Anda di halaman 1dari 14

Umum

Arti atau Maksud


Yang dimaksud jembatan beton adalah bangunan jembatan yang strukturnya
menggunakan material beton bertulang khususnya pada bangunan atas (upper structure).
Jembatan ditinjau dari material strukturnya dapat diurutkan sebagai berikut:
 Jembatan kayu/bambu
 Jembatan baja
 Jembatan beton
 Jembatan komposit (beton dan baja)

Fungsi Jembatan
Secara umum, fungsi jembatan jenis apapun sama, yaitu bangunan yang
menghubungkan secara fisik untuk keperluan pelayanan transportasi dari tempat ujung satu
ke ujung lainnya, yang terhalang oleh kondisi alam atau bangunan lain.
Secara fisik, fungsi jembatan menghubungkan dua tempat yang terhalang oleh kedua
kondisi, yaitu:
 Kondisi alam, seperti: sungai, lembah, selat (disebut bridge)
 Kondisi bangunan atau jalan yang telah/akan ada (disebut fly over/viaduct)

Proses Pengecoran
Proses pengecoran dapat dibagi menjadi:
 Casi Insitu, banguna atas jembatan dicor ditempat dengan bantuan perancah, baik
yang terletak diatas tanah maupun yang terletak diatas tanah maupun yang terletak
pada suatu struktur bantu.
 Precast, bagian bangunan atas dicor di pabril/lokasi khsus pengecoran, kemudian
diangkat dan dipasang pada posisinya sesuai gambar desain.
 Campuran, sebagian bangunan atas jembatan dicor dengan sistem precast dan
sebagian dicor di tempat sehingga beton terseburt menjadi kesatuan struktur. Dalam
hal ini biasanya beton precast mendominasi sedangkan bagian yang dicor termasuk
sifatnya minor
Jenis Jembatan Beton
Untuk menjalankan fungsinya, jembatan menhadapi dua jenis hambatan, yaitu:
 Tantangan alam, tempat lokasi jembatan, yaitu masalah bentang.
 Karena beban yang harus dipikul semakin besar, sesuai dengan meningkatnya
keperluan transportasi, yaitu maslah mutu material.

Untuk melayani tantagan tersebut, struktur jembatan juga berkembang dalam jenis-
jenis desainnya, yaitu:
 Jembatan beton biasa (conventional), dapat melayani bentang yang terbatas, tidak
terlalu panjang secara layak
 Jembatan prestressed, dapat melayani bentang yang lebih panjang secara lebih layak,
karena sistem stressing yang menimbulkan momen sekunder yang berlawanan.
 Jembatan lengkung, dapat melayani bentang yang lebih panjang dibanding jembatan
yang lurus, karena dapat memanfaatkan kekuatan beton yaitu kuat tekan.
 Jembatan cable-stay atau jembatan gantung, dapat melayani bentang (antarpilar) yang
sangat panjang, karena merupakan kelipatan dari jarak kabel yang ada.

Di samping perkembangan perkembangan jenis desain tersebut, mutu material beton


dan baja penulangan juga mengalami peningkatan, seperti contoh berikut sebagai dasar
perhitungan struktur:
- Kekuatan desak beton dari 75 kg/cm2 meningkat mencapai lebih dari 500 kg/cm2
- Kekuatan tarik baja penulangan dari 1200 kg/cm2 menigkat mencapai 4000 kg/cm2.
Pondasi

Pondasi jembatan terdiri dari dua macam yaitu pondasi abutment yang ada di kedua
pangkal jembatan, dan pondasi pilar ditengah sungai/selat. Terkadang pondasai pilar
jembatan ada yang masih terletak di darat, tergantung situasi setempat.

Pondasi Abutment
Tergantung kondisi tanah setempat, jenis pondasi dapat berupa pondasi langsung, bila
tanah keras letaknya dangkal, atau pondasi sumuran bila letak lapisan keras sangat dalam,
maka pondasi menggunakan pondasi dalam, yaitu pondasi tiang.

Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran, pelaksanaannya dilakukan sebagai berikut:
- Dibuat titik- titk pengukuran, untuk memnadu letak bangunan abutment sesuai dengan
gambar rencana, serta pedoman elevasinya.
- Dilakukan penggalian sampai dengan elevasi atas sumuran, dan kemudian lantai kerja
dicor, kecuali lokasi sumuran.
- Dengan dipandu titik-titik kur yang ada, beton sumuran dicor di tempatnya. Dan
setelah cukup umurnya beton susmuran diturunkan dengan cara menggali bagian
dalamnya.Beton sumuran akan turun karena eratnya sendiri
- Bila elevasi dasar sumuran belum tercpai, maka beton sumuran akan disambung
dengan beton sumuran selanjutnya dan kemudian diturunkan lagi, dengan proses yang
sama.Begitu seterusnya sampai mencapai elevasi rencana.
- Beton sumuran yang telah mencapai elevasi rencana, kemudian diisi dengan beton
cyclop sampai penuh.
- Di atas beton sumuran yang telah selesai (jumlahnya sesuai dengan rencana),
abutment dilaksanakan.

Setelah pembuatan pondasi sumuran selesai, struktur abutment dilaksanakan.


Urutannya, pertama plat kaki abutment diselesaikan dengan menyediakan starter bar (basi
stek) untuk peulangan dinding abutmnet.
Setelah dinding abutment rampung, sebaiknya timbunan dibelakang abutment
diselesaikan (timbunan oprit). Hal ini akan banyak memiliki keuntungan, yaitu selain
memberikan waktu settlement yang cukup, juga dapat menyediakan areal kerja yang luas
dan rata, sehinga akan membantu memudahkan kegiatan penyelesaian bangunan atasnya.
Pondasi Tiang
Pelaksanaan pondasi tiang ini dapat dilakukan dengan dua alternatif, yaitu tanah digali
sampai elevasi pondasi terlebih dahulu, baru pemancangan dimulai.Kemudian alternatif yang
lain adalah dengan langsung memancang tiang, dimana kepala tiang dibenamkan sampai ke
elvasi yang diinginkan (sesuai rencana), baru setelah itu pekerjaan galian dapat dimulai.
Alternatif langsung memancang dipilih bila kondisi stelah tanah digali menyulitkan
transportasi dan gerkana dari alat pancang selama pekerjaan pemancangan. Namun demikian
alternatif ini memerlukan ketelitian pada saat pemberhentian pemancangan pada eleasi yang
diinginkan (berada dibawah tanah).
Pondasi tiang pancang alternatif langsung memancang sebelum digali, dilakukan
dengan langkah sebagai berikut:
- Tetapkan titik-titik ukur, untuk menetapkan posisi tiang pancang.
- Permukaan tanah diratakan seperlunya
- Pemancangan dimulai dari titik pancang yang dekat dengan sungai (panjang tiang
ditetapkan berdasarkan sondir).
- Setelah ujung tiang pancang mencapai elevasi tanah yang ada, dilakukan pemasangan
alat penyambng pemancangan (follower), dan dipancang kembali sampai mencapai
elevasi rencana.
- Kemudian setelah semua tiang dipancang, tanah digali sampai elevasi pondasi (di
bawah ujung tiang pancang)
- Sekeliling tiang pancang seluas kaki abutment, dicor lantai kerja, keudian kepala tiang
pancang di atas elevasi lantai kerja dibongkar untuk memperoleh tulangan sebagai
ikatan dengan kaki abutment (bila mengunakantiang pancang beton).

Timbunan Oprit
Bila abutment telah selesai dilaksanakan, baik dengan pondasi sumuran maupun
pondasi tiang, sebaiknya timbunan oprit segera dilaksanakan. Dengan demikian daerah di
belakang abutment (daerah oprit) dapat leluasa dipergunakan areal kerja dalam
mempersiapkan bangunan diatasnya.
Yang perlu diperhatikan di sini, pekerjaan timbunan harus dilakukan sesuai dengan
persyaratan penimbunan tanah, yaitu dilakukan lapis demi lapis dan dipadatkan sampai
kepadatan yang disyaratkan. Bila suatu lapisan belum mencapai kepadatan yang disyaratkan,
makalapisan berikutnya tidak boleh dimulai sampai lapisan tersebut mencapai kepadatan
yang disyaratkan.

Pondasi Tiang Pancang


Pondasi tiang pancang beton dilaksanakan denganurutan sebagai berikut:
- Pertama dilaksanakan fabrikasi tiang pancang.
Tiang pancang beton, sebaiknya dicor di lokasi secara sejajar dengan sungai untuk
memudahkan transpirtasi. Untuk meghemat tempat, dan menghemat formwork, tiang
dicor berselang-seling secara bertahap, dan bila perlu berlapis-lapis.
- Tentukan titik-titik pengukuran yang aman, untuk memandu pemancangan tiang pilar
- Proses pemancangan tiang, dipandu oleh dua alat ukur. Misalnya tang nomor 1,
dipandu oleh juru ukur dari titik A dan titik B dengan sudut-sudut tertentu.
- Tiang yang sudah selesai dipancang diberi tanda elevasi oleh juru ukur, untuk
menetapkan letak perancah gantung.
- Dibuat platform, untuk formwork pengecoran pile cap, yang ditahan oleh clamp yang
dipasang pada tiang. Untuk meyakinkan kekuatan platform dapat dilakukan uji beban
(loading test).
- Untuk meyakinkan kedudukan as pilar, maka pada paltform yang ada dipasang
pedoman as pilar yang dipindahkan dari titik-titik ukru yang ada. Pedoman ini dipakai
untuk menempatkan tulangan pile cap.
- Dipasang formwork samping, dan starter bar untuk pilar, kemudian dilakukan
pengecoran pile cap.
- Bila umur beton sudah cukup, semua formwork dibongkar, dan pengecoran pilar
dapat dilanjutkan.

Untuk pile cap yang berukuran besar, biasanya pengecorannya dilakukan secara
bertahap. Yaitu tahap pertama slab, kemudian tahap kedua dinding di sekeliling pile cap
setebal 20 cm. Dengan cara ini, struktur formwork tidak terlalu berat, dan stelah dinding
beton sekelilingpile cap cukup strenght nya, dapat berfungsi sebagai formwork untuk
pengecoran sisa pile cap, yaitu beton bagian dalam.

Pondasi Tiang Bor ( Bored Pile)


Bila keadaan tanah dasar sungai keadaanya keras, maka tiang yang digunakan adalah
bored pile.
Pemasangan bored pile, dapat diuraikan sebagai berikut:
- Pipa casing dipancang (dipandu titik-titik ukur yang ada untuk menetapkan
posisinya), dengan kedalaman seperlunya agar pipa casing dapat berdiri kuat.
- Bila pipa casing sulit masuk tanah, maka harus dibantu dengan pengeboran untuk
memasukkannya.
- Kemudian melalui pipa casing dilakukan pengeboran sedalam rencana. Bekas-bekas
pengeboran dibersihkan (disedot keluar)
- Penulangan dimasukkan dan kemudian dicor dengan metode pipa tremi.
- Begitu seterunsnya untuk tiang-tiang yang lainnya.
- Selanjutnya pengecoran pile cap, sama seperti pada tiang pancang.
Bangunan Atas

Metode Dasar
Secara prinsip metode pemasangan bangunan atas jembatan beton sama dengan
jembatan rangka baja, yaitu melalui cara-cara berikut:

Sistem Perancah (Falsework)


Pada sistem ini, balok jembatan dicor (cast insitu) atau dipasang (precast), diatas
landasan yang didukung sepenuhnya oleh sistem perancah, kemudian setelah selesai
perancah dibongkar.

Sistem Kantilever (Balance Cantilever)


Pada sistem ini, balok jembatan dicor (cast insitu) atau dipasang (precast), segmen
demi segmen sebagai kantilever di kedua sisi agar saling mengimbangi (balance) atau
satu sisi dengan pengimbang balok beton yang sudah dilaksanakan lebih dahulu.

Sistem Peluncuran (Launching)


Pada sistem ini balok jembatan dicor di salah satu sisi jembatan, kemudian
diluncurkan dengan cara ditarik/didiorong hingga mencapai sisi lain jembatan
Untuk bentang tunggal, sistem ini memerlukan bantuan jembatan launching, gantry
atau dua buah crane yang bekerja secara bersamaan.
Untuk bentang lebih dari satu, sistem ini memerlukan bantuan launching nose yang
disambung di depan balok (untuk mengurani moment akibat kantilever). Bila struktur
jembatan cukup besar, dan lahan terbatas, biasanya mengunakan systemincremental
launching.

Pemilihan Metode
Dari berbagai sistem yang telah diuraikan perlu dipilih cara yang paling
menguntungkan atau paling memungkinkan untuk dipergunakan sebagai pedoman
pelaksanaan.
Sistem apapun yang akan dipilih harus sudah memikirkan pengaruh-pengaruh yang
ada, terhadap kondisi lingkungan dan kondisi desain jembatan tersebut.
Tenaga ahli dan peralatan yang memadai merupakan konsekuensi yang harus
diadakan sehubungan dengan pemilihan metode tersebut.
Pemilihan metode pelaksanaan secara garis besar dapat dibuat kriteria sebagai berikut.

Metode Perancah
- Lalu lintasdi bawah jembatan (fly over) dapat dialihkan ke jalur lan, dan jalan dapat
ditutup
- Lalu lintas di bawah jembatan tidak padat, sehimgga masih dapat diganggu oleh
pelaksanaan jembatan.
- Ruang bebas dibawah rencana jembatan tidak terlalu tinggi
- Dasar sungai dalam (kedalaman airnya tinggi)
- Arus sungai deras atau sering membawa barang hanyutan.
- Bentang lebih dari satu.

Pekerjaan Persiapan
Apapun metode yang akan dipilih, diperlukan persiapan yang masak sebelum
pekerjaan dimulai.
Hal ini penting sekali, untuk menghindari terhentinya pekerjaan di tengah-tengah
kegiatan yang sedang berlangsung yang dapat mengundang resiko tinggi.

Persiapan yang diperlukan megenai hal-hal berikut.


- Dijaminya kekuatan perancah, baik perancah langsung maupun perancah gantung,
termasuk ketetapan waktu pengadaan/mobilisasi
- Pemasangan perancah yang benar, terutama pada titik sambungan dan bracing yang
diperlukan.
- Kesiapan dalam pengadaan beton sesuai mutu yang ditetapkan, termasuk
kontinuitasnya ataukesiapan pengadaan beton precast
- Dalam hal pengadaan beton precast harus selalu di recheck mutu/ukuran sebelum
dikirim ke lahan proyek, begitu juga pengendalian bentang lapangan harus ketat.
- Pekerjaan menyangkut tanah yang diperlukan pada kedua sisi abutment, sebaiknya
diselesaikan terlebih dahulu, terutama untuk metode launching.
- Kesiapan peralatan dan tenaga yang diperlukan sesuai dengan metode yang dipilih.
- Perencanaan traffic management khusus untuk fly over, harus dibuat secara detail dan
disesuaikan dengan jadwal pelaksanaan jembatan, termasuk tahapan-tahapannya.
Urutan Pelaksanaan
Urutan pelaksanaan yang dimaksud hanya untuk pekerjaan upper structure, dengan
anggapan bahwa abutment dan pilar (bila ada) telah selesai dilaksanakan.

Sistem Perancah (Falsework)


Sistem ini adalah sistem konvensional, dan biasanya digunakan untuk jembatan kecil
pada sungai yang dangkal atau fly over dengan arus lalu lintas dapat dipindahkan atau diatur
di sela-sela perancah.
Urutan pada pekerjaan sistem perancah untuk fly over:
1. Dilakukan pekerjaan persiapan yang diperlukan
2. Tanah tempat perancah (scaffolding) didirikan dibuat rata dan dipadatkan
3. Dibuat bantalan beton tempat berdiri perancah, sekaligus untuk penyesuaian elevasi
dan tinggi perancah (perancah dari kayu sedapat mungkin dihindari)
4. Dirikan stell scaffolding sesuai dengan gambar rencana.
5. Buat flat deck yang cukup kuat ntuk meletakkan formwork (untuk beban berat bila
perlu di atas perancah dilakukan test load)
6. Sebelum, selama dan sesudah proses pengecoran beton, kondisi scaffolding selalu
diperiksa dan siap dilakukannya perbaikan jika diperlukan
7. Bila kekuatan beton telah cukup pembongkaran scaffolding, didahului dengfan
penurunan U head jack dari bagian tengah bentang ke arah tepi.

Urutan Pekerjaan Perancah untuk jembatan:


1. Dilakukn pekerjaan persiapan yang diperlukan.
2. Tiang-tiang perancahbdipancang sesuai dengan perencanaannya (jarak dan besarnya
tiang pancang)
3. Tiang-tiang perancah yang selesai dipancang dipotong atau disambung sesuai elevasi
yang dikehendaki oleh dasar balok jembatan.
4. Pasang pengaku (bracing) di antara tiang-tiang dalam dua arah (sejajar sungai dan
melintang sungai)
5. Buat flatform yang cukup kuat sebagai dasar bekisting balok (bila perlu dilakukan tes
beban)
6. Pasang penulangan jembatan dan bekistingnya. Bila semuanya telah dicek benar, baru
dilakukan pengecoran balok dan lantai jembatan.
7. Sebelum, selama dan sesudah proses pengerasan, perancah selalu diperiksa dan bila
diperlukan dapat di perkuat.
8. Pembongkaran perancah dengan cara memotong, dimulai dari bentang tengah ke arah
tepi.
Sistem Kantilever
Sistem ini disebut kantilever karena selama proses pelaksanaan, balok jembatan
berfungsi sebagai kantilever. Oleh karena itu, perhitungan desainnya harus dicek pada posisi-
posisi kantilever, apakah cukup kuat. Bila ternyata tidak kuat, perlu diberi tulangan ekstra
untuk menyesuaikan metode tersebut.
Balok jembatan dipasang segmen demi segmen dalam posisi kantilever, karena itu
perlu adanya pengimbang (balance). Untuk kantilever satu arah, perly adanya pengimbang
lebih dahulu, biasanya balok beton yang dicor di tempat dengan perancah.
Sistem ini ada dua jenis, yaitu:
- Cast Insitu ( cast inplace) untuk tiao-tiap segmen
- Pemasangan balok precast untuk tiap-tiap segmen

1. Sistem Kantilever Cast Insitu


a Diselesaikan terlebih dahulu bagian yang diperlukan untuk balance, dapat dengan
metode perancah untukpengecoran awal
b Memasang dan menyetel traveling form pada segmen beton yang akan dicor
(bertumpu pada bagian yang telah dicor)
c Pemasangan besi beton dan tendon duct
d Pengecoran segmen pertama, yang sementara ditaha oleh traveling form yang
bertumpu pada beton yang sudah dicor sebelumnya.
e Masukkan kabel prestress ke dalam segmen beton yang beton yang telah selesai dicor
melalui melalui tendon duct yang ada, dan stressing pada saatnya setelah kekuatan
beton cukup
f Kendorkan traveling form dari segmen yang telah selesai stressing
g Traelling form digeser maju untkpengecoran segmen berikutnya dan dimulai siklus
yang baru

2. Sistem Kantilever Precast


a Bagian jembatan yang berfungsi seagai balance pada autment darat, atau upper
structure jembatan diatas pilar, dicor terlebih dahulu
b Ditetapkan cara transportasi precast segmen, apakah melalui atas jembatan atau dari
bawah melalui permukaan air menggunakan tongkang (pada bridge), atau dari bawah
menggunakan flat truck (pada fly over), tergantung kondisi lahan yang ada.
c Pemasangan precast segmen dapat dilayani dengan:
- Floating crane (khusus jembatan di atas air)
- Alat pengangkat yang dipasang di ujung segmen yang telah selesai dipasang
- Gantry (tempat kerangka peluncuran)
- Gabungan alat-alat tersebut
d Precast segmen yang siap dipasang, ditranspor sesuai dengan yang ditetapkan
e Precast dipindahkan dengan kerekan yang bergerak sepanjang gantry atau alat lain,
untuk dipasang dengan segmen yag telah terpasang
f Pertemuan akhir antara kantilever arah satu dengan yang lain disisakan satu segmen
kecil, sebagai penutup yang dicor di tempat (di bagian tengah bentang)
g Setelah bentang yang dilayani gantry selesai, gantry digeser dengan peralatan gantry
sendiri, umtukpemasangan bentang berikutnya (bila banyak bentang)

Sistem Peluncuran (Launching)

Bentang Tunggal
Untuk bentang tunggal pemasangan balok beton dilakukan dengan gantry yang
didirikan di atas kedua abutment (untuk balok yang ukurannya kecil dapat menggunakan
crane)

1. Balok beton dicor sekaligus di tempat, sepanjang bentangnya, di belakang abutment


dengan aligment yang sama dengan aligment jembatan
2. Sebelum dan selama proses transportasi, balok beton disangga dengan sisi-sisi
sampingnya supaya tidak terguling.
3. Dengan menggunakan kereta (roll), balok beton didorong untuk diterima oleh kerekan
yang dipasang di gantry.
4. Pada tiap kedudukan balok balok dipasang material bearingnya
5. Bila kedudukan sudah tepat di atasnya bearingnya balok beton diturunkan

Bentang Banyak
Untuk bentang banyak, balok (box girder ) dapat berfungsi sendiri, sehingga tidak perlu
gantry, dengan menggunakan sistem incremental launching.

1. Segmen jembatan dicor sepanjang 10-30 meter, pada casing bed yang tetap, dibelakang
abutment( dalam dua tahap bila menggunakan box girder)
2. Letak casting bed disesuaikan dengan aligment jembatan
3. Segmen yang sudah siap, ditarik/didorong ke depan menyebrang bentang jembatan,
sesudah dilepskan dari casting bed (casting bed diturunkan)
4. Casting bed dinaikkan lagi untuk mengecor sambungan balok box girder segmen
berikutnya
5. Segmen yang baru dicor, setelah cukup kekuatannya distress (post tensioned)
dengansegmen sebelumnya
6. Untuk mengurangi negative bending selama peluncuran, di ujung segmen depa
dipasang steel structure launching nose (60% bentang terbesar)
7. Lokasi casting bed, lebih baik diberi atap agar pekerjaan tidak terganggu oleh hujan.
8. Untuk memudahkan penggeseran balok, bearing spesial dengan low friction perlu
dipasang pada landasan peluncuran dan pada pier, dengan cukup kuat agar tidak
tergeser. Bearing ini harus selalu diperiksa untuk diganti yang baru.

Untuk metode ini diperlukan persyaratan sebagai berikut:

1. Box girder harus memiliki tiggi yang tetap


2. Bila aligmentnya melengkung, baik horizontal maupun vertikal radiusnya harus sama
(constant rate)
3. Bila jembatan didesain dengan posisi incline, balok diluncurkan ke arah bawah (dari
atas)
Jembatan Lengkung Beton

Umum
Jembatan lengkung beton (concrete arch bridges) di dalam penampilan tampak indah,
anggun dan memiliki daya tarik estetis.
Dahulu, sebelum teknologi beton prestressed dikembangkan, jembatan lengkung (arch
bridges) selalu dipillih untuk bentang panjang dengan mengambil keuntungan timbulnya gaya
tekan pada lengkung (arch rib)
Metode pengecoran balok lengkung, pada awalnya menggunakan perancah kayu yang
langsung berdiri di atas dasar sungai. Kemudian berkembang perancah lengkung yang dibuat
di darat dan di transpor secara terapung, lalu didudukkan secara fix pada fondasi kaison,
perancah lengkunng tersebut diperkuat dengan batang tarik (kabel) yang menghubungkan
kaki-kakinya.

Struktur Arch Bridge


Struktur Arch Bridge terdiri dari:
- Arch Rib (balok lengkung)
- Pier (column)
- Deck girder

Arch Rib, merupakan bagian dari struktur yang penting sekali, karena seluruh beban di
sepanjang bentang jembatan dipikul olehnya. Oleh karena itu, proses pelaksanaan yang
paling menarik adalah proses pembuatan arch ribs. Pengembangan teknologi arch bridge
tertuju pada bagian i i juga, baik proses desainnya maupun proses pelaksanaannya.
Pier (column), yang berdiri sebelum dan sesudah lengkung (di luar lengkung), yang
berfungsi menyangga deck langsung ke tepi sungai,dapat dilaksanakan lebih dahulu beserta
deck nya. Bagian ini biasanya dimanfaatkan untuk membantu erection arch rib nya. Tiang-
tiang yang bertumpu pada arch tib dilaksanakan sesudah arch ribs selesai
Deck Girder,, dapat dipasang dengan cara launching melalui pier dan column yang
telah ada, atau cara kantilever, dan bila terpaksa dapat juga dicor dengan menggunakan
perancah menumpu di atas balok rib yang telah selesai.

Metode Pelaksanaan Arch Rib


Metode pelaksanaan yang dibahas di sini ditekankan pada metode pelaksanaan balok
lengkung beton (arch rib) yang memang merupakan bagian yang paling penting pada struktur
concrete arch bridge.
1. Sistem Perancah Gantung
Arch rib yang besar dapat dilaksanakan pengecorannya dengan menggunakan
perancah gantung yang ditahan dengan kabel (cable stay), dengan urutan sebagai
berikut:
1. Perancah terdiri dari dua bagian untuk kaki kanan-kiri yang masing-masing terdiri
dari dua platfrom dan dua rangka dan satu bagian untuk puncak, terbuat dari
rangka lengkung yang diperkuat dengan batang tarik.
2. Platform pertama dipasang dengan cara ditahan oleh cable A dan cable B,
kemudian dipasang formwork untuk arch rib pada bagian platform A dan B
tersebut , dan dicor
3. Platform kedua dipasang dengan cara ditahan oleh cable C dan cable B dan
dilakukan pengecoran
4. Rangka pertama (timber truss with steel tie) dipasang di tahan oleh cable D dan
cable E dan dilakukan pengecoran, begitu juga pada segmen rangka kedua.
5. Rangka untuk bagian puncak arch rib dirangkai di bawah dan sesudah siap,
diangkat ke atasa dengan bantuan cable way dan diletakkan pada ujung perancah
kaki kanan dan kiri. Setelah distle semua posisinya kemudian batang tarik dilepas
dan seluruh bagian perancah sudah menjadi satu kesatuan struktur
6. Setelah seluruh arch rib selesai dicor dan tegangan beton sudah cukup, rangka
bagian puncak dilepas dan diturunkan kemudian baru disusul penurunan perancah
kaki
7. Pengecoran column di atas arch rib dan deck girder dapat diselesaikan.

2. Sistem Kantilever dan cable stay


Arch rib dapat dilaksankan dengan urutan sebagai berikut:
1. Difabrikasi dua buah formwork lengkung sepanjang 13 Meter sesuai dengan arch
rib yang akan dicor untuk kedua pangkal balok lengkung, secara bersaamaan.
2. Segmen pertama di kedua pangkal lengkung sepanjang 7 Meter dicor dengan
dengan formwork konvensional.
3. Formwork yang dipabrikasi pada butir satu di atas (berbentuk traveling form yang
dapat diges3r) diklem pada segmen pertama yang sudah dicor, sisanya 6 Meter
menggantung dan ditahan dengancable stay yang dikaitkan pada pier yang telah
selesai dicor, secara bersamaan pada kedua pangkalnya.
4. Segmen kedua (6 meter) tersebut, pada kedua pangkalnya, dicor dan sementara
tetap ditahan oleh cable stay.
5. Formwork dilepas dari klem dan digesser untuk mengecor segmen ketiga dan
seterusnya (pada masing-masing sisi secara bersamaan)
6. Jumlah segmen masing-masing 14 di kedua sisi arch.
7. Di puncak arch dicor segmen penutup yang menghubungkan kedua sisi menjadi
satu struktur lengkung penuh
8. Column yang berdiri di atas arch dicor menggunakan slipform dengan metode
konvensional.
9. Deck girder dapat dilaksanakan dengan berbagai cara (bila deck girder
menggunakan cara launching, sebagian cable stay dipertahankan untuk perkuatan
selama proses launching).

Anda mungkin juga menyukai