Anda di halaman 1dari 12

Makalah PBL Blok 30 Ilmu Kedokteran Forensik

Kematian oleh karena Asfiksia dengan Suspek Kekerasan Benda Tumpul


Dewi Muna Safitri
102014086

Mahasisiwi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen KridaWacana


JalanArjuna Utara no 6, KebonJeruk, Jakarta Barat
Email : Dewiunyunsafitry@gmail.com

Pendahuluan

Kasus-kasus kriminal dapat ditemukan dalam masyarakat sehingga penegakaan hokum


dan keadilan diperlukan. Ilmu kedokteran forensik adalah salah satu cabang spesialistik dari ilmu
kedokteran yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakkan
hukum serta keadilan. Ilmu forensik memanfaatkan pengetahuan kedokteran untuk membantu
proses peradilan dalam rangka penegakan hokum dan keadilan dengan mengungkapkan fakta.
Macam-macam ilmu forensik adalah ilmu kimia forensik, ilmu fisika forensik, ilmu biologi
forensik, ilmu entomologi forensik, dan lainnya. Dalam suatu perkara pidana yang menimbulkan
korban, dokter diharapkan dapat menemukan kelainan yang terjadi pada tubuh korban, bilamana
kelainan tersebut timbul, apa penyebabnya serta apa akibat yang timbu terhadap kesehatan
korban. Dalam hal korban meninggal, dokter diharapkan dapat menjelaskan penyebab kematian
yang bersangkutan, bagaimana mekanisme terjadinya kematian tersebut, serta membantu dalam
perkiraan saat kematian dan perkiraan cara kematian.

Aspek Hukum Pidana 1,2


Penanganan kasus pidana meliputi penemuan, pelaporan, penyelidikan, penyidikan,
pemberkasan perkara, penuntutan, persidangan, dan putusan pengadilan. Penemuan dan
pelaporan dilakukan oleh warga yang melihat, mengetahui, atau mengalami suatu kejadian yang
diduga merupakan suatu tindak pidana. Pelaporan dilakukan kepada kepolisian RI. Penyelidikan
dilakukan oleh penyelidik untuk menindak lanjuti suatu pelaporan untuk mengetahui apakah
benar ada kejadian seperti yang dilaporkan. Penyidikan dilakukan oleh penyidik sebagai tindak

1
Makalah PBL Blok 30 Ilmu Kedokteran Forensik

lanjut setelah diketahui benar-benar terjadi suatu kejadian. Penuntutan dilakukan oleh penuntut
hokum di siding pengadilan setelah berkas perkara yang lengkap diajukan ke pengadilan.
Persidangan pengadilan dipimpin oleh hakim atau majelis hakim. Vonis dijatuhkan hakim
dengan ketentuan: keyakinan pada diri hakim bahwa memang telah terjadi suatu tindak pidana
dan bahwa terdakwa memang bersalah. Keyakinan hakim harus ditunjang oleh sekurang-
kurangnya 2 alat bukti yang sah. Aturan hukum medikolegal di Indonesia diatur oleh KUHP
(Kitab Undang-undang Hukum Pidana).

Kejahatan Terhadap Tubuh dan Jiwa Manusia1,3


 Pasal 89 KUHP: Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan
menggunakan kekerasan.
 Pasal 90 KUHP:
Luka berat berarti:
o Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama
sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut
o Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencarian
o Kehilangan salah satu pancaindra
o Mendapat cacat berat
o Menderita sakit lumpuh
o Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih
o Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan
 Pasal 338 KUHP: Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam
karena pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
 Pasal 339 KUHP: Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan
pidana, yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah
pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana
dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang
diperolehnya secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau
selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.
 Pasal 340 KUHP: Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu

2
Makalah PBL Blok 30 Ilmu Kedokteran Forensik

merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord),
dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling
lama 25 tahun.
 Pasal 351 KUHP:
o Penganiyaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan
atau pidana denda paling banyak 4500 rupiah
o Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama 5 tahun
o Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama 7 tahun
o Penganiyaan disamakan dengan sengaja merusak kesehatan
o Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana
 Pasal 353 KUHP
o Penganiayaan dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan pidana penjara
paling lama 4 tahun
o Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana
penjara paling lama 7 tahun
o Jika perbuatan mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara paling lama 9
tahun
 Pasal 355 KUHP
o Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana lebih dahulu, diancam
dengan pidana penjara paling lama 12 tahun.
o Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara
paling lama 15 tahun.

Kewajiban Dokter Membantu Peradilan1,3


 Pasal 133 KUHAP
o Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan
tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya
o Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan

3
Makalah PBL Blok 30 Ilmu Kedokteran Forensik

secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan
luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat
o Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah
sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat
tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan cap jabatan
yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
 Pasal 179 KUHAP
o Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
o Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan
sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan
sebenanr-benarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.
Pemeriksaan Luar 2,4
Agar pemeriksaan dapat terlaksana secermat mungkin, pemeriksaan harus mengikuti
suatu sistematika:
1. Label mayat: Mayat diberikan label oleh kepolisian. Label berwarna merah muda yang
terikat pada ibu jari kanan. Label diberikan sebagai salah satu alat pemastian identitas.
2. Tutup mayat: jenis/bahan, warna, corak, ada pengotoran atau tidak
3. Bungkus mayat: jenis/bahan, warna, corak, adanya bahan yang mengotori
4. Pakaian: Pakaian dicatat secara teliti dari atas sampai kebawah, dari luar hingga dalam.
Pakaian dapat disimpan sebagai barang bukti
5. Perhiasan: perhiasan dicatat dengan teliti (jenis, bahan, warna, merk, bentuk, ukiran
nama/inisial)
6. Tanda kematian: untuk memastikan bahwa korban yang dikirim benar-benar sudah mati

Thanatologi 2,4
Thanatologi merupakan topik dalam ilmu kedokteran forensik yang mempelajari hal mati
serta perubahan yang terjadi pada tubuh seseorang setelah mati. Perubahan dini pada tubuh yang
telah mati adalah tubuh kehilangan gerak, tampak pucat, terjadi relaksasi otot menyeluruh,
pendataran bagian tubuh yang tertekan, dan segmentasi kolom darah dalam arteri sentralis retina.

4
Makalah PBL Blok 30 Ilmu Kedokteran Forensik

Perubahan lebih lanjut sebagai berikut:


1. Lebam mayat (livor mortis)
Terjadi sebagai akibat pengumpulan darah dalam pembuluh darah letak rendah. Lebam
mayat dapat di gunakan untuk tanda pasti kematian ; memperkirakan sebab kematian,
mengetahui perubahan posisi mayat yang dilakukan setelah terjadi lebam mayat yang
menetap dan memperkirakan saat kematian.
2. Kaku mayat (rigor mortis)
Serabut otot yang mengandung aktin dan myosin berada dalam keadaan lentur dan
kontraktil pada lingkungan yang mengandung ATP. Bila ATP habis, maka aktin dan
myosin akan menggumpal dan otot menjadi kaku. Distribusi kaku mayat serta derajat
kekakuan pada beberapa sendi (daerah dagu/tengkuk, lengan atas, siku, pangkal paha,
sendi lutut) dicatat dengan menentukan apakah mudah atau sukar dilawan. Apabila
ditemukan adanya spasme kadaverik (cadaveric spasm) maka ini harus dicatat dengan
sebaik-baiknya, karena spasme kadaverik memberi petunjuk apa yang sedang dilakukan
oleh korban saat terjadi kematian.

3. Penurunan suhu mayat (algor mortis)


Saat mati, proses metabolism masih berlangsung untuk beberapa saat, sehingga masih
dirpoduksi kalori yang mempertahankan suhu tubuh. Pada 30-60 menit pertama suhu
tubuh tidak akan mengalami penurunan, baru setelah itu akan mengalami penurunan.
Suhu tubuh akan turun sama seperti suhu sekeliling.

4. Pembusukan (decompensatio)
Saat kematian, masih terdapat proses pertahanan tubuh. Suatu saat, bakteri dalam usus
akan berkembang biak (golongan clostridia). Pembusukan awal akan tampak sebagai
bercak kehijauan pada perut kanan bawah, kurang lebih 18 jam postmortal dan makin
menjalar serta timbul perubahan pada kulit.
5. Lilin mayat (adipocare)

Adipocere adalah suatu keadaan dimana tubuh mayat mengalami mhidrolisis dan
hidrogenisasi pada jaringan lemaknya, dan hidrolisis ini dimungkinkan oleh karena

5
Makalah PBL Blok 30 Ilmu Kedokteran Forensik

terbentuknya lesitinase, suatu enzim yang dihasilkan oleh Klostridium welchii, yang
berpengaruh terhadap jaringan lemak.

6. Mummifikasi

Mummifikasi dapat terjadi bila keadaan lingkungan menyebabkan pengeringan


dengan cepat sehingga dapat menghentikan proses pembusukan. Jaringan akan menjadi
gelap, keras dan kering. Pengeringan akan mengakibatkan menyusutnya alat-alat dalam
tubuh, sehingga tubuh akan menjadi lebih kecil dan ringan. Untuk dapat terjadi
mummifikasi dibutuhkan waktu yang cukup lama, beberapa minggu sampai beberapa
bulan; yang dipengaruhi oleh keadaan suhu lingkungan dan sifat aliran udara.

Traumatologi2,4
Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan
berbagai tindak kekerasan. Berdasarkan kasus korban mempunyai tanda-tanda kekerasan oleh
benda tajam. Cedera/kematian akibat trauma dapat berupa kekerasan tajam, kekerasan tumpul,
tersetrum listrik, panas dan dingin, perubahan tekanan lingkungan, akselerasi, dan kimiawi. Ada
tiga hal yang ciri khas/ hasil dari trauma yaitu adanya luka, perdarahan dan atau skar dan
hambatan dalam fungsi organ. Pemeriksaan terhadap luka :
 Penyebab luka
o Gambaran luka seringkali dapat memberi petunjuk mengenai bentuk benda
yangmengenai tubuh, misalnya luka yang disebabkan oleh benda tumpul
berbentuk bulat panjang akan meninggalkan negative imprint oleh timbulnya
marginal haemorrhage.
o Luka lecet tekan memberikan gambaran bentuk benda penyebab luka.
 Arah kekerasan
o Pada luka lecet geser dan luka robek, arah kekerasan dapat ditentukan. Hal
inisangat membantu dalam melakukan rekonstruksi terjadinya perkara.
 Cara terjadinya luka –luka akibat kecelakaan biasanya terdapat pada bagian tubuh yang
terbuka.

6
Makalah PBL Blok 30 Ilmu Kedokteran Forensik

o Bagian tubuh yang biasanya terlindung jarang mendapat luka pada suatu
kecelakaan. Daerah terlindung ini misalnya daerah ketiak, sisi depan leher, lipat
siku, dan lain-lain.
o Luka akibat pembunuhan dapat ditemukan tersebar pada seluruh bagian tubuh.
o Pada korban pembunuhan yang sempat mengadakan perlawanan, dapat
ditemukan luka tangkis yang biasanya terdapat pada daerah ekstensor
lengan bawah atau telapak tangan.
o Pada korban bunuh diri, luka biasanya menunjukkan sifat luka percobaan(tentativ
e wounds) yang mengelompok dan berjalan kurang lebih sejajar.
 Hubungan antara luka yang ditemukan dengan sebab mati
o Harus dapat dibuktikan bahwa terjadinya kematian semata-mata disebabkan oleh
kekerasan yang menyebabkan luka
o Harus dapat dibuktikan bahwa luka yang ditemukan adalah benar-benar luka
yang terjadi semasa korban masih hidup (luka intravital)
o Perhatikan tanda intravitalitas luka berupa reaksi jaringan terhadap luka
o Tanda intravitalitas : ditemukannya resapan darah, proses penyembuhan luka,sebukan
sel radang, pemeriksaan histo-enzimatik, pemeriksaan kadar histamin bebas dan
serotonin jaringan

Kematian akibat pembunuhan menggunakan kekerasan :


 Dapat dilakukan dengan benda tumpul, benda tajam, maupun senjata api
 Pembunuhan dengan kekerasan tumpul, luka dapat terdiri dari luka memar, luka lecet
maupun luka robek. Perhatikan adanya luka tangkis yang terdapat pada daerah ekstensor
lengan bawah
 Pembunuhan dengan kekerasan tajam, perhatikan bentuk luka, tepi luka, sudut luka,
keadaan sekitar luka serta lokasi luka. Cari kemungkinan terdapatnya lukatangkis di
daerah ekstensor lengan bawah serta telapak tangan
 Luka biasanya terdapat beberapa buah, distribusi tidak teratur
 Pembunuhan dengan senjata api, penembakan dapat dilakukan dari berbagai jarak dan
luka yang ditemukan dapat merupakan luka tembak masuk jarak dekat,sangat dekat atau
jarak jauh dan jarang luka tembak temple.

7
Makalah PBL Blok 30 Ilmu Kedokteran Forensik

Pemeriksaan organ/ alat dalam4

Pemeriksaan organ/alat dalam meliputi

 Lidah
 Tonsil
 Kelenjar gondok
 Kerongkongan (esophagus)
 Batang tenggorok (trakea)
 Tulang lidah (os. Hyoid), rawan gondok kartilago thyroidea) dan rawan cincin (cartilage
krikoidea)
 Arteria carotis interna
 Kelenjar kacangan (tymus)
 Paru-paru
 Jantung
 Aorta thoracalis
 Aorta abdominalis

 Anak ginjal (glandula suprarenalis). Ginjal, ureter, dan kandung kencing

 Hati dan kandung empedu


 Limpa dan kelenjar getah bening
 Lambung, usus halus dan usus besar

 Kelenjar liur perut (pancreas)

 Otak besar, otak kecil, dan batang otak

 Alat kelamin dalam (genitalia interna)

 Timbang dan catat berat masing-masing alat/organ

8
Makalah PBL Blok 30 Ilmu Kedokteran Forensik

Luka Akibat Kekerasan Benda Tumpul1

Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini adalah benda
yang memiliki permukaan tumpul. Luka yang terjadi dapat berupa memar (kontusio, hematom),
luka lecet (ekskoriasi, abrasi) dan luka terbuka/robek (vulnus laseratum).

Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit/kutis akibat pecahnya kapiler
dan vena, yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul. Luka memar kadangkala memberi
petunjuk tentang bentuk benda penyebabnya, misalnya jejas ban yang sebenarnya adalah suatu
perdarahan tepi (marginal haemorrage).

Letak, bentuk dan luas luka memar dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti besarnya
kekerasan, jenis benda penyebab (karet, kayu, besi), kondisi dan jenis jaringan (jaringan ikat
longgar, jaringan lemak), usia, jenis kelamin, corak dan warna kulit, kerapuhan pembuluh darah,
penyakit (hipertensi, penyakit kardiovaskular, diatesis hemoragik).

Pada bayi, hematom cenderung lebih mudah terjadi karena sifat kulit yang longgar dan
masih tipisnya jaringan lemak subkutan, demikian pula pada usia lanjut sehubungan dengan
menipisnya jaringan lemak subkutan dan pembuluh darah yang kurang terlindung.

Akibat gravitasi, lokasi hematom mungkin terletak jauh dari letak benturan, misalnya
kekerasan benda tumpul pada dahi menimbulkan hematom palpebra atau kekerasan benda
tumpul pada paha dengan patah tulang paha menimbulkan hematom pada sisi luar tungkai
bawah.

Umur luka memar secara kasar dapat diperkirakan melalui perubahan warnyanya. Pada
saat timbul, memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi ungu atau hitam, setelah 4-5
hari akan berwarna hijau yang kemudian akan berubah menjadi kuning dalam 7-10 hari, dan
akhirnya menghilang dalam 14-15 hari.

Gantung (Hanging) 5,6

Kasus gantung hampir sama dengan penjeratan. Perbedaannya terdapat pada asal tenaga
yang dibutuhkan untuk memperkecil lingkaran jerat..

9
Makalah PBL Blok 30 Ilmu Kedokteran Forensik

Pada penjeratan, tenaga tersebut datang dari luar, sedangkan pada kasus gantung, tenaga
tersebut berasal dari berat badan korban sendiri, meskipun tidak perlu seluruh berat badan
digunakan.

Mekanisme kematian pada kasus gantung :

1. Kerusakan pada batang otak dan medulla spinalis. Hal ini terjadi akibat dislokasi atau
fraktur vertebra ruas leher, misalnya pada judicial hanging (hukum gantung).
Terhukum dijatuhkan dari ketinggian 2 m secara mendadak dengan "menghilangkan"
tempat berpijaknya sehingga mengakibatkan terpisahnya C2-C3 atau C3-C4, yang juga
terjadi akibat terdorong oleh simpul besar yang terletak pada sisi leher. Medula spinalis
bagian atas akan tertarik/teregang atau terputas dan menekan medula oblongata. Kadang-
kadang medula oblongata pada batas pons terputas sehingga menyebabkan hilang
kesadaran, sedangkan denyut jantung dan pernapasan masih berlangsung sampai 10-15
menit.
2. Pada autopsi sering ditemukan adanya faring yang terluka dan biasanya tidak ada
pembendungan, sedangkan arteri carotis terputar sebagian atau seluruhnya.
3. Asfiksia akibat terhambatnya aliran udara pernapasan.
4. Iskemia otak akibat terhambatnya aliran arteri-arteri leher.
5. Refleks vagal.

Kasus gantung biasanya merupakan kasus bunuh diri (gantung diri) meskipun kasus
pembunuhan kadang-kadang dilaporkan yaitu untuk menunjukkan kesan seolah-olah si korban
bunuh diri dengan maksud untuk menghilangkan jejak pembunuhan.

Diketahui terdapat beberapa jenis gantung diri:

 Typical hanging, terjadi bila titik gantung terletak di atas darah oksiput dan tekanan pada
arteri carotis paling besar.
 Atypical hanging, bila titik penggantungan terdapat di samping, sehingga leher dalam
posisi sangat miring (fleksi lateral) yang akan mengakibatkan hambatan pada arteri carotis
dan arteri vertebralis. Saat arteri terhambat, korban segera tidak sadar.
 Kasus dengan letak titik gantung di depan atau dagu.

10
Makalah PBL Blok 30 Ilmu Kedokteran Forensik

Hasil Dan Interpretasi Berdasarkan Skenario

Pada Tubuh Korban

• Pada wajah mayat terdapat pembengkakan dan memar sehingga diperkirakan karena
kekerasan benda tumpul tetapi tidak diketahui warna luka memar.

• Pada punggung terdapat beberapa memar berbentuk 2 garis sejajar (railway hematom)
sehingga diperkirakan karena kekerasan benda tumpul tetapi tidak diketahui warna luka
memar.

• Di daerah paha di sekitar kemaluannya terdapat beberapa luka bakar berbentuk bundar
berukuran diameter kira-kira 1 cm, suspek tanda kekerasan berupa luka bakar yang
diakibatkan karena kontak kulit dengan benda bersuhu tinggi dengan bentuk bundar
berdiameter kira-kira 1 cm.

• Di ujung penisnya terdapat luka bakar yang sesuai dengan jejas listrik akibat trauma
listrik.

• Jejas jerat yang melingkari leher dengan simpul di daerah kiri belakang yang membentuk
sudut ke atas akibat kasus gantung

• Tidak terdapat resapan darah di kulit leher tetapi sedikit resapan darah di otot leher sisi
kiri akibat kasus gantung.

• Patah ujung rawan gondok sisi kiri, tidak selalu terjadi pada kasus gantung tetapi
mungkin terjadi pada kasus gantung.

• Sedikit busa halus di dalam saluran napas akibat asfiksia.

• Sedikit bintik-bintik perdarahan di permukaan kedua paru dan jantung asfiksia.

Pemeriksaan bedah jenazah

• Resapan darah yang luas di kulit kepala

• Perdarahan yang tipis di bawah selaput keras otak

11
Makalah PBL Blok 30 Ilmu Kedokteran Forensik

• Sembab otak besar

Kesimpulan

Mayat laki-laki meninggal dikarenakan asfikisia. Namun saat pemeriksaan ditemukan


ditemukan pembengkakan dan memar pada wajah, beberapa memar berbentuk dua garis sejajar
(railway hematome) pada punggung akibat kekerasan benda tumpul. Sehingga sebab mati orang
ini adalah kekerasan benda tumpul yang menyebabkan subdural hematom sehingga otak akan
mengalami edema dan menekan pusat pernapasan diotak sehingga korban meninggal.
Demikianlah saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasarkan keilmuan saya yang sebaik-
baiknya mengingat sumpah sesuai dengan KUHAP.

Daftar Pustaka

1. Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. Ed ke-1. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 1994. h.1-38.
2. Sitanggang S, Adam H, Priharto K, Arnold, Ruchika, et al. Emergency medicine II.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Ukrida; 2017
3. Safitry O. Kompilasi Peraturan Perundang-undangan terkait Praktik Kedokteran. Jakarta:
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UI; 2014.h.24-7,14-21.
4. Abdul Mun’im Idries. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi ke-1 .Binarupa
Aksara. Hal. 54-77
5. Saukko, P; Knight, B . 2004. The Pathophysiology of Death in Knight’s Forensic
Pathology. 3th edition. Hodder Arnold. Page 52-90
6. Shepherd, R. 2003. Changes After Death in Simpson’s Forensic Medicine. 12th edition.
Arnold. Page 37-48

12

Anda mungkin juga menyukai