Anda di halaman 1dari 6

BAB I Pendahuluan

Latar blakang
Sebagai penghasil susu, kambing perah merupakan ternak yang lebih efisien
dibandingkan dengan sapi serta mempunyai karakteristik yang istimewa diantaranya ialah
mampu beradaptasi dengan kondisi yang kurang menguntungkan, mudah dipelihara, cepat
berkembang biak dengan daya reproduksi tinggi dan efisien dalam mengubah pakan menjadi
susu. Ternak kambing perah yang umum dipelihara di Indonesia ialah kambing Peranakan
Etawah (PE). Kambing PE merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Kacang asli
Indonesia dengan kambing Etawah (Jamnapari) asli India, sehingga kambing PE memiliki sifat
diantara keduanya yakni mudah pemeliharaannya dan berproduksi susu.
Potensi kambing sebagai penghasil susu perlu didukung dengan pengelolaan bibit yang
tepat. Bibit ternak merupakan modal dasar untuk meningkatkan produksi dan kualitas ternak.
Perolehan bibit kambing perah yang baik berasal dari keturunan yang baik pula yaitu dengan
melakukan seleksi. Rendahnya produktivitas kambing perah di Indonesia dipengaruhi oleh
kurangnya pengetahuan peternak dalam pemilihan dan pengelolaan bibit. Umumnya di lapangan,
peternak cenderung mendahulukan ternak unggul untuk dijual, karena lebih mudah terjual dan
harganya tinggi. Akibatnya ternak yang tertinggal untuk dikembangkan menjadi bibit di masa
depan, mutu genetiknya lebih rendah.
Usaha peternakan kambing perah di Indonesia belum begitu diminati, karena terdapat
berbagai hal yang mempengaruhinya diantaranya ialah susu kambing belum banyak
dimanfaatkan sebagai minuman sumber protein, karena belum disosialisasikan secara luas pada
masyarakat, susu kambing memiliki aroma spesifik prengus yang kurang disukai oleh konsumen
yang belum terbiasa, serta masih sulitnya memperoleh bibit kambing perah yang unggul.
Kesuksesan suatu peternakan sangat dipengaruhi oleh manajemen pemeliharaan bibit,
produktivitas ternak dan input serta output produksi yang dihasilkan. Semakin kecil sumber daya
yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk dalam jumlah yang sama, maka keuntungan yang
diperoleh dapat lebih tinggi. Namun, masih banyak usaha peternakan kambing

Tujuan:
Manfaat:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Devendra (2001) meningkatkan kontribusi pangan yang berasal dari ternak
merupakan kebutuhan penting di seluruh dunia di masa depan. Djajanegara et al. (1993)
menyebutkan, karena tingginya kegiatan pengimporan susu dan masih rendahnya produksi susu
sapi dalam negeri, serta rendahnya toleransi saluran pencernaan sebagian masyarakat terhadap
susu sapi, maka potensi kambing perah sebagai penghasil susu harus ditingkatkan.
Menurut Ensminger (2001), kambing perah yang baik dapat menghasilkan susu hingga 2
l susu per harinya. Di Amerika Serikat, kambing perah merupakan penghasil susu yang kedua
setelah sapi untuk konsumsi manusia karena sifatnya yang sangat efisien dalam memproduksi
susu (Blakely dan Bade, 1991). Didukung oleh Devendra dan Burns (1994), kambing sangat
penting sebagai sumber susu bagi para petani kecil karena kambing dapat bertahan hidup walau
dipelihara dalam kisaran ekstrem yang lebar dan tingkat peternakan yang rendah.
Menurut Sodiq dan Abidin (2002), perkawinan kambing Etawah asal India dan kambing
lokal secara tidak terkontrol menyebabkan munculnya kambing jenis baru yang dikenal sebagai
kambing PE atau Peranakan Etawah. Didukung oleh Heryadi (2004) kambing PE merupakan
hasil persilangan yang tidak terarah dan kurang terpola antara Kambing Ettawa asal India dengan
kambing lokal yaitu kambing Kacang dengan karakteristik yang lebih mendekati ke arah
performa kambing Etawah. Menurut Davendra dan Burns (1994) persilangan kambing PE telah
dilakukan sejak kurang dari 80 tahun lalu dengan tujuan untuk memperbaiki mutu kambing lokal
dan sekarang keturunannya sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan Indonesia.
Bentuk badan kambing PE yang ada saat ini bervariasi dari satu daerah ke daerah lainnya
(Setiadi, 1987). Karakteristik Kambing PE ialah bertubuh besar
dengan bobot badan kambing jantan mencapai 90 kg dan betina 60 kg, bentuk hidung
benguk, kuping, kaki dan bulu yang panjang, serta ambing besar dan produksi susu tinggi
(Heryadi, 2004). Kambing PE dikenal sebagai penghasil susu yang cukup potensial dengan
produksi sebanyak 0,45-2,2 l per hari dengan panjang laktasi 92-256 hari (Sodiq dan Abidin,
2002).
BAB III PEMBAHASAN
Kambing Kacang dan PE merupakan kambing yang banyak dipelihara dan dikembang-
kan oleh peternak karena memiliki keunggulan tersendiri. Susilawati (2007).
menjelaskan bahwa kambing Kacang dewasa yang memunyai berat badan 20--30 kg
memiliki fertilitas tinggi sehingga anak yang dilahirkan berkisar 1--4 ekor/kelahiran, merupakan
tipe pedaging dan mampu beradaptasi di lingkungan yang jelek. Kambing PE merupakan hasil
persilangan pejantan Ettawah dengan kambing Kacang sebagai upaya peningkatan produktivitas
ternak lokal. Susilawati (2007) menjelaskan bahwa induk kambing PE termasuk kambing yang
prolifik (subur) dan menghasilkan anak 1--3 ekor/ kelahiran dan bobot badan antara 35--45 kg
pada betina, sedangkan pada kambing jantan berkisar antara 40--60 kg tergantung dari kualitas
bibit dan manajemen pemeliharaannya. Pertumbuhan yang baik pada ternak merupakan salah
satu indikator bagi ternak. Indikator produktivitas lainnya adalah tercapainya peningkatan jumlah
populasi. Arif (2007) menjelaskan bahwa peningkatan populasi kambing dapat tercapai apabila
induk kambing mampu melahirkan cempe yang sehat dalam jumlah banyak dan bobot sapih
yang tinggi. Hal ini juga dipengaruhi oleh fertilitas induk kambing yang dipelihara.

Pemilihan Bibit

1. Persyaratan umum

 Bibit kambing/domba yang dipilih berasal dari daerah yang bebas penyakit hewan
menular dan harus melalui pemeriksaan dan pengamatan terhadap penyakit menular
sesuai ketentuan (antara lain bebas Brucellosis).

 Bibit kambing/domba harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik seperti cacat mata
(kebutaan), tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan kuku abnormal, serta tidak terdapat
kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya.

 Bibit kambing/domba harus bebas dari cacat alat reproduksi.

1. Pemilihan kambing secara keturunan ( silsilah )

Pemilihan secara keturunan biasanya di lihat berdasarkan catatan recordingnya pada prestasi
tetua dari individu. Biasanya recoding tersebut, seperti pencatatan hasil produksi yang
dihasilkan, reproduksi, umur, angka kelahiran, dan garis keturunan yang dari indukan yang
berkualitas. selain itu, pemilihan ini juga dapat dilakukan dengan pengecekan bakal bibit
berdasarkan data rill atau lengkap dari ternak kambing yang sudah dilakukan recording
( pencatatan ) tersebut. Hal ini bertujuan untuk mengetahui garis keturunan ternak kambing yang
berkualitas atau tidak.
2. Pemilihan kambing secara visual ( perabaan )

Pemilihan kambing secara visual ini lebih cendrung akan tampak dengan jelas berdasarkan sifat
– sifat dari ternak kambing yang tampak. Biasanya sifat – sifat yang tampak dalam pemilihan
ternak kambing yang berkualitas dan bagus dapat dilhat dari hasil produksi, kesehatan,
kemampuan untuk mereproduksi, ada tidanya kecacatan ternak, kaki lurus dan tegak lincah dan
tidak pernah terserang penyakit yang berbahaya. Pertumbuhan normal, kondisi tubuh tidak
terlalu gemuk dan kurus.

Berikut ciri – ciri dari visual yang harus di perhatikan dan di pertimbangkan dalam melakukan
pemilihan bakal bibit ternak kambing :

 Dewasa kelamin ( umur pubertas )

 Bobot kelahiran

 Bobot penyapihan

 Bobot badan dewasa

 Kesuburan dan jumlah anak sapih

 Bentuk tubuh

 Tidak abnormal ( cacat )

 Sifat keindukan

Ciri dan tanda ternak kambing betina yang bagus untuk bakalan bibit

 Bentuk tubuh kompak atau padat, dada melebar, memiliki garis punggung dan bulu
bersih dan mengkilat.

 Bentuk kaki lurus, normal, kuat dan tumit cukup tinggi.

 Badan sehat dan tidak abnormal ( cacat ).

 Bentuk ambing normal dan simetris, tidak terlalu mengantung dan jumlah puting dua
buah. Bila dilakukan perabaan akan halus dan kenyal dan tidak ada infeksi atau
pembengkakan.

 Kesuburan ternak baik, keturunan lebih lebih dari dua dan alat kelamin normal.

 Keadaan gigi lengkap bagian rahang bawah dan atas.


 Sifat keindukan baik dalam mengasuh anaknya, dan penampilan lebih jinak.

 Umur yang siap untuk di kawinkan pertama kali lebih kurang 10 – 12 bulan, walapun
pada umur 8 bulan sudah menunjukan gejala berahi yang cukup tinggi

 Induk dapat masih berproduksi sampai pada umur 5 – 6 tahun.

Ciri dan tanda ternak kambing jantan yang bagus untuk bakalan bibit

 Memiliki bentuk tubuh besar, panjang, dada melebar, bagian tubuh belakang lebih besar.

 Memiliki bulu halus dan mengkilat.

 Badan tidak cacat dan sehat.

 Bentuk kaki normal, lurus, kuat dan tumit tinggi.

 Kesuburan memiliki spermatoza yang bagus tidak cair, alat kelamin normal dan dapat
ereksi.

 Penampilan gagah, aktif, besar dan memiliki nafsu libido yang tinggi.

 Umur untuk dikawinkan biasanya berumur 1 ,5 – 3 tahun

Seleksi dan Culling


Seleksi dan culling merupakan cara terpenting bagi peternak kambing untuk
meningkatkan efisiensi produksi (PCARRD, 1985). Warwick dan Legates (1979) menyatakan
bahwa seleksi adalah proses memilih ternak-ternak dalam satu generasi yang akan menjadi tetua
untuk generasi selanjutnya. Menurut laporan Heryadi (2004), faktor genetik yang berupa sifat
kuantitatif sering dijadikan dasar seleksi dalam program pemuliaan ternak, sebelum dilakukan
program perkawinan untuk menghasilkan bibit unggul. Pemilihan bibit ternak yang baik,
menurut Rahardi et al. (1993), memerlukan data pencatatan dan informasi tentang ternak tersebut
secara lengkap. Pencatatan menyangkut tentang asal-usul ternak, kapasitas produksi, kapasitas
reproduksi, dan tingkat kesehatan ternak.
PCARRD (1985) menganjurkan cara menyeleksi ternak dengan menyeleksi ternak yang
tergolong besar diantara ternak lain yang seumur, memilih anakan yang berasal dari induk yang
beranak secara kontinyu terutama yang beranak tiga kali dalam dua tahun, seleksi induk yang
melahirkan anak kembar, pilih ternak yang tingkat kesuburannya tinggi, seleksi ternak yang memiliki
produksi susu tinggi dan persistensi laktasi yang baik, seleksi replacement stock berdasar performa
tetuanya seperti angka pertumbuhan dan atau produksi susu.
Sifat yang perlu diseleksi ialah ternak dengan jumlah anak kembar per kelahiran dan seleksi
sifat-sifat yang diinginkan. Ukuran yang perlu diperhatikan adalah tanggal beranak, litter size
perkelahiran dan sapihan, bobot badan induk pada waktu kawin, beranak dan menyapih, bobot lahir
dan bobot sapih, kematian anak, serta pertumbuhan pasca sapih hingga 3 bulan (Tomaszewska et al.,
1993). Peternak yang bertujuan produksi susu perlu lebih baik memilih kambing hasil persilangan
yang akan memberikan keuntungan lebih daripada kambing keturunan murni (Devendra dan Burns
1994).
Secara kualitatif pada saat memilih ternak kambing pada induk dan betina muda perlu
memperhatikan bentuk dan penempatan ambing yang baik sedangkan pada pejantan perlu
diperhatikan maskulinitas, tipe serta warna ternak dan harus berasal dari garis keturunan yang
berproduksi tinggi (Leach, 1975). Menurut (Tomaszewska et al., 1993) secara umum perlu dilihat
bentuk kepala, cara berdiri, vulva dan ambing pada betina, penis dan testes pada jantan untuk
memastikan dapat berfungsi normal serta melihat jumlah gigi untuk menentukan umur.
Culling adalah proses pengeluaran ternak yang tidak diinginkan dan tidak produktif dari
populasi (PCARRD, 1985). Culling perlu dilakukan untuk mengeluarkan ternak inferior yang tidak
efisien dalam produksinya sehingga harus dilakukan secara kontinyu untuk menghindari kerugian
dari segi pakan, perawatan serta waktu yang dikeluarkan untuk ternak yang tidak efisien. Waktu
terbaik untuk menyeleksi ialah pada waktu sebelum dikawinkan. Sisakan ternak yang masih muda
dan berkualitas untuk ditingkatkan produksinya (Tomaszewska et al., 1993). Menurut Wiener (1994)
data performa ternak dapat digunakan sebagai dasar

Anda mungkin juga menyukai