Anda di halaman 1dari 24

Korban Laki Mati Dalam Keadaan Bunuh Diri dan Ditinjak Lanjutin pada Kasus Forensik

Dewi Muna Safitri


102014086
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara no. 6, Jakarta Barat, 11470
Email : dewiunyunsafitry@gmail.com

Kasus

Sesosok mayat dikirimkan ke Bagian Kedokteran Forensik FKUI/RSCM oleh sebuah


Polsek di Jakarta. Ia adalah tersangka pelaku pemerkosaan terhadap seorang remaja putri
yang kebetulan anak dari seorang pejabat kepolisian. Berita yang dituliskan di dalam surat
permintaan visum et repertum adalah bahwa laki-laki ini mati karena gantung diri di dalam
sel tahanan Polsek.
Pemeriksaan yang dilakukan keesokan harinya menemukan bahwa pada wajah mayat
terdapat pembengkakan dan memar, pada punggungnya terdapat beberapa memar berbentuk
dua garis sejjar (railway hematome) dan di daerah paha di sekitar kemaluannya terdapat
beberapa luka bakar berbentuk bundar berukuran diameter kira-kira satu sentimeter. Di ujung
penisnya terdapat luka bakar yang sesuai dengan jejas listrik. Sementara itu terdapat pula
jejas jerat yang melingkari leher dengan simpul di daerah kiri belakang yang membentuk
sudut ke atas. Pemeriksaan bedah jenazah menemukan resapan darah yang luas di kulit
kepala, perdarahan yang tipis di bawah selaput keras otak, sembab otak besar, tidak terdapat
resapan darah di kulit leher tetapi sedikit resapan darah di otot leher sisi kiri dan patah ujung
rawan gondok (os cricoid) sisi kiri, sedikit busa halus di dalam saluran napas, dan sedikit
bintik-bintik perdarahan di permukaan kedua paru dan jantung. Tidak terdapat patah tulang.
Dokter mengambil beberapa contoh jaringan untuk pemeriksaan laboratorium.
Keluarga korban datang ke dokter dan menanyakan tentang sebab-sebab kematian
korban karena mereka mencurigai adanya tindakan kekerasan selama di tahanan Polsek.
Mereka melihat sendiri adanya memar-memar di tubuh korban.
Prosedur medikolegal

1. Kewajiban Dokter Membantu Peradilan

a. Pasal 133 KUHAP


 Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak
pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
 Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan
luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
 Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah
sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat
tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan cap jabatan
yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.1
Penjelasan Pasal 133 KUHAP- Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran
kehakiman disebut keterangan ahli, sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter
bukan ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan.
b. Pasal 179 KUHAP
 Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
 Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan
sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-
benarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.2

2. Bentuk Bantuan Dokter Bagi Peradilan Dan Manfaatnya

a. Pasal 183 KUHAP


 Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa
suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannnya.

2
b. Pasal 184 KUHAP
 Alat bukti yang sah adalah (1) keterangan saksi, (2) keterangan ahli, (3) surat, (4)
pertunjuk, dan (5) keterangan terdakwa. Sedangkan hal yang secara umum sudah
diketahui tidak perlu dibuktikan.
c. Pasal 186 KUHAP
 Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.
d. Pasal 180 KUHAP
 Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di
sidang pengadilan, Hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat
pula minta agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.
 Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum
terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Hakim
memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.
 Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang
sebagaimana tersebut pada ayat (2).
 Penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan oleh
instansi semula dengan komposisi personil yang berbeda dan instansi lain yang
mempunyai wewenang untuk itu.

3. Sangsi Bagi Pelanggar Kewajiban Dokter

a. Pasal 216 KUHP


 Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang
dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi
sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi kuasa
untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan
sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna
menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan
dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.
 Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan
undang-undang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas
menjalankan jabatan umum.
 Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya
pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidanya

3
dapat ditambah sepertiga.1
b. Pasal 222 KUHP
 Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
c. Pasal 224 KUHP
 Barang siapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli
atau jurubahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut
undang-undang ia harus melakukannnya:
i. Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9
bulan
ii. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6
bulan.
d. Pasal 522 KUHP
 Barang siapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau
jurubahasa, tidak datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda
paling banyak sembilan ratus rupiah.

Aspek Hukum

1. Pasal 338 KUHP


 Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
2. Pasal 339 KUHP
 Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana,
yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah
pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari
pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan
barang yang diperolehnya secara melawan hukum, diancam dengan pidana
penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.
3. Pasal 340 KUHP
 Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa
orang lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan
pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling

4
lama dua puluh lima tahun.
4. Pasal 351 KUHP
 Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulan atau pidana denda paling banyak 4500 rupiah.
 Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun.
 Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.
 Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
 Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
5. Pasal 354 KUHP
 Barang siapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena
melakukan penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan
tahun.
 Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara
paling lama sepuluh tahun.2

Pemeriksaan Tanatologi
Ilmu yang mempelajari tentang kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian
serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut adalah tanatologi.
Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos
ilmu. Tanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran Forensik yang mempelajari kematian
dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan
tersebut. Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati somatis (mati
klinis), mati suri, mati seluler, mati serebral dan mati otak (mati batang otak)3.

1. Mati somatis (mati klinis)


Terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan, yaitu susunan
saraf pusat, sistem kardiovaskular dan sistem pernapasan, yang menetap (irre-versible).
Secara klinis tidak ditemukan refleksrefleks, EEG menda-tar, nadi tidak teraba, denyut
jantung tidak terdengar, tidak ada gerak pernapasan dan suara nafas tidak terdengar pada
auskultasi3.
2. Mati suri (suspended animation apparent death)

5
Terhentinya ketiga sistim kehidupan di atas yang ditentukan dengan alat kedokteran
sederhana. Dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat dibuktikan bahwa ketiga
sistem tersebut masih berfungsi. Mati suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat
tidur, tersengat aliran listrik dan tenggelam3.
3. Mati seluler (mati molekuler)
Kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian
somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda, sehingga
terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan. Pengetahuan
ini penting dalam transplantasi organ3.
4. Mati serebral
Kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang otak dan serebelum,
sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem pernapasan dan kardiovaskular masih
berfungsi dengan bantuan alat3.

Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa
tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat
timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jantung dan
peredaran darah berhenti, pernapasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea mata hilang,
kulit pucat dan relaksasi otot. Setelah beberapa waktu timbul perubahan pascamati yang jelas
yang memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti.

Tanda Pasti Kematian


Dahulu kematian ditandai dengan tidak berfungsinya lagi jantung. Konsep baru
sekarang ini mengenai kematian mencakup berhentinya fungsi pernafasan, jantung dan otak.
Dimana saat kematian ditentukan berdasarkan saat otak berhenti berfungsi. Pada saat itulah
jika diperiksa dengan elektro-ensefalo-grafi (EEG) diperoleh garis yang datar. Berdasarkan
waktunya tanda kematian dibagi menjadi 3, yaitu4:

1. Tanda yang segera dikenali setelah kematian.


 Berhentinya sirkulasi darah.
 Berhentinya pernafasan.

2. Tanda-tanda kematian setelah beberapa saat kemudian:


A. Perubahan temperatur tubuh (algor mortis)

6
B. Lebam mayat (livor mortis)
C. Kaku mayat (rigor mortis)

A. Penurunan Temperatur Tubuh (Algor Mortis)


Suhu tubuh pada orang yang sudah meninggal perlahan-lahan akan sama
dengan suhu lingkungannya karena mayat tersebut akan melepaskan panas dan
suhunya menurun. Kecepatan penurunan suhu pada mayat bergantung kepada suhu
lingkungan dan suhu mayat tu sendiri. Pada iklim yang dingin maka penurunan suhu
mayat berlangsung cepat3,4.

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Suhu Mayat


1. Usia.
Penurunan suhu lebih cepat pada anak-anak dan orang tua dibandingkan orang
dewasa.
2. Jenis kelamin.
Wanita mengalami penurunan suhu tubuh yang lebih lambat dibandingkan pria
karena jaringan lemaknya lebih banyak.
3. Lingkungan sekitar mayat.
Jika mayat berada pada ruangan kecil tertutup tanpa ventilasi, kecepatan
penurunan suhu mayat akan lebih lambat dibandingkan jika mayat berada pada
tempat terbuka dengan ventilasi yang cukup.
4. Pakaian.
Tergantung pakaian yang di pakai tebal atau nipis atau tidak berpakaian.
5. Bentuk tubuh.
Mayat yang berbadan kurus akan mengalami penurunan suhu badan yang lebih
cepat.
6. Posisi tubuh.
Mayat dalam posisi terlentang mengalami penurunan suhu yang lebih cepat.

B. Lebam Mayat (Livor Mortis)


Lebam mayat terjadi akibat terkumpulnya darah pada jaringan kulit dan
subkutan disertai pelebaran pembuluh kapiler pada bagian tubuh yang letaknya rendah
atau bagian tubuh yang tergantung. Keadaan ini memberi gambaran berupa warna
ungu kemerahan.

7
Setelah seseorang meninggal, mayatnya menjadi suatu benda mati sehingga
darah akan berkumpul sesuai dengan hukum gravitasi. Lebam mayat pada awalnya
berupa barcak. Dalam waktu sekitar 6 jam, bercak ini semakin meluas yang pada
akhirnya akan membuat warna kulit menjadi gelap.
Pembekuan darah terjadi dalam waktu 6-10 jam setelah kematian. Lebam
mayat ini bisa berubah baik ukuran maupun letaknya tergantung dari perubahan posisi
mayat. Karena itu penting sekali untuk memastikan bahwa mayat belum disentuh oleh
orang lain. Posisi mayat ini juga penting untuk menentukan apakah kematian
disebabkan karena pembunuhan atau bunuh diri3,4.
Ada 5 warna lebam mayat yang dapat kita gunakan untuk memperkirakan
penyebab kematian :
• Merah kebiruan merupakan warna normal lebam
• Merah terang menandakan keracunan CO, keracunan CN atau suhu dingin
• Merah gelap menunjukkan asfiksia
• Biru menunjukkan keracunan nitrit
• Coklat menandakan keracunan aniline

C. Kaku Mayat (Rigor Mortis)


Perubahan otot yang terjadi setelah kematian bisa dibagi dalam 3 tahap :
1. Periode relaksasi primer (flaksiditas primer)
Hal ini terjadi segera setelah kematian. Biasanya berlangsung selama 2-3 jam.
Seluruh otot tubuh mengalami relaksasi,dan bisa digerakkan ke segala arah.
Iritabilitas otot masih ada tetapi tonus otot menghilang. Pada kasus di mana mayat
letaknya berbaring rahang bawah akan jatuh dan kelopak mata juga akan turun dan
lemas.
2. Kaku Mayat
Kaku mayat akan terjadi setelah tahap relaksasi primer. Keadaan ini
berlangsung setelah terjadinya kematian tingkat sel, dimana aktivitas listrik otot
tidak ada lagi. Otot menjadi kaku. Fenomena kaku mayat ini pertama sekali terjadi
pada otot-otot mata, bagian belakang leher, rahang bawah, wajah, bagian depan
leher, dada, abdomen bagian atas dan terakhir pada otot tungkai.
Akibat kaku mayat ini seluruh mayat menjadi kaku, otot memendek dan
persendian pada mayat akan terlihat dalam posisi sedikit fleksi.

8
Keadaan ini berlangsung selama 24 - 48 jam pada musim dingin dan 18 - 36
jam pada musim panas.
Penyebabnya adalah otot tetap dalam keadaan hidrasi oleh karena adanya
ATP. Jika tidak ada oksigen, maka ATP akan terurai dan akhirnya habis, sehingga
menyebabkan penumpukan asam laktat dan penggabungan aktinomiosin (protein
otot).
3. Periode Relaksasi Sekunder
Otot menjadi relak (lemas) dan mudah digerakkan. Hal ini terjadi karena
pemecahan protein, dan tidak mengalami reaksi secara fisik maupun kimia. Proses
pembusukan juga mulai terjadi. Pada beberapa kasus, kaku mayat sangat cepat
berlangsung sehingga sulit membedakan antara relaksasi primer dengan relaksasi
sekunder3,4.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kaku Mayat


1. Keadaan Lingkungan. Pada keadaan yang kering dan dingin, kaku mayat lebih
lambat terjadi dan berlangsung lebih lama dibandingkan pada lingkungan yang
panas dan lembab. Pada kasus di mana mayat dimasukkan ke dalam air dingin,
kaku mayat akan cepat terjadi dan berlangsung lebih lama.
2. Usia. Pada anak-anak dan orangtua, kaku mayat lebih cepat terjadi dan berlangsung
tidak lama. Pada bayi prematur biasanya tidak ada kaku mayat. Kaku mayat baru
tampat pada bayi yang lahir mati tetapi cukup usia (tidak prematur)
3. Cara kematian. Pada pasien dengan penyakit kronis, dan sangat kurus, kaku mayat
cepat terjadi dan berlangsung tidak lama. Pada pasien yang mati mendadak, kaku
mayat lambat terjadi dan berlangsung lebih lama.
4. Kondisi otot. Terjadi kaku mayat lebih lambat dan berlangsung lebih lama pada
kasus di mana otot dalam keadaan sehat sebelum meninggal, dibandingkan jika
sebelum meninggal keadaan otot sudah lemah.

3. Tanda-tanda kematian setelah selang waktu yang lama:


A. Proses pembusukan
B. Saponifikasi atau adiposera
C. Mumifikasi

D. Proses Pembusukan
9
Perubahan warna. Perubahan ini pertama kali tampat pada fossa iliaka kanan
dan kiri berupa warna hijau kekuningan, disebabkan oleh perubahan hemoglobin
menjadi sulfmethemoglobin.
Perubahan warna ini juga tampak pada seluruh abdomen, bagian depan
genitalia eksterna, dada, wajah dan leher. Dengan semakin berlalunya waktu maka
warnanya menjadi semakin ungu.
Jangka waktu mulai terjadinya perubahan warna ini adalah 6-12 jam pada
musim panas dan 1-3 hari pada musin dingin. Perubahan warna tersebut juga diikuti
dengan pembengkakan mayat. Otot sfingter mengalami relaksasi sehingga urin dan
faeses keluar. Lidah juga terjulur. Bibir menebal, mulut membuka dan busa
kemerahan bisa terlihat keluar dari rongga mulut. Mayat berbau tidak enak
disebabkan oleh adanya gas pembusukan. Gas ini bisa terkumpul pada suatu rongga
sehingga mayat menjadi tidak mirip dengan korban sewaktu masih hidup. Gas ini
selanjutnya juga bisa membentuk lepuhan kulit.3

Pemeriksaan Traumatologi

Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta
hubungannya dengan berbagai kekerasan, sedangkan yang dimaksud dengan luka adalah
terjadinya diskontinuitas jaringan tubuh akibat kekerasan.5 Berdasarkan sifat serta
penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat:

 Luka karena kekerasan mekanik seperti benda tajam, tumpul dan senjata api
 Luka karena kekerasan fisik seperti luka karena arus listrik, petir, suhu tinggi dan juga
rendah, perubahan tekanan udara, akustik dan radiasi.
 Luka karena kekerasan kimiawi seperti cairan asam dan basa.

Luka akibat benda tumpul

Luka akibat benda tumpul terjadi akibat benda yang memiliki permukaan tumpul dan
keras. Faktor-faktor yang bisa mempengaruhi keparahan benturan adalah seperti usia,
besarnya kekuatan kekerasan, kondisi benda penyebab (karet, kayu, besi, benda yang datar),
kondisi dan jenis jaringan (jaringan ikat longgar, jaringan lemak) dan luas permukaan objek
yang terkena. Pada bayi, hematom cenderung lebih mudah terjadi karena sifat kulit yang
longgar dan masih tipisnya jaringan lemak subkutan, demikian pula halnya dengan orang

10
dengan usia lanjut yang memiliki lapisan lemak subkutan yang menipis dan pembuluh darah
yang kurang terlindung. Luka yang dapat terjadi akibat kekerasan benda tumpul bisa seperti
memar (kontusio, hematom injury), luka lecet (ekskoriasi, abrasi), luka robek atau koyak
(vulnus laseratum) dan juga fraktur sistem rangka.5,6

a. Luka memar
Merupakan perdarahan di daerah jaringan lunak bawah kulit yang muncul karena
ruptur pembuluh darah baik kapiler maupun vena yang diakibatkan oleh benturan dengan
benda tumpul seperti pukulan dengan tangan, jatuh pada permukaan yang datar, cedera akibat
senjata tumpul, dan lain-lain. Pada jenis luka ini, terjadi ektravasasi pembuluh darah dan
mengakibatkan darah merembes ke jaringan di sekitarnya. Permukaan kulit utuh dan biasanya
terjadi kerusakan pada jaringan di bawah kulit. Luka memar kadangkala memberikan
gambaran bentuk benda penyebabnya, misalnya jejas beban yang sebenarnya adalah suatu
perdarahan tepi (marginal haemorrhage).5
Memar pada suatu tempat tidak selalu mengindikasikan lokasi terjadinya trauma
karena perdarahan akan mengalir ke jaringan yang lebih longgar dan dipengaruhi oleh gaya
gravitasi. Misalnya, kekerasan benda tumpul pada dahi menimbulkan hematom palpebral.
Memar yang dalam mungkin tidak bisa terlihat melalui pemeriksaan luar sehingga kadang
dibutuhkan insisi jaringan lunak untuk memastikan ada tidaknya memar. Memar juga sulit
dinilai pada orang berkulit hitam. Kontusio tidak hanya terjadi di kulit namun juga dapat
terjadi pada organ dalam seperti paru-paru, jantung, otak, dan otot. Bahkan kadang memar
tidak bisa terlihat kecuali beberapa jam setelah korban meninggal. Memar pada kulit kepala
sering tidak terlihat kecuali jika ada pembengkakan.5
Umur luka memar secara kasar dapat diperkirakan melalui perubahan warnanya. Pada
saat timbul, memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi ungu atau hitam, setelah
sampai 4-5 hari akan berwarna hijau yang kemudian akan berubah menjadi kuning dalam 7-
10 hari, dan akhirnya menghilang dalam 14-15 hari. Perubahan tersebut berlangsung mulai
dari tepi dan waktunya dapat bervariasi tergantung tingkat keparahan, kedalaman jejas, warna
kulit, dan berbagai faktor lainnya. Sehingga tidak ada standar baku untuk menentukan waktu
perlukaan berdasarkan perubahan warna. Hematom ante-mortem yang timbul beberapa saat
sebelum kematian biasanya akan menunjukkan pembengkakkan dan infiltrasi darah dalam
jaringan sehingga dapat dibedakan dari lebam mayat dengan cara melakukan penyayatan
kulit. Pada lebam mayat (hipostasis pascamati) darah akan mengalir keluar dari pembuluh
darah yang tersayat dan sehingga bila dialiri air, penampang sayatan akan tampak bersih,

11
sedangkan pada hematom penampang sayatan akan tetap berwarna merah kehitaman.3,5
Tetapi, harus diingat bahwa pada pembusukan juga terjadi ekstravasasi darah yang dapat
mengacaukan pemeriksaan ini.5

b. Luka Lecet (abrasi)


Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis berupa robeknya jaringan yang
bersentuhan dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya pada
kejadian kecelakaan lalu lintas, tubuh terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda tersebut
yang bergerak dan bersentuhan dengan kulit. Luka bersifat superfisial yang terbatas hanya
pada lapisan kulit yang paling luar kulit ari epidermis. Pembagian luka lecet adalah yang
pertama (1) luka lecet gores (scratch), (2) luka lecet gesek /serut (graze), (3) luka lecet
tekanan (impression,impact abrasion) dan luka lecet geser (friction abrasion).5,6

a) Luka lecet gores (scratch)


Luka lecet gores merupakan luka lecet yang diakibatkan oleh benda runcing
(misalnya kuku jari yang menggores kulit) yang menggeser lapisan permukaan
kulit (epidermis) di depannya dan menyebabkan lapisan tersebut terangkat
sehingga dapat menunjukkan arah kekerasan yang terjadi.
b) Luka lecet gesek
Variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan permukaan kulit
lebih lebar. Arah kekerasan ditentukan dengan melihat letak tumpukan epitel.
c) Luka lecet tekan
Luka lecet tekan disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit. Karena
kulit adalah jaringan yang lentur, maka bentuk luka lecet tekan belum tentu sama
dengan bentuk permukaan benda tumpul tersebut, tetapi masih memungkinkan
identifikasi benda penyebab yang mempunyai bentuk khas misalnya kisi-kisi
radiator mobil, jejas gigitan dan sebagainya. Luka akibat gigitan (bite-mark)
sering juga diklasifikasikan sebagai luka akibat kekerasan benda setengah
tajam. Gambaran luka lecet tekan yang ditemukan pada mayat adalah daerah kulit
yang kaku dengan warna lebih gelap dari sekitarnya akibat menjadi lebih padatnya
jaringan yang tertekan serta terjadinya pengeringan yang berlangsung pasca mati.
d) Luka lecet geser
Luka lecet geser disebabkan oleh tekanan linier pada kulit disertai gerakan
bergeser, misalnya pada kasus gantung atau jerat serta pada korban pecut. Luka

12
lecet geser yang terjadi semasa hidup mungkin sulit dibedakan dari luka lecet
geser yang terjadi segera pasca mati.
c. Luka robek
Merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul, yang menyebabkan kulit
teregang ke satu arah dan bila batas elastisitas kulit terlampaui, maka akan terjadi
robekan pada kulit.7 Luka ini mempunyai ciri:
 Bentuk luka yang umumnya tidak beraturan
 Tepi atau dinding tidak rata
 Tampak jembatan jaringan antara kedua tepi luka
 Bentuk dasar luka tidak beraturan
 Sering tampak luka lecet atau luka memar di sekitar luka.

Luka akibat trauma listrik


Sengatan oleh benda bermuatan listrik dapat menimbulkan luka bakar sebagai akibat
berubahnya energi listrik menjadi energi panas. Besarnya pengaruh listrik pada jaringan
tubuh tersebut tergantung dari besarnya tegangan (voltase), kuatnya arus (ampere), besarnya
tahanan (keadaan kulit kering atau basah), lamanya kontak serta luasnya daerah terkena
kontak. Bentuk luka pada daerah kontak (tempat masuknya arus) berupa kerusakan lapisan
kulti dengan tepi agak menonjol dan disekitarnya terdapat daerah pucat dikelilingi daerah
hiperemis. Sering ditemukan adanya metalisasi.5,7
Pada tempat keluarnya arus dari tubuh juga sering ditemukannya luka. Bahkan
kadang-kadang bagian dari baju atau sepatu yang dilalui oleh arus listrik ketika meninggalkan
tubuh juga ikut terbakar. Tegangan arus kurang dari 65 voltase biasanya tidak
membahayakan, tetapi tegangan antara 65-1000 volt dapat mematikan. Sedangkan kuat arus
(ampere) yang dapat mematikan adalah 100 mA. Kematian tersebut terjadi akibat fibrilasi
ventrikel, kelumpuhan otot pernapasan atau pusat pernapasan. Sedang faktor yang sering
memperngaruhi kefatalan adalah kesadaran seseorang akan adanya arus listrik pada benda
yang dipegangnya. Bagi orang-orang tidak menyadari adanya arus listrik pada benda yang
dipegangnya biasanya pengaruhnya lebih berat dibanding orang-orang yang pekerjaannya
setiap hari berhubungan dengan listrik.5

Luka bakar akibat suhu tinggi

13
Kekerasan oleh benda bersuhu tinggi akan dapat menimbulkan luka bakar yang
cirinya amat tergantung dari jenis bendanya, ketinggian suhu serta lamanya kontak dengan
kulit. Api, benda padat panas atau membara dapat mengakibatkan luka bakar derajat 1, 2A,
2B, dan 3. Zat cair panas dapat mengakibatkan luka bakar tingkat1, 2A dan 2B. Gas panas
dapat mengakibatkan luka bakar tingkat 1, 2A, 2B atau 3. Luka bakar adalah kerusakan
jaringan permukaan tubuh disebabkan oleh panas pada suhu tinggi yang menimbulkan reaksi
pada seluruh sistem metabolisme. 5,7

Klasifikasi luka bakar


Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab dan kedalaman luka, yakni:5-7

1. Berdasarkan penyebab
 Luka bakar karena api
 Luka bakar karena air panas
 Luka bakar karena bahan kimia
 Luka bakar karena listrik
 Luka bakar karena radiasi
 Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar
 Luka bakar derajat I
Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis, tampak merah dan kering seperti
luka bakar matahari, tidak dijumpai bullae, nyeri karena ujung-ujung saraf
sensorik teriritasi, penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari.
 Luka bakar derajat II dangkal
Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis. Organ-organ kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh dan
penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
 Luka bakar derajat II dalam (deep)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis. Organ-organ kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar
masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa
biasanya penyembuhan terjadi lebih dari sebulan.
 Luka bakar derajat III

14
Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea mengalami kerusakan namun tidak dijumpai bulae. Kulit yang
terbakar berwarna putih hingga merah, coklat atau hitam dan bisa terjadi
koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
Luka bakar derajat ini biasanya tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang
sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami
kerusakan/kematian. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses
epitelisasi spontan dari dasar luka.
Interpretasi Temuan
Pembengkakan dan memar pada wajah, marginal hemorrage pada punggung, resapan
darah pada kulit kepala, perdarahan di bawah selaput lunak otak serta patahnya rawan gondok
menunjukkan bahwa adanya kekerasa tumpul pada bagian-bagian tubuh yang disebutkan.
Luka bakar pada paha sekitar kemaluan dan jejas listrik pada penis mengindikasikan adanya
kekerasan tumpul, uhu dan listrik pada tubuh mayat.
Tidak ditemukannya resapan darah pada kulit leher bagian dalam dan otot-otot leher
menunjukkan bahwa saat korban hidup tidak ada kekerasan yang ditemukan pada kasus
gantung. Busa halus pada saluran nafas, bintik perdarahan pada permukaan paru dan jantung
serta sembab otak disebabkan oleh peran asfiksia sebagai mekanisme kematian, namun tidak
disebabkan oleh jejas jerat atau gantung pada leher.

 Resapan darah yang luas di daerah kepala : bisa di karenakan cedera kepala oleh
benda tumpul.
 Wajah mayat terdapat bengkak dan memar (hematom) : suatu perdarahan dalam
jaringan bawah kulit/kutis akibat pecahnya kapiler dan vena, yang disebabkan oleh
kekerasan benda tumpul.
 Jejas jerat yang melingkari leher dengan simpul di daerah kiri belakang yang
membentuk sudut ke atas : penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang kain
dan sebagainya yg dapat melingkari leher yang bisa menyababkan kematian akibat
asfiksia atau refleks vagal. Beda dengan gantung diri, semua arteri leher mngkn
tertekan. Sedangkan pada kasus jerat arteri vertebralis tetap paten. Sedangkan
simpul bisa di karenakan di gantung oleh pelaku penjeratan terhadap korban.
 Patah ujung rawan gondok : bisa dikarena penjeratan atau karena simpul

15
 Punggung terdapat memar berbentuk dua garis sejajar (railway hematome) : bisa
menggambarkan benda yang di pakai untuk memukul seperti kayu, gagang rotan
dan gagang sapu.
 Daerah paha di sekitar kemaluannya terdapat beberapa luka bakarberbentuk bundar
berukuran diameter 1 cm : bisa dikarenakan luka sundutan rokok
 Di ujung penisnya terdapat luka bakar yang sesuai jejas listrik : gambaran
makroskopis jejas listrik pada daerah kontak berupa kerusakan lapisan tanduk kulit
sebagai luka bakar dengan tepi yang menonjol, disekitarnya terdapat daerah yang
pucatdikelilingi oleh kulit yang hiperemi. Bentuknya sering sesuai dengan benda
penyebab.
 Busa halus di dalam saluran napas dan bintik perdarahan di ke dua paru dan jantung
: merupakan tanda-tanda terjadinya asfiksia yang kemungkinan disebabkan oleh
karena penjeratan. Busa halus timbul akibat peningkatana akitivitas pernapasan
pada fase dispnea yang di sertai sekresi selaput lendir saluran napas bagian atas.
Keluar masuknya udara yang cepat dalam saluran sempit akan menimbulkan busa
yang kadang-kadang bercampur darah akibat pecahnya kapiler.

Sebab, Mekanisme, dan Cara Kematian

Sebab kematian adalah segala sesuatu yang menjadi penyebab atau yang
menyebabkan kematian seseorang dengan cara merubah fisiologi tubuh. Contoh: Luka tusuk
di dada, luka tembak di perut, dsb. Mekanisme kematian adalah bagaimana penyebab
kematian itu menghasilkan perubahan fungsi fisiologis dari tubuh. Lebih menitik beratkan
pada bagaimana cara kerja biologis, fisiologis dan patofisiologis ilmiah kok bisa
menyebabkan kematian. Contoh: Perdarahan, multiorgan failure, dsb. Cara kematian adalah
bagaimana cara seseorang itu memperoleh sebab kematian. Cara kematian ini lebih menitik
beratkan pada cara mekanis maupun nonmekanis secara nonbiologis dan non fisiologis.
Contoh: Mati alamiah, mati kecelakaan, dsb.

Kematian sendiri memiliki berbagai definisi, antara lain mati somatis, mati seluler,
mati suri, mati serebral, dan mati otak. Mati somatis dinyatakan ketika ketiga sistem
penunjang kehidupan, yaitu sistem kardiovaskuler, sistem respirasi, dan sistem susunan saraf
pusat telah berhenti secara menetap. Mati seluler adalah ketika terjadi kematian jaringan
tubuh beberapa saat setelah terjadi mati somatik. Mati suri atau suspended animation atau
apparent death adalah terhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan yang kemudian

16
kembali disangkal oleh alat kedokteran yang lebih canggih. Mati serebral adalah kerusakan
kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang otak dan serebelum, namun sistem
kardiovaskuler dan sistem respirasi masih berfungsi dengan bantuan alat. Mati otak atau mati
batang otak adalah keadaan dimana terjadi kerusakan seluruh neuron intrakranial yang
ireversibel.

Pada skenario ini, sebab kematian adalah kekerasan tumpul yang menginisiasi adanya
edema cerebral yang menyebabkan gangguan pernapasan. Gangguan pernapasan ini
menyebabkan terjadinya asfiksia dan kerusakan dari organ dalam serta otak, sehingga
menimbulkan perdarahan kecil di seluruh organ tubuh yang mengalami asfiksia. Asfiksia
menjadi mekanisme kematian dari korban tersebut.

Visum et Repertum

Visum et repertum adalah keterangan yang dibuat dokter atas permintaan penyidik
yang berwewenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup maupun mati
ataupun bagian/diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuan dan di bawah sumpah
untuk kepentingan peradilan.

Visum et tepertum didasari oleh dasar hukum, yaitu:

1. Pasal 120 KUHAP


Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau
orang yang memiliki keahlian khusus
2. Pasal 133 KUHAP
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban
baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan
tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan
luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat
Visum et repertum dibuat dengan dibagi menjadi lima bagian. Bagian pertama
memuat pembukaan yang pada bagian ini dituliskan kata-kata “pro Justitia” yang berarti
untuk kepentingan peradilan. Kata-kata ini menggantikan kertas bermeterai sebagai alat bukti

17
yang sah di peradilan. Bagian kedua merupakan bagian identitas, yang memuat seluruh
identitas yang dibutuhkan antara lain identitas korban, identitas pemeriksa, identitas penyidik,
identitas TKP, identitas waktu dan tempat pemeriksaan, dsb. Bagian ketiga berisi tentang
hasil pemeriksaan yang melaporkan segala hal yang ditemukan pada pemeriksaan yang
bersifat objektif. Bagian keempat memuat pendapat dan interpretasi dari pemeriksa yang
bersifat subjektif dan ilmiah. Bagian kelima memuat bagian penutup yang terdiri dari
landasan hukum, sumpah jabatan, dan tanda tangan.

Visum et repertum dibagi menjadi beberapa jenis:

1. Visum et repertum psikiatri

2. Visum et repertum ragawi / fisik

A. Visum et repertum jenazah

B. Visum et repertum korban hidup

1. Visum et repertum perlukaan

2. Visum et repertum keracunan

3. Visum et repertum kejahatan seksual

Ketentuan umum dari pembuatan visum et repertum adalah:

a. Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa.

b. Bernomor dan bertanggal.

c. Mencantumka nama “Pro justitia” dibagian atas (kiri atau tengah)

d. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

e. Tidak menggunakan singkatan terutama pada waktu mendeskripsikan temuan


pemeriksaan.

f. Tidak menggunakan istilah asing atau istilah kedokteran.

g. Berstempel instansi pemeriksa tersebut.

h. Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan.

i. Hanya diberikan kepada penyidik peminta Visum et Repertum (instansi).

18
Berdasarkan pada Permenkes no. 749A tahun 1989 tentang rekam medis, visum et repertum
wajib disimpan minimal selama 10 tahun sejak tanggal disahkannya, sedangkan menurut
sistem arsip nasional visum et repertum wajib disimpan selama 30 tahun sejak tanggal
disahkannya. Visum et repertum dapat dibuat oleh dokter spesialis forensik, dokter spesialis
lainnya, dan dokter umum.

Aspek Ansuransi Jiwa

Definisi Klaim
Klaim adalah tuntutan yang diajukan Pemegang Polis atau Ahli Waris terhadap
pelayanan atau janji yang diberikan penanggung pada saat kontrak asuransi jiwa
dibuat.Ketika klaim muncul, penanggung harus melaksanakan kewajibannya sebagaimana
yang tertera dalam polis yaitu, membayar klaim, setelah merasa puas bahwa seluruh syarat
dan ketentuan untuk penyelesaian klaim telah dilengkapi.8
1. Tata Cara Pengajuan Klaim
 Secara Umum
Klaim adalah suatu tuntutan atas suatu hak, yang timbul karena persyaratan dalam
perjanjian yang ditentukan sebelumnya telah dipenuhi.
 Secara Khusus
Klaim Asuransi Jiwa adalah suatu tuntutan dari pihak Pemegang polis/ yang ditunjuk
kepada pihak Asuransi, atas sejumlah pembayaran Uang Pertanggungan (UP) atau
Nilai Tunai yang timbul karena syarat-syarat dalam perjanjian asuransinya telah
dipenuhi.
2. Penyebab Terjadinya Klaim
a. Tertanggung meninggal dunia
b. Pemegang polis menghentikan pembayaran preminya dan memutuskan perjanjian
asuransinya pada saat polisnya sudah mempunyai nilai tunai.
c. Perjanjian asuransi sudah berakhir sesuai dengan jangka waktu yang tercantum
dalam polis dan kewajiban pemegang polis telah terpenuhi atau polis dalam
keadaan lapse tetapi telah mempunyai nilai tunai (habis kontrak bebas premi)
d. Tertanggung mendapat kecelakaan
e. Tertanggung karena suatu penyakit perlu diopname atau rawat jalan.

3. Jenis Klaim
 Klaim Meninggal Dunia

19
Timbul jika tertanggung atau peserta yang tercantum dalam polis meninggal dunia,
sedang polisnya dalam keadaan berlaku (inforce).
 Klaim Penebusan
Timbul jika polis sudah mempunyai nilai tunai, sedang pemegang polis memutuskan
perjanjian asuransinya.
 Klaim Habis Kontrak
Timbul jika jangka waktu perjanjian asuransi sudah berakhir, sedang polisnya dalam
keadaan inforce (premi telah dibayar sampai jangka waktu kontrak).
 Klaim Kecelakaan
Timbul akibat peserta mendapatkan kecelakaan dan polisnya masih inforce.
 Klaim (Asuransi Rawat Inap dan Pembedahan) + Rawat jalan
Timbul akibat peserta menderita suatu penyakit dan perlu diopname atau cukup hanya
dengan rawat jalan saja.
4. Pemberitahuan Klaim Kematian
Klaim kematian dapat dibayarkan hanya ketika tertanggung meninggal dalam jangka
waktu kontrak polis. Karena hak untuk melakukan klaim muncul hanya setelah kematian
tertanggung, kematiannya harus diberitahukan kepada penanggung oleh ahli waris yang
ditunjuk, keluarga atau atasannya didukung dengan data-data.

Pemberitahuan tersebut harus mencakup data-data pendukung sebagai berikut:

 Nomor polis;
 Nama;
 Tanggal kematian
 Penyebab kematian;
 Hubungan dengan tertanggung
 Keterangan kematian dari instansi yang terkait, misalnya KBRI, Rumah Sakit dan
Polisi

Persyaratan Klaim Meninggal :

1. Polis asli atau duplikat jika polis asli hilang atau surat keterangan pengganti polis/
pengakuan hutang jika polis asli dijadikan sebagai jaminan pinjaman.

2. Tanda terima pembayaran asli dari premi terakhir.

20
3. Surat keterangan kematian dari Lurah/ Kepala Desa yang dilegalisir oleh Camat, atau
Sertifikat Kematian.

4. Surat Keterangan dari Kepolisian atau pihak berwenang jika penerima manfaat meninggal
dunia karena kecelakaan.

5. Pengajuan klaim atas kematian.

6. Kuesioner klaim.

7. Surat keterangan kesehatan dari Dokter/ Rumah Sakit jika penerima manfaat meninggal
dunia ketika dalam perawatan oleh Dokter/Rumah Sakit.

8. Fotokopi kartu keluarga (jika berlaku).

9. Surat kuasa dari penerima pengalihan hak jika terdapat beberapa penerima pengalihan hak
dan untuk sementara terdapat hambatan.

10. Surat keputusan mengenai perwalian dari Pengadilan Negeri jika penerima pengalihan ha
usianya belum memenuhi syarat menurut hukum, sementara orang tuanya meninggal
dunia.

11. Surat keputusan mengenai ahli waris dari Pengadilan Negeri jika Pemegang Polis yang
ditunjuk untuk menerima manfaat telah meninggal dunia.8

Bahkan pada waktu tertentu, penanggung dapat mengambil inisiatif untuk memproses klaim
atas informasi yang diterima dari:

 Berita Kematian
 Agen Asuransi

21
RS UKRIDA

Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat.

Telp: 021-12345678

Jakarta, 15 Desember 2016

PRO JUSTITIA

Visum et Repertum

Yang bertangan tangan dibawah ini, dr. …………., SpF menerangkan bahwa atas permintaan
tertulis dari Kepolisian Sektor Tanjung Duren pada tanggal 14 Desember tahun 2016 dengan
no surat 123/456/789 yang ditandatangani oleh Budi, AKP.NRP : 12345678, maka pada hari
Kamis tanggal 15 bulan Desember tahun 2016 mulai pukul satu lewat lima belas menit
Waktu Indonesia Bagian Barat di RSP UKRIDA, Jakarta Barat telah dilakukan pemeriksaan
menyeluruh terhadap:

Nama : Agus

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 16 Oktober 1980

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 26 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Karyawan

Alamat : Jalan Tanjung Duren Raya no. 2

Hasil Pemeriksaan

1. Korban datang dalam keadaan mati


2. Pada tubuh korban ditemukan:
a. Wajah mayat terdapat pembengkakan dan memar
b. Punggung mayat terdapat beberapa memar berbentuk dua garis sejajar
(railway hematome)

22
c. Di daerah paha di sekitar kemaluan mayat terdapat beberapa luka bakar
berbentuk bundar berukuran diameter kira-kira satu sentimeter
d. Di ujung penis mayat terdapat luka bakar yang sesuai dengan jejas listrik
e. Terdapat pula jejas jerat yang melingkari leher dengan simpul di daerah kiri
belakang yang membentuk sudut ke atas
f. Resapan darah yang luas di kulit kepala
g. Perdarahan yang tipis di bawah selaput keras otak
h. Sembab otak besar
i. Tidak terdapat resapan darah di kulit leher tetapi sedikit resapan darah di otot
leher sisi kiri dan patah ujung rawan gondok (os cricoid) sisi kiri
j. Sedikit busa halus di dalam saluran napas
k. Sedikit bintik-bintik perdarahan di permukaan kedua paru dan jantung
l. Tidak terdapat patah tulang.

Kesimpulan

Telah dilakukan pemeriksaan terhadap sesosok jenazah yang dikenal dengan nama Agus
berjenis kelamin laki-laki berusia 26 tahun. Lama kematian diperkirakan satu hari sebelum
pemeriksaan. Dari hasil pemeriksaan disimpulkan bahwa penyebab kematian adalah asfiksia
yang disebabkan oleh edema otak yang menyebabkan gangguan pernapasan.

Penutup

Demikian Visum et Repertum ini saya perbuat dengan sesungguhnya dan menggunakan
pengetahuan saya sebaik-baiknya berdasarkan sumpah dokter sesuai dengan lembaran negara
No. 350 tahun 1937 untuk dipergunakan bilamana perlu.

Jakarta. 15 Desember 2016

Dokter pemeriksa

dr. ………, SpF

NIP: 12345678

23
Daftar Pustaka

1. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetik dan hukum kedokteran pengantar bagi
mahasiswa kedokteran dan hukum. Pustaka Dwipar, Jakarta, 2007.
2. Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1994.
3. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama.Bagian Kedokteran Forensik FK Uni.
Indonesia. Jakarta:2001.
4. Tanda pasti kematian mayat..2002 (Online). [11 November 2011]. Available from
URL: http://medicine.uii.ac.id/upload/23-SAP-blok-medikolegal-kedokteran-uii.pdf
5. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Hal. 37-43
6. Achmad, Djumadi. 2010. Bahan Kuliah Forensik dan Medikolegal FK Unhas 2010
7. Di Maio, Vincent J, Dominick Di Maio. 2001. Forensic Pathology Second Edition.
CRC Press: New York p. 89-224.
8. Tata Cara Pengaduan Klaim. Di unduh dari
http://www.bumiputera.com/content.php?id=36. 15 Desember 2016

24

Anda mungkin juga menyukai