Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

Setiap manusia memiliki resiko terkena gangguan mental berupa gangguan kecemasan
dan/atau depresi pada saat menghadapi tantangan, tekanan dan konflik yang terjadi dalam
kehidupannya. Pada tahun 2011, Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian
Kesehatan, Supriyantoro menyatakan bahwa tingkat penderita gangguan kecemasan dan depresi
pada orang dewasa di Indonesia mencapai 17,4 juta jiwa.1

Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala
somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari susunan saraf autonomik (SSA).
Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi nonspesifik yang sering merupakan satu fungsi
emosi. Ansietas yang patologik biasanya merupakan kondisi yang melampaui batas normal
terhadap satu ancaman yang sungguh-sungguh dan maladaptif.Depresi merupakan satu masa
terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala
penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,
anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri. Gangguan
campuran kecemasan dan depresi melingkupi pasien yang memiliki gejala kecemasan dan
depresi tetapi tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk suatu gangguan mood. Kombinasi gejala
depresi dan kecemasan menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna pada orang yang
terkena. Kondisi mungkin cukup menonjol pada praktek pelayanan primer dan klinik kesehatan
mental rawat jalan.2

Gangguan campuran kecemasan dan depresi melingkupi pasien yang memiliki gejala
kecemasan dan depresi tetapi tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk suatu gangguan mood.
Kombinasi gejala depresi dan kecemasan menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna
pada orang yang terkena. Kondisi mungkin cukup menonjol pada praktek pelayanan primer dan
klinik kesehatan mental rawat jalan.3

1
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Terdapat gejala – gejala ansietas maupun depresi, dimana masing- masing menunjukan
rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri.

Kecemasan (ansietas / anxiety) merupakan keadaan emosional dasar dimana didapatkan


gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan, kekhawatiran,
ketegangan dan agitasi atau kegelisahan yang mendalam dan berkelanjutan, kepribadian masih
tetap utuh, perilaku juga dapat ikut terganggu. Kecemasan didefinisikan oleh tiga karakteristik
yaitu subjektif, perilaku, dan fisiologis. Kecemasan merupkan unsur kejiwaan yang
menggambarkan perasaan, keadaan emosional yang dimiliki seseorang pada saat menghadapi
kenyataan atau kejadian dalam hidupnya.4

Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan
kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup. Penderita
depresi memiliki suasana hati yang buruk secara berkepanjangan, kehilangan minat terhadap
segala hal, dan merasa kekurangan energi. Suasana hati mereka sangat buruk sehingga
mengganggu kehidupan sehari-hari. Menurut kriteria diagnostik American Psychiatric
Association, dikatakan memiliki gangguan depresi apabila mengalami 5 atau lebih gejala depresi
fisik atau psikologis selama lebih dari 2 minggu secara berturut-turut, termasuk suasana hati
yang buruk dan rasa kekurangan energi.5

Epidemiologi

Keberadaan gangguan cemas dengan kejadian depresi secara bersamaan lazim


ditemukan. Dimana berdasarkan jurnal NCBI tahun 2018 mengatakan hampir sekitar 90% orang
yang mengalami cemas memiliki gejala depresi dan sebaliknya sekitar 85% seseorang memiliki
gejala depresi mengalami gangguan kecemasan.6 Berdasarkan organisasi kesehatan dunia pun
mengatkan bahwa sekitar 100 orang mengalami depresi didunia namun hanya sekitar < 25%
yang melakukan pengobatan. Perkiraan sekitar tahun 2020 depresi dapat menjadi gangguan
psikiatrik dan medis terpenting dimana mendudukan urutan kedua setelah penyakit
kardiovaskular.7

2
Etiologi

Stressor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan
dalam kehidupan seseorang; sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau penyesuaian
diri untuk menanggulanginya. Namun, tidak semua orang mampu melakukan adaptasi dan
mengatasi stressor tersebut, sehingga timbullah keluhankeluhan antara lain berupa cemas dan
depresi. Dari sekian banyak jenis stressor psikososial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari,
para pakar memberikan beberapa contoh antara lain sebagai berikut :3

1. Perkawinan : Terjadinya ketidaksetiaan berupa perselingkuhan.


2. Orang Tua : Masalah orang tua yakni kondisi tatanan sosial dan ekonomi, masalah anak
yakni kenakalan remaja, pergaulan bebas, kehamilan di luar nikah, aborsi, atau
penyalahgunaan NAZA (Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif)
3. Hubungan Interpersonal (Antar Pribadi) : Hubungan antar sesama
(perorangan/individual) yang tidak baik dapat merupakan sumber stres. Misalnya
hubungan yang tidak serasi, tidak baik atau buruk dengan kawan dekat atau kekasih,
antara sesama rekan, antara atasan dan bawahan, pengkhianatan, dan sebagainya.
4. Pekerjaan Kehilangan pekerjaan pada pengangguran akan berdampak pada gangguan
kesehatan bahkan bisa sampai pada kematian. Sebaliknya dengan pengangguran, maka
terlalu banyak beban pekerjaan sementara waktu yang tersedia sangat sempit dapat
menyebabkan stres pula. Tekanan dalam pekerjaan yang banyak dan persaingan yang
ketat juga dapat menyebabkan stres.
5. Keuangan Masalah keuangan dalam kehidupan sehari-hari ternyata merupakan salah satu
stressor utama. Misalnya, pendapatan lebih kecil dari pengeluaran, terlibat hutang,
kebangkrutan usaha, soal warisan dan lain-lain.
6. Hukum Keterlibatan seseorang dalam masalah hukum dapat merupakan sumber stres.
Misalnya, tuntutan hukum, pengadilan, penjara dan lain sebagainya.
7. Perkembangan Yang dimaksudkan disini adalah tahapan perkembangan fisik maupun
mental seseorang. Misalnya masalah remaja, masa dewasa, menopause, usia lanjut dan
lain sebagainya.
8. Penyakit Fisik Berbagai penyakit fisik terutama yang kronis dan atau cidera yang
mengakibatkan invaliditas dapat menyebabkan stres pada diri seseorang.

3
9. Faktor Keluarga Anak dan remaja dapat pula mengalami stres yang disebabkan karena
kondisi keluarga yang tidak harmonis. Sikap orang tua terhadap anak yang dapat
menimbulkan stres antara lain:

• Hubungan kedua orangtua yang tidak harmonis

• Kedua orang tua jarang dirumah dan tidak ada waktu untuk bersama dengan anak-anak

• Komunikasi antara orang tua dan anak tidak serasi

• Kedua orang tua bercerai atau berpisah

• Salah satu orang tua menderita gangguan jiwa atau kelainan kepribadian

• Orang tua dalam mendidik anak kurang sabar, pemarah, keras, otoriter dan lain sebagainya.

10. Trauma Seseorang yang mengalami bencana alam, kecelakaan transportasi, kebakaran,
kerusuhan, peperangan, kekerasan, penculikan, perampokan, perkosaan dan lain sebagainya,
merupakan pengalaman yang traumatis yang pada gilirannya yang bersangkutan dapat
mengalami stres (stres pasca trauma).

11. berhubungan dengan hormonal dimana didapatkan terganggunya neuro endokrin yaitiu
menumpulnya respon kortisol . dan hormone serotonin dan GABA juga mungkin terlibat.

4
Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala Cemas :

5
Kriteria Diagnosis untuk gangguan depresi ditandai dengan suatu mood depresif dimana pasien
merasa sedih, perasaan kosong dan kehilangan minat, selama 2 minggu atau lebih dan ditambah
lebih dari 4 gejala – gejala lain.5

Gejala utama :

1. Afek depresi

2. Kehilangan minat dan kegembiraan.

3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata
sesudah kerja yang sedikit) dan menurunnya aktifitas.

Gejala lainnya dapat berupa :

• Konsentrasi dan perhatian berkurang

• Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

• Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

• Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

• Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

• Tidur terganggu

• Nafsu makan berkurang.

6
Diagnosis

Kriteria DSM-IV-TR mengharuskan adanya gejala subsindrom ansietas dan depresi serta adanya
beberapa gejala somatik, seperti tremor, palpitasi, mulut kering, dan rasa perut yang bergejolak.5

7
Pedoman diagnostik menurut PPDGJ-III untuk gangguan campuran anxietas dan depresi.3,5

1. Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak


menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri.
Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus-
menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.
2. Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, harus dipertimbangkan
kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik.
3. Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan
masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut dikemukakan, dan diagnosis
gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya dapat
dikemukakan satu diagnosis maka gangguan depresif harus diutamakan.
4. Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stres kehidupan yang jelas, maka harus
digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian.

Diagnosis Banding

Diantara gangguan ansietas, gangguan cemas menyeluruh merupakan gejala yang lebih
besar kemungkinannya untuk bertumpang tindih dengan gangguan campuran cemas dengan
depresi. Selain itu gangguan mood, gangguan distimik dan depresi ringan juga dapat
memberikan keumngkinan tumpang tindih. Diantara ganggua kepribadian seperti obsesif
kompulsif juga dapat dijadikan sebagai diagnose banding.

Prognosis

Berdasarkan data klinis sampai saat ini, pasien tampak sama besar kemungkinannya
untuk memiliki gejala ansietas yang menonjol, gejala depresif yang menonjol, atau campuran
dua gejala dengan besar yang sama saat awitan. Selama perjalanan penyakit, dominasi gejala
ansietas dan depresif dapat bergantian. Prognosis nya tidak diketahui dengan jelas.

Tatalaksana

Pendekatan psikoterapeutik mungkin melibatkan pendekatan yang terbatas waktu, seperti


terapi kognitif atau modifikasi perilaku, walaupun beberapa klinisi menggunakan pendekatan
psikoterapeutik yang kurang terstruktur, seperti psikoterapi berorientasi-tilikan.3

8
Farmakoterapi untuk gangguan kecemasan-depresif campuran mungkin termasuk obat
antiansietas atau obat antidepresan atau keduanya. Di antara obat ansiolitik, beberapa data
menyatakan bahwa penggunaan triazolobenzodiazepines (seperti contoh alprazolam) mungkin
diindikasikan karena efektivitas obat tersebut dalam mengobati depresi yang disertai dengan
kecemasan. Suatu obat yang mempengaruhi reseptor serotonin tipe-1A (5-HT1A), seperti
buspirone, mungkin juga diindikasikan. Diantara antidepresan, walaupun teori noradrenergik
menghubungkan gangguan kecemasan dan gangguan depresif, antidepresan serotonergik
(sebagai contoh, fluoxetine) mungkin yang paling efektif di dalam mengobati gangguan
kecemasan-depresif campuran, walaupun data yang mendukung anggapan tersebut tidak ada.3

PENUTUP

Kesimpulan

Gangguan campuran ansietas dan depresi merupakan gangguan yang terdapat gejala-
gejala ansietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala
yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri. Berdasarkan DSM IV telah
memberikan ciri dan tanda tanda seseorang yang mengalami gangguan ansietas dan depresi.
Penanganan gangguan campuran ansietas dan depresi berupa pendekatan psikoterapeutik dan
farmakologi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sevani N. Silvia. Web deteksi gangguan kecemasan dan depresi. ULTIMATICS; Vol.
VII. No. 1 : 2015. h. 1-4

9
2. Marcus, M., Yasamy, T. M., Ommeren, M., dan Chisholm, D., “Depression: A Global
Public Health Concern”, WHO Department of Mental Health and Substance Abuse,
2012.
3. Kaplan, Harold I., Sadock, Benyamin J. Gangguan Kecemasan dalam Sinopsis Psikiatri:
Jakarta : EGC.2010. Hal. 266-267.
4. Wiedamann K. Anxiety and Anxiety disorder. International Encyclopedia Of The Social
& Behavior Sciences. Germany; Vol.1 Ed-2: 2015. p. 799- 809
5. Elvira DE. Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia ; Jakarta : Ed-3. 2017. h. 259 – 71
6. Moller HJ. Borwin B. Kasper . The relevance of “mixed anxiety and depression” as a
diagnostic category in clinical practice. NCBI. 2018; vol.5: 2-10
7. Das-Munshi J, Goldberg D, Bebbington PE, Bhugra DK, Brugha TS, Dewey ME, Jenkins
R, Stewart R, Prince M. Public health significance of mixed anxiety and depression:
beyond current classification. Br J Psychiatry. 2008;192(3):171–177

10

Anda mungkin juga menyukai