Anda di halaman 1dari 2

Tidak semua di antara sekian banyak gen pada genom E.

coli diaktifkan pada saat yang


bersamaan karena keadaan semacam ini justru akan menguras energy selular yang akan
memperlambat laju pertumbuhan sel. Oleh karena itu, dalam system molecular jasad ini ada
banyak sistem pengendalian ekspresi genetik yang menentukan kapan gen tertentu
diaktifkan dan diekspresikan untuk menghasilkan suatu produk ekspresi. Sebagai contoh,
jika dalam medium pertumbuhan E. coli terdapat gula sederhana, misalnya glukosa
(monosakarida), maka sel tidak perlu menjalankan sistem ekspresi gen-gen yang
bertanggung jawab untuk metabolisme gula yang lebih kompleks, missal laktosa
(disakarida). Gen-gen yang bertanggung jawab dalam metabolisme laktosa baru akan
diaktifkan setelah malalui suatu sirkuit regulasi tertentu.

Bagaimana sel E. coli mengetahui konsentrasi glukosa ini, dan bagaimana informasi
ini disampaikan ke genom? Sekali lagi, mekanisme tersebut mengandalkan interaksi
antara protein pengatur alosterik dengan suatu molekul organic yang berukuran
kecil. Molekul kecil itu adalah AMP siklik (cAMP), yang berakumulasi bila glukosa
tidak ada. Protein pengaturnya adalah protein repressor cAMP (cAMP receptor
protein atau CRP), dan protein ini merupakan activator transkripsi. Ketika cAMP
mengikatkan diri ke lokasi alosterik pada CRP, protein akan berubah ke bentuk
aktifnya, dan dapat mengikatkan diri pada suatu tempat tertentu di sebelah
promoter lac. Penempelan CRP pada DNA ini membuat RNA polymerase lebih
mudah mengikatkan diri pada promoter di dekatnya dan memulai proses
transkripsi operon. Karena CRP merupakan protein pengatur yang langsung
menstimulasi ekspresi gen, mekanisme ini dapat disebut sebagai pengaturan positif.

Jika jumlah dari glukosa di dalam sel meningkat, konsentrasi cAMP menurun, dan
CRP akan lepas dari operon lac. Oleh karena itu, operon lac berada di bawah control
ganda; control negative oleh repressor lac dan kontrol positif oleh CRP. Kondisi
repressor lac (dengan atau tanpa alolaktosa) menentukan terjadi atau tidaknya
transkripsi dari gen-gen operon lac, kondisi CRP (dengan atau tanpa cAMP)
mengontrol laju transkripsi jika operonnya bebas dari repressor. Yang tampak
adalah operon seakan-akan memiliki saklar on-off dan kontrol volume kedua-duanya
sekaligus.
Jadi secara umum dapat dijelaskan bahwa pengikatan CAP-cAMP pada promoter
menyebabkan RNA polimerase dapat terikat pada promoter membentuk kompleks
promoter tertutup (clossed promoter complex) yang selanjutnya akan menjadi
kompleks promoter terbuka yang siap melakukan transkripsi. Pengikatan RNA
polimerase pada promoter tersebut difasilitasi oleh CAP-cAMP melalui interaksi
protein-protein, pembengkokan DNA, atau keduanya.

Anda mungkin juga menyukai