Anda di halaman 1dari 3

Nama : Alaidin

Nim : 170105056

Tugas : Hukum Acara Mahkamah Konstitusi

Dosen : Bpk. Zahlul Pasha, S.H.,M.H

1. Gagasan Pembentukan Mahkamah Konstitusi


Pemikiran james madison tentang “check and Balance “ yang bertumpu pada empat unsur
pokok, yaitu :
1. Pemisahan kekuasaan ;
2. Kedaulatan dibagi antara pusat dan negara bagian ;
3. Hak asasi manusia ; dan
4. Anggota Congress dan presiden dipilih langsung oleh rakyat1

Sehubungan dengan gagasan “ Check and balance” itu tujuan dan fungsi penyelesaian
sengketa di antara lembaga jika terjadi, perlu diatur mekanismenya. Jika MPR sebelum
Perubahan UUD 1945 berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara, penjelmaan
seluruh rakyat dan pelaku sepenuhnya kedaulatan rakyat indonesia berwenang dan
merupakan pemegang kekuasaan tertinggi untuk mengatasi persengketaan semacam itu,
maka perubahan ke III UUD 1945 memuat lembaga baru baru dalam sistem kekuasaan
kehakiman yang dinamakan mahkamah konstitusi, dimana MPR bukan lagi sebagai
lembaga tertinggi dalam segala hal, melainkan wewenangnya telah dibatasi oleh UUD
1945 itu sendiri (Pasal 3, Pasal 6A, Pasal 8, dan Pasal 37 perubahan UUD 1945).
Fenomena keberadaan Mahkamah Konstitusi ( Constitutional Court ) dalam dunia
ketatanegaraan dewasa ini, secara umum memang dapat dikatakan merupakan sesuatu
yang baru. Data yang penulis telusuri melalui pustaka dan internet, di beberapa negara di
dunia, Mahkamah Konstitusi dikenal di 78 negara, sebagian besar negara – negara
demokrasi yang sudah mapan. Negara yang belum mempunyai Mahkamah Konstitusi,
fungsinya biasanya dicakup dalam fungsi “Supreme Court” yang ada di setiap negara.
Salah satu contohnya ialah Amerika Serikat. Fungsi-fungsi yang seharusnya dijalankan
oleh fungsi Mahkamah Konstitusi seperti “judicial review” dalam rangka menguji
konstitusionalitas materi suatu undang-undang menjadi wewenang Mahkamag Agung
(Supreme Court).
Di inggris dan prancis yang pada umumnya bisa dijadikan acuan berkenaan dengan
sistem demokrasi modern, juga tidak dikenal adanya Mahkamah Konstitusi yang
tersendiri. Yang agak mirip dengan pengertian Mahkamah Konstitusi di prancis hanya
“Counsel Constitutionel” ( constitutional Council) atau dewan konstitusi. Di beberapa
negara lain seperti di Aljazair yang dikenal sangat dipengaruhi oleh prancis juga dikenal
adanya dewan konstitusi ( Counstitutional Council ) yang dapat dikaitkan dengan
pengertian mahkamah konstitusi yang dikembangkan di 78 negara tersebut. Karena itu,
dalam arti luas, perkembangan pelembagaan gagasan Mahkamah Konstitusi itu di dunia
cukup diterima, di mana indonesia merupakan negara yang ke -78 mempnyai Mahkamah

1
A.S.S. Tambunan, Politik Hukum Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, Puporis Publisher, 2002, h.252
Konstitusi di abad XX dan negara yang pertama Mempunyai Mahkamah Konstitusi di abad
XXI.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa gagasan pembentukan Mahkamah Konstitusi
atau organ yang menjalankan fungsi Mahkamah Konstitusi itu, pada pokoknya dapat
dibedakan dalam tiga bentuk. Pertama, negara yang mengikuti bentuk Jerman, yaitu
membentuk Mahkamah Konstitusi di samping Mahkamah Agung. Kedua, negara-negara
yang mengikuti Prancis, yang tidak menyebutnya dengan istilah pengadilan (court), tetapi
hanya dewan, yaitu Counseil Counstitutionnel (Counstitutional Council). Di Afrika tercatat
beberapa negara yang mengikuti bentuk prancis ini, diantaranya Aljazail. Ketiga, adalah
yang relatif berbeda seperti yang terdapat di belgi, yaitu “Counstitutional Arbitrage”.
Fungsi yang kita bayangkan sebagai Mahkamah Konstitusi seperti di jerman disebut oleh
orang Belgia sebagai arbitrase Konstitusional.
Selain ketiga bentuk tersebut diatas, banyak pula negara-negara yang mengikuti
bentuk Amerika Serikat, sebagai bentuk keempat, di mana fungsi Mahkamah Konstitusi
itu dijalankan sendiri oleh Mahkamah Agung. Karena itu di Amerika Serikat dan begitu
pula di banyak negara bekas uni soviet dan Asia, termasuk di Filipina, pembentukan
Mahkamah Konstitusi yang berdiri sendiri tidak dianggap perlu. Fungsinya dinilai cukup
dilaksanakan oleh Mahkamah Agung.
Sedangkan bentuk kelima adalah negara-negara yang biasanya menganut sistem
supremasi parlemen seperti dilingkungan negara-negara komunis dan begitu juga di
indonesia sebelum diadakan perubahan ke III UUD 1945. Dalam bentuk kelima ini,
beberapa aspek dijalankan oleh lembaga perwakilan rakyat yang tertinggi. Dalam sistem
UUD1945 sebelum diubah, Lembaga tertinggi. Dalam sistem ini, fungsi seperti pengujian
atas konstitutionalitas undang-undang yang seharusnya dijalankan Mahkamah Konstitusi
dianggap tidak dapat dilakukan kecuali oleh lembaga yang membuat undang-undang itu
sendiri, karena pemikiran konseptual yang melandasinya tidak menganut paham
pemisahan kekuasaan, tetapi pembagian kekuasaan yang bersifat bertikal ( bertingkat &
Vertikal). Hal ini tercermin dalam Tap. MPR Nomor III Tahun 2000 tentang sumber Hukum
dan Tata urutan Peraturan Perundang-Undangan.

2. Kewenangan Mahkamah Konstitusi.

Membahas mengenai wewenang Mahkamah Konstitusi, terlebih dahulu harus


memperhatikan tentang bagaimana kedudukan Mahkamah Konstitusi dalam sistem
Ketatanegaraan kita dan dan bagaimana landasan Mahkamah Konstitusi dalam Uud 1945,
serta apa saja yang menjadi kewenangannya.

Atas dasar pemikiran itu, oleh para sarjana di indonesia dan anggota DPR
menghendaki dibentuknya sebuah lembaga yang menyelesaikan sengketa antarlembaga
negara termasuk sengketa antara presiden dan DPR yang bernama Mahkamah Konstitusi
dengan mengacu pada referensi di beberapa negara, seperti Prancis, Jerman, dan Nnegara
ketiga, seperti Korea selatan, Afrika selatan, Thailand, Republik Czechoslovakia, dan lituania,
yang merupakan negara- negara yang sedang mengalami perubahan dari negara otoritarian
menjadi negara demokrasi2

2
Konsorsium Reformasi Hukum Nasional (KRHN), Merambah Jalan Pembentukan Mahkamah Konstitusi di
Indonesia, Jakarta, 2002, h. 6.
Menurut Harjono, wewenang utama Mahkamah Konstitusi adalah menguji undang-
undang dan menyelesaikan sengketa antarlembaga negara, sedangkan wewenang lainnya
hanya bersifat wewenang tambahan,3 misalnya pembubaran partai dan menyelesaikan
sengketa pemilu.

Mahkamah Konstitusi yang diatur dalam perubahan ke III UUD 1945 ( Tahun 2002 )
diautr dalam Pasal 7B Bab III dibawah titel Kekuasaan Pemerintahan Negara dan Pasal 24 C
Bab IX dibawah titel kekuasaan kehakiman, dimana tugas dan fungsinya untuk sementara
dilaksanakan oleh MA, dasar berlakunya melalui Pasal III Aturan Peralihan yang disahkan
tanggal 11 Agustus 2002 pada sidang tahunan MPR dan Peraturan Mahkamah Agung Nomor
02 Tahun 2002.

Mahkamah Konstitusi masuk dalam lingkungan kekuasaan kehakiman, secara limitatif


disebutkan tugas dan wewenangnya sebagai berikut :

1. Menguji undang-undang terhadap UUD;


2. Memutus sengketa lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD;
3. Memutus pembubaran Partai Politik;
4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Referensi :

Adam, Rainer, (1999), Konstitusi dan ilmu Konstitusi dalam praktek peringatan 50 tahun Undang-

Undang Dasar Republik Federal Jerman A\dari politik dan Sejarah Kontemporer. Doc-27. Ags-
99

Al Bakry. M. Dahlan, (1994), Kamus Modern, PT. Arloka.

...................,, (2002) Mahkamah Konstitusi di berbagai negara Makalah disajikan di universitas Islam

Indonesia, Yogyakarta.

Arinanto, Satya, (2002) Kedudukan dan fungsi Mahkamah konstitusi Menurut perubahan ketiga

Undang-Undang Dasar 1945, Makalah disajikan pada, Forum Kajian Hukum Fakultas Hukum
Universitas Pakuan Bogor.

Asshidiqqie, Jimly, (1994), Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam Konstitusi dan Pelaksanaannya di

indonesia, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta.

3
Harjono, Kedudukan dan Kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam Sistem Ketatanegaraan di indonesia,
Makalah disampaikan di diskusi Jurusan Hukum Administrasi, Univ. Airlangga, Tanggal 6 Juni 2003, h.8.

Anda mungkin juga menyukai