Fungsi Jembatan
Secara umum, fungsi jembatan jenis apapun sama, yaitu bangunan yang
menghubungkan secara fisik untuk keperluan pelayanan transportasi dari tempat ujung satu
ke ujung lainnya, yang terhalang oleh kondisi alam atau bangunan lain.
Secara fisik, fungsi jembatan menghubungkan dua tempat yang terhalang oleh kedua
kondisi, yaitu:
Kondisi alam, seperti: sungai, lembah, selat (disebut bridge)
Kondisi bangunan atau jalan yang telah/akan ada (disebut fly over/viaduct)
Proses Pengecoran
Proses pengecoran dapat dibagi menjadi:
Casi Insitu, banguna atas jembatan dicor ditempat dengan bantuan perancah, baik
yang terletak diatas tanah maupun yang terletak diatas tanah maupun yang terletak
pada suatu struktur bantu.
Precast, bagian bangunan atas dicor di pabril/lokasi khsus pengecoran, kemudian
diangkat dan dipasang pada posisinya sesuai gambar desain.
Campuran, sebagian bangunan atas jembatan dicor dengan sistem precast dan
sebagian dicor di tempat sehingga beton terseburt menjadi kesatuan struktur. Dalam
hal ini biasanya beton precast mendominasi sedangkan bagian yang dicor termasuk
sifatnya minor
Jenis Jembatan Beton
Untuk menjalankan fungsinya, jembatan menhadapi dua jenis hambatan, yaitu:
Tantangan alam, tempat lokasi jembatan, yaitu masalah bentang.
Karena beban yang harus dipikul semakin besar, sesuai dengan meningkatnya
keperluan transportasi, yaitu maslah mutu material.
Untuk melayani tantagan tersebut, struktur jembatan juga berkembang dalam jenis-
jenis desainnya, yaitu:
Jembatan beton biasa (conventional), dapat melayani bentang yang terbatas, tidak
terlalu panjang secara layak
Jembatan prestressed, dapat melayani bentang yang lebih panjang secara lebih layak,
karena sistem stressing yang menimbulkan momen sekunder yang berlawanan.
Jembatan lengkung, dapat melayani bentang yang lebih panjang dibanding jembatan
yang lurus, karena dapat memanfaatkan kekuatan beton yaitu kuat tekan.
Jembatan cable-stay atau jembatan gantung, dapat melayani bentang (antarpilar) yang
sangat panjang, karena merupakan kelipatan dari jarak kabel yang ada.
Pondasi jembatan terdiri dari dua macam yaitu pondasi abutment yang ada di kedua
pangkal jembatan, dan pondasi pilar ditengah sungai/selat. Terkadang pondasai pilar
jembatan ada yang masih terletak di darat, tergantung situasi setempat.
Pondasi Abutment
Tergantung kondisi tanah setempat, jenis pondasi dapat berupa pondasi langsung, bila
tanah keras letaknya dangkal, atau pondasi sumuran bila letak lapisan keras sangat dalam,
maka pondasi menggunakan pondasi dalam, yaitu pondasi tiang.
Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran, pelaksanaannya dilakukan sebagai berikut:
- Dibuat titik- titk pengukuran, untuk memnadu letak bangunan abutment sesuai dengan
gambar rencana, serta pedoman elevasinya.
- Dilakukan penggalian sampai dengan elevasi atas sumuran, dan kemudian lantai kerja
dicor, kecuali lokasi sumuran.
- Dengan dipandu titik-titik kur yang ada, beton sumuran dicor di tempatnya. Dan
setelah cukup umurnya beton susmuran diturunkan dengan cara menggali bagian
dalamnya.Beton sumuran akan turun karena eratnya sendiri
- Bila elevasi dasar sumuran belum tercpai, maka beton sumuran akan disambung
dengan beton sumuran selanjutnya dan kemudian diturunkan lagi, dengan proses yang
sama.Begitu seterusnya sampai mencapai elevasi rencana.
- Beton sumuran yang telah mencapai elevasi rencana, kemudian diisi dengan beton
cyclop sampai penuh.
- Di atas beton sumuran yang telah selesai (jumlahnya sesuai dengan rencana),
abutment dilaksanakan.
Timbunan Oprit
Bila abutment telah selesai dilaksanakan, baik dengan pondasi sumuran maupun
pondasi tiang, sebaiknya timbunan oprit segera dilaksanakan. Dengan demikian daerah di
belakang abutment (daerah oprit) dapat leluasa dipergunakan areal kerja dalam
mempersiapkan bangunan diatasnya.
Yang perlu diperhatikan di sini, pekerjaan timbunan harus dilakukan sesuai dengan
persyaratan penimbunan tanah, yaitu dilakukan lapis demi lapis dan dipadatkan sampai
kepadatan yang disyaratkan. Bila suatu lapisan belum mencapai kepadatan yang disyaratkan,
makalapisan berikutnya tidak boleh dimulai sampai lapisan tersebut mencapai kepadatan
yang disyaratkan.
Untuk pile cap yang berukuran besar, biasanya pengecorannya dilakukan secara
bertahap. Yaitu tahap pertama slab, kemudian tahap kedua dinding di sekeliling pile cap
setebal 20 cm. Dengan cara ini, struktur formwork tidak terlalu berat, dan stelah dinding
beton sekelilingpile cap cukup strenght nya, dapat berfungsi sebagai formwork untuk
pengecoran sisa pile cap, yaitu beton bagian dalam.
Metode Dasar
Secara prinsip metode pemasangan bangunan atas jembatan beton sama dengan
jembatan rangka baja, yaitu melalui cara-cara berikut:
Pemilihan Metode
Dari berbagai sistem yang telah diuraikan perlu dipilih cara yang paling
menguntungkan atau paling memungkinkan untuk dipergunakan sebagai pedoman
pelaksanaan.
Sistem apapun yang akan dipilih harus sudah memikirkan pengaruh-pengaruh yang
ada, terhadap kondisi lingkungan dan kondisi desain jembatan tersebut.
Tenaga ahli dan peralatan yang memadai merupakan konsekuensi yang harus
diadakan sehubungan dengan pemilihan metode tersebut.
Pemilihan metode pelaksanaan secara garis besar dapat dibuat kriteria sebagai berikut.
Metode Perancah
- Lalu lintasdi bawah jembatan (fly over) dapat dialihkan ke jalur lan, dan jalan dapat
ditutup
- Lalu lintas di bawah jembatan tidak padat, sehimgga masih dapat diganggu oleh
pelaksanaan jembatan.
- Ruang bebas dibawah rencana jembatan tidak terlalu tinggi
- Dasar sungai dalam (kedalaman airnya tinggi)
- Arus sungai deras atau sering membawa barang hanyutan.
- Bentang lebih dari satu.
Pekerjaan Persiapan
Apapun metode yang akan dipilih, diperlukan persiapan yang masak sebelum
pekerjaan dimulai.
Hal ini penting sekali, untuk menghindari terhentinya pekerjaan di tengah-tengah
kegiatan yang sedang berlangsung yang dapat mengundang resiko tinggi.
Bentang Tunggal
Untuk bentang tunggal pemasangan balok beton dilakukan dengan gantry yang
didirikan di atas kedua abutment (untuk balok yang ukurannya kecil dapat menggunakan
crane)
Bentang Banyak
Untuk bentang banyak, balok (box girder ) dapat berfungsi sendiri, sehingga tidak perlu
gantry, dengan menggunakan sistem incremental launching.
1. Segmen jembatan dicor sepanjang 10-30 meter, pada casing bed yang tetap, dibelakang
abutment( dalam dua tahap bila menggunakan box girder)
2. Letak casting bed disesuaikan dengan aligment jembatan
3. Segmen yang sudah siap, ditarik/didorong ke depan menyebrang bentang jembatan,
sesudah dilepskan dari casting bed (casting bed diturunkan)
4. Casting bed dinaikkan lagi untuk mengecor sambungan balok box girder segmen
berikutnya
5. Segmen yang baru dicor, setelah cukup kekuatannya distress (post tensioned)
dengansegmen sebelumnya
6. Untuk mengurangi negative bending selama peluncuran, di ujung segmen depa
dipasang steel structure launching nose (60% bentang terbesar)
7. Lokasi casting bed, lebih baik diberi atap agar pekerjaan tidak terganggu oleh hujan.
8. Untuk memudahkan penggeseran balok, bearing spesial dengan low friction perlu
dipasang pada landasan peluncuran dan pada pier, dengan cukup kuat agar tidak
tergeser. Bearing ini harus selalu diperiksa untuk diganti yang baru.
Umum
Jembatan lengkung beton (concrete arch bridges) di dalam penampilan tampak indah,
anggun dan memiliki daya tarik estetis.
Dahulu, sebelum teknologi beton prestressed dikembangkan, jembatan lengkung (arch
bridges) selalu dipillih untuk bentang panjang dengan mengambil keuntungan timbulnya gaya
tekan pada lengkung (arch rib)
Metode pengecoran balok lengkung, pada awalnya menggunakan perancah kayu yang
langsung berdiri di atas dasar sungai. Kemudian berkembang perancah lengkung yang dibuat
di darat dan di transpor secara terapung, lalu didudukkan secara fix pada fondasi kaison,
perancah lengkunng tersebut diperkuat dengan batang tarik (kabel) yang menghubungkan
kaki-kakinya.
Arch Rib, merupakan bagian dari struktur yang penting sekali, karena seluruh beban di
sepanjang bentang jembatan dipikul olehnya. Oleh karena itu, proses pelaksanaan yang
paling menarik adalah proses pembuatan arch ribs. Pengembangan teknologi arch bridge
tertuju pada bagian i i juga, baik proses desainnya maupun proses pelaksanaannya.
Pier (column), yang berdiri sebelum dan sesudah lengkung (di luar lengkung), yang
berfungsi menyangga deck langsung ke tepi sungai,dapat dilaksanakan lebih dahulu beserta
deck nya. Bagian ini biasanya dimanfaatkan untuk membantu erection arch rib nya. Tiang-
tiang yang bertumpu pada arch tib dilaksanakan sesudah arch ribs selesai
Deck Girder,, dapat dipasang dengan cara launching melalui pier dan column yang
telah ada, atau cara kantilever, dan bila terpaksa dapat juga dicor dengan menggunakan
perancah menumpu di atas balok rib yang telah selesai.