Anda di halaman 1dari 4

Bismillahi Rahmani Rahiim

Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh


Alhamdullillah.
Alhamdullillahi robbil ‘alamin. Wassholatu Wassalamu ‘alaa assrafil anbiyaa’I wal mursalin
wa ‘alaa alihi wa ashabihi ajma’iin. Amma ba’du.
Segala puji bagi Allah, Raab semesta alam yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam
sehingga kita bisa berkumpul bersama di ruangan ini (ruangan apa) dalam rangka (nama
kegiatan). Semoga kita menjadi pribadi yang selalu bersyukur atas nikmat tersebut dan kita
bisa buktikan dengan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Shalawat dan salam
kita curahkan kepada junjungan dan suri tauladan kita, Nabi akhir zaman Rasulullah
Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat beliau.
Salah satu pesan rasulullah bagi umatnya ialah jaga sehatmu sebelum datang sakitmu. Hal ini
menunjukkan bahwa kesehatan itu sangat penting dan wajib dijaga. Nikmat terbesar dari Allah
setelah iman dan Islam ialah kesehatan. Kesehatan memungkinkan setiap Muslim menjalankan
ibadah, membantu saudaranya, dan menjalankan perintah Allah sebagai khalifah. Oleh karena
itu, sudah selayaknya setiap Muslim mensyukuri nikmat tersebut. Mensyukuri dalam arti
senantiasa berupaya menjaga kesehatan yang telah Allah anugerahkan.

Ada Hadis yang mensejajarkan kesehatan dengan Akidah (keyakinan) “Sesungguhnya manusia
tidak diberi yang lebih baik didunia dari pada keyakinan dan kesehatan, maka mohonlah
keduanya kepada Allah SWT” (HR Ahmad).

Lazim dipahami, nilai kesehatan sungguh sangat mahal. Sekaya apapun seorang manusia,
tatkala sakit menderanya dan tak kunjung sembuh, boleh jadi seluruh harta yang dimilikinya
tak mampu mengganti nilai kesehatannya. Dengan demikian maka sungguh beruntunglah
orang-orang yang diberikan kesehatan oleh Allah SWT. Dan, sebagai hamba-Nya yang
beriman, tentu kita akan menjaga nikmat besar tersebut.

Islam lah yang paling memperhatikan tentang kesehatan. Siapa saja yang mempelajari sunnah
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam maka dia akan mendapatkan bahwa kaidah-kaidah
kesehatan sudah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Bisa kita riset sendiri
bagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam mempraktikan kesehatan di dalam
kehidupan sehari hari baik dari pola makan

Hadirin Yang dirahmati Allah


Salah satu indikator yang paling penting adalah kesehatan gigi dan mulut. Islam menyadari
bahwa mulut merupakan pintu masuk berbagai penyakit yang bersumber dari makanan yang
kita makan setiap hari. Gigi dan mulut adalah awal mula segala pencernaan, karena itulah gigi
sangat berhubungan dengan organ tubuh lainnya. Tidak banyak orang menyadari sakit gigi bisa
memicu timbulnya penyakit lain yang berbahaya. Dari beberapa studi dilaporkan adanya
hubungan antara penyakit gigi dengan penyakit jantung koroner, aterosklerosis, pneumonia,
diabetes dan kelahiran prematur. Bahkan berdasarkan informasi statistik salah satu Rumah
Sakit di Indonesia (2005), penyakit gigi dapat menyebabkan kematian. Banyak orang tidak
menyangka bahwa penyakit lain yang mereka derita berasal dari gigi dan mulut yang tidak
sehat. Kesehatan gigi dan mulut merupakan investasi bagi umat muslim untuk beribadah.
Bayangkan jika kita sedang berpuasa gigi tiba-tiba sakit? Jika kita sementara mengaji, gigi
cenat cenut.

Di dalam Islam rasulullah juga telah menganjurkan umatnya untuk menjaga kebersihan gigi
dan mulut. Contohnya adalah salah satu rukun berwudhu adalah dengan berkumur-kumur untuk
menjaga kebersihan mulut. Selain itu untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut salah satu cara
yang diajarkan dan senang dilakukan Rosulullah adalah bersiwak. Siwak merupakan pekerjaan
yang ringan namun memiliki faedah yang banyak baik bersifat keduniaan yaitu berupa
kebersihan mulut, sehat dan putihnya gigi, menghilangkan bau mulut, dan lain-lain, maupun
faedah-faedah yang bersifat akhirat, yaitu ittiba’ kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
mendapatkan keridhoan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Siwak merupakan kebersihan bagi mulut dan keridhaan bagi Rabb”. [Hadits shahih riwayat
Ahmad, Irwaul Ghalil no 66). [Syarhul Mumti’ 1/120 dan Taisir ‘Alam 1/62]

Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu bersemangat melakukannya
dan sangat ingin agar umatnya pun melakukan sebagaimana yang dia lakukan, hingga beliau
bersabda.

“Kalau bukan karena akan memberatkan umatku maka akan kuperintahkan mereka untuk
bersiwak setiap akan wudlu”. [Hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Irwaul Ghalil no 70]

“Kalau bukan karena akan memberatkan umatku maka akan kuperintahkan mereka untuk
bersiwak setiap akan shalat”. [Hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Irwaul Ghalil no 70]

Ibnu Daqiqil ‘Ied menjelaskan sebab sangat dianjurkannya bersiwak ketika akan shalat,
beliau berkata: “Rahasianya yaitu bahwasanya kita diperintahkan agar dalam setiap keadaan
ketika bertaqorrub kepada Allah, kita senantiasa dalam keadaan yang sempurna dan dalam
keadaan bersih untuk menampakkan mulianya ibadah”. Dikatakan bahwa perkara ini
(bersiwak ketika akan shalat) berhubungan dengan malaikat karena mereka terganggu dengan
bau yang tidak enak. Berkata Imam As-Shan’ani : “Dan tidaklah jauh (jika dikatakan)
bahwasanya rahasianya adalah digabungkannya dua perkara yang telah disebutkan (di atas)
sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari hadits Jabir Radhiyallahu
‘anhu.:
“Barang siapa yang makan bawang putih atau bawang merah atau bawang bakung maka
janganlah dia mendekati mesjid kami. Sesungguhnya malaikat terganggu dengan apa-apa
yang bani Adam terganggu dengannya” [Taisir ‘Alam 1/63]

Dan ternyata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak hanya bersiwak ketika akan
shalat saja, bahkan beliau juga bersiwak dalam berbagai keadaan.

Diantaranya ketika dia masuk kedalam rumah…

Telah meriwayatkan Syuraih bin Hani, beliau berkata : “Aku bertanya kepada ‘Aisyah : “Apa
yang dilakukan pertama kali oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika dia memasuki
rumahnya ?” Beliau menjawab :”Bersiwak”. [Hadits riwayat Muslim, Irwaul Ghalil no 72]

Atau ketika bangun malam…

“Dari Hudzaifah ibnul Yaman Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata : “Adalah Rasulullah jika
bangun dari malam dia mencuci dan menggosok mulutnya dengan siwak”. [Hadits riwayat
Bukhari]

Bahkan dalam setiap keadaan pun boleh bagi kita untuk bersiwak. Sesuai dengan hadits di
atas Dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memutlakkannya dan tidak
mengkhususkannya pada waktu-waktu tertentu. Oleh karena itu siwak boleh dilakukan setiap
waktu (Syarhul mumti’ 1/120, Fiqhul Islami wa Adillatuhu 1/300), sehingga tidak
disyaratkan hanya bersiwak ketika mulut dalam keadaan kotor [Syarhul Mumti’ 1/125].

Dan yang lebih menunjukan akan besarnya perhatian beliau dengan siwak yaitu bahwasanya
diakhir hayat beliau, beliau masih menyempatkan diri untuk bersiwak sebagaimana dalam
hadits ‘Aisyah : ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha berkata : Abdurrahman bin Abu Bakar As-Sidik
Radhiyallahu ‘anhu menemui Nabi dan Nabi bersandar di dadaku. Abdurrahman
Radhiyallahu ‘anhu membawa siwak yang basah yang dia gunakan untuk bersiwak. Dan
Rasulullah memandang siwak tersebut (dengan pandangan yang lama). Maka aku pun lalu
mengambil siwak itu dan menggigitnya (untuk dibersihkan-pent) lalu aku membaguskannya
kemudian aku berikan siwak tersebut kepada Rasulullah, maka beliaupun bersiwak
dengannya. Dan tidaklah pernah aku melihat Rasulullah bersiwak yang lebih baik dari itu.
Dan setelah Rasulullah selesai dari bersiwak dia pun mengangkat tangannya atau jarinya lalu
berkata :

Wahai ya Allah, gabungkanlah dengan Ar-Rafiq Al A’la.”

Beliau mengatakannya tiga kali. Kemudian beliau wafat.


Dalam riwayat lain ‘Aisyah berkata :”Aku melihat Rasulullah memandang siwak tersebut,
maka akupun tahu bahwa beliau menyukainya, lalu aku berkata : ‘Aku ambilkan siwak
tersebut untuk engkau?” Maka Rasulullah mengisyaratkan dengan kepalanya (mengangguk-
pent) yaitu tanda setuju”. [Diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim]

Oleh karena itu berkata sebagian ulama : “Telah sepakat para ulama bahwasanya bersiwak
adalah sunnah muakkadah karena anjuran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
kesenantiasaan beliau melakukannya dan kecintaan beliau serta ajakan beliau kepada siwak
tersebut.” [Fiqhul Islami wa Adillatuhu 1/300]

Bolehkah bersiwak menggunakan sikat gigi modern dan pasta gigi?


Sebagian ulama berpendapat tidaklah dikatakan bersiwak dengan sikat gigi adalah sunnah
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam karena siwak berbeda dengan sikat gigi. Siwak memiliki
banyak kelebihan dibandingkan sikat gigi. Namun pendapat yang benar bahwasanya jika
tidak terdapat akar atau dahan pohon untuk bersiwak maka boleh kita bersiwak dengan
menggunakan sikat gigi biasa karena illah (sebab) disyariatkannya siwak adalah untuk
membersihkan gigi. Bahkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah besiwak dengan
jarinya ketika berwudhu, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ali Radhiyallahu ‘anhu
bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

“Beliau memasukkan jarinya (ke dalam mulutnya-pent) ketika berwudlu dan menggerak-
gerakkannya”. [Hadits riwayat Ahmad dalam musnadnya 1/158]

Bersiwak jaman dulu bisa disamakan dengan menggosok gigi dgn pasta gigi jaman sekarang,
jadi segala keutamaan dan pahala bersiwak bisa kita peroleh kalau menggosok gigi dgn sikat
dan pasta gigi. Yang penting niatnya sikat gigi sebagai bentuk ibadah kepada Allah dan
ikhlas menjalankannya. Dan yang tidak kalah penting nya adalah kita tetap harus datang
periksa ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali.

Dari uraian diatas, saya menyimpulkan manfaat bersiwak bagi kita , yaitu menjaga kebersihan
dan kesehatan gigi dan mulut, merupakan ibadah jika kita melakukannya, karena sunnah
Rasulullah Saw.

Wassalamu’alaykum Wr. Wb.

Anda mungkin juga menyukai