Sken 1 Makalah Unyun
Sken 1 Makalah Unyun
Kasus
2
b. Pasal 184 KUHAP
Alat bukti yang sah adalah (1) keterangan saksi, (2) keterangan ahli, (3) surat, (4)
pertunjuk, dan (5) keterangan terdakwa. Sedangkan hal yang secara umum sudah
diketahui tidak perlu dibuktikan.
c. Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.
d. Pasal 180 KUHAP
Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di
sidang pengadilan, Hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat
pula minta agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.
Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum
terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Hakim
memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.
Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang
sebagaimana tersebut pada ayat (2).
Penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan oleh
instansi semula dengan komposisi personil yang berbeda dan instansi lain yang
mempunyai wewenang untuk itu.
3
dapat ditambah sepertiga.1
b. Pasal 222 KUHP
Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
c. Pasal 224 KUHP
Barang siapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli
atau jurubahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut
undang-undang ia harus melakukannnya:
i. Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9
bulan
ii. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6
bulan.
d. Pasal 522 KUHP
Barang siapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau
jurubahasa, tidak datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda
paling banyak sembilan ratus rupiah.
Aspek Hukum
4
lama dua puluh lima tahun.
4. Pasal 351 KUHP
Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulan atau pidana denda paling banyak 4500 rupiah.
Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun.
Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.
Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
5. Pasal 354 KUHP
Barang siapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena
melakukan penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan
tahun.
Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara
paling lama sepuluh tahun.2
Pemeriksaan Tanatologi
Ilmu yang mempelajari tentang kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian
serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut adalah tanatologi.
Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos
ilmu. Tanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran Forensik yang mempelajari kematian
dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan
tersebut. Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati somatis (mati
klinis), mati suri, mati seluler, mati serebral dan mati otak (mati batang otak)3.
5
Terhentinya ketiga sistim kehidupan di atas yang ditentukan dengan alat kedokteran
sederhana. Dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat dibuktikan bahwa ketiga
sistem tersebut masih berfungsi. Mati suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat
tidur, tersengat aliran listrik dan tenggelam3.
3. Mati seluler (mati molekuler)
Kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian
somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda, sehingga
terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan. Pengetahuan
ini penting dalam transplantasi organ3.
4. Mati serebral
Kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang otak dan serebelum,
sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem pernapasan dan kardiovaskular masih
berfungsi dengan bantuan alat3.
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa
tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat
timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jantung dan
peredaran darah berhenti, pernapasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea mata hilang,
kulit pucat dan relaksasi otot. Setelah beberapa waktu timbul perubahan pascamati yang jelas
yang memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti.
6
B. Lebam mayat (livor mortis)
C. Kaku mayat (rigor mortis)
7
Setelah seseorang meninggal, mayatnya menjadi suatu benda mati sehingga
darah akan berkumpul sesuai dengan hukum gravitasi. Lebam mayat pada awalnya
berupa barcak. Dalam waktu sekitar 6 jam, bercak ini semakin meluas yang pada
akhirnya akan membuat warna kulit menjadi gelap.
Pembekuan darah terjadi dalam waktu 6-10 jam setelah kematian. Lebam
mayat ini bisa berubah baik ukuran maupun letaknya tergantung dari perubahan posisi
mayat. Karena itu penting sekali untuk memastikan bahwa mayat belum disentuh oleh
orang lain. Posisi mayat ini juga penting untuk menentukan apakah kematian
disebabkan karena pembunuhan atau bunuh diri3,4.
Ada 5 warna lebam mayat yang dapat kita gunakan untuk memperkirakan
penyebab kematian :
• Merah kebiruan merupakan warna normal lebam
• Merah terang menandakan keracunan CO, keracunan CN atau suhu dingin
• Merah gelap menunjukkan asfiksia
• Biru menunjukkan keracunan nitrit
• Coklat menandakan keracunan aniline
8
Keadaan ini berlangsung selama 24 - 48 jam pada musim dingin dan 18 - 36
jam pada musim panas.
Penyebabnya adalah otot tetap dalam keadaan hidrasi oleh karena adanya
ATP. Jika tidak ada oksigen, maka ATP akan terurai dan akhirnya habis, sehingga
menyebabkan penumpukan asam laktat dan penggabungan aktinomiosin (protein
otot).
3. Periode Relaksasi Sekunder
Otot menjadi relak (lemas) dan mudah digerakkan. Hal ini terjadi karena
pemecahan protein, dan tidak mengalami reaksi secara fisik maupun kimia. Proses
pembusukan juga mulai terjadi. Pada beberapa kasus, kaku mayat sangat cepat
berlangsung sehingga sulit membedakan antara relaksasi primer dengan relaksasi
sekunder3,4.
D. Proses Pembusukan
9
Perubahan warna. Perubahan ini pertama kali tampat pada fossa iliaka kanan
dan kiri berupa warna hijau kekuningan, disebabkan oleh perubahan hemoglobin
menjadi sulfmethemoglobin.
Perubahan warna ini juga tampak pada seluruh abdomen, bagian depan
genitalia eksterna, dada, wajah dan leher. Dengan semakin berlalunya waktu maka
warnanya menjadi semakin ungu.
Jangka waktu mulai terjadinya perubahan warna ini adalah 6-12 jam pada
musim panas dan 1-3 hari pada musin dingin. Perubahan warna tersebut juga diikuti
dengan pembengkakan mayat. Otot sfingter mengalami relaksasi sehingga urin dan
faeses keluar. Lidah juga terjulur. Bibir menebal, mulut membuka dan busa
kemerahan bisa terlihat keluar dari rongga mulut. Mayat berbau tidak enak
disebabkan oleh adanya gas pembusukan. Gas ini bisa terkumpul pada suatu rongga
sehingga mayat menjadi tidak mirip dengan korban sewaktu masih hidup. Gas ini
selanjutnya juga bisa membentuk lepuhan kulit.3
Pemeriksaan Traumatologi
Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta
hubungannya dengan berbagai kekerasan, sedangkan yang dimaksud dengan luka adalah
terjadinya diskontinuitas jaringan tubuh akibat kekerasan.5 Berdasarkan sifat serta
penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat:
Luka karena kekerasan mekanik seperti benda tajam, tumpul dan senjata api
Luka karena kekerasan fisik seperti luka karena arus listrik, petir, suhu tinggi dan juga
rendah, perubahan tekanan udara, akustik dan radiasi.
Luka karena kekerasan kimiawi seperti cairan asam dan basa.
Luka akibat benda tumpul terjadi akibat benda yang memiliki permukaan tumpul dan
keras. Faktor-faktor yang bisa mempengaruhi keparahan benturan adalah seperti usia,
besarnya kekuatan kekerasan, kondisi benda penyebab (karet, kayu, besi, benda yang datar),
kondisi dan jenis jaringan (jaringan ikat longgar, jaringan lemak) dan luas permukaan objek
yang terkena. Pada bayi, hematom cenderung lebih mudah terjadi karena sifat kulit yang
longgar dan masih tipisnya jaringan lemak subkutan, demikian pula halnya dengan orang
10
dengan usia lanjut yang memiliki lapisan lemak subkutan yang menipis dan pembuluh darah
yang kurang terlindung. Luka yang dapat terjadi akibat kekerasan benda tumpul bisa seperti
memar (kontusio, hematom injury), luka lecet (ekskoriasi, abrasi), luka robek atau koyak
(vulnus laseratum) dan juga fraktur sistem rangka.5,6
a. Luka memar
Merupakan perdarahan di daerah jaringan lunak bawah kulit yang muncul karena
ruptur pembuluh darah baik kapiler maupun vena yang diakibatkan oleh benturan dengan
benda tumpul seperti pukulan dengan tangan, jatuh pada permukaan yang datar, cedera akibat
senjata tumpul, dan lain-lain. Pada jenis luka ini, terjadi ektravasasi pembuluh darah dan
mengakibatkan darah merembes ke jaringan di sekitarnya. Permukaan kulit utuh dan biasanya
terjadi kerusakan pada jaringan di bawah kulit. Luka memar kadangkala memberikan
gambaran bentuk benda penyebabnya, misalnya jejas beban yang sebenarnya adalah suatu
perdarahan tepi (marginal haemorrhage).5
Memar pada suatu tempat tidak selalu mengindikasikan lokasi terjadinya trauma
karena perdarahan akan mengalir ke jaringan yang lebih longgar dan dipengaruhi oleh gaya
gravitasi. Misalnya, kekerasan benda tumpul pada dahi menimbulkan hematom palpebral.
Memar yang dalam mungkin tidak bisa terlihat melalui pemeriksaan luar sehingga kadang
dibutuhkan insisi jaringan lunak untuk memastikan ada tidaknya memar. Memar juga sulit
dinilai pada orang berkulit hitam. Kontusio tidak hanya terjadi di kulit namun juga dapat
terjadi pada organ dalam seperti paru-paru, jantung, otak, dan otot. Bahkan kadang memar
tidak bisa terlihat kecuali beberapa jam setelah korban meninggal. Memar pada kulit kepala
sering tidak terlihat kecuali jika ada pembengkakan.5
Umur luka memar secara kasar dapat diperkirakan melalui perubahan warnanya. Pada
saat timbul, memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi ungu atau hitam, setelah
sampai 4-5 hari akan berwarna hijau yang kemudian akan berubah menjadi kuning dalam 7-
10 hari, dan akhirnya menghilang dalam 14-15 hari. Perubahan tersebut berlangsung mulai
dari tepi dan waktunya dapat bervariasi tergantung tingkat keparahan, kedalaman jejas, warna
kulit, dan berbagai faktor lainnya. Sehingga tidak ada standar baku untuk menentukan waktu
perlukaan berdasarkan perubahan warna. Hematom ante-mortem yang timbul beberapa saat
sebelum kematian biasanya akan menunjukkan pembengkakkan dan infiltrasi darah dalam
jaringan sehingga dapat dibedakan dari lebam mayat dengan cara melakukan penyayatan
kulit. Pada lebam mayat (hipostasis pascamati) darah akan mengalir keluar dari pembuluh
darah yang tersayat dan sehingga bila dialiri air, penampang sayatan akan tampak bersih,
11
sedangkan pada hematom penampang sayatan akan tetap berwarna merah kehitaman.3,5
Tetapi, harus diingat bahwa pada pembusukan juga terjadi ekstravasasi darah yang dapat
mengacaukan pemeriksaan ini.5
12
lecet geser yang terjadi semasa hidup mungkin sulit dibedakan dari luka lecet
geser yang terjadi segera pasca mati.
c. Luka robek
Merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul, yang menyebabkan kulit
teregang ke satu arah dan bila batas elastisitas kulit terlampaui, maka akan terjadi
robekan pada kulit.7 Luka ini mempunyai ciri:
Bentuk luka yang umumnya tidak beraturan
Tepi atau dinding tidak rata
Tampak jembatan jaringan antara kedua tepi luka
Bentuk dasar luka tidak beraturan
Sering tampak luka lecet atau luka memar di sekitar luka.
13
Kekerasan oleh benda bersuhu tinggi akan dapat menimbulkan luka bakar yang
cirinya amat tergantung dari jenis bendanya, ketinggian suhu serta lamanya kontak dengan
kulit. Api, benda padat panas atau membara dapat mengakibatkan luka bakar derajat 1, 2A,
2B, dan 3. Zat cair panas dapat mengakibatkan luka bakar tingkat1, 2A dan 2B. Gas panas
dapat mengakibatkan luka bakar tingkat 1, 2A, 2B atau 3. Luka bakar adalah kerusakan
jaringan permukaan tubuh disebabkan oleh panas pada suhu tinggi yang menimbulkan reaksi
pada seluruh sistem metabolisme. 5,7
1. Berdasarkan penyebab
Luka bakar karena api
Luka bakar karena air panas
Luka bakar karena bahan kimia
Luka bakar karena listrik
Luka bakar karena radiasi
Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar
Luka bakar derajat I
Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis, tampak merah dan kering seperti
luka bakar matahari, tidak dijumpai bullae, nyeri karena ujung-ujung saraf
sensorik teriritasi, penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari.
Luka bakar derajat II dangkal
Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis. Organ-organ kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh dan
penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
Luka bakar derajat II dalam (deep)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis. Organ-organ kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar
masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa
biasanya penyembuhan terjadi lebih dari sebulan.
Luka bakar derajat III
14
Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea mengalami kerusakan namun tidak dijumpai bulae. Kulit yang
terbakar berwarna putih hingga merah, coklat atau hitam dan bisa terjadi
koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
Luka bakar derajat ini biasanya tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang
sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami
kerusakan/kematian. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses
epitelisasi spontan dari dasar luka.
Interpretasi Temuan
Pembengkakan dan memar pada wajah, marginal hemorrage pada punggung, resapan
darah pada kulit kepala, perdarahan di bawah selaput lunak otak serta patahnya rawan gondok
menunjukkan bahwa adanya kekerasa tumpul pada bagian-bagian tubuh yang disebutkan.
Luka bakar pada paha sekitar kemaluan dan jejas listrik pada penis mengindikasikan adanya
kekerasan tumpul, uhu dan listrik pada tubuh mayat.
Tidak ditemukannya resapan darah pada kulit leher bagian dalam dan otot-otot leher
menunjukkan bahwa saat korban hidup tidak ada kekerasan yang ditemukan pada kasus
gantung. Busa halus pada saluran nafas, bintik perdarahan pada permukaan paru dan jantung
serta sembab otak disebabkan oleh peran asfiksia sebagai mekanisme kematian, namun tidak
disebabkan oleh jejas jerat atau gantung pada leher.
Resapan darah yang luas di daerah kepala : bisa di karenakan cedera kepala oleh
benda tumpul.
Wajah mayat terdapat bengkak dan memar (hematom) : suatu perdarahan dalam
jaringan bawah kulit/kutis akibat pecahnya kapiler dan vena, yang disebabkan oleh
kekerasan benda tumpul.
Jejas jerat yang melingkari leher dengan simpul di daerah kiri belakang yang
membentuk sudut ke atas : penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang kain
dan sebagainya yg dapat melingkari leher yang bisa menyababkan kematian akibat
asfiksia atau refleks vagal. Beda dengan gantung diri, semua arteri leher mngkn
tertekan. Sedangkan pada kasus jerat arteri vertebralis tetap paten. Sedangkan
simpul bisa di karenakan di gantung oleh pelaku penjeratan terhadap korban.
Patah ujung rawan gondok : bisa dikarena penjeratan atau karena simpul
15
Punggung terdapat memar berbentuk dua garis sejajar (railway hematome) : bisa
menggambarkan benda yang di pakai untuk memukul seperti kayu, gagang rotan
dan gagang sapu.
Daerah paha di sekitar kemaluannya terdapat beberapa luka bakarberbentuk bundar
berukuran diameter 1 cm : bisa dikarenakan luka sundutan rokok
Di ujung penisnya terdapat luka bakar yang sesuai jejas listrik : gambaran
makroskopis jejas listrik pada daerah kontak berupa kerusakan lapisan tanduk kulit
sebagai luka bakar dengan tepi yang menonjol, disekitarnya terdapat daerah yang
pucatdikelilingi oleh kulit yang hiperemi. Bentuknya sering sesuai dengan benda
penyebab.
Busa halus di dalam saluran napas dan bintik perdarahan di ke dua paru dan jantung
: merupakan tanda-tanda terjadinya asfiksia yang kemungkinan disebabkan oleh
karena penjeratan. Busa halus timbul akibat peningkatana akitivitas pernapasan
pada fase dispnea yang di sertai sekresi selaput lendir saluran napas bagian atas.
Keluar masuknya udara yang cepat dalam saluran sempit akan menimbulkan busa
yang kadang-kadang bercampur darah akibat pecahnya kapiler.
Sebab kematian adalah segala sesuatu yang menjadi penyebab atau yang
menyebabkan kematian seseorang dengan cara merubah fisiologi tubuh. Contoh: Luka tusuk
di dada, luka tembak di perut, dsb. Mekanisme kematian adalah bagaimana penyebab
kematian itu menghasilkan perubahan fungsi fisiologis dari tubuh. Lebih menitik beratkan
pada bagaimana cara kerja biologis, fisiologis dan patofisiologis ilmiah kok bisa
menyebabkan kematian. Contoh: Perdarahan, multiorgan failure, dsb. Cara kematian adalah
bagaimana cara seseorang itu memperoleh sebab kematian. Cara kematian ini lebih menitik
beratkan pada cara mekanis maupun nonmekanis secara nonbiologis dan non fisiologis.
Contoh: Mati alamiah, mati kecelakaan, dsb.
Kematian sendiri memiliki berbagai definisi, antara lain mati somatis, mati seluler,
mati suri, mati serebral, dan mati otak. Mati somatis dinyatakan ketika ketiga sistem
penunjang kehidupan, yaitu sistem kardiovaskuler, sistem respirasi, dan sistem susunan saraf
pusat telah berhenti secara menetap. Mati seluler adalah ketika terjadi kematian jaringan
tubuh beberapa saat setelah terjadi mati somatik. Mati suri atau suspended animation atau
apparent death adalah terhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan yang kemudian
16
kembali disangkal oleh alat kedokteran yang lebih canggih. Mati serebral adalah kerusakan
kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang otak dan serebelum, namun sistem
kardiovaskuler dan sistem respirasi masih berfungsi dengan bantuan alat. Mati otak atau mati
batang otak adalah keadaan dimana terjadi kerusakan seluruh neuron intrakranial yang
ireversibel.
Pada skenario ini, sebab kematian adalah kekerasan tumpul yang menginisiasi adanya
edema cerebral yang menyebabkan gangguan pernapasan. Gangguan pernapasan ini
menyebabkan terjadinya asfiksia dan kerusakan dari organ dalam serta otak, sehingga
menimbulkan perdarahan kecil di seluruh organ tubuh yang mengalami asfiksia. Asfiksia
menjadi mekanisme kematian dari korban tersebut.
Visum et Repertum
Visum et repertum adalah keterangan yang dibuat dokter atas permintaan penyidik
yang berwewenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup maupun mati
ataupun bagian/diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuan dan di bawah sumpah
untuk kepentingan peradilan.
17
yang sah di peradilan. Bagian kedua merupakan bagian identitas, yang memuat seluruh
identitas yang dibutuhkan antara lain identitas korban, identitas pemeriksa, identitas penyidik,
identitas TKP, identitas waktu dan tempat pemeriksaan, dsb. Bagian ketiga berisi tentang
hasil pemeriksaan yang melaporkan segala hal yang ditemukan pada pemeriksaan yang
bersifat objektif. Bagian keempat memuat pendapat dan interpretasi dari pemeriksa yang
bersifat subjektif dan ilmiah. Bagian kelima memuat bagian penutup yang terdiri dari
landasan hukum, sumpah jabatan, dan tanda tangan.
18
Berdasarkan pada Permenkes no. 749A tahun 1989 tentang rekam medis, visum et repertum
wajib disimpan minimal selama 10 tahun sejak tanggal disahkannya, sedangkan menurut
sistem arsip nasional visum et repertum wajib disimpan selama 30 tahun sejak tanggal
disahkannya. Visum et repertum dapat dibuat oleh dokter spesialis forensik, dokter spesialis
lainnya, dan dokter umum.
Definisi Klaim
Klaim adalah tuntutan yang diajukan Pemegang Polis atau Ahli Waris terhadap
pelayanan atau janji yang diberikan penanggung pada saat kontrak asuransi jiwa
dibuat.Ketika klaim muncul, penanggung harus melaksanakan kewajibannya sebagaimana
yang tertera dalam polis yaitu, membayar klaim, setelah merasa puas bahwa seluruh syarat
dan ketentuan untuk penyelesaian klaim telah dilengkapi.8
1. Tata Cara Pengajuan Klaim
Secara Umum
Klaim adalah suatu tuntutan atas suatu hak, yang timbul karena persyaratan dalam
perjanjian yang ditentukan sebelumnya telah dipenuhi.
Secara Khusus
Klaim Asuransi Jiwa adalah suatu tuntutan dari pihak Pemegang polis/ yang ditunjuk
kepada pihak Asuransi, atas sejumlah pembayaran Uang Pertanggungan (UP) atau
Nilai Tunai yang timbul karena syarat-syarat dalam perjanjian asuransinya telah
dipenuhi.
2. Penyebab Terjadinya Klaim
a. Tertanggung meninggal dunia
b. Pemegang polis menghentikan pembayaran preminya dan memutuskan perjanjian
asuransinya pada saat polisnya sudah mempunyai nilai tunai.
c. Perjanjian asuransi sudah berakhir sesuai dengan jangka waktu yang tercantum
dalam polis dan kewajiban pemegang polis telah terpenuhi atau polis dalam
keadaan lapse tetapi telah mempunyai nilai tunai (habis kontrak bebas premi)
d. Tertanggung mendapat kecelakaan
e. Tertanggung karena suatu penyakit perlu diopname atau rawat jalan.
3. Jenis Klaim
Klaim Meninggal Dunia
19
Timbul jika tertanggung atau peserta yang tercantum dalam polis meninggal dunia,
sedang polisnya dalam keadaan berlaku (inforce).
Klaim Penebusan
Timbul jika polis sudah mempunyai nilai tunai, sedang pemegang polis memutuskan
perjanjian asuransinya.
Klaim Habis Kontrak
Timbul jika jangka waktu perjanjian asuransi sudah berakhir, sedang polisnya dalam
keadaan inforce (premi telah dibayar sampai jangka waktu kontrak).
Klaim Kecelakaan
Timbul akibat peserta mendapatkan kecelakaan dan polisnya masih inforce.
Klaim (Asuransi Rawat Inap dan Pembedahan) + Rawat jalan
Timbul akibat peserta menderita suatu penyakit dan perlu diopname atau cukup hanya
dengan rawat jalan saja.
4. Pemberitahuan Klaim Kematian
Klaim kematian dapat dibayarkan hanya ketika tertanggung meninggal dalam jangka
waktu kontrak polis. Karena hak untuk melakukan klaim muncul hanya setelah kematian
tertanggung, kematiannya harus diberitahukan kepada penanggung oleh ahli waris yang
ditunjuk, keluarga atau atasannya didukung dengan data-data.
Nomor polis;
Nama;
Tanggal kematian
Penyebab kematian;
Hubungan dengan tertanggung
Keterangan kematian dari instansi yang terkait, misalnya KBRI, Rumah Sakit dan
Polisi
1. Polis asli atau duplikat jika polis asli hilang atau surat keterangan pengganti polis/
pengakuan hutang jika polis asli dijadikan sebagai jaminan pinjaman.
20
3. Surat keterangan kematian dari Lurah/ Kepala Desa yang dilegalisir oleh Camat, atau
Sertifikat Kematian.
4. Surat Keterangan dari Kepolisian atau pihak berwenang jika penerima manfaat meninggal
dunia karena kecelakaan.
6. Kuesioner klaim.
7. Surat keterangan kesehatan dari Dokter/ Rumah Sakit jika penerima manfaat meninggal
dunia ketika dalam perawatan oleh Dokter/Rumah Sakit.
9. Surat kuasa dari penerima pengalihan hak jika terdapat beberapa penerima pengalihan hak
dan untuk sementara terdapat hambatan.
10. Surat keputusan mengenai perwalian dari Pengadilan Negeri jika penerima pengalihan ha
usianya belum memenuhi syarat menurut hukum, sementara orang tuanya meninggal
dunia.
11. Surat keputusan mengenai ahli waris dari Pengadilan Negeri jika Pemegang Polis yang
ditunjuk untuk menerima manfaat telah meninggal dunia.8
Bahkan pada waktu tertentu, penanggung dapat mengambil inisiatif untuk memproses klaim
atas informasi yang diterima dari:
Berita Kematian
Agen Asuransi
21
RS UKRIDA
Telp: 021-12345678
PRO JUSTITIA
Visum et Repertum
Yang bertangan tangan dibawah ini, dr. …………., SpF menerangkan bahwa atas permintaan
tertulis dari Kepolisian Sektor Tanjung Duren pada tanggal 14 Desember tahun 2016 dengan
no surat 123/456/789 yang ditandatangani oleh Budi, AKP.NRP : 12345678, maka pada hari
Kamis tanggal 15 bulan Desember tahun 2016 mulai pukul satu lewat lima belas menit
Waktu Indonesia Bagian Barat di RSP UKRIDA, Jakarta Barat telah dilakukan pemeriksaan
menyeluruh terhadap:
Nama : Agus
Usia : 26 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan
Hasil Pemeriksaan
22
c. Di daerah paha di sekitar kemaluan mayat terdapat beberapa luka bakar
berbentuk bundar berukuran diameter kira-kira satu sentimeter
d. Di ujung penis mayat terdapat luka bakar yang sesuai dengan jejas listrik
e. Terdapat pula jejas jerat yang melingkari leher dengan simpul di daerah kiri
belakang yang membentuk sudut ke atas
f. Resapan darah yang luas di kulit kepala
g. Perdarahan yang tipis di bawah selaput keras otak
h. Sembab otak besar
i. Tidak terdapat resapan darah di kulit leher tetapi sedikit resapan darah di otot
leher sisi kiri dan patah ujung rawan gondok (os cricoid) sisi kiri
j. Sedikit busa halus di dalam saluran napas
k. Sedikit bintik-bintik perdarahan di permukaan kedua paru dan jantung
l. Tidak terdapat patah tulang.
Kesimpulan
Telah dilakukan pemeriksaan terhadap sesosok jenazah yang dikenal dengan nama Agus
berjenis kelamin laki-laki berusia 26 tahun. Lama kematian diperkirakan satu hari sebelum
pemeriksaan. Dari hasil pemeriksaan disimpulkan bahwa penyebab kematian adalah asfiksia
yang disebabkan oleh edema otak yang menyebabkan gangguan pernapasan.
Penutup
Demikian Visum et Repertum ini saya perbuat dengan sesungguhnya dan menggunakan
pengetahuan saya sebaik-baiknya berdasarkan sumpah dokter sesuai dengan lembaran negara
No. 350 tahun 1937 untuk dipergunakan bilamana perlu.
Dokter pemeriksa
NIP: 12345678
23
Daftar Pustaka
1. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetik dan hukum kedokteran pengantar bagi
mahasiswa kedokteran dan hukum. Pustaka Dwipar, Jakarta, 2007.
2. Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1994.
3. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama.Bagian Kedokteran Forensik FK Uni.
Indonesia. Jakarta:2001.
4. Tanda pasti kematian mayat..2002 (Online). [11 November 2011]. Available from
URL: http://medicine.uii.ac.id/upload/23-SAP-blok-medikolegal-kedokteran-uii.pdf
5. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Hal. 37-43
6. Achmad, Djumadi. 2010. Bahan Kuliah Forensik dan Medikolegal FK Unhas 2010
7. Di Maio, Vincent J, Dominick Di Maio. 2001. Forensic Pathology Second Edition.
CRC Press: New York p. 89-224.
8. Tata Cara Pengaduan Klaim. Di unduh dari
http://www.bumiputera.com/content.php?id=36. 15 Desember 2016
24