. kesehatan bagi benar ASI
 Efektifitas tinggi. ibu dan bayi eksklusif.
Mal Samapi 6 bulan  Memberikan  Efektivitas
pascapersalinan dan waktu untuk berkurang jika
belum haid memilih metode mulai
kontrasepsi lain. suplementasi.
 Jika menyusui:  Selama 6-8  Kontrasepsi
- Jangan dipakai minggu kombinasi
sebelum6-8 pascapersalinan, merupakan
minggu kontrasepsi pilihan terakhir
pascapersalinan kombinasi akan pada klien
- Sebaliknya tidak mengurangi ASI menyusui.
dipakai dalam dan  Dapat diberikan
waktu 6 minggu – mempengaruhi dengan riwayat
6 bulan tumbuh kembang preeklamsi atau
pascapersalinan. bayi. hipertensi
 Jika pakai MAL  Selama 3 minggu dalam
tunda sampai 6 pascapersalinan kehamilan.
Kontrasepsi
bulan. kontrasepsi  Sesudah 3
kombinasi  Jika tidak menyusui kombinasi minggu
dapat dimulai 3 meningkatkan pascapersalinan
minggu resiko masalah tidak
pascapersalinan. pembekuan meningkatkan
darah. resiko
 Jika klien tidak pembekuan
mendapatkan darah.
haid dan sudah
berhubungan
seksual, mulailah
kontrasepsi
kombinasi setelah
yakin tidak ada
kehamilan.
Kontrasepsi  Sebelum 6 minggu  Tidak ada  Perdarahan
66

progestin pascapersalinan, pengaruh ireguler dapat


klien menyusui dapat terhadap ASI terjadi.
menggunakan
kontrasepsi
progestin, bila
kontrasepsi lain tidak
tersedia atau ditolak.
 Jika menggunakan
MAL, kontrasepsi
progestim dapat
ditunda sampai 6
bulan.
 Jika tidak menyusui,
dapat segerah
dimulai
 Jika tidak menyusui,
lebih dari 6 minggu
pascapersalinan, atau
sudah dapat haid,
kontrasepsi progestin
dapat dimulai setelah
yakin tidak ada
kehamilan.
 Dapat dipasang  Tidak ada  Insersi
langsung pengaruh pascaplasenta
pascaplasenta, terhadap ASI memerlukan
sewaktu seksio  Efek samping petugas terlatih
sesarea, atau lebih sedikit pada khusus
pascapersalinan, klien yang  Konseling perlu
sebelum klien pulang meyusui dilakukan
kerumah. sewaktu asuhan
 Jika tidak, insersi di antenatal
tunda sampai 4-6  Angka
minggu pencabutan
pascapersalinan. AKDR tahun
 Jika laktasi atau haid pertama lebih
sudah dapat,insersi tinggi pada
AKDR
dilakukan sesudah klien menyusui.
yakin tidak ada  Ekspulsi
kehamilan spontan lebih
tinggi (6-10%)
pada
pemasangan
pascaplasenta
 Sesudah 4-6
minggu
pascapersalinan
teknik sama
dengan
pemasangan
waktu interval.
 Dapat digunakan  Tidak ada  Sebaiknya
Kondom / setiap saat pengaruh pakai kondom
Spermisida pascapersalinan terhadap laktasi yang diberi
 Sebagai cara pelicin
67

sementara sambil
memilih metode
lain.
 Sebaiknya tunggu  Tidak ada  Perlu
sampai 6 minggu pengaruh pemeriksaan
pascapersalinan terhadap laktasi dalam oleh
petugas
 Penggunaan
Diafragma spermisida
membantu
mengatasi
masalah
keringnya
vagina.
 Tidak dianjurkan  Tidak ada  Lendir serviks
sampai siklus haid pengaruh tidak keluar
teratur. terhadap laktasi seperti hais
reguler lagi.
 Suhu basal
tubuh kurang
KB alamiah
akurat jika klien
sering
terbangun
waktu malam
untuk
menyusui.
 Dapat digunakan  Tidak ada  Beberapa
setiap waktu pengaruh pasangan tidak
Koitus
terhadap laktasi sanggup untuk
interuptus
atau tumbuh abstinensi
atau
kembang bayi  Perlu konselig.
abstinensia
 Abstinensi 100%
efektif.
 Dapat digunakan  Tidak ada  Perlu anastesi
dalam 48 jam pengaruh lokal
pascapersalinan terhadap laktasi  Konseling
 Jika tidak, tunggu atau tumbuh sudah harus
Kontrasepsi sampai 6 minggu kembang bayi. dilakukan
mantap: pascapersalinan.  Minilaparotomi sewaktu asuhan
Tubektomi pascapersalinan antenatal.
paling mudah
dilakukan dalam
48 jam
pascapersalinan
 Dapat dilakukan  Tidak segerah  Merupakan
setiap saat efektif karena salah satu cara
perlu paling KB untuk pria.
sedikit 20
Vasektomi
ejakulasi (± 3
bulan) sampai
benar-benar
steril.
(sumber: BKKBN, 2012)
68

7. Tanda Bahaya Nifas

Tanda bahaya nifas adalah sebagai berikut :

a. Perdarahan lewat jalan lahir

b. Keluar cairan berbau dari jalan lahir

c. Bengkak di wajah, tangan dan kaki atau sakit kepala dan kejang-

kejang

d. Demam lebih dari 2 hari

e. Payudara bengkak, merah disertai rasa sakit

f. Ibu terlihat sedih, murung dan menangis tanpa sebab (depresi)

(Kemenkes, 2017)
69

D. Bayi Baru Lahir (BBL)

1. Pengertian

Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dalam

presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada

usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan

berat badan 2.500 gram-4.000 gram, nilai APGAR > 7 tanpa cacat

bawaan. (Rukiyah,2012)

Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38-42

minggu dengan berat badan sekitar 2.500-3.000 gram dan panjang

badan sekitar 50-55 cm. (Sarwono dalam Sondakh, 2013)

2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal

a. Lahir aterm antara 37-42 minggu

b. Berat badan 2.500-4.000 gram

c. Panjang badan 48-52 cm

d. Lingkar dada 30-38 cm

e. Lingkar kepala 33-35 cm

f. Lingkar lengan 11-12 cm

g. Frekuensi denyut jantung 120-160 ×/ menit

h. Pernapasan ± 40-60 ×/ menit

i. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang

cukup
70

j. Rambut lanugo tidak terlihat dan biasanya rambut kepala telah

sempurna

k. Kuku agak panjang dan lemas

l. Nilai APGAR >7

m. Gerak aktif

n. Bayi lahir langsung menangis kuat

o. Refleks rooting (mencari puting susu dengan merangsang taktil

pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik

p. Reflek sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik

q. Reflek moro (gerakan memeluk jika dikagetkan) sudah terbentuk

dengan baik

r. Reflek grasping (menggenggam) sudah baik

s. Genitalia

1) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada

pada skrotum dan penis yang berlubang.

2) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan

uterus yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora.

t. Eliminasi baik, yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam

24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan.

(Rivanica dan Oxyandi, 2016)


71

Tabel 2.9
Perhitungan Nilai APGAR
Skor
No 0 1 2
APGAR
Tubuh merah
Appearence Seluruh tubuh
1 Biru/pucat jambu, ekstremitas
(warna) memerah jambu
kebiruan
Pulse rate
2 (frekuensi Tidak ada < 100 kali/menit >100 kali/menit
nadi)
Grimace
Bersin, batuk/
3 (reaksi Tidak ada Menyeringai
menarik kaki
rangsangan)
Activity Tidak ada/ Ekstremitas sedikit
4 Gerakan aktif
(tonus otot) lemas fleksi
Pernafasan lemah Menangis kuat,
Respiration
5 Tidak ada dan tidak teratur/ pernafasan kuat
(pernafasan)
menangis lemah dan teratur
(Sumber : Dewi, 2013)

Keterangan :

Nilai 7-10 : Normal

Nilai 4-6 : Bayi asfiksia ringan-sedang

Nilai 0-3 : Bayi asfiksia berat

3. Asuhan Bayi Baru Lahir

a. Pencegahan Infeksi

Bayi baru lahir (BBL) sangat rentan terhadap

mikroorganisme yang terpapar atau terkontaminasi selama proses

persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah bayi lahir.

Untuk tidak menambah risikoinfeksi maka sebelum menangani

BBL, patikan penolong persalinan dan pemberi asuhan BBL telah

melakukan upaya pencegahan infeksi berikut :


72

1) Cuci tangan dengan seksama sebelum dan sesudah bersentuhan

dengan bayi.

2) Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang

belum dimandikan.

3) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama

klem, gunting, penghisap lendir DeLee, alat resusitasi dan

benang tali pusat telah di Disinfektan Tingkat Tinggi (DTT)

atau sterilisasi. Gunakan bola karet yang baru dan bersih jika

akan melakukan penghisapan lendir. Jangan menggunakan

bola karet penghisap yang sama untuk lebih dari satu bayi.

4) Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang

digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikian

pula halnya timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop

dan benda-benda lain yang akan bersentuhan dengan bayi.

Dekontaminasi dan cuci bersih semua peralatan, setiap kali

setelah digunakan.

b. Penilaian Bayi Baru Lahir

Segerah setelah lahir, letakan bayi di atas kain bersih

dan kering yang disiapkan pada perut bawah ibu. Segera lakukan

penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan :

 Apakah bayi cukup bulan ?

 Apakah air ketuban jernih, tidak tercampur mekonium ?

 Apakah bayi menangis atau bernafas ?


73

 Apakah tonus otot bayi baik ?

Jika bayi tidak cukup bulan dan atau air ketuban

bercampur mekonium dan atau tidak menangis atau tidak bernapas

atau megap-megap dan atau tonus otot tidak baik lakukan langkah

resusitasi. Untuk BBL yang langsung menangis atau bernafas

spontan dan teratur lakukan asuhan BBL normal.

(JNPK-KR, 2008)

c. Pencegahan Umum Kehilangan Panas Tubuh Bayi

Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara

berikut :

Gambar 2.6
Mekanisme Kehilangan panas pada Bayi Baru Lahir

1) Evaporasi adalah kehilangan panas dapat terjadi karena

penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas

tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segerah

dikeringkan.

2) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak

langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang

dingin.Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya


74

lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi

melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakan di atas

benda-benda tersebut.

3) Konveksiadalah kehilanagn panas tubuh yang terjadi saat bayi

terpapar udara sekitar yang lebih dingin.Kehilanagn panas juga

terjadi jika terjadi aliran udara dari kupas angin, hembusan

udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.

4) Radiasi adalah kehilanagn panas yang terjadi karena bayi

ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu

tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan

panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap

radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara

langsung).

d. Merawat Tali Pusat

Nasihat untuk merawat tali pusat, sebagai berikut :

1) Jangan bungkus puntung tali pusat atau mengoleskan

cairan/bahan apapun ke puntung tali pusat. Nasehatkan hal ini

juga bagi ibu dan keluarganya.

2) Mengoleskan alkohol atau povidon iodine masih

diperkenankan, tapi tidak dikompreskan karena menyebabkan

tali pusat basah/lembab

3) Berikan nasehat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan

bayi :
75

a) Lipat popok dibawah puntung tali pusat.

b) Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan

air DTT dan sabun dan segerah keringkan secara seksama

dengan menggunakan kain bersih.

c) Jika pangkal tali pusat (pusat bayi) terus berdarah, merah

meluas atau mengeluarkan nanah dan atau berbau, segerah

rujuk bayi ke fasilitas yang dilengkapi perawatan untuk

bayi baru lahir.

(JNPK-KR, 2008)

e. Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian ASI

Langkah Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

1) Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya

segerah setelah lahir selama paling sedikit satu jam. Dianjurkan

agar tetap melakukan kontak kulit ibu-bayi selama 1 jam

pertama kelahirannya walaupun bayi telah berhasil menghisap

puting susu ibu dalam waktu kurang dari 1 jam.

2) Bayi harus menggunakan naluri alamiahnya untuk melakukan

Inisiasi Menyusu Dini dan ibu dapat mengenali bayinya siapa

untuk menyusu serta memberi bentuan jika diperlukan.

3) menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada

bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu selesai dilakukan,


76

prosedur tersebut seperti: menimbang, pemberian antibiotika

salep mata, vitamin K1 dan lain-lain.

Prinsip menyusu/pemberian ASI adalah dimulai sedini

mungkin dan secara eksklusif.

f. Pencegahan Infeksi Mata

Salep mata untuk mencegah infeksi mata diberikan

setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu.

Pencegahan infeksi tersebut menggunakan antibiotika Tetrasiklin

1%. Salep antibiotika harus tepat diberikan pada waktu satu jam

setelah kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif jika

diberikan lebih dari satu jam setelah kelahiran.

g. Pemberian Vitamin K1

Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1

injeksi 1 mg intramuskuler setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan

bayi selesai menyusu untuk mencagah perdarahan pada BBL akibat

defisiensi vitamin Kyang dapat dialami oleh sebagian BBL.

h. Pemberian Imunisasi Bayi Baru Lahir

Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis

B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi

hepatitis B pertama diberikan 1 jam setelah pemberian Vitamin K1,

pada saat bayi berumur 2 jam. Selanjutnya hepatitis B dan DPT

diberikan pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan. Dianjurkan

BCG dan OPV diberikan pada saat bayi berumur 24 jam ( pada
77

saat bayi pulang dari klinik) atau pada usia1 bulan (KN).

Selnjutnya OPV diberikan sebanyak 3 kali pada umur 2 bulan, 3

bulan dan 4 bulan. Lakukan pencatatan dan anjurkan ibu untuk

kembali pada jadwal imunisasi berikutnya.

i. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir

Pemeriksaan BBL dilakukan pada :

1) Saat bayi berada di klinik (dalam 24 jam)

2) Saat kunjungan Tindak Lanjut (KN), yaitu 1 kali pada umur 1-

3 hari, 1 kali pada umur 4-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28

hari.

Berikan pengertian kepada ibu dan keluarga untuk tidak

meninggalkan klinik sebelum umur bayi 24 jam. Asuhan Bayi Baru

Lahir dilakukan selama ibu dan bayi berada di klinik

4. Tanda-tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

Jika ditemukan 1 (satu) atau lebih tanda bahaya di

bawah ini, bayi segerah dibawa ke fasilitas kesehatan.

a. Tidak mau menyusu

b. Kejang-kejang

c. Lemah

d. Sesak nafas (lebih besar atau sama dengan 60 kali/menit),

tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.

e. Bayi merintih atau menangis terus menerus


78

f. Tali pusat kemerahan sampai dinding perut, berbau atau

bernanah

g. Demam / panas tinggi

h. Mata bayi bernanah

i. Diare / buang air besar cair lebih dari 3 kali sehari

j. Kulit dan mata bayi kuning

k. Tinja bayi saat buang air besar berwarna pucat

(Kemenkes RI, 2017)

5. Imunisasi Dasar

Imunisasi adalah suatu upaya untuk

menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara efektif

terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan

penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.

Tabel 2.10
Lima Imunisasi Dasar Lengkap

(Sumber: Kemenkes, 2015)


79

BAB III
PERKEMBANGAN KASUS

Pada BAB ini penulis akan membahas sebuah kasus pada Ny. “Y” dari masa
kehamilan, persalinan, nifas, dan BBL di Rumah Bersalin Megawati Palembang.

A. MASA KEHAMILAN
1. Perkembangan kasus ANC pertama pada tanggal 14 April 2018 pukul
11.20 WIB
DATA SUBJEKTIF
A. Identitas
Nama klien : Ny. “Y” Nama suami : Tn. “T”
Umur : 29 tahun Umur : 40 tahun
Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Buruh
Alamat : Jl. Mawar 4 Alamat : JL. Mawar 4
No.1622 RT 21 No.1622 RT 21
B. Alasan kunjungan
(√) Kunjungan ulang/rutin ke : 4

C. Riwayat kehamilan : G2 P1 A0
1. Riwayat menstruasi

Menarche Umur : 13 tahun

Hari Pertama Haid Terakhir : 12-08-2017

lamanya : 7 hari , banyaknya : 2 X ganti pembalut

Tafsiran partus : 19-05-2018

Haid sebelumnya tanggal : 09-07-2017, lamanya: 7 hari


80

Banyaknya : 2 X ganti pembalut


Siklus : 28 hari teratur
Konsistensi : encer
2. Tanda-tanda kehamilan (trimester 1)
Hasil tes kehamilan
tanggal 23 Oktober 2017 hasil (+)

3. Pergerakan fetus dirasakan pertama kali : ± pada usia 16 minggu


Pergerakan fetus terakhir dirasakan : ± 20 kali
4. Keluhan yang dirasakan
(X) keluhan yang ibu rasakan :
(X) rasa lelah
(X) mual dan muntah
(X) nyeri perut
(X) panas/menggigil
(X) sakit kepala berat/terus menerus
(X) pennglihatan kabur
(X) rasa nyeri/panas waktu BAK
(X) rasa gatal pada vagina dan sekitarnya
(X) pengeluaran cairan pervaginam
(X) nyeri,kemerahan,tegang pada tungkai
(X) oedema
5. Diet/makan
Jenis Makanan: nasi, lauk-pauk (telur,tahu,tempe),sayuran
(kangkung,bayam), buah-buahan (jeruk,pisang) , susu
Frekuensi : 3 kali sehari
Pola makan : teratur
Banyaknya : piring sedang
Alergi terhadap makanan : tidak ada

6. Pola eliminasi
81

Buang Air Kecil (BAK)


- Frekuensi : ± 5 kali sehari
- Warna : jernih
Buang Air Besar (BAB)
- Frekuensi : ± 1 kali sehari
- Konsistensi : Lunak
- Warna : Kuning Kecoklatan
7. Aktivitas sehari-hari
Pola tidur, siang ± 2 jam dan tidur malam ± 7 jam.
Aktivitas seksual : 1 kali seminggu
pekerjaan : dikerjakan sendiri
8. Imunisasi TT1 : lengkap
Imunisasi TT2 : lengkap
9. Kontrasepsi yang pernah digunakan
Alasan : untuk mengatur jarak kehamilannya.
Jenis kontrasepsi : KB suntik 3 bulan
Lamanya, mulai 2014 berakhir 2017
Tempat pelayanan : RB
Keluhan : tidak ada
D. Riwayat kehamilan,persalinan,nifas yang lalu
Hamil Persalinan nifas
ke Tgl/th Tempat Usia Jenis Yang Anak lakt kompli
persalinan persalinan kehamilan persalinan menolong JK B P Keadaa asi kasi
B B n
1. 2014 BPM Aterm Normal Bidan PR 3, 49 Baik Ya Tidak
2 ada
2. Ini
3.
E. Riwayat kesehatan
1. Riwayat penyakit yang sedang / pernah diderita
(X) jantung
(X) tekanan darah tinggi
(X) hepar
(X) diabetes mellitus
82

(X) anemia berat


(X) penyakit hubungan seksual HIV/AIDS
(X) campak
(X) malaria
(X) tuberculosis
(X) gangguan mental
(X) operasi
(X) lain-lain
2. Perilaku kesehatan
(X) alkohol atau obat-obatan sejenisnya
(X) obat-obatan / jamu yang pernah digunakan
(X) merokok
Personal hygience
(X) Pengeluaran pervaginam
- Frekuensi Mandi : 2 kali dalam sehari
- Frekuensi Gosok gigi : 3 kali sehari
- Frekuensi Ganti pakaian dalam : 2 kali sehari
3. Riwayat Biopsikososial dan Ekonomi
a. Apakah kehamilan ini direncanakan/diinginkan? Ya direncanakan
b. Jenis kehamilan yang diharapkan? Sehat dan normal
c. Status Perkawinan Sah
Jumlah 1 kali
Lama pernikahan ± 3 tahun
d. Susunan keluarga yang tinggal
NO. JENIS HUBUNGAN PENDIDIKAN PEKERJAAN KET
KELAMIN KELUARGA
1. Laki-laki SUAMI SMA BURUH -
2. Perempuan ANAK - - -
3. - - -
e. Hewan peliharaan : tidak ada
f. Hubungan Ibu dan suami dengan semua keluarga : baik
g. Pengambil keputusan dalam keluarga : suami
h. Jumlah pegnhasilan dalam keluarg/bulan : Rp 2.000.000
83

i. Yang menanggung biaya/ANC dan persalinan : suami


j. Keataatan ibu beribadah : ibu taat beribadah
k. Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan
nifas :
Tidak ada kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan,
persalinan, dan nifas
4. Riwayat kesehatan keluarga :
tidak ada riwayat penyakit keturunan dari keluarga sebelumnya
5. Berat badan sebelum hamil : 52 kg
DATA OBJEKTIF
A. Keadaan umum : baik, Kesadaran : composmentis
Keadaan emosional : stabil
B. Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/80 mmHg, Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,2 oC Pernafasan : 21x/menit
C. TB : 153 cm BB : 60 kg
D. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : Keadaan Rambut : bersih, tidak ada rontok
Benjolan : tidak ada
2. Muka : Kelopak mata : tidak eodema
Konjungtiva : tidak anemis
Sclera : tidak ikterus
Closma gravidarum : tidak ada
3. Telinga : Keadaan : simetris, bersih
Pengeluaran cairan : tidak ada
4. Hidung : Keadaan : simetris,bersih
Pengeluaran cairan : tidak ada
5. Mulut dan gigi : Lidah : bersih
Bibir : tidak pecah-pecah dan tidak
sariawan
84

Gigi dan gusi : bersih, tidak ada caries gigi


dan bengkak
6. Kelenjar tyroid : Pembesaran : tidak ada pembesaran
7. Kelenjar getah bening : Pembesaran : tidak ada pembesaran
8. Dada
Jantung : tidak terdengar bunyi mur-mur
Paru : tidak terdengar bunyi ronchie dan Wheeazing
Payudara : Puting susu : menonjol
Simetris : simetris
Benjolan / tumor : tidak ada
Pengeluaran : belum ada
Rasa nyeri : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
9. Ekstremitas atas
Oedema : tidak oedema
Kekakuan sendi : tidak ada
Kemerahan : tidak ada
10. Abdomen
Bekas luka operasi : tidak ada pembesaran :sesuai usia
kehamilan
Konsistensi : lunak benjolan : tidak ada
Pembesaran lien/liver : tidak ada
11. Tinggi fundus uteri : 29 cm
Kontraksi : tidak ada
12. Fetus
Leopold I : Tinggi Fundus Uteri (TFU) pertengahan Processus
Xypoideus dan pusat (menurut Mc.Donald 31 cm),
bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting
(bokong janin).
85

Leopold II :Pada abdomen kiri ibu teraba bagian keras dan


memanjang seperti papan (punggung). Pada abdomen
kanan ibu teraba bagian kecil (Ekstremitas).
Leopold III : Pada bagian simpisis teraba bulat, keras dan melenting
(kepala).
Leopold IV :Kepala janin belum masuk PAP Atau konvergen
TBJ : (TFU – 12) x 155
(29 – 12) x 155=2.635 gram
DJJ : (+)
Frekuensi : 138 x/menit
Punctum maximum 2 jari bawah pusat di sebelah kiri
13. Ekstremitas bawah
Oedema : tidak oedema
Kekakuan sendi : tidak ada
Kemerahan : tidak ada
Varises : tidak ada
Refleks : (+) / (+)
14. Punggung dan pinggang
Tulang belakang : lordosis
Nyeri : tidak
15. LILA : 29cm
16. Ano- genital
a. Inspeksi : tidak dilakukan
Perinium : luka parut : tidak ada
Vulva vagina : warna : tidak dilakukan , luka : tidak ada
varises : tidak ada
pengeluaran : tidak ada
konsistensi : tidak ada, jumlah: tidak ada
warna : tidak ada
Kelenjar bartholini : tidak ada pembengkakan
Rasa nyeri : tidak ada
86

Anus : haemorhoid : tidak ada


b. Periksa dalam
Serviks dan dinding vagina : tidak dilakukan
Ukuran serviks :-
Konsistensi :-
c. Pemeriksaan pelvimetri klinis
1) Pemeriksaan panggul luar
- Distansia spinarum : tidak dilakukan
- Distansia cristarum :-
- Conjungata externa :-
- Lingkar panggul :-
2) Pemeriksaan panggul dalam
- Promontorium : tidak dilakukan
- Conjungata vena :-
- Linea innominata :-
- Sacrum :-
- Spina ischiadica :-
- Os coccygis :-
- Arcus pubis :-
17. Pemeriksaan laboratorium
Darah : Hb : belum dilakukan , golongan Darah : O
Urine : Protein : belum dilakukan, Reduksi : belum dilakukan
ASSESMENT
G2 P1 A0 hamil 35 minggu , Janin Tunggal Hidup, Presentasi Kepala.
PLANNING
1) Menjelaskan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
sesuai dengan standar ANC 10 T, dengan hasil TB: 153 cm, BB:60 kg, TD:
110/80 mmHg, N: 82 x/menit, RR : 21 x/menit, LILA: 29 cm, TFU menurut
Mc. Donald : 29 cm, dan menurut leopold: pertengahan Px (Processus
Xypoideus) dan pusat , presentasi kepala, DJJ (+) ada dengan frekuensi: 138
x
/menit, ibu telah melakukan imunisasi TT lengkap
87

 Ibu mengerti dan keadaan ibu baik - baik saja.


2) Menganjurkan ibu agar tetap mengkonsumsi vitamin yang diberikan bidan
 Ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran.
3) Menganjurkan kepada ibu untuk tetap mempertahankan pola makanan yang
seimbang, seperi makanan yang mengandung karbohidrat seperti nasi, protein
seperti ikan, telur dan tempe, mineral seperi air putih, vitamin seperti buah-
buahan dan zat besi seperti sayur-sayuran, serta susu ibu hamil
 Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
4) Menganjurkan kepada ibu untuk tetap melakukan kebersihan diri (personal
hygene) serta melakukan perawatan payudara dengan menggunakan
waslap/kain yang telah di basahi dengan air hangat serta menggunakan bra
yang dapat menopang payudara ibu.
 Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan bidan akan
melakukannya.
5) Menganjurkan pada ibu untuk tetap membersihkan daerah kemaluannya
setiap mandi dan mengganti celana dalam setiap basah dan lembab.
 Ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran.
6) Menganjurkan ibu untuk tetap istirahat yang cukup dan teratur serta
menghindari pekerjaan berat agar tidak cepat kelelahan.
 Ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran.
7) Menjelaskan kepada ibu untuk mempersiapkan kelengkapan persalinan yaitu
biaya, tempat, penolong, anggota keluarga yang dijadikan pengambil
keputusan jika suatu saat terjadi komplikasi yang tidak diinginkan,
mempersiapkan baju ibu dan bayi, surat keputusan, dan fasilitas kesehatan.
 ibu mengerti dan segera mempersiapkan sesuai anjuran bidan.
8) Mengingatkan ibu tanda bahaya kehamilan dan memberitahu ibu tanda-tanda
persalinan . tanda bahaya kehamilan yaitu: pusing hebat, penglihatan kabur,
bengkak pada muka,tangan dan kaki, nyeri perut , gerakan janin tidak seperti
biasanya, keluar darah segar dari kemaluan. Sedangkan tanda-tanda
persalinan yaitu: nyeri perut yang menjalar ke pinggang, adanya kontraksi
88

yang adekuat, serta keluarnya darah bercampur dengan lender, adanya


pembukaan.
 Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan bidan.
9) Menjelaskan kepada ibu tentang kunjungan ulang.
 Ibu mengerti dan mau melakukan kunjungan ulang.

2. Perkembangan kasus ANC ke dua pada tanggal 21 April 2018 pukul


10.00 WIB
DATA SUBJEKTIF
Ibu mengeluh sering buang air kecil, mudah lelah setelah melakukan aktifitas dan
ibu ingin mengetahui perkembangan bayinya.
(√) kunjungan ulang / rutin ke : 5
DATA OBJEKTIF
A. Keadaan umum : baik, Kesadaran : composmentis
Keadaan emosional : stabil
B. Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg, Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,7 oC Pernafasan : 20x/menit
TB : 153 cm BB : 60 kg
1. Pemeriksaan Abdomen
Tinggi fundus uteri : 32 cm
Kontraksi : tidak ada
2. Fetus
Leopold I : Tinggi Fundus Uteri (TFU) pertengahan di Processus
Xypoideus dan pusat (menurut Mc.Donald 30 cm), bagian fundus
teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong janin).
Leopold II : Pada abdomen kiri ibu teraba bagian keras dan memanjang
seperti papan (punggung). Pada abdomen kanan ibu teraba bagian
kecil (Ekstremitas).
Leopold III : pada bagian simpisis teraba bulat, keras dan melenting
(kepala).
89

Leopold IV : Kepala janin belum masuk PAP Atau konvergen


TBJ : (TFU – 12) x 155
(30 – 12) x 155= 2.790 gram
DJJ : (+)
Frekuensi : 135 x/menit
Punctum maximum 2 jari bawah pusat di sebelah kiri
3. Pemeriksaan laboratorium
Hb : 11,5% , golongan Darah : O
Urine : Protein : (-), Reduksi : (-)
ASSESMENT
G2 P1 A0 hamil 36 minggu, Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala.
PLANNING
1) Menjelaskan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
dengan hasil BB:73 kg, TD: 110/70 mmHg, LILA: 29 cm, TFU menurut Mc.
Donald : 30 cm, dan menurut leopold: pertengahan Px (Processus Xypoideus)
dan pusat , presentasi kepala, DJJ (+) ada dengan frekuensi: 135 x/menit,
memberikan tablet Fe sebanyak 7 tab, tes laboratorium didapat hasil HB ibu
11,5 gr/dL,melaksanakan tatalaksana kasus dan memberikan edukasi
kesehatan. Pada pemeriksaan ANC kedua, 3 T (TB,LILA, TT) tidak
dilakukan kembali karena sudah dilakukan di ANC pertama.
 Ibu mengerti dan keadaan ibu baik - baik saja.
2) Menganjurkan kepada ibu untuk tetap mempertahankan pola makanan yang
seimbang, seperi makanan yang mengandung karbohidrat seperti nasi, protein
seperti ayam, dan tahu, mineral seperi air putih, vitamin seperti buah-buahan
dan zat besi seperti sayur-sayuran.
 Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
3) Menganjurkan ibu agar tetap mengkonsumsi vitamin yang diberikan bidan.
 Ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran.
4) Menganjurkan kepada ibu untuk tetap melakukan kebersihan diri (personal
hygene) serta melakukan perawatan payudara dengan cara menggunakan
waslap/kain bersih yang telah di basahi dengan air hangat.
90

 Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan akan


melakukannya.
5) Mengingatkan kepada ibu mengenai tanda-tanda bahaya kehamilan yaitu:
perdarahan pervaginam, pengelihatan kabur, bengkak pada wajah dan
ekstermitas, nyeri kepala yang hebat serta pergerakan janin tidak dirasakan
ibu, bila didapatkan tanda dan bahaya seperti diatas ibu diharapkan datang
ketenaga kesehatan dokter/bidan.
 Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan mengatakan tidak
ada tanda bahaya yang dirasakan ibu.
6) Memberitahu ibu tanda-tanda persalinan yaitu: nyeri perut yang menjalar ke
pinggang, adanya kontraksi yang adekuat, serta keluarnya darah bercampur
dengan lendir, adanya pembukaan.
 Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan bidan.
7) Menjelaskan kepada ibu tentang kunjungan ulang.
 Ibu mengerti dan mau melakukan kunjungan ulang.

3. Perkembangan kasus ANC ke tiga pada tanggal 28 April 2018 pukul


09.15 WIB
DATA SUBJEKTIF
Ibu mengeluh sering buang air kecil, mudah lelah setelah melakukan aktifitas dan
ibu ingin mengetahui perkembangan bayinya.
(√) kunjungan ulang/rutin ke : 6
DATA OBJEKTIF
A. Keadaan umum : baik, Kesadaran : composmentis
Keadaan emosional : stabil
B. Tanda Vital
Tekanan Darah : 100/70 mmHg, Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,5 oC Pernafasan : 22x/menit
TB: 153 cm BB: 62 kg
1. Pemeriksaan Abdomen
Tinggi fundus uteri : 30 cm
91

Kontraksi : tidak ada


2. Fetus
Leopold I : Tinggi Fundus Uteri pertengahan PX (Processus
Xypoideus) dan pusat (Mcd 31 cm), bagian atas teraba bulat, tidak
melenting (bokong).

Leopold II : Pada abdomen kanan ibu teraba datar, keras dan ada
tahanan seperti papan (punggung janin). Pada abdomen kiri ibu
teraba bagian kecil janin (ekstremitas).

Leopold III: Bagian bawah teraba bulat, keras. Kepala sudah masuk
PAP

Leopold IV : Kepala janin belum masuk PAP Atau konvergen


TBJ : (TFU – 11) x 155
(30 – 11) x 155= 2.945 gram
DJJ : (+)
Frekuensi : 148 x/menit
Punctum maximum 2 jari bawah pusat di sebelah kanan
3. Pemeriksaan laboratorium
Hb : 11,5% , golongan Darah : O
Urine : Protein : (-), Reduksi : (-)
ASSESMENT
G2 P1 A0 hamil 37 minggu, Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala.
PLANNING
1) Memberitahukan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
sesuai dengan standar ANC 11 T, dengan hasil BB: 62 kg, TD: 100/70
mmHg, TFU menurut Mc. Donald: 30 cm, dan menurut leopold: pertengahan
Px (Processus Xypoideus), dan pusat presentasi kepala, DJJ (+) ada dengan
frekuensi: 148 x/menit, memberikan tablet Fe, melaksanakan tatalaksana
kasus dan memberikan edukasi kesehatan. Pada pemeriksaan ANC ketiga, 4
92

T (TB,LILA, TT, Tes Lab) tidak dilakukan kembali karena sudah dilakukan
di ANC pertama dan kedua.
 Ibu mengerti dan keadaan ibu baik - baik saja.
2) Memberitahukan kepada ibu mengenai usia kehamilannya yaitu usia
kehamilan ibu sudah 37 minggu 2 hari dan memberitahuan kepada ibu bahwa
janinnya dalam keadaan baik . Memberitahu ibu agar mempersiapkan
persalinan seperti, perlengkapan bayi, uang, surat, dan mental serta dukungan
keluarga.
 Ibu mengerti dan sudah mempersiapkan semuanya.
3) Menganjurkan ibu agar tetap mengkonsumsi makanan bergizi seimbang
seperti nasi,sayuran,lauk-pauk,buah dan susu.
 Ibu mengerti dan mau mengkonsumsi makanan bergizi seimbang.
4) Menganjurkan ibu agar tetap istirahat yang cukup dan teratur.
 Ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran.
5) Menganjurkan ibu agar tetap mengkonsumsi vitamin yang diberikan bidan.
 Ibu mengerti dan mau mengkonsumsi tablet Fe.
6) Menganjurkan kepada ibu untuk tetap melakukan kebersihan diri (personal
hygene) serta melakukan perawatan payudara dengan cara membersihkan
payudara dengan menggunakan waslap/kain bersih yang telah di basahi
denganair hangat.
 Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan akan
melakukannya.
7) Mengingatkan ibu tanda-tanda persalinan yaitu: nyeri perut yang menjalar ke
pinggang, adanya kontraksi yang adekuat, serta keluarnya darah bercampur
dengan lendir, adanya pembukaan.
 Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan bidan.
93

B. MASA PERSALINAN
1. KALA I, Tanggal 10 Mei 2018, Pukul 08.30 WIB
DATA SUBJEKTIF
A. Identitas
Nama klien : Ny. “Y” Nama suami : Tn. “T”
Umur : 29 tahun Umur : 40 tahun
Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Buruh
Alamat : Lr.Mawar Rt 21 Alamat :Lr.Mawar Rt 21
No.1622 No.1622
B. Alasan kunjungan
1. Keluhan utama waktu masuk
ibu datang mengeluh sakit perut yang menjalar ke pinggang dan
keluar lendir bercampur darah
2. Tanda-tanda persalinan
 His : Ada , sejak tanggal : 10 Mei 2018 , pukul : 05.00 WIB
 Frekuensi : 3 x setiap 10 menit
 Lamanya : 30 detik , kekuatan : sedang
 Lokasi ketidaknyamanan : diperut yang menjalar ke pinggang
3. Pengeluaran pervaginam
(√) darah lendir
(X) air ketuban
(X) darah
4. Masalah khusus
Hal-hal yang berhubungan dengn faktor resiko predisposisi / resiko
tinggi yang dialami : tidak ada masalah
5. Riwayat kehamilan sekarang
HPHT : 12-08-2017
TP : 19-05-2018
94

Haid sebelumnya : 09-07-2017 , lamanya : 7 hari


siklus haid : 28 hari
ANC : Ya, teratur Frekuensi : 6 kali, di Bidan
Kelainan/gangguan : tidak ada
6. Riwayat Imunisasi : lengkap
7. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

Hamil Persalinan nifas


ke Tgl/th Tempat Usia Jenis Yang Anak lakt kompli
persalinan persalinan kehamilan persalinan menolong JK B P Keadaan asi kasi
B B
1. 2014 BPM Aterm Normal Bidan PR 3, 49 Baik Ya Tidak
2 ada
2. Ini
3.

8. Pergerakan fetus dalam 24 jam pertama : ± 12 kali


9. Makan dan minum terakhir : Makan 1X pukul 11.20 WIB , Minum
pukul 13.00 WIB
10. Buang Air Besar terakhir : 1 X pukul 05.30 WIB
11. Buang Air Kecil terakhir :1 X pukul 12.10 WIB
12. Tidur terakhir : 1 X pukul 03.00 WIB
13. Psikologis : Ibu mengatakan cemas
14. keluhan lain : tidak ada
DATA OBJEKTIF
A. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis
Keadaan emosional : stabil
2. Tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg, Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36, 2 oC, Pernafasan :21 x/menit
3. Muka
Oedema : tidak ada , konjungtiva : tidak anemis, sclera : tidak
ikterus closma gravidarum : tidak ada
4. Leher : pembesaran kelenjar thyroid : tidak ada pembesaran
5. Payudara : (√) colostrum (√) puting susu menonjol
95

6. Pinggang
Nyeri : Ada
7. Abdomen
a. Inspeksi
Bekas luka : tidak ada
Pembesaran perut : sesuai usia kehamilan, bentuk perut
Normal
b. Palpasi
 Leopold I : Tinggi fundus uteri (TFU) pertengahan prosesus
xipoideus (PX) dan pusat (Mc.Donald 31 cm) pada fundus
teraba bulat, lunak dan tidak melenting (bokong)
 Leopold II : Bagian kanan abdomen ibu teraba keras panjang
seperti papan (punggung janin) bagian kiri abdomen ibu teraba
ekstremitas janin
 Leopold III : Bagian bawah teraba bulat, keras dan melenting
(kepala)
 Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP (Divergen) 4/5.
c. Auskultasi
DJJ 147 x/menit
8. Ekstremitas
 Oedema tangan&jari : tidak oedema
 Oedema tibia,kaki : tidak oedema
 Betis merah/lembek/keras : tidak ada
 Varises tungkai : tidak ada
 Refleks patella : +/+
B. Pemeriksaan dalam
1. Inspeksi
Luka parut pada perineum : tidak ada , varises : tidak ada
Kedema vulva : tidak ada, pengeluaran : darah
campur lendir
kelainan : tidak ada,
96

Vagina: keadaan : baik, kelainan : tidak ada


2. Hasil Pemeriksaan Dalam:
Portio : Tipis presentasi : kepala
pembukaan : 3 cm pendataran : 50%
ketuban : (+) utuh penurunan : Hodge II
penunjuk : UUK Kanan depan
C. Pemeriksaan Laboratorium:
Darah : Hb ; Golongan darah : Tidak dilakukan
Urine : Protein ; Reduksi : Tidak dilakukan
Pemeriksaan penunjang lain : Tidak dilakukan
ASSESMENT
G2P1A0 hamil 39 minggu inpartu kala I fase laten, Janin Tunggal Hidup,
Presentasi Kepala
PLANNING
(Menyusun rencana, implementasi, evaluasi)
1) Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan yang dilakukan yaitu
keadaan ibu tampak kesakitan ringan, tekanan darah 110/80 mmHg, denyut
nadi 82 x/menit, pernafasan 1 x/menit, suhu 36,2°C, pembukaan 3 cm,
presentasi belakang kepala, ibu dan janin sehat.
(ibu mengerti dengan hasil pemeriksaannnya)
2) Melakukan informed choice dan informend consent.
(Informed choice dan informed consent telah dilakukan)
3) Memberikan asupan makanan dan cairan pada ibu untuk menambah energi
dan mencegah dehidrasi, karena dehidrasi dapat membuat kontraksi menjadi
tidak teratur dan kurang efektif
(ibu makan nasi dan air mineral)
4) Mengajarkan ibu tehnik relaksasi yaitu dengan cara bernafas melalui hidung
dan dihembuskan melalui mulut.
(ibu mengerti dengan ajaran yang diberikan oleh bidan)
97

5) Menganjurkan ibu untuk BAB/BAK ke kamar kecil jika ada rasa ingin
BAB/BAK jangan ditahan karena jika kandung kemih penuh dapat
menghambat proses penurunan kepala janin
(ibu mengerti dan mau ke kamar mandi untuk berkemih)
6) Mengajurkan pada suami untuk mendampingi dan memberi dukungan pada
ibu selama proses persalinan
(suami telah mendampingi ibu)
7) Menganjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman, menjelaskan bahwa
ibu dapat berbaring miring kiri agar kepala bayi cepat turun dan aliran
oksigen ke janin terpenuhi atau dapat jalan-jalan dan jongkok karena hal ini
dapat membantu penurunan kepala
(ibu mengerti dengan anjuran bidan dan mau miring ke kiri)
8) Memberikan support mental atau dukungan pada ibu dan memberitahu
keluarga agar tidak cemas dan dapat sabar menanti kelahiran bayinya
(ibu mengerti dengan penjelasan bidan)
9) Menyiapkan perlengkapan ibu dan bayi, ruangan, peralatan partus set, APD
dan obat-obatan yang diperlukan
(semua persiapan telah dilakukan)
10) Melakukan persiapan diri untuk menolong persalinan yaitu memakaikan
celemek, topi, masker, sepatu boat, mencuci tangan dan memakaikan sarung
tangan steril
(APD telah dipakai)
11) Memantau kemajuan persalinan dengan partigraf.
(pemantauan kemajuan persalinan sudah dilakukan)
98

Tabel 3.1
Tabel Observasi Kala I

Tgl Pkl TD N RR T DJJ HIS PD Ket


10 08.30 110/80 80 20 36,2 147 3x10’30” Porsio tipis lembut -
Mei WIB mmHg x/m x/m °C x/m Pendataran 25%
2018 Pembukaan 3 cm
Ketuban (+)
Persentase Kepala
Penunjuk UUK
Penurunan H II-III
Tidak ada persentase
majemuk dan molase
09.00 3x10’30”
09.30 3x10’35”
10.00 3x10’35”
10.30 3x10’45”
11.00 3x10’45”
11.30 110/70 82 21 36,5 145 3x10’45” Porsio tipis lembut
mmHg x/m x/m °C x/m Pendataran 75%
Pembukaan 8 cm
Ketuban (+)
Persentase Kepala
Penunjuk UUK
Penurunan H III-IV
Tidak ada persentase
majemuk dan molase
12.00 82 21 145 5x10’45”
x/m x/m x/m
12.30 82 21 145 5x10’50”
x/m x/m x/m
13.00 82 21 145 5x10’50”
x/m x/m x/m
13.30 80 21 145 5x10’50”
x/m x/m x/m
14.00 82 20 145 5x10’50” Porsio tipis lembut Ibu ingin
x/m x/m x/m Pendataran 100% meneran
Pembukaan 10 cm indikasi
Ketuban (+) periksa
Persentase Kepala dalam
Penunjuk UUK
Penurunan H IV
Tidak ada persentase
Majemuk dan molase
99

Kala II
S :
Ibu mengatakan perutnya semakin mules dan semakin kuat serta timbul
rasa ingin meneran seperti mau BAB, dan ibu sudah tidak dapat menahan
dorongan meneran.
O :
Keadaan ibu : Tampak kesakitan
Kesadaran : Composmentis
Keadaan emosional : Stabil
Tanda-tanda kala II : -adanya dorongan untuk meneran
- tekanan pada anus
- perineum tampak menonjol
- Vulva dan spingter ani membuka
Pemeriksaan dalam : Porsio tipis lembut
Pendataran 100%
Pembukaan 10 cm
Ketuban (+)
Persentase Kepala
Penunjuk UUK
Penurunan H IV

His 5x dalam 10 menit lamanya 50 detik, kuat dan teratur

DJJ(+) frekuensi 145 x/menit.

A :
G2 P1 A0 inpartu kala II
P :
1) Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu sudah memasuki
proses persalinan dan pembukaan sudah lengkap.
(ibu mengerti penjelasan yang diberikan bidan)
2) Mendekatkan alat-alat partus set dan obat-obatan yang dibutuhkan selama
persalinan
100

(alat dan obat-obatan sudah didekatkan dan APD sudah dipakai)


3) Membimbing ibu cara meneran yang baik saat ada kontraksi yang kuat yaitu
hanya boleh meneran apabila ada dorongan kuat untuk meneran dengan cara
meletakkan kedua tangan pada lipatan paha, kepala diangkat dengan mata
melihat kearah pusat dan meneran tanpa suara.
(ibu mengerti dengan penjelasan bidan)
4) Memimpin ibu untuk meneran setiap kali ada his dan istirahat jika his hilang,
serta menganjurkan pada keluarga agar memberi minum untuk
mempertahankan kondisi optimal pada ibu dan bayi selain itu untuk
mencegah dehidrasi pada ibu
(ibu mengerti dengan penjelasan bidan)
5) Melakukan pertolongan persalinan yaitu bila kepala sudah tampak 5-6 cm di
depan vulva, tangan kanan menahan perineum dan tangan kiri di sub occiput
untuk menahan kepala agar tidak terjadi defleksi maksimal. Ibu terus
dipimpin meneran sampai kepala mengadakan defleksi parietal, maka lahirlah
berturut-turut UUK kanan depan, UUB, dahi, mata, hidung, mulut dan dagu
bayi, dan tidak ada lilitan tali pusat. Setelah kepala melakukan putaran paksi
luar, tempatkan kedua tangan secara biparietal kemudia melahirkan bahu
depan dengan cara tarik curam kebawah dan tarik curam keatas untuk
melahirkan bahu belakang. Kedua tangan pindah kebahu tarik datar
mengikuti sumbu panggul ibu lakukan sangga susur pada bayi sampai
lahirnya bayi,
(bayi telah lahir hidup)
6) Tanggal 10 Mei 2018 pukul 15.20 WIB bayi lahir spontan langsung menangis
kuat, gerakan aktif, kulit kemerahan, jenis kelamin laki-laki, anus (+) cacat (-)
7) Mengeringkan tubuh bayi kecuali telapak tangan untuk mencegah hipotermi
dengan menggunakan kain bersih dan kering.
(tindakan telah dilakukan)
8) Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi kedua
(bayi kedua tidak ada)
101

Kala III
S :
Ibu mengatakan perutnya masih mules dan lelah, namun ibu senang atas
kelahiran bayinya.
O :
Keadaan umum ibu : Tampak lelah
Kesadaran : Composmentis
Keadaan emosional : Stabil
Kontraksi uterus : Baik, teraba bulat dan keras
TFU : Sepusat
Kandung kemih : Tidak penuh
Tanda-tanda pelepasan plasenta :Uterus berbentuk globular, tali pusat
memanjang dan adanya semburan
darah tiba-tiba
A :
P1 A0 Kala III
P :
1) Memberitahu ibu bahwa saat ini akan dilakukan tindakan untuk
mengeluarkan plasenta dan sebelumnya akan disuntikan oksitosin terlebih
dahulu untuk membantu uterus berkontraksi dengan baik.
(ibu mengerti dengan penjelasan bidan)
2) Memberikan suntikan oksitosin 10 unit 1/3 pada bagian luar secara IM 1
menit setelah bayi lahir.
(penyuntikan pksitosin telah dilakukan)
3) Setelah 2 menit dari bayi lahir lakukan pemotongan tali pusat dengan
menjepit tali pusat ± 3 cm dari bayi kemudian di urut kearah ibu ± 2 cm dari
klem pertama, tangan kiri melindungi bayi kemudian potong tali pusat lalu
diikat.
(tali pusat telah dipotong dan diikat)
4) Melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dengan cara meletakan bayi
tengkurap di perut ibu, luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel
102

didada/perut ibu, usahakan kepala bayi berada diantara kedua payudara ibu
dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu, selimut bayi dengan kain
dan pasang topi bayi.
(tindakan telah dilakukan)
5) Melakukan peregangan tali pusat terkendali saat uterus berkontraksi dan tali
pusat memanjang pindahkan klem 5-6 cm di vulva, tangan kiri berada di
supra simpisis ditekan kebawah secara dorsokranial, tangan kanan menahan
tali pusat, tarik plasenta sejajar lantai di intoitus vagina sambut plasenta dan
putar secara perlahan searah jarum jam. Plasenta lahir pukul 15.25 WIB.
(tindakan telah dilakukan)
6) Lakukan massase fundus uteri selama 15 detik dan mengajarkan pada ibu
dengan cara mengusap fundus secara melintang searah jarum jam. Melakukan
massase fundus uteri hingga perut ibu terasa keras hal tersebut dilakukan
untuk mencegah terjadinya atonia uteri.
Massase telah dilakukan dan berkontraksi dengan baik)
7) Memeriksa kelengkapan plasenta, pada bagian maternal dan fetal pastikan
kotiledon dan selaput lengkap dan utuh, kemudian meletakan plasenta
kedalam plastik yang telah disediakan.
(tindakan telah dilakukan dan plasenta dalam keadaan lengkap dan utuh)
8) Memeriksa apakah terjadi laserasi pada vagina dan perineum atau tidak
(laserasi tidak ada)
9) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
(uterus telah berkontraksi dengan baik)
10) Mengobservasi perdarahan, perdarahan ±150 cc,
103

Kala IV

S :
Ibu mengatakan masih terasa mules pada perutnya dan nyeri pada luka
jahitan perineum
O :
Keadaan umum ibu : Tampak lemas
Kesadaran : Composmentis
Keadaan emosional : Stabil
TTV : TD 120/70 mmHg
Suhu 36,4 °C
Nadi 82 x/menit
RR 22 x/menit
TFU : 2 jari bawah pusat
Kontraksi uterus : Baik
Kandung kemih : Belum penuh
Perdarahan : Normal
Lochea : Rubra
A :
P2 A0 Kala IV
P :
1) Memberitahu ibu bahwa proses persalinan telah selesai, bayi dalam keadaan
sehat
(ibu mengerti dan senang bayinya sehat)
2) Menjelaskan kepada ibu bahwa saat ini sedang dalam masa pengawasan
(ibu mengerti penjelasan bidan)
3) Membersihkan ibu dari darah dan cairan tubuh kemudia membersihkan
tempat tidur ibu dan merapikan ibu kembali agar ibu nyaman
(ibu telah dirapikan kembalidan ibu merasa nyaman)
104

4) Membereskan dan melakukan dekontaminasi alat-alat partus set, dan


peralatan lainnya dengan direndam larutan klorin 0,05 % selama 10 menit,
cuci bilas menggunakan air mengalir lalu disterilkandi alat sterilitator.
(alat-alat sudah dibereskan dan di sterilkan)
5) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum untuk memulihkan tenaga ibu
setelah melahirkan.
(ibu mengerti dengan anjuran bidan dan akan melakukannya)
6) Menganjurkan ibu untuk istirahat agar merasa lebih baik
(ibu mengerti dengan anjuran bidan)
7) Melakukan observasi TTV pada ibu setiap 15 menit sekali pada 1 jam
pertama setelah kelahiran, dan setiap 30 menit sekali pada jam kedua, lalu
mengobservasi tinggi fundus uteri, kontraksi, kandung kemih dan perdarahan
(observasi TTV sudah dilakukan)
8) Mendokumentasikan semua asuhan selama proses persalinan
(semua asuhan telah dicatat dalam partograf)

Tabel 3.2
Obsevasi Kala IV

Jam Kontraksi Kandung


Waktu TD Nadi Suhu TFU Perdarahan
Ke Uterus Kemih
1 36,4 2 jari bawah Belum
15.40 120/80 82 Baik ±15
pusar Berkemih
2 jari bawah Belum
15.55 120/80 82 Baik ±15
pusar Berkemih
2 jari bawah Belum
16.10 120/80 81 Baik ±10
pusar Berkemih
2 jari bawah Belum
16.25 120/80 81 Baik ±10
pusar Berkemih
2 36,2 3 jari bawah Belum
16.55 120/80 81 Baik ±5
pusar Berkemih
3 jari bawah
17.25 120/80 80 Baik 100 ml ±5
pusar
105

B. MASA NIFAS
1. Masa Nifas hari pertama 6 jam Post Partum tanggal 20 Mei 2017,
Pukul 16.30 WIB
DATA SUBJEKTIF
A. Identitas
Nama klien : Ny. “Y” Nama suami : Tn. “T”
Umur : 29 tahun Umur : 40 tahun
Bangsa : Indonesia Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Buruh
Alamat : Lr. Mawar rt 21 Alamat :Lr.Mawar rt 21
No.1622 No.1622
B. Alasan Kunjungan
1. Keluhan :
Ibu mengeluh perutnya masih mules, dan ibu mengatakan bayinya
sudah menyusu, tetapi ASI belum keluar banyak.
2. Riwayat perkawinan
Status perkawinan : sah
Jumlah : 2 kali
lama perkawinan : 2 tahun
3. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Hamil Persalinan nifas
ke Tgl/th Tempat Usia Jenis Yang Anak lakt komp
persalina persalinan kehamilan persalin menolong JK B P Keadaa asi likasi
n an B B n
1. 2014 RB Aterm Normal Bidan Lk 3, 49 Baik Ya Tidak
2 ada
2. 2018 RB Aterm Normal Bidan Lk 3, 50 Baik
5
4. Kontrasepsi yang pernah digunakan
Alasan : untuk mengatur jarak kehamilannya.
Jenis kontrasepsi : KB suntik 3 bulan
Tempat pelayanan : BPM
106

Keluhan : tidak ada


5. Riwayat kesehatan
- Penyakit yang pernah/sedang diderita dan yng pernah diderita
keluarga : tidak ada
6. Riwayat kehamilan terakhir
 Pemeriksaan di : BPM
 Kelainan/komplikasi : tidak ada
 Usia kehamilan : aterm
 G.P.A : G2 P1 A0
7. Riwayat persalinan terakhir
 Anak lahir tanggal : 10 Mei 2018, jam : 15.20 WIB
 Jenis kelamin : Laki-laki BB: 3.500 gram PB : 50 cm
 Nilai APGAR : 8/10
 Cacat bawaan : tidak ada
 Jenis persalinan : normal
 Komplikasi : tidak ada
 Plasenta : lengkap
 Episiotomi : tidak dilakukan
 Anastesi : tidak dilakukan
 Jahitan : tidak ada
 Perdarahan kala III : ± 150 cc
 Perdarahan kala IV : ± 100 cc
 Perdarahan total : ± 250 cc
 Lama persalinan
- Kala I : 1 jam
- Kala II : 30 menit
- Kala III : 5 menit
- Kala IV : 2 jam
 Infus cair :-
 Transfusi darah :-
107

8. Riwayat postpartum
 Ambulasi : ibu sudah bisa duduk,berdiri dan berjalan
 Pola makan : teratur
 Pola tidur : teratur
 Eliminasi BAK : sudah 2 kali
 Eliminasi BAB : belum
DATA OBJEKTIF
A. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan Umum
 Tekanan darah :120/80 mmHg
 Suhu : 36, 5 oC
 Nadi : 82 x/menit
 Pernafasan : 20 x/menit
 Berat badan : 57 kg
 Tinggi badan : 153 cm
2. Pemeriksaan sistematis
a. Kepala
 rambut : bersih,tidak rontok, tumor: tidak ada
 mata,konjungtiva : tidak anemis, sclera: tidak ikterus
 mulut/gigi : tidak ada caries dan gusi bengkak
 telinga : bersih tidak ada pengeluaran
 hidung : bersih tidak ada pengeluaran
b. Leher
 kelenjar tyroid : tidak ada pembengkakan
 tumor : tidak ada
c. Dada dan Axilla
 Mammae : puting susu : menonjol, colostrum (√), areola :
hiperpigmentasi
 axilla : tumor : tidak ada, nyeri : tidak ada
d. Ekstremitas : aktif, oedema : tidak oedema, varises: tidak ada
Refleks patella : +/+ , keluhan lain : tidak ada
108

e. Pemeriksaan Khusus Obstetri


1) Abdomen
a) Inspeksi
 Pembesaran : tidak ada
 Pelebaran vena : tidak ada
b) Palpasi
 tinggi fundus uteri : 2 jari dibawah pusat
 kontraksi uterus :baik
2) Ano-genetalia
a) Inspeksi
 lochea : rubra
 perinium : utuh
 vulva : tidak oedema
 penyembuhan luka : tidak ada
b) inspekulo : tidak dilakukan
c) periksa dalam : tidak dilakukan
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
laboratorium : tidak dilakukan
USG : tidak dilakukan
D. Data psikososial dan spiritual
a. Dukungan keluarga :
Ibu mendapat dukungan dari suami dan keluarga
b. Riwayat pengasuhan:
Ibu mengatakan akan mengasuh sendiri anaknya
ASSESMENT
P2 A0 6 jam post partum

PLANNING

1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dengan hasil TD: 120/80 mmHg, nadi:
82 x/menit, pernapasan: 20 x/menit, suhu: 36, 50C, TFU 2 jari dibawah pusat,
kontraksi uterus baik dan perdarahan normal. Pemeriksaan telah dilakukan.
109

2) Menjelaskan pada ibu tentang tanda dan bahaya pada masa nifas diantaranya
suhu tinggi ,pendarahan, lokea berbau busuk dan lokea tidak keluar, tinggi
fundus uteri bertambah dan uterus tidak berkontraksi dengan baik, ibu
dianjurkan datang ke tenaga kesehatan bila didapatkan tanda dan bahaya
seperti diatas. ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
3) Menganjurkan pada ibu untuk makan makanan yang bernutrisi dengan gizi
seimbang dan sayuran hijau serta susu, buah-buahan, agar dapat memulihkan
tenaga serta membantu produksi ASI. ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan.
4) Menjelaskan pada ibu untuk senantiasa menjaga kebersihan dirinya terutama
pada daerah kemaluannya agar tidak terinfeksi dengan cara mengganti
pakaian dalam bila dirasakan lembab atau sesudah BAB dan BAK. ibu
mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
5) Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan perawatan payudara dengan cara
membersihkan putting susu menggunakan waslap atau kain yang telah
dibasahi dengan air hangat. ibu mau mengikuti anjuran yang diberikan.
6) Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan mobilisasi dini agar
mempercepat kembalinya fungsi organ reproduksi. Ibu mengerti dengan
penjelasan yang diberikan.
7) Menganjurkan pada ibu untuk beristirahat pada saat bayinya tidur untuk
mencegah kelelahan karna bila ibu kurang istirahat akan mempengaruhi
jumlah ASI yang ibu produksi. ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan.
8) Memberitahukan pada ibu dan keluarga agar bayi tetap bersama ibunya untuk
rawat gabung. Agar ikatan batin antara ibu dan bayi tetap berjalan dan
mengajarkan kepada ibu untuk menjaga kehilangan kehangatan tubuh bayi
agar terhindar dari hipotermi. ibu dan keluarga mengerti dengan penjelasan
yang diberikan.
9) Mengajarkan kepada ibu cara merawat tali pusat agar tetap bersih dan kering
yaitu dengan cara mencuci tangan sebelum menyentuh tali pusat dan jangan
110

memberikan apapun pada tali pusat, dan membungkusnya dengan kassa steril.
ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

2. Kunjungan nifas 6 hari pertama kelahiran tanggal 16 Mei 2018, pukul


10.00 WIB

DATA SUBJEKTIF
Ibu mengaku bahwa ia sudah sehat, ASI nya lancar dan ibu senang merawat
bayinya.
DATA OBJEKTIF
A. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Umum
 Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Suhu : 36, 0oC
 \Nadi : 80 x/menit
 Pernafasan : 20 x/menit
2. Abdomen
a) Palpasi
 tinggi fundus uteri : pertengahan pusat dan simfisis
 kontraksi uterus :baik
3. Ano-genetalia
a) Inspesksi
 lochea : sanguinolenta
 perinium : utuh
 vulva : tidak oedema
 penyembuhan luka : tidak ada
b) inspekulo : tidak dilakukan
c) periksa dalam : tidak dilakukan
111

ASSESMENT
P2 A0 6 hari post partum
PLANNING
1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dengan hasil TD: 110/70 mmHg, nadi:
80 x/menit, pernapasan: 20 x/menit, suhu: 36, 00C, TFU pertengahan pusat
dan simfisis, kontraksi uterus baik dan perdarahan normal, lochea
sanguinolenta. Pemeriksaan telah dilakukan ibu dalam keadan baik-baik saja.
2) Memastikan ibu tetap memberikan ASI pada bayinya agar pertumbuhan dan
perkembangan bayinya secara optimal. Ibu tetap memberikan ASI kepada
bayinya.
3) Mengingatkan kembali kepada ibu agar ibu mempertahankan makan gizi
seimbang yaitu makan cukup nutrisi karena dengan nutrisi yang baik dapat
mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu
ibu, seperti: tahu, tempe, telur, ikan, sayur-sayuran, buah-buahan. Ibu
mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
4) Mengingatkan kepada ibu untuk tetap menjaga kebersihan diri dan menjaga
payudaranya agar tetap bersih dan kering terutama putting susu dan gunakan
bra/BH yang menyokong payudara, ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan.
5) Mengingatkan kembali kepada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan
tidur dengan tujuan untuk mencegah kelelahan yang berlebuhan serta istirahat
selagi bayi tidur dan kembali pada kegiatan rumah tangga secara perlahan.
Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
6) Menganjurkan ibu memberi ASI ekslusif selama 6 bulan. Ibu mengerti dan
mau mengikuti anjuran.
7) Mengingatkan dan menanyakan kepada ibu adanya tanda bahaya nifas seperti
, demam tinggi, pendarahan, lokhea berbau busuk , lokhea tidak keluar, TFU
meninggi, dan fundus uteri lembek atau tidak berkontraksi. Ibu mengerti
dengan penjelasan bidan dan ibu mengatakan tidak ada tanda bahaya masa
nifas.
112

C. BAYI BARU LAHIR


1. Bayi Baru Lahir satu jam setelah kelahiran tanggal 10 Mei pukul
15.20 WIB

DATA SUBJEKTIF

A. Identitas (Biodata)
1. Bayi
Nama bayi : By. Ny. Y
Tanggal/jam lahir : 10 Mei 2017 / 15.20 WIB
Jenis kelamin : laki-laki
Tanda pengenal : tidak ada
2. Orang tua
Nama Ibu : Ny. Y
Umur : 29 tahun
Bangsa/suku : Indonesia
Agama : islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Lr. Mawar Rt 21 No. 1622
B. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang sekarang
1. Riwayat kehamilan
a. Pemeriksaan kehamilan
1) TM I : 1 kali
Tempat pemeriksaan : RB
Keluhan : tidak ada
2) TM II : 2 kali
Tempat pemeriksaan : RB
Keluhan : tidak ada
3) TM III : 4 kali
Tempat pemeriksaan : RB
Keluhan : tidak ada
113

b. Imunisasi selama kehamilan : lengkap


c. Penyakit yang diderita selama kehamilan : tidak ada
2. Riwayat persalinan
a. Persalinan ditolong oleh : bidan
b. Jenis persalinan : normal
c. Tempat persalinan : BPM
d. Lama persalinan
Kala I : 1 jam
Kala II : 30 menit
Kala III : 5 menit
e. Masalah yang terjadi selama persalinan : tidak ada
f. Keadaan air ketuban : jernih
3. Riwayat nifas
Masalah setelah persalinan : tidak ada

DATA OBJEKTIF
A. Nilai APGAR
No. Aspek yang 0 1 2 waktu
dinilai 1 5
1. Warna kulit Biru / pucat Badan merah Seluruh tubuh 2 2
ektermitas biru kemerahan
2. Denyut nadi Tidak ada kurang dari 100 Lebih dari 100 2 2
3. Refleks Tidak ada Menangis lemah Menangis kuat 1 2
ketika di stimulasi
4. Tonus otot Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan aktif 2 2
5. Usaha bernafas Tidak ada Lemah,tidak Menangis 1 2
teratur kuat,pernafasan baik
dan teratur
Total 8 10
B. Antropometri
1. Berat badan : 3.500 gram
2. Panjang badan : 50 cm
3. Lingkar lengan : 12 cm
4. Lingkar kepala
a) Circumferentia fronto occipitalis : 33 cm
b) Circumferentia mento occipitalis : 35 cm
c) Circumferentia sub occipito bregmantika : 34cm
114

5. Lingkar dada : 33 cm
6. Refleks
a) Moro : ada,seperti memeluk
b) Tonic neck : ada, refleks menoleh
c) Palmar graps : ada, refleks menggenggam
d) Rooting : ada, refleks mencari
e) Sucking : ada, refleks menghisap
f) Stepping : ada, seperti berjalan
g) Plantar : ada, seperti menapak
h) Babinski : ada, jari kaki meregang disentuh sirkuler
7. Menangis : kuat
8. Tanda vital
a. Suhu :36, 5 °C
b. Nadi : 134 x/menit
c. Pernafasan : 42 x/menit
9. Kepala
a. Simetris : simetrid
b. Ubun-Ubun besar : datar
c. Ubun-Ubun kecil : datar
d. Caput succedaneum : tidak ada
e. Cephal haematoma : tidak ada
f. Sutura : ada
g. Luka di kepala : tidak ada
h. Kelainan yang dijumpai : tidak ada
10. Mata
a. Posisi : simetris
b. Kotoran : tidak ada
c. Perdarahan : tidak ada
d. Sclera : tidak ikterus
e. Bulu mata : ada
115

11. Hidung
a. Lubang hidung : ada
b. Pengeluaran : tidak ada
c. Pernafasan cuping hidung : tidak ada
12. Mulut
a. Simetris : simetris
b. Palatum mole : ada
c. Palatum dulum : ada
d. Saliva : ada
e. Bibir : simetris
f. Gusi : ada
g. Lidah bintik putih : tidak ada
13. Telinga
a. Simetris : simetris
b. Daun telinga : ada (normal)
c. Lubang telinga : ada (normal)
d. Keluaran : tidak ada
14. Leher
a. Kelainan : tidak ada
b. Pergerakan : normal
15. Dada
a. Simetris : simetris
b. Pernafasan : normal
c. Retraksi : tidak ada
d. Denyut jantung : normal
16. Perut
a. Bentuk : simetris
b. Bising usus : ada (normal)
c. Kelainan : tidak ada
116

17. Tali pusat


a. Pembuluh darah : ada
b. Perdarahan : tidak ada
c. Kelainan tali pusat : tidak ada
18. Kulit
a. Warna : kemerah-merahan
b. Turgor : baik
c. Elastisitas : baik
d. Lanugo : ada
e. Vernik caseosa : ada
f. Kelainan : tidak ada
19. Punggung
a. Bentuk : normal
b. Kelainan : tidak ada
20. Ekstremitas
a. Tangan : ada (normal)
b. Kaki : ada (normal)
c. Gerakan : aktif
d. Kuku : ada (lengkap)
e. Bentuk kaki : normal
f. Bentuk tangan : normal
g. Kelainan : tidak ada
21. Genetalia
a. Pria
1) Scrotum : ada
2) Testis : ada
3) Penis : ada
4) Kelainan : tidak ada
117

ASSESMENT
Neonatus cukup bulan 1 jam pertama postpartum
PLANNING
1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dan menilai sepintas
keadaan bayi dengan hasil, warna kulit kemerahan-merahan, gerakan aktif
dan bayi mau menyusu. Nadi 134 x/menit, pernafasan 42 x/menit, suhu 36, 5
°C. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
2) Menjaga kehangatan tubuh bayi dengan cara mengerikan bayi dan
menyelimutinya serta tidak memandikan bayi pada 6 jam pertama. Tindakan
telah dilakukan.
3) Memberikan salep mata dan vit.K untuk mencegah perdarahan di otak dengan
dosis 0,5 ml diinjeksikan secara IM di paha kiri bagian luar. Tindakan telah
dilakukan.
4) Menganjurkan ibu agar tetap memberi ASI ekslusif selama 6 bulan ibu
mengerti dan mau mengikuti anjuran.
5) Memberitahu ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir seperti demam tinggi,
kenajng,bayi merintih,tidak mau menyusu,mata bernanah,kulit kering,sesak
nafas,tali pusat memerah. Ibu mengerti.
6) Melakukan rawat gabung untuk mempererat ikatan batin ibu dan bayi.
Tindakan telah dilakukan.

1. Kunjungan bayi baru Lahir 6 hari pertama, tanggal 16 Mei 2018, pukul
10.00 WIB
DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bayinya sehat, menyusu kuat, gerakan aktif, tangis kuat,
tidak rewel, perutnya tidak kembung buang air besar dan buang air kecil lancar,
tinja lembek dan tali pusat belum puput.
DATA OBJEKTIF
1. Tanda vital
a. Suhu :36, 7 °C
b. Nadi : 132 x/menit
118

c. Pernafasan : 36 x/menit
ASSESMENT
Neonatus cukup bulan 6 hari pertama kelahiran.

PLANNING
1) Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu dengan hasil keadaan umum
ibu baik, pernafasan: 36 x/menit, nadi: 132 x/menit, suhu 36, 7°C.
2) Membersihkan pusat dan melihat apakah pusat sudah kering atau belum,
pusat telah kering dan tali pusat sudah lepas pada tanggal 25 Mei 2017.
Keadaan pusat baik.
3) Menganjurkan kepada ibu untuk tidak lagi memakaikan gurita pada bayinya
karena akan memperhambat silkurasi darah bayi. Ibu mengerti dengan
penjelasan yang diberikan.
4) Menganjurkan kepada ibu untuk mengikuti imunisasi secara lengkap di
posyandu atau tempat bidan sesuai dengan jadwal pada KMS. Ibu mengerti
dan akan melakukannya.
5) Mengingatkan kembali kepada ibu agar menjemur bayinya di pagi hari
selama 5-10 menit agar bayi mendapatkan asupan vitamin D secara alami,
yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Ibu
mngerti dengan penjelasan yang diberikan dan mau melakukannya.
6) Menanyakan kembali kepada ibu tentang tanda dan bahaya pada bayi yaitu:
bayi sulit menyusu, sesak nafas, demam tinggi, bayi tampak cemas, bayi diare
lebih dari 10 kali dalam sehari dan warna kulit bayi kebiruan atau kekuning-
kuningan, bila didapatkanan tanda dan bahaya seperti diatas ibu diharapkan
segera datang ketenaga kesehatan bidan/dokter. Ibu mengerti dengan
penjelasan yang diberikan dan mengatakan tidak ada tanda bahaya pada bayi.
7) Menganjurkan ibu untuk menyusui secara eksklusif selama 6 bulan tanpa
memberikan makanan pendamping ASI. Ibu mengerti dengan penjelasan
bidan .
119

8) Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa bayi dalam keadaan baik.
Keluarga dan ibu merasa senang dan mengerti dengan penjelasan yang
diberikan.
120

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan mencoba untuk membahas “Asuhan

Kebidanan Ibu Hamil, Bersalin,Nifas, dan Bayi Baru lahir Normal pada Ny.”Y”

di RB Mega Palembang, sebagai bahan perbandingan antara teori dan kenyataan

di lahan praktik.

A. Masa Kehamilan

Nama ibu Ny.”Y” umur 21 tahun, bangsa indonesia, agama islam,

pendidikan SMA, pekerjaan ibu rumah tangga, nama suami Tn.”T”, umur

44 tahun, bangsa indonesia, agama islam, pendidikan terakhir SMP,

pekerjaan buruh, alamat Jl. Angkatan 66 Lr.Mawar Rt 21 No.1622

palembang

Kehamilan Ny.”Y” saat ini merupakan kehamilan kedua dan

prosesnya berjalan dengan baik, Ny.”Y” berumur 21 tahun dan dalam

masa reproduktif. Dalam hal ini tidak ada kesenjanga dan sesuai dengan

teori menurut Prawirahardjo (2010) kehamilan dan kelahiran yang terbaik

yaitu usia ≤ 35 tahun karena mempunyai resiko yang paling kecil dalam

kehamilan.

Ny.”Y” mengatakan pertama kali mengalami menstruasi usia 13

tahun. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan dan sesuai dengan teori

menurut Dewi (2011) yang menyatakan bahwa pasa saat pubertas, umur

sekitar 13-16 tahun dimulai pertumbuhan folikel primordial ovarium yang


121

mengeluarkan hormon estrogen dan akhirnya terjadi pengeluaran darah

menstruasi pertama yang disebut menarche.

Dari hasil anamnesa Ny.”Y” mengatakan bahwa hari pertama haid

terakhir (HPHT) nya tanggal 28 juli 2017, berdasarkan teori Neagle

dalam Ruliah (2015) bahwa dihitung dari tanggal haid terakhir hari

ditambah 7 (tujuh), bulan dikurang 3 (tiga) tahun di tambah 1 (satu).

Dalam hal ini tidak ada kesenjangan dan sesuai dengan teori tersebut maka

tafsiran partus Ny.”Y” adalah 4 Mei 2018.

Ny. "Y" mengaku menstruasi terakhir pada kehamilan ini tanggal

26 juli 2017 dan haid sebelumnya tanggal 26 juni 2017, sehingga panjang

siklus haid ibu 28 hari. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan dan sesuai

dengan teori fisiologi haid menurut cunningham (2012) bahwa interval

dasar antara menstruasi diperkirakan sekitar 28 hari, tetapi terdapat variasi

yang nyata antara perempuan yang juga merupakan panjang siklus pada

perempuan tersebut. Jadi Ny. "Y" termasuk dalam siklus menstruasi yang

normal.

Ibu melakukan tes kehamilan pada tanggal 29 september 2017, dari

test kehamilan tersebut didapatkan hasil (+). Dalam hal ini tidak ada

kesenjangan dan sesuai dengan teori menurut Dewi (2011) yang

menyatakan salah satu tanda kemungkinan hamil yaitu reaksi kehamilan

positif berarti dapat disimpulkan dari test urine yang dilakukan oleh ibu

merupakan tanda kemungkinan hamil.


122

Ny. "Y" usia kehamilan 6 bulan kembali memeriksakan diri. Dari

hasil pemeriksaan itu didapatkan adanya bunyi jantung janin dan ibu

mengaku audah bisa merasakan gerakan janin pada saat usia kehamilan 20

minggu. Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan dan sesuai dengan teori

menurut suryani (2015) ibu mulai merasakan gerakan bayi selama bulan

ke 5 atau ke 6. Berarti dapat disimpulkan bahwa gerakan janin yang

dirasakan ibu dan denyut Jantung janin merupakan tanda pasti kehamilan

pada Ny. "Y".

Pada kehamilan Ny. "Y" mengatakan dapat merasakan gerakan

janin yang begitu sering +10 kali dalam sehari. Dalam hal ini tidak ada

kesenjangan dan hal tersebut normal serta sesuai dengan teori menurut

Hani (2011) gerakan janin dapat dirasakan pada primigravida yaitu usia

kehamilan 16 minggu dan pada multigravida pada usia kehamilan 18

minggu dengan gerakan janinnya dalam 24 jam minimal 10 kali.

Pada pola makan Ny. "Y" mengatakan makan sehari-hari 3 kali

sehari, banyaknya satu piring sedang, pola makan teratur, jenis makanan

atau menu yaitu nasi, lauk pauk (telur, ikan, tempe, dll) sayur-sayuran,

buah-buahan dan lain-lain tanpa adanya alergi terhadap makanan dan tidak

ada perubahan pola makan yang dialami oleh Ny. "Y" seperti ngidam,

nafsu makan menurun dan lain-lain. Dalam hal ini tidak terdapat

kesenjangan sesuai dengan teori menurut Bandiyah(2009), ibu hamil harus

memperhatikan makanan yang dikonsumsi. Makanan bergizi adalah


123

makana yang mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat yang

sesuai dengan kebutuhan gizi.

Ny. "Y" mengatakan pola istirahat dan tidur cukup dan tidak ada

kesulitan dalam hal kenyamanan pada saat tidur, dengan perkiraan tidur +

2 jam dan tidur malam + 8 jam. Hal ini tidak ada kesenjangan dan sesuai

dengan teori menurut Kemenkes RI (2010) yaitu setiap ibu hamil

dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin ke tenaga

kesehatan dan mengajurkan ibu hamil agar beristirahat yang cukup selama

kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak bekerja berat.

Ny. "Y" mengatakan melakukan hubungan seksual 1 kali dalam

seminggu. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan menurut Dewi (2011)

hubungan seksual dapat dilakukan seperti biasa kecuali jika terjadi

perdarahan atau keluar cairan dari kemaluan maka harus diberhentikan.

Ny. "Y" mengatakn melakukan pekerjaan rumah tangga seperti

bersih-bersih dikerjakan sendiri dan dibantu oleh suami. Dalam hal ini

tidak ada kesenjangan dan sesuai dengan teori Dewi (2011) yang

menyatakan ibu hamil dapat seperti biasa melakukan tingkat aktifitas

rinagan sampai sedang dan untuk tingkat aktifitas berat dianjurkan untuk

dikurangkan.

Ny. "Y" mengaku tidak pernah menderita atau mengalami penyakit

jantung, hipertensi, hepar, diabetes mellitus, anemia berat, PMS, campak,

malaria, TBC, gangguan mental dan belum pernah ada riwayat operasi.
124

Dan keluarga tidak ada yang menderita penyakit tersebut dan tidak ada

keturunan kembar. Hal ini tidak terjadi kesenjangan menurut KemenKes

RI (2010) setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejalah-gejalah penyakit

menular (misalnya penyakit IMS, Tuberkulosis) dan penyakit tidak

menular (misalnya hipertensi) karena dapat mempengaruhi pada kesehatan

ibu dan janinnya.

Ibu mengaku mandi 2 X sehari, gosok gigi 2 kali sehari, ganti

pakaian dalam 3 kali sehari. Hal ini sesuai dengan teori Dewi (2011) yang

menyatakan bahwa mandi cukup seperti biasa. Berarti selama kehamilan

ini Ny.”Y” harus memperhatikan kebersihan tubuhnya agar terhindar dari

kuman-kuman yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit.

kehamilan ini merupakan kehamilan yang diinginkan oleh kedua

pasangan, pada kehamilan ini ibu memilih jenis kelamin laki-laki untuk

calon bayi yang dikandungnya sehat. Hal ini tidak ada kesenjangan dan

sesuai dengan teori Bandiyah (2009) yang menyatakan bagi mereka yang

menghendaki kehamilan tidak ada alasan takut menjadi hamil dan

selanjutnya melahirkan yang dirasakan lebih membahagiakan karena

mempunyai anak.

Ibu mengaku tidak memiliki hewan peliharaan di rumahnya. Hal

ini tidak ada kesenjangan dan sesuai dengan teori Dewi (2011) yang

mengatakan hewan peliharaan dapat menjadi pembawa infeksi (misalnya


125

bulu kucing/burung dapat mengandung parasit toksoplasma). Oleh karena

itu dianjurkan untuk menghindari kontak dengan hewan selama hamil.

Melakukan pemeriksaan pada ibu yaitu keadaan ibu baik,

kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil dengan standar 10 T

yaitu mengkur tinggi badan ibu 153 cm, berat badan 59 kg, mengukur

tekanan darah dengan hasil 110/80 mmHg, menentukan status gizi dengan

cara mengukur lila yaitu hasil 29 cm, TFU pertengahan prosesus

xiphoideus (menurut Mc. Donald 31 cm), tentukan presentase DJJ dengan

hasil 147 x/menit, pemberian tablet Fe 10 tablet, tes laboratorium: belum

dilakukan, tata laksana kasus dan temu wicara. Hal ini tidak ada

kesenjangan dan sesuai dengan teori Kemenkes RI (2017) bahwa dalam

melaksanakan asuhan kebidanan yang diberikan harus sesuai dengan

standar 10 T.

Pada kehamilan ini ibu mengalami kenaikan berat badan sekitar 9

kg. Hal ini dalam batas normal sesuai dengan teori Mochtar (2011) yang

menyatakan untuk pengawasan cukup gizi ibu hamil dan pertumbuhan

kandungannya dapat diukur berdasarkan kenaikan berat badannya.

Kenaikan berat badan rata-rata adalah antara 6,5 sampai 13 kg (10-13 kg).

Tinggi badan Ny.”Y” 153 cm. Hal tersebut masih dalam batas

normal karena menurut Prawirahardjo (2010) ada potensi gawat obstetric

dengan tujuan tertentu dalam primi muda, primi tua sekunder, umur ≥ 35

tahun, grande multi, anak terkecil umur < 2 tahun, tinggi badan rendah ≤
126

145 cm. Tinggi badan Ny.”Y” 153 dan tidak termasuk faktor resiko diluar

kehamilan.

Selanjutnya LILA ibu di ukur menggunakan pita senti untuk

mengetahui kecukupan gizi ibu agar terhindar dari kekurangan energi

kronis. Di dapatkan hasil pemeriksaan LILA ibu 29 cm, hal ini

menyatakan bahwa ibu dalam keadaan normal dan tidak termasuk dalam

kategori kekurangan energi kronis. Hal tersebut sesuai dengan Kemenkes

RI (2010), yang menyatakan bahwa pengukuran LILA hanya dilakukan

pada kontak pertama untuk skrining ibu hamil beresiko kurang energi

kronis (KEK), kurang energi kronis disini maksudnya ibu hamil yang

mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa

bulan/beberapa tahun) dimana LILA kurang dari 23,5 cm ibu hamil

dengan KEK dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

Didapatkan hasil tekanan darah 110/80 mmHg, tekanan darah ibu

normal dsan ibu tidak mengalami hipertensi. Hal tersebut sesuai dengan

Kemenkes RI (2010) yang menyatakan bahwa pengukuran tekanan darah

pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya

hipertensi (tekanan darah 140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklamsia

(hipertensi disertai edema pada wajah dan tungkai bawah dan proteinurina

positif).

Ny.”Y” mengalami pembesaran pada payudara, puting susu

menonjol dan areola mengalami hiperpigmentasi. Hal tersebut sesuai


127

dengan teori menurut soliha(2009) yang menyatakan payudara terus

membesar karena pelebaran saluran susu dan terasa sedikit nyeri dan

puting susu atau daerah sekitar puting susu mulai berwarna gelap.

Pada usia kehamilan 37 minggu 1 hari tinggi fundus ibu 2 jari

dibawah prossesus xiphoideus (Mc.Donald = 31 cm). Dalam hal ini tidak

ada kesenjangan dan sesuai dengan teori Kemenkes RI (2010) yang

menyatakan bahwa pengukuran tinggi fundus uteri setiap kali kunjungan

antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak

dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur

kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar

pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu.

Pada pemeriksaan Leopold diteukan hasil Leopold 1 : TFU 2 jadi

dibawah prossesus xiphoideuse dan pada fundus teraba bulat, lunak dan

tidak melenting yaitu (bokong janin), Leopold II di sebelah kanan ibu

teraba bagian kecil janin (ektrimitas). Leopold III bagian terbawah janin

teraba bulat, keras, melenting dan tidak bisa digoyangkan (kepala janin),

Leopold IV divergen (kepala sudah masuk PAP) 4/5. Hal ini sesuai dengan

teori menurut sulistyawati (2014) yang menyatakan kondisi tersebut dalam

batas normal.

Tafsiran berat badan janin berkisar 2.945 gram dengan rumus

menurut jhonson tausak TBJ = (TFU – B.Hodge) × 155. Hal ini dilakukan

sesuai dengan teori Sulistyawati (2014) yang menyatakan bahwa jika


128

belum masuk panggul (TFU – 12) × 155 dan jika sudah masuk panggul

(TFU – 11) × 155.

DJJ : Punctum maxsimum terdengar 2 jari dibawah perut sebelah

kiri abdomen ibu dengan frekuensi 137 x/menit. Hal tersebut dalam batas

normal menurut teori Kemenkes RI (2010), penilaian DJJ dilakukan pada

akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ

lambat kurang dari 120 x/menit atau DJJ cepat lebih dari 160 x/menit

menunjukan adanya gawat janin.

Setiap ANC ibu mendapatkan 10 tablet Fe. Ibu melakukan

kunjungan kebidan sebanyak 6 kali jadi ibu mengonsumsi 60 tablet Fe.

Kemudian penulis melakukan ANC sebanyak 2 kali dengan memberikan

30 tablet. Jadi selama kehamilan mengonsumsi 90 tablet Fe. Untuk

mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet zat besi

minimal 90 tablet diberikan sejak kontak pertama.

Pada saat klien memeriksakan kehamilannya ini, klien mengeluh

sering buang air kecil. Hal ini dianggap masih fisiologis menurut walyani

(2015) sering buang air kecil terjadi karena pembesaran rahim dan

penurunan bayi ke PAP sehingga membuat tekanan pada kandung kemih

ibu.

Pada saat dilakukan ANC kedua, Ny.”Y” mengatakan keluhan

sering buang air kecil sedikit berkurang. Pada kunjuungan ini usia

kehamilan Ny.”Y” 38 minggu 2 hari. Ny.”Y” diingatkan tentang tanda


129

bahaya kehamilan trimester III yaitu sakit kepala yang hebat, penglihatan

kabur, bengkak pada wajah, tangan dan kaki, nyeri ulu hati / abdomen,

gerakan janin tidak dirasakan / berkurang tidak seperti biasanya, keluarnya

darah dari kemaluan yang tidak diketahui penyebabnya. Jika mengalami

salah satu tanda diatas ini maka segerah kebidan atau pelayanan kesehatan

terdekat. Dan sampai saat ini, Ny.”Y” bisa dikategorikan wanita hamil

normal. Hal ini sesuai dengan teori suryani (2015) yang mengatakan

bahwa tanda bahaya dalam kehamilan yaitu sakit kepala yang hebat,

penglihatan kabur, bengkak pada wajah, tangan dan kaki, nyeri ulu hati /

abdomen, gerakan janin tidak dirasakan / berkurang tidak seperti biasanya,

keluarnya darah dari kemaluan yang tidak diketahui penyebabnya.

Melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar yaitu mengukur

berat badan 61 kg, mengukur tekanan darah dengan hasil 110/80 mmHg,

menentukan status gizi dengan cara mengukur LILA yaitu didapat hasil 29

cm, TFU pertengahan pusat prosessus xiphoideus (MC. Donald = 32 cm),

tentukan presentasi dan DJJ dengan hasil presentasi kepala dan frekuensi

DJJ = 140 x/menit, pemberian tablet Fe, tes laboratorium = heamoglobin =

11,6 gr%, reduksi : negatif, dan protein : negatif, tata laksana kasus dan

temu wicara.

Pada ANC kedua diperoleh data bahwa berat badan ibu 54 kg

sehingga ibu mengalami penambahan berat badan sebesar 1 Kg. Hal ini

tidak ada kesenjangan dan sesuai dengan teori menurut Mufdillah (2009)

yang mengatakan bahwa apabila pada kehamilan triwulan III terjadi


130

kenaikan berat badan lebih dari 1 kg dalam waktu 1 minggu kemungkinan

disebabkan terjadi oedema. Hal ini berarti ibu dalam kondisi normal

karena kenaikan berat badan ibu hanya 1 kg.

B. Masa Persalinan

1. Kala I

Ny. “Y” datang ke RB Mega mengeluh nyeri perut bagian bawah

yang menjalar dari perut sampai ke pinggang dan sudah keluar lendir

bercampur darah sejak pukul 05.00 WIB dan gerakan janin masih

dirasakan. Hal ini merupakan tanda-tanda persalinan yang sesuai dengan

teori Sondakh (2013) yang mengatakan bahwa salah satu sifat his

persalinan adalah pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan, sifatnya

teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar, makin

beraktivitas (jalan), kekuatannya makin bertambah, adanya bloody show

(keluar lendir bercampur darah) yang merupakan tanda persalinan.

Kontraksi yang dialami ibu makin lama makin sering dan kuat

dengan kekuatan 3 kali dalam 10 menit lamanya 30 detik, ibu juga

mengaku bahwa gerakan anak masih dapat dirasakan oleh ibu. Hal ini

sesuai dengan teori Sondakh (2013) yang menyatakan bahwa progesterone

menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan

keregangan otot rahim. Selama kehamilan, terdapat keseimbangan antara

kadar progesterone dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir

kehamilan kadar progesterone menurun sehingga timbul his.


131

Lalu bidan melakukan pemeriksaan dalam yang didapatkan hasil

vulva vagina tidak ada kelainan, portio tipis lunak, pendataran 50 %,

pembukaan 3 cm, ketuban masih utuh, presentasi kepala, penunjuk ubun –

ubun kecil belum jelas, penurunan kepala di H II (4/5) dan tidak ada

presentasi majemuk. Hal ini merupakan tanda-tanda persalinan inpartu

yang sesuai dengan teori Sondakh (2013) yang mengatakan bahwa

timbulnya rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan

teratur, keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak

karena robekan kecil pada serviks, kadang-kadang ketuban pecah dengan

sendirinya, pada pemeriksaan dalam mengakibatkan, serviks mendatar dan

pembukaan telah ada dan pembukaan serviks dan kontraksi Uterus

mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam

10 menit). Jadi keadaan yang ditemukan dari pemeriksaan dalam yang

dilakukan dan juga dari pengakuan yang dirasakan ibu sesuai dengan teori

yang ada.

Ny “Y” telah memasuki masa persalinan dengan usia kehamilan 39

minggu, dengan presentasinya yaitu kepala. Menurut JNPK-KR (2008)

persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (diatas atau sama daengan 37 minggu) lahir

spontan dengan presentasi kepala, tanpa komplikasi pada ibu maupun

pada janin.

Pada Kala I proses persalinan Ny. “Y” berlangsung dengan cepat.

pembukaan 3 cm sampai lengkap 8 cm berlangsung selama 1 jam 30 menit


132

sehingga terdapat kesenjangan antara teori yang di dapat dengan kenyataan

di lahan praktik. Menurut teori Sondakh (2013) yang menyatakan pada

primigravida kala I berlangsung ± 12 jam, sedangkan pada multigravida ±

8 jam.

Pada kala I fase aktif, berdasarkan teori pemantauan kemajuan

persalinan dilakukan dengan menggunakan partograf yang meliputi

keadaan ibu (nadi setiap 30 menit, tekanan darah setiap 4 jam, suhu setiap

2 jam dan urine setiap 2-4 jam) dan kondisi janin (DJJ setiap 30 menit,

warna ketuban, penyusupan atau molase, pembukaan serviks setiap 4 jam,

penurunan kepala setiap 4 jam dan kontraksi uterus setiap 30 menit) dan

memantau tanda-tanda kala II seperti dorongan untuk meneran, tekanan

pada anus dan vulva membuka, perineum menonjol. Selama kala I fase

aktif telah dilakukan pemantauan sesuai dengan teori dan partograf.

Pada kala I, keadaan umum ibu tampak sakit ringan menahan

kontraksi. Ibu dan keluarga juga terlihat agak sedikit cemas dalam

menghadapi proses persalinan nanti. Bidan melakukan asuhan sayang ibu

yang dapat diberikan pada saat proses persalinan yaitu memberikan

support mental dan dukungan kepada ibu dan keluarga agar tidak merasa

cemas dan bersabar dalam menanti kelahiran bayinya, serta menjelaskan

kepada ibu dan keluarga bahwa proses persalinan ini merupakan proses

yang normal dan alami. Hal ini tidak terjadi kesenjangan antara teori

dengan praktik yang dilakukan oleh bidan, sesuai dengan teori menurut

Sondakh (2013) yang menyatakan asuhan sayang ibu yang dapat diberikan
133

dengan cara menjelaskan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan

proses yang alamiah.

Setelah mendapatkan dukungan dan penjelasan dari bidan, ibu dan

keluarga terlihat tenang dan merasa senang serta mengatakan akan

bersabar untuk menanti kelahiran bayinya.

Penulis menganjurkan kepada keluarga atau suami untuk

mendampingi ibu selama proses persalinan berlangsung. Menurut JNPK-

KR (2008) mengatakan dukung dan anjurkan suami dan anggota keluarga

yang lain untuk mendampingi ibu selama persalinan dan kelahiran

bayinya. Hal ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dengan praktik yang

dilakukan oleh bidan.

Selama kala I Ny “Y” membuang air kecil ke kamar mandi setiap

kali ibu merasa ingin buang air kecil. Ibu masih bisa ke kamar mandi

sendiri untuk membuang air kecil dan mengaku tidak perlu untuk ditemani

masuk kedalam kamar mandi. Membuang air kecil berarti mengosongkan

kandung kemih. Hal ini juga di anjurkan menurut teori dari JNPK-KR

(2008) yang menyatakan bahwa anjurkan pada ibu untuk mengosongkan

kandung kemih dengan cara menganjurkan ibu untuk dapat berkemih

setiap 2 jam atau lebih sering jika kandung kemih selalu terasa penuh.

Kandung kemih yang penuh akan menggangu penurunan kepala bayi,

menyebabkan ibu tidak nyaman, meningkatkan resiko perdarahan pasca

persalinan, mengganggu penatalaksanaan distosia bahu, meningkatkan

resiko infeksi saluran kemih pasca persalinan.. Jika diperlukan, bantu ibu
134

masuk kamar mandi. Jika ibu tidak dapat berjalan kekamar mandi, bantu

agar ibu dapat duduk dan berkemih di wadah penampungan urine. Jangan

lakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin sebelum atau setelah

kelahiran bayi dan plasenta karena selain menyakitkan, kateterisasi akan

meningkatkan resiko infeksi dan trauma atau perlukaan pada saluran

kemih ibu. Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan bila terjadi retensi

urine dan ibu tidak bisa berkemih sendiri.

Penolong persalinan juga menganjurkan kepada keluarga atau

suami untuk memberikan asupan nutrisi untuk memberikan tenaga ibu

menjelang persalinan. Menurut JNPK-KR (2008) mengatakan bahwa

anjurkan pada ibu untuk mendapatkan asupan (makanan ringan dan

minum air) selama persalinan dan proses kelahiran bayi. Jadi, Ny.”Y”

sudah mendapatkan asupan nutrisi makanan dan minuman selama proses

persalinan ini.

Mengajarkan kepada ibu teknik relaksasi dengan cara menarik

nafas panjang melalui hidung kemudian hembuskan perlahan-lahan

melalui mulut sehingga ibu merasa nyaman dan mengurangi rasa sakit

pada ibu. Menurut Sondakh (2013) yang menyatakan bahwa metode

persalinan secara alami dirancang untuk mengurangi ketakutan dan

mengontrol rasa sakit yang berhubungan saat persalinan. Menggunakan

latihan peregangan otot dan teknik relaksasi merupakan metode untuk

menyiapkan ibu untuk melahirkan. Teknik relaksasi digunakan untuk

membantu memberikan rasa nyaman pada ibu. Pada proses bersalin,


135

terdapat beberapa jenis latihan relaksasi yang dapat membantu wanita

bersalin yaitu relaksasi progresif, relaksasi terkendali, serta mengambil

dan mengeluarkan napas. Hal ini tidak terjadi kesenjangan antara teori

dengan praktik yang dilakukan oleh bidan.

Menganjurkan kepada ibu untuk memilih posisi yang nyaman bagi

ibu untuk proses persalinan seperti posisi berdiri, jongkok, miring kekiri

atau terlentang. Ibu mengatakan memilih posisi setengah duduk untuk

bersalin nanti. Hal ini sesuai dengan teori enurut JNPK-KR (2008)

mengatakan bahwa anjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang

nyaman selama persalinan dan melahirkan bayi serta anjurkan suami dan

pendamping lainnya untuk membantu ibu berganti posisi. Ibu boleh

berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring atau merangkak.

Penolong melakukan persiapan ruangan dan alat-alat persalinan

seperti partus set, haeting set, obat-obatan seperti oksitosin, lidocain dan

ergometrin yang diperlukan, serta alat pelindung diri untuk penolong.

Menurut JNPK-KR (2008) bahwa ruangan dan alat-alat persalinan harus

dipersiapkan dan harus dipastikan kelengkapannya serta dalam keadaan

siap pakai pada saat persalinan dan kelahiran bayi nanti. Jadi alat-alat dan

ruangan persalinan sudah disiapkan dan dipastikan kelengkapannya.

Penolong memasang Alat Pelindung Diri (APD) sebelum

menolong persalinan seperti memakai celemek dan sarung tangan.

Sedangkan menurut teori JNPK-KR (2008) tindakan pencegahan infeksi


136

(PI) tidak terpisah dari komponen-komponen lain dalam asuhan selama

persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap

aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong

persalinan, dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi

karena bakteri, virus dan jamur. Adapun perlengkapan pelindung pribadi

mencegah petugas terpapar mikroorganisme penyebab infeksi dengan cara

menghalangi atau membatasi (kaca mata pelindung, masker wajah, sepatu

boot atau sepatu tertutup, celemek) petugas dari percikan cairan tubuh,

darah atau cedera selama melaksanakan prosedur klinik.

2. Kala II

Pada kala II ibu mengatakan perutnya semakin mules dan adanya

rasa ingin buang air besar dan terasa tekanan pada anus, setelah dilakukan

inspeksi terlihat perineum ibu menonjol, vulva dan spingter ani membuka.

Hal ini sesuai dengan teori JNPK-KR (2008), bahwa tanda dan gejala kala

II adalah adanya dorongan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi, ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan

vaginanya, perineum terlihat menonjol, vulva dan spingter ani membuka,

peningkatan pengeluaran lendir dan darah. Jadi tidak ada kesenjangan

dengan teori dapat disimpulkan bahwa Ny. “Y” berada pada kala II.

Pada saat melakukan pemeriksaan dalam kepada Ny. “Y”

didapatkan pembukaan sudah lengkap dan ketuban pecah spontan. Sesuai

dengan teori JNPK-KR (2008) yang menyatakan bahwa apabila selaput


137

ketuban akanpecah saat pembukaan sudah lengkap , jika belum maka perlu

dilakukan amniotomi. Perhatikan warna air ketuban yang keluar, jika

terjadi pewarnaan mekonium pada air ketuban maka lakukan persiapan

pertolongan bayi setelah lahir karena hal tersebut menunjukan adanya

hipoksia dalam rahim atau selama proses persalinan

Menjelaskan kepada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan ibu

sudah memasuki proses persalinan. Menurut JNPK-KR (2008) bahwa

tanda pasti kala II salah satunya adalah pembukaan serviks yang telah

lengkap. Karena Ny.”Y” pembukaannya sudah lengkap berarti Ny.”Y”

sudah memasuki proses persalinan.

Dalam memasuki Kala II ibu mengambil posisi setengah duduk,

yang mana ibu merasakan nyaman dalam posisi setengah duduk dan dalam

proses persalinannya ibu di dampingi oleh keluarganya. Menurut JNPK-

KR (2008) bahwa posisi setengah duduk dapat memberikan rasa nyaman

bagi ibu dan memberikan kemudahan baginya untuk istirahat di antara

kontraksi. Jadi selama pross persalinannya Ny.“Y” memilih posisi

setengah duduk karena ia merasa lebih nyaman dengan posisi tersebut.

Persalinan kala II atau kala pengeluaran berlangsung selama 30

menit. Hal ini terjadi lebih cepat karena disebabkan oleh kontraksi yang

baik, menurut JNPK-KR (2008) lama waktu persalinan kala II dari

pembukaan lengkap sampai bayi lahir biasanya berlangsung 2 jam pada

primigravida dan 1 jam pada multigravida.


138

Persalinan Kala II Ny.”Y” berlangsung secara normal, pada saat

kepala bayi membuka vulva 5-6 cm penolong meletakkan kain yang

bersih dan kering yang dilipat sepertiga dibawah bokong ibu dan diatas

perut ibu. Setelah itu penolong melindungi perineum dengan 1 tangan dan

tangan yang lainnya menahan dibelakang kepala bayi untuk menahan agar

posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap yang melewati

introitus dan perineum. Manfaat dari melakukan perlindungan pada

perineum dan menahan kepala agar tidak defleksi yaitu agar tidak

terjadinya robekan jalan lahir. Pertolongan yang dilakukan penulis tersebut

sesuai dengan teori KemenKes RI (2013) yang mengatakan bahwa ketika

kepala bayi tampak pada diameter 5-6 cm didepan vulva maka lindungi

perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering untuk

menahan agar kepala tidak terlalu defleksi.

Setelah kepala bayi lahir minta ibu untuk berhenti meneran

kemudian penolong memeriksa apakah ada lilitan tali pusat dan menunggu

kepala bayi melakukan putar paksi luar sebelum melahirkan bahu dan

tubuh bayi hal ini sesuai dengan teori JNPK-KR (2008) yang mengatakan

bahwa setelah kepala bayi lahir dan memeriksa kemungkinan adanya

lilitan tali pusat dan menunggu kepala melakukan putar paksi luar.

Pemeriksaan telah dilakukan tidak ada lilitan tali pusat.

Pada saat kepala telah melakukan putar paksi luar, kedua tangan

penolong diletakkan di kepala bayi secara biparietal dan menarik ke bawah

untuk melahirkan bahu depan kemudian menarik ke atas untuk melahirkan


139

bahu belakang setelah itu melahirkan seluruh tubuh bayi dengan sangga

susur. Dalam teori JNPK-KR (2008) yang mengatakan bahwa setelah

kepala bayi melakukan putaran paksi luar maka tangan diletakkan secara

biparietal dan menarik ke arah bawah hingga lahir bahu depan dan

menggerakan ke arah atas untuk melahirkan bahu belakang dan setelah

kedua bahu lahir maka dilakukan tehnik sangga susur untuk melahirkan

seluruh tubuh bayi. Tindakan yang dilakukan penulis sesuai dengan teori

sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik dilapangan.

Pukul 15.20 WIB bayi lahir spontan, jenis kelamin laki-laki,

menangis kuat, kulit kemerahan, dan gerakan aktif kemudian

mengeringkan bayi. Hal ini sesuai dengan teori Sondakh (2013) yang

menyatakan bahwa pada menit-menit pertama setelah bayi lahir dilakukan

penilaian segera yang meliputi apakah kehamilan cukup bulan, apakah

bayi menangis kuat atau bernapas atau tidak megap megap, apakah tonus

otot bayi baik/ bayi bergerak aktif.

3. Kala III

Kemudian periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi

bayi dalam uterus lalu disuntik oksitosin 10 IU agar uterus berkontraksi

dengan baik di 1/3 paha atas bagian distal lateral. Tindakan yang

dilakukan penolong tersebut sesuai dan tidak terjadi kesenjangan antara

teori dan praktik karena menurut JNPK-KR (2008) yang menyatakan

bahwa penanganan bayi baru lahir meliputi penilaian selintas terhadap


140

bayi, periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada janin di dalam

uterus dan melakukan suntik oksitosin 10 IU di di 1/3 paha atas bagian

distal lateral.

Setelah ± 2 menit dan telah dipastikan tali pusat tidak berdenyut lagi

maka dilakukan pemotongan tali pusat dengan mengklem tali pusat ± 3 cm

dari pusar bayi kemudian diurut dengan jari kearah ibu lalu klem ± 2 cm

dari klem pertama, pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut untuk

melindungi bayi. Gunakan tangan yang lain untuk memotong tali pusat

diantara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting steril,

kemudian mengikat tali pusat bayi . Kemudian membungkus bayi dari

kepala sampai seluruh tubuh untuk menjaga agar bayi tidak mengalami

hipotermi.Hal ini tidak ada kesenjangan dan sesuai dengan teori JNPK-KR

(2008) yang menyatakan bahwa yang harus dilakukan pada saat setelah

periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada janin di dalam uterus

maka dilakukan suntik oksitosin, menjepit tali pusat, memotong tali pusat

dan mengikat tali pusat.

Setelah itu tempatkan bayi baru lahir untuk IMD (Inisiasi Menyusu

Dini) selama 1 jam dengan tujuan agar bayi dapat menyusu dengan

sendirinya dan memperoleh kehangatan. Hal ini tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan praktik menurut teori JNPK-KR (2008)

dimana asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama menyatakan bahwa

bayi harus mendapatkan IMD atau kontak kulit dengan ibunya segera

setelah lahir minimal satu jam dan maksimal 2 jam.


141

Pada saat plasenta terlepas dari uterus ibu, terlihat tali pusat yang

memanjang, adanya semburan darah yang secara tiba-tiba dan singkat, dan

adanya perubahan pada bentuk dan tinggi fundus uterus ibu. Keadaan ini

merupakan keadaan yang normal karena sesuai dengan referensi yang ada

yang menyatakan bahwa tanda-tanda dari lepasnya plasenta adalah adanya

perubahan pada bentuk dan tinggi fundus uteri, tali pusat yang memanjang

dan semburan darah yang mendadak dan singkat. (JNPK-KR, 2008). Lalu

plasenta lahir lengkap pukul 15:25 WIB. Hal ini ada kesenjangan antara

teori dan praktik menurut JNPK-KR (2008) yang menyatakan bahwa jika

plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat maka beri

dosis ulangan oksitosin 10 unit IM, lakukan kateterisasi (aseptik) jika

kandung kemih penuh, minta keluarga untuk menyiapkan rujukan, maka

ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya lalu segera rujuk jika

plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir dan bila terjadi

perdarahan maka lakukan manual plasenta.

Plasenta lahir lengkap pukul 15:25 WIB, penolong melakukan

masase fundus uteri selama 15 detik dengan gerakan memutar dan

mengajarkan pada ibu atau keluarga cara mengusap memutar searah jarum

jam hingga perut ibu terasa keras kemudian melakukan pemeriksaan

kelengkapan plasenta dengan hasil plasenta lahir utuh dan kotiledon

lengkap kemudian melukan pemeriksaan laserasi jalan lahir dengan hasil

tidak terdapat laserasi jalan lahir. Hal ini sesuai dengan teori menurut

JNPK-KR (2008) yang menyatakan bahwa asuhan dan pemantauan setelah


142

plasenta lahir yaitu masase fundus uteri dilakukan setelah plasenta lahir

yaitu dengan letakkan tangan pada fundus uteri, dengan lembut tapi

mantap gerakkan tangan dengan arah memutar pada fundus selama 15

detik untuk merangsang uterus berkontraksi dengan baik dan kuat, periksa

kedua sisa plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput

ketuban lengkap dan utuh dan evaluasi adanya laserasi pada vagina dan

perineum.

4. Kala IV

Pada kala IV, penolong membantu membersihkan tubuh ibu dari

darah dan ketuban dengan menggunakan air DTT dan membantu ibu

memakai pakaian serta menjelaskan pada ibu bahwa darah yang keluar

adalah normal dan rasa mules yang dialami karena adanya kontraksi.

Kemudian bidan melakukan dekontaminasi alat – alat partus dengan cara

merendam alat – alat tersebut ke dalam larutan klorin 0,5 % selama 10

menit kemudian dicuci dengan air deterjen kemudian dibilas dengan air

bersih kemudian merebus. Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan sesuai

dengan teori menurut JNPK-KR (2008) pensterilan alat seharusnya

dilakukan dengan cara dekontaminasi, cuci dan bilas, disenfeksi tingkat

tinggi atau sterilisasi. Jadi setelah melakukan proses persalinan alat-alat

yang sudah digunakan segera dicuci dan disterilkan.

Setelah ibu bersih dan memakai pakaian, penulis melakukan

observasi pada Ny. ”Y” selama 2 jam. Pemantauan yang dilakukan adalah
143

pemantauan TTV (Tekanan darah, nadi, suhu), Tinggi fundus uteri,

kontraksi uterus, kandung kemih, pengeluaran lochea, dan jumlah

perdarahan. Hal tersebut sesuai dengan teori JNPK-KR (2008) melakukan

evaluasi periksa tekanan darah, nadi ibu dan keadaan kandung kemih

setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascasalin dan setiap 30 menit

selama jam kedua pascasalin.

Vital sign pada Ny. “Y” normal, meliputi tekanan darah 110/70

dan nadi 80 kali/menit. Hal ini sesuai dengan teori Maritalia, Dewi (2014)

nadi normal berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah partus dan

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah

melahirkan karena ada pendarahan.

Suhu tubuh Ny. “Y” adalah 36,5°C (normal). Hal ini sesuai dengan

teori Saleha (2009) yang menyatakan bahwa suhu tubuh wanita inpartu

tidak lebih dari 37,20C. Sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,50C dari

keadaan normal, namun tidak akan melebihi 80C. Sesudah dua jam

pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu

lebih dari 380C mungkin terjadi infeksi pada klien.

Pada Ny. “Y” Ukuran Tinggi fundus uteri setelah plasenta lahir

adalah 2 jari dibawah pusat. Keadaan ini merupakan keadaan normal,

karena menurut teori Saleha (2009) pada akhir kala III tinggi fundus uteri

teraba 2 jari dibawah pusat. Selain itu perdarahan yang terjadi pada

Ny.”Y” berlangsung normal dan jumlah perdarahan juga berada dalam


144

batas normal. Menurut Sondakh (2013) apabila perdarahan menyebabkan

lemas, pusing, kesadaran menurun, serta tekanan darah sistolik turun lebih

dari 10 mmHg dari kondisi sebelumnya, maka telah terjadi perdarahan

lebih dari 500 ml.

Kandung kemih, pada Ny. “Y” belum berkemih . Hal tersebut

normal karena sesuai dengan teori Sondakh (2013) bahwa kandung kemih

yang penuh akan mengakibatkan terjadi perdarahan.

Kemudian melengkapi partograf hal ini sesuai dengan teori

Sondakh (2013) yang menjelaskan bahwa setelah persalinan selesai dan

ibu telah dibersihkan dan dievaluasi maka tindakan yang dilakukan adalah

dekontaminasi alat, pensterilan alat dan melengkapi partograf, jadi antara

teori dan praktik yang dilakukan penulis dilapangan tidak terjadi

kesenjangan.

Mendokumentasikan semua asuhan dan temuan selama proses

persalinan pada lembar partograf. Semua asuhan dan temuan sudah dicatat

dilembar partograf. Secara umum telah diketahui bahwa Partograf adalah

alat bantu untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan informasi

untuk membuat keputusan klinik. Pemantauan partograf juga dilakukan

pada Ny. “Y” sesuai dengan teori yang disebutkan sebagai pemantau dan

penentuan tindakan selanjutnya. Partograf dimulai saat pembukaan 4 cm

dan tidak melewati garis waspada. Selain pengisian data hasil pantauan
145

pada kemajuan persalinan dan data lainnya juga ditambahkan pemantauan

2 jam setelah persalinan.

Persalinan sebagaimana diketahui pada teori dipengaruhi oleh 5

faktor yakni power (kekuatan), passage (jalan lahir), passenger (janin dan

plasenta), penolong, dan psikis ibu. Penulis melihat kelima faktor ini

sangat berkaitan dengan persalinan Ny.“Y” dimana his ibu adekuat, ibu

tidak mengalami kesempitan panggul atau kelainan pada jalan lahir, janin

dan plasenta normal, psikis ibu baik dan kooperatif dan penolong

berkompeten dalam menolong persalinan ibu. Ini sesuai dengan teori yang

disebutkan dan praktik dilapangan.

Secara keseluruhan proses persalinan pada Ny. “Y” berjalan

dengan baik dan normal, hal ini terjadi karena adanya observasi dan

tindakan serta asuhan yang tepat awal persalinan hingga lahirnya bayi.

Kelancaran persalinan ini juga berkat adanya kerjasama yang baik dari

klien, klien selalu tenang, mampu mengontrol emosinya serta dapat

meneran yang baik, selain itu klien juga mau mengikuti anjuran yang

diberikan oleh bidan.

C. Masa Nifas

Penulis melakukan kunjungan nifas 6 jam yang sesuai dengan teori

menurut Saleha (2009) bahwa masa nifas adalah masa dimulai sejak 2 jam

setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.
146

Kunjungan nifas 6 jam postpartum, merupakan kunjungan pertama

yang dilakukan oleh penulis. Hal tersebut sesuai dengan teori Saleha (2009)

yang menyatakan bahwa kunjungan masa nifas pertama 6 sampai 8 jam

setelah melahirkan, kunjungan kedua 6 hari setelah melahirkan, kunjungan

ketiga 2 minggu setelah persalinan dan kunjungan keempat yaitu 6 minggu

setelah persalinan.

Asuhan yang diberikan pada kunjungan nifas 6 jam postpartum, sesuai

dengan teori Saleha (2009) yang menyatakan bahwa kunjungan pertama

setelah 6-8 postpartum bertujuan untuk mencegah terjadinya perdarahan pada

masa nifas, mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberi

rujukan bila perdarahan berlanjut, memberikan konseling kepada ibu atau

salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan pada

masa nifas karena atonia uteri, pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu,

mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir,

menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.

Ny.”Y” mengeluh masih merasa lelah setelah melahirkan bayinya 6

jam yang lalu kemudian penulis menganjurkan kepada ibu untuk istirahat

melihat kondisi lelah setelah melahirkan. Hal tersebut sesuai dengan teori

Saleha (2009) yang menyatakan bahwa hal yang bisa dilakukan pada ibu

untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur adalah menganjurkan ibu untuk

istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan, menyarankan ibu

untuk kembali melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan serta

tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur, kurang istirahat akan mengurangi
147

jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan

memperbanyak perdarahan, serta dapat menyebabkan depresi dan ke tidak

mampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.

Ny. “Y” mengatakan sudah bisa duduk dan berjalan. Hal ini sesuai

dengan teori Saleha (2009) yang menyatakan bahwa ambulasi dini ialah

kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu postpartum

bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin berjalan.

Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu postpartum telentang ditempat tidurnya

selama 7-14 hari setelah melahirkan.

Ny. “Y” mengatakan sudah 2 kali buang air kecil, hal tersebut dalam

batas normal dan sesuai dengan teori Saleha (2009) yang meyatakan bahwa

ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam

postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100

cc, maka dilakukan katerisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih

penuh tidak perlu menunggu 8 jam untuk katerisasi.

Ny.”Y” mengatakan belum bisa buang air besar hal tersebut sesuai

dengan teori Saleha (2009) yang menyatakan bahwa ibu postpartum

diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari kedua post partum.

Jika hari ketiga belum BAB maka perlu diberi obat pencahar per oral atau per

rektal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih belum bisa BAB maka

lakukan klisma (huknah). Buang air besar spontan biasanya bisa tertunda

selama dua sampai 3 hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan
148

karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa

pasca partum, diare sebelum persalinan,nyeri saat defekasi karena nyeri yang

dirasakannya di perineum akibat episiotomi, laserasi ataau hemoroid.

Kebiasaan buang air yang teratur perlu dicapai kembali setelah kembali utuk

merangsang.

Pemantauan masa nifas Ny.“Y” pada 6 jam postpartum didapatkan

hasil keadaan keadaan umum ibu tampak baik, kesadaran composmentis,

status emosional stabil, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterus,

payudara tidak bengkak, dan ASI sudah keluar, puting tidak lecet, areola

hyperpigmentasi. Uterus teraba keras, kontraksi uterus baik, perineum utuh

tidak terdapat luka jahitan, ibu mengatakan sudah mampu ambulasi dini yaitu

sudah bisa duduk dan berjalan, tinggi fundus uteri, lochea rubra,

Pemantauan 6 jam postpartum pada tekanan darah 120/80 mmHg

keadaan ibu dianggap normal serta sesuai dengan teori Saleha (2009) yang

menyatakan suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,20C. Sesudah partus

dapat naik kurang lebih 0,50C dari keadaan normal, namun tidak akan

melebihi 80C. Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu badan

akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 380C mungkin terjadi infeksi pada

klien. Dalam hal ini tekanan darah Ny “Y” masih dalam keadaan normal.

Pemantauan 6 jam postpartum pada nadi 80 kali/menit, masih

dikatakan dalam keadaan normal. Hal ini sesuai dengan teori Maritalia , Dewi

(2014) yang menyatakan bahwa denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80
149

kali/menit setelah melahirkan biasanya denyut nadi itu bisa lebih lambat serta

pernapasan Ny. “Y” 20 kali/menit dan hal ini masih dalam keadaan normal

karena keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan

denyut nadi.

Pemantauan 6 jam postpartum pada suhu tubuh 36,0°C dan hal ini

masih dalam keadaan normal sesuai dengan teori Maritalia, Dewi (2014) yang

menyatakan bahwa suhu tubuh ibu postpartum dalam 24 jam normalnya akan

mengalami kenaikan sedikit (37°C) sebagai akibat dari waktu melahirkan,

kehilangan cairan dan kelelahan.

Pada 6 jam postpartum tinggi fundus uteri ibu 2 jari di bawah pusat.

Hal ini sesuai dengan teori Saleha (2009) yang menyatakan bahwa pada saat

bayi lahir tinggi fundus uteri setinggi pusat, 1-2 jam bayi lahir tinggi fundus

uteri 2 jari di bawah pusat, 1 minggu setelah kelahiran bayi tinggi fundus uteri

terdpat pada pertengahan pusat simfisis, 2 minggu setelah kelahiran fundus

uteri tidak teraba di atas simfisis, 6 minggu setelah kelahiran fundus uteri

normal dan 8 minggu setelah kelahiran bayi uterus kembali normal seperti

sebelum hamil.

Pada pemantauan 6 jam post partum lochea rubra yang berisi cairan

segar dan sisa-sisa selaput ketuban. Jadi antara teori dengan kejadian pada Ny

“Y” prosesnya berjalan dengan normal, lochea yang dikeluarkan pada 6 jam

post partum adalah lochea rubra yang berupa darah segar dan sisa-sisa selaput

ketuban, sel-sel desidua, verniks caseosa, lanugo, dan mekonium. Hal ini
150

sesuai dengan teori Saleha (2009) yang menyatakan Bahwa lokia rubra

berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel

desidua, verniks caseosa, lanugo, dan mekonium selama 2 hari pasca

persalinan. Jadi pada 6 jam post partum, lochea yang dikeluarkan oleh Ny.

“Y” adalah lochea yang normal.

Dari pemeriksaan palpasi abdomen didapatkan bahwa kontraksi uterus

Ny “Y” dalam keadaan baik dan ini dikatakan normal sesuai dengan teori

Saleha (2009) yang menyatakan bahwa gangguan rasa nyeri pada masa nifas

banyak dialami meskipun pada persalinan normal tanpa komplikasi, hal ini

menimbulkan ketidaknyamanan pada ibu, gangguan rasa nyeri yang dialami

oleh ibu diantaranya After pain atau kram perut yang disebakan oleh adanya

kontraksi dan relaksasi yang terus-menerus pada uterus.

Pada 6 jam pertama ibu dianjurkan agar menggerakkan tubuhnya

(ambulasi dini) secara bertahap yaitu dengan cara bergerak bebas di tempat

tidurnya dan berjalan-jalan di sekitar tempat tidur atau ruangan. Hal ini sesuai

dengan teori Saleha (2009) yang menyatakan bahwa ibu postpartum agar

secepat mungkin dibimbing dari tempat tidur dan dibimbing agar secepat

mungkin untuk berjalan. Ibu sudah mampu bermobilisasi yaitu sudah mampu

turun dari tempat tidur dan berjalan kekamar mandi untuk BAK.

Melakukan rawat gabung pada Ny.“Y” yang tujuannya untuk

mempererat ikatan batin antara ibu dan bayi. Hal ini sesuai dengan teori

Saleha (2009) yang menyatakan bahwa tujuan rooming in atau perawatan ibu
151

dan anak dalam satu ruangan yaitu untuk meningkatkan pemberian ASI,

Bounding Attachment, mengajari ibu cara perawatan pada bayi.

Setelah ibu dipindahkan ke ruang nifas, bidan mengajarkan pada ibu

dan keluarga cara mencegah atonia uteri dengan melakukan masase fundus

uteri dengan cara meletakan tangan di atas fundus kemudian melakukan

gerakan melingkar, tindakan yang dilakukan bidan sesuai dengan teori Saleha

(2009) yang menyatakan bahwa pencegahan perdarahan akibat atonia uteri

dapat dilakukan dengan melakukan masase fundus uteri sehingga antara

praktek dan teori tidak ada kesenjangan.

Penulis menganjurkan pada ibu untuk memberikan ASI pada bayinya

dan menganjurkan ibu agar selalu bersama bayinya untuk rawat gabung

karena dengan memberikan ASI sedini mungkin dan melakukan rawat gabung

dapat mempererat ikatan batin antara ibu dan bayi. Hal ini sesuai dengan teori

Saleha (2009) yang menyatakan bahwa tujuan pemantauan atau kunjungan 6

jam postpartum adalah dengan pemberian ASI sedini mungkin dan

mempererat hubungan antara ibu dan bayi jadi yang dilakukan bidan tersebut

sesuai dengan teori yang ada.

Penulis menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang

bergizi seimbang seperti makanan yang mengandung karbohidrat, protein

hewani dan nabati, sayur-sayuran, buah-buahan, agar nutrisi ibu terpenuhi dan

ASI lancar. Hal ini sesuai dengan teori Saleha (2009) yang menyatakan bahwa

pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena
152

dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat

mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi

tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan.

Penulis juga menganjurkan pada ibu agar menjaga kebersihan dirinya,

karena seorang ibu sangatlah rentan terhadap infeksi. Anjuran pada ibu yaitu

untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh terutama perineum, mengajarkan ibu

bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, mulai dari

daerah vulva kemudian daerah sekitar anus setiap kali selesai BAK/BAB,

menganjurkan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan

sesudah membersihkan daerah kelamin. Hal ini sesuai dengan teori menurut

Saleha (2009) yang menyatakan langkah-langkah yang dianjurkan penolong

untuk menjaga kebersihan diri pada masa nifas tersebut.

Pada kunjungan nifas 6 hari postpartum Ny ”Y” merupakan kunjungan

kedua. Hal sesuai dengan teori Saleha (2009) yang menyatakan bahwa

kunjungan masa nifas yaitu nifas pertama 6 sampai 8 jam setelah melahirkan,

kunjungan kedua 6 hari setelah melahirkan, kunjungan ketiga 2 minggu

setelah persalinan dan kunjungan keempat yaitu 6 minggu setelah persalinan.

Kunjungan masa nifas 6 hari postpartum bertujuan untuk memastikan involusi

uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak

ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau, menilai adanya tanda-tanda

demam, infeksi, atau perdarahan abnormal, memastikan ibu mendapatkan

cukup makanan, cairan dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik

dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit. Memberikan Konseling pada


153

ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan

perawatan bayi sehari-hari.

Dari pemerikaan palpasi abdomen didapatkan tinggi fundus uteri

Ny.“Y” berada pada pertengahan pusat dan simfisis. Dalam hal ini antara teori

dan praktik tidak ada kesenjangan sesuai dengan teori Saleha (2009) yang

menyatakan bahwa pada satu minggu postpartum tinggi fundus uteri berada

pada pertengahan pusat sampai symfisis.

Pada pemeriksaan masa nifas 6 hari postpartum didapatkan lochea

bewarna merah kekuningan yang disebut dengan lochea sanguilenta, hal ini

dalam keadaan normal dan sesuai dengan teori Saleha (2009) yang

menyatakan bahwa lochea sanguilenta bewarna merah kekuningan berisi

darah dan lendir karena pengaruh plasma darah, pengeluarannya pada hari ke

3 sampai hari ke 7 post partum.

Memastikan apakah ibu telah mengkonsumsi makanan yang bergizi

seimbang seperti makanan yang mengandung karbohidrat, protein hewani dan

nabati, sayur-sayuran, buah-buahan, agar nutrisi ibu terpenuhi dan ASI lancar.

Hal ini sesuai dengan teori Maritalia, Dewi (2014) yang menyatakan bahwa

ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama

kebutuhan protein dan karbohidrat. Kekurangan gizi pada ibu menyusui dapat

menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu dan bayi.

Penulis memastikan ibu tetap memberikan ASI kepada bayinya dan

ibu mendapatkan makanan dengan gizi seimbang seperti menganjurkan ibu


154

agar makan cukup nutrisi karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat

penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Dalam hal ini

tidak ada kesenjangan dan sesuai dengan teori Saleha (2009) tentang tujuan

kunjungan nifas yang menjelaskan agar bidan memastikan ibu mendapat

cukup nutrisi dan memastikan ibu menyusui bayinya.

Penulis mengajarkan pada ibu perawatan tali pusat yang merupakan

tindakan keperawatan yang bertujuan merawat tali pusat pada bayi baru lahir

agar tetap kering dan mencegah terjadi infeksi. Dalam hal ini tidak ada

kesenjangan dan sesuai dengan teori menurut JNPK-KR (2008) yang

menyatakan tentang jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan

cairan/bahan apapun ke puntung tali pusat .

Penulis menjelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya pada masa nifas

seperti infeksi masa nifas yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh,

perdarahan vagina yang banyak, lochea berbau tidak sedap, nyeri ulu hati,

sakit kepala yang hebat, pembengkakan pada wajah, jari-jari atau tangan,

payudara bengkak, tidak bisa buang air besar selama 3 hari dan sakit buang air

kecil. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan dan sesuai dengan teori Saleha

(2009) yang menyatakan bahwa tanda bahaya pada masa nifas seperti demam

tinggi hingga melebihi 380C, perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba

bertambah banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan

penggantian pembalut 2 kali dalam setengah jam), disertai gumpalan darah

yang besar-besar dan berbau busuk, nyeri perut hebat/rasa sakit dibagian

bawah abdomen atau punggung, serta nyeri ulu hati, sakit kepala parah/terus
155

menerus dan pandangan nanar/masalah penglihatan, pembengkakan pada

wajah, jari-jari atau tangan, rasa sakit, merah, atau bengkak dibagian betis atau

kaki, payudara membengkak, kemerahan, lunak disertai demam, puting

payudara berdarah atau merekah, sehingga sulit untuk menyusui, tubuh lemas

dan terasa seperti mau pingsan, merasa sangat letih atau nafas terengah-engah,

kehilangan nafsu makan dalam waktu lama, tidak bisa buang air besar selama

tiga hari atau rasa sakit waktu buang air kecil.

Penulis memberitahu ibu tentang kontrasepsi pasca melahirkan yaitu,

ibu dianjurkan untuk memberikan ASI ekslusif sejak lahir sampai usia bayi 6

bulan yang merupakan metode kontrasepsi untuk ibu menyusui yaitu MAL

(Metode Amenore Laktasi) yaitu metode kontrasepsi yang cukup efektif

selama ibu belum menstruasi. Tetapi jika ibu sudah menstruasi atau setelah 6

minggu pasca persalinan ibu dapat menggunakan kontrasepsi yang tidak

menganggu produksi ASI seperti kb suntik 3 bulan, minipil, implant, IUD,

kondom dan lain-lain. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut

Maritalia,Dewi (2014) pasca melahirkan klien dianjurkan memberi ASI

ekslusif kepada bayi sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan. Metode

kontrasepsi pada klien dengan menyusui dipilih agar tidak mempengaruhi ASI

dan kesehatan bayi. MAL (Metode Amenore Laktasi) merupakan metode

kontrasepsi sementara yang cukup efektif, selama klien belum mendapat haid

dan waktunya kurang dari 6 bulan pasca persalinan). Selain kontrasepsi yang

untuk ibu yang dapat digunakan untuk ibu menyusui yaitu kb suntik 3 bulan,

Minipil, IUD, Implant dan kondom.


156

D. Bayi Baru Lahir

Bayi Ny. ”Y” lahir pada tanggal 10 Mei 2018 pukul 15.20 WIB, lahir

spontan, hidup, sehat, tidak ada cacat bawaan dengan jenis kelamin laki-laki

berat badan 3.500 gram PB 50 cm. Hal ini sesuai dengan teori Sumastri,dkk

(2013) yang menyatakan bahwa bayi lahir normal apabila bayi lahir dari

kehamilan 37-42 minggu ,berat badan bayi 2.500 gram sampai 4.000 gram ,

dan panjang badan normal 48-52 cm

Keadaan umum bayi dinilai satu menit setelah lahir dengan penggunaan

nilai APGAR. Bayi diletakkan diatas kain bersih dan kering yang disiapkan

pada perut ibu. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita

asfiksia atau tidak, dari penilaian tersebut didapatkan hasil yaitu nilai APGAR

8/10 yang artinya bayi dalam keadaan baik atau normal. Hal ini sesuai dengan

teori Sumastri , dkk (2013) yang menyatakan bahwa nilai APGAR bayi yang

normal yaitu menunjukkan nilai > 7.

Berat badan bayi Ny. ”Y” adalah 3.500 gram yang tergolong berat

badan normal. Hal ini sesuai dengan teori Sumastri,dkk (2013) yang

menyatakan bahwa berat badan bayi lahir normal berkisar antara 2500-4000

gram.

Panjang badan bayi Ny. “Y” lahir 50 cm merupakan panjang badan

bayi baru lahir normal. Hal ini sesuai dengan teori Sumastri (2013) yang

menyatakan bahwa panjang badan bayi baru lahir normal yaitu 48-52 cm.
157

Lingkar lengan bayi Ny. “Y” lahir 12 cm merupakan lingkar lengan

bayi baru lahir normal. Hal sesuai dengan teori Sumastri (2013) yang

menyatakan bahwa lingkar lengan bayi baru lahir normal yaitu 11-12 cm.

Lingkar kepala bayi Ny. ”Y” lahir 33 cm merupakan lingkar kepala

bayi baru lahir yang normal. Hal ini sesuai dengan teori Sumastri (2013) yang

menyatakan bahwa lingkar kepala bayi yang normal yaitu 33-35 cm.

Pada saat bayi Ny. ”Y” lahir, refleks yang terdapat pada bayi sudah

terbentuk dengan baik yaitu bayi sudah ada refleks moro yaitu gerakan

memeluk bila dikagetkan, refleks rotting yaitu refleks mencari puting susu

dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut, reflek sucking yaitu

refleks menghisap dan menelan, dan refleks grasping yaitu refleks

menggenggam. Hal ini sesuai dengan teori Sumastri (2013). yang

menyatakan bahwa pada saat bayi baru lahir bayi sudah memiliki reflek yang

sudah terbentuk dengan baik yaitu refleks moro yaitu gerakan memeluk bila

dikagetkan, refleks rotting yaitu refleks mencari puting susu dengan

rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut, reflek sucking yaitu refleks

menghisap dan menelan, dan refleks grasping yaitu refleks menggenggam.

Pada pemeriksaan neonatus 1 jam pertama keadaan bayi tampak baik,

menangis kuat, pada pemeriksaan tanda vital didapat hasil nadi bayi yaitu 134

kali/menit, pernapasan 42 kali/menit, dan suhu tubuh bayi 36,5°C. Dalam hal

ini tidak ada kesenjangan dan sesuai dengan teori Sumastri (2013) yang

menyatakan tentang ciri–ciri bayi baru lahir normal yaitu denyut jantung 120-

160x/menit, pernafasan ± 40-60x/menit, dan suhu 36,5-37,50C.


158

Pada 1 jam pertama dilakukan pencegahan kehilangan panas dari tubuh

bayi dengan cara mengeringkan tubuh bayi setelah lahir dengan kain bersih

dan kering, lalu bayi dibungkus dengan menggunakan kain lain yang kering

dan bersih. Hal ini dilakukan karena untuk mencegah terjadinya kehilangan

panas secara evaporasi. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan dan sesuai

dengan teori JNPKR-KR (2008) yang menyatakan bahwa kehilangan panas

secara evaporasi adalah jalan utama bagi bayi kehilangan panas. Kehilangan

panas ini dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan

tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir tubuh bayi tidak

segera dikeringkan dan tidak segera diselimuti. Pada 1 jam pertama juga bayi

diberikan salep mata. Pemberian salep mata ini dilakukan untuk mencegah

terjadinya infeksi pada mata bayi. Salep mata yang digunakan adalah salep

mata Tetrasiklin 1%. Hal ini sesuai dengan teori dari yang menyatakan Salep

antibiotika tersebut harus diberikan dalam waktu 1 jam setelah kelahiran.

Pada bayi Ny.“y” dilakukan penyuntikan vitamin K 1 gr% untuk

mencegah terjadinya perdarahan pada otak bayi. Dalam hal ini tidak ada

kesenjangan dan sesuai dengan teori JNPK-KR (2008) yang menyatakan

bahwa semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi Vit-K yang

sekarang diganti dengan Neo-K dengan dosis 0,5-1 cc secara IM .

Penulis menganjurkan kepada ibu untuk melakukan pengikatan tali

pusat dalam keadaan steril dan dibungkus menggunakan kasa steril. Dalam

hal ini tidak ada kesenjangan dan sesuai dengan teori JNPK-KR (2008) yang
159

menyatakan bahwa tali pusat dibalut dengan kassa steril, dan pembalut

tersebut setiap hari atau setiap tali pusat basah/kotor diganti.

Penulis menganjurkan kepada ibu untuk memberikan ASI kepada bayi

setiap 2 jam sekali. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan dan sesuai dengan

teori JNPK-KR (2008) yang menyatakan bahwa pemberian ASI sesering

mungkin sesuai dengan keinginan ibu (jika payudara sudah penuh) atau setiap

kebutuhan bayi, yaitu setiap 2-3 jam (paling sedikit 4 jam).

Penulis menganjurkan kepada ibu untuk menunda memandikan bayi

sebelum 6 jam setelah kelahiran untuk mencegah terjadinya hipotermi. Hal

ini sesuai dengan teori JNPK-KR (2008) yang menyatakan bahwa jangan

memandikan bayi sebelum 6 jam setelah kelahiran untuk mencegah terjadinya

hipotermi yang sangat membahayakan kesehatan bayi baru lahir.

Pada kunjungan 6 hari keadaan umum bayi baik, bayi terlihat sehat,

gerakan aktif, menangis kuat, warna kulit kemerahan, bayi semakin kuat

menyusu, daya hisap kuat. Pada pemeriksaan tanda vital didapat hasil 36,7°C,

nadi 132 kali/menit, dan pernafasan 36 kali/menit. Pada pemeriksaan tali

pusat didapat hasil tali pusat sudah puput tidak ada perdarahan dan tidak

berbau busuk. Tali pusat telah putus pada tanggal 17 Mei 2017 sehari setelah

melakukan kunjungan 6 hari. Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan dan

bayi dalam keadaan sehat karena menurut teori Sondakh (2013) yang

menyatakan bahwa salah satu tanda bahaya pada bayi yaitu tidak

bernapas/sulit bernapas, Sianosis atau kebiruan dan sukar bernapas (frekuensi

<30 atau >60 kali per menit). Hasil yang didapat bayi dalam keadaan sehat.
160

Penulis menjelaskan pada ibu manfaat ASI bagi bayi yaitu komposisi

ASI sesuai kebutuhan, ASI mengandung zat pelindung, perkembangan

psikomotorik lebih cepat dan dapat mempererat ikatan batin antara ibu dan

bayi. Tindakan yang dilakuakn penulis tersebut sesuai dengan teori Saleha

(2009) yang menjelaskan tentang manfaat ASI bagi bayi. Menganjurkan pada

ibu agar tetap memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan tanpa

memberi makanan tambahan.

Kemudian penulis menganjurkan kepada untuk melakukan imunisasi

secara lengkap. Hal ini sesuai dengan teori Sumastri, dkk (2013) yang

menyatakan imunisasi perlu dilakukan karena imunisasi merupakan salah satu

cara yang memproduksi imunitas akif buatan untuk melindungi diri melawan

penyakit tertentu.

Setelah dilakukan pengawasan dari satu jam pertama, enam hari

kelahiran, bayi dalam keadaan sehat, sudah buang air kecil dan sudah buang

air besar, tidak rewel, menyusu dengan kuat.


161

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan pemantauan pada Ny.”Y”, baik dari

data subjektif maupun objektif pada masa hamil, bersalin, nifas, dan bayi

baru lahir di RB Mega Palembang. Maka dapat di ambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Setelah penulis melaksanakan asuhan kehamilan pada Ny.”Y” di

Rumah Bersalin Mega Palembang, mulai hamil usia 35 minggu sampai

37 minggu, yaitu dengan hasil ANC I – ANC III berlangsung normal.

Bidan memberikan asuhan kehamilan sesuai standar. Evaluasi asuhan

kebidanan pada ibu hamil tentang anjuran-anjuran dan semua pendidikan

kesehatan telah dimengerti dan dilakukan oleh ibu.

2. Pada proses persalinan Ny. “Y” dari kala I sampai kala IV berjalan

normal. Diagnosa yang didapatkan pada hasil pemeriksaan kala I adalah

G2 P1 A0 hamil 39 minggu inpartu kala I fase laten, Janin Tunggal Hidup

presentasi kepala. Evaluasi asuhan kebidanan pada ibu bersalin tentang

anjuran dan semua pendidikan kesehatan telah dimengerti dan dilakukan

ibu.

3. Masa nifas pada Ny “Y” pengkajian dimulai dari 6 jam pertama

sampai 6 hari postpartum. Dari data subjektif dan objektif berjalan

dengan normal. Bidan memberikan asuhan kebidanan pada Ny “Y”


162

dengan memberikan konseling sesuai dengan kebutuhan ibu. Evaluasi

asuhan kebidanan pada ibu nifas tentang anjuran dan semua pendidikan

kesehatan telah dimengerti dan dilakukan oleh ibu.

4. Pada bayi baru lahir pengkajian dimulai dari 1 jam pertama sampai 6

hari. Dari data subjektif dan objektif berjalan dengan normal. Bidan

memberikan asuhan kebidanan pada Bayi Ny “Y” dengan melakukan

pemeriksaan fisik bayi baru lahir 1 jam pertama, memberikan konseling

pada ibu tentang perawatan bayi baru lahir. Evaluasi asuhan kebidanan

pada bayi baru lahir tentang anjuran dan semua pendidikan kesehatan

telah dimengerti dan dilakukan oleh ibu.

B. Saran

1. Bagi STIKES ‘Aisyiyah Palembang

Diharapkan agar terus meningkatkan kualitas pengajaran terutama

mengenai asuhan kebidanan pada masa hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru

lahir. Khususnya untuk bagian perpustakaan kiranya dapat lebih melengkapi

dan memperbanyak buku-buku penunjang seperti buku tentang kehamilan,

persalinan, nifas, bayi baru lahir.

2. Bagi RB Mega Palembang

a. Agar dapat mempertahankan mutu pelayanan kebidanan untuk

memberikan pelayanan yang optimal dan sesuai standar pelayanan

kebidanan serta tetap menjaga kualitas pelayanan kesehatan terhadap


163

ruang lingkup asuhan kebidanan yaitu ibu hamil, bersalin, nifas dan

bayi baru lahir.

b. Diharapkan agar dapat menggunakan alat pelindung diri (APD)

dengan lengkap pada saat persalinan

3. Bagi Klien

Diharapkan pada Ny. “Y” untuk tetap menjaga kesehatannya dan

bayinya misalnya dengan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan,

memberikan imunisasi lengkap pada bayinya secara teratur sesuai dengan

jadwal serta memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan tanpa ada

makanan tambahan apapun.

Anda mungkin juga menyukai