Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tingginya angka kematian ibu (AKI) masih merupakan masalah

kesehatan di Indonesia dan juga mencerminkan kualitas pelayanan kesehatan

selama kehamilan dan nifas. AKI di Indonesia masih merupakan salah satu

yang tertinggi di negara Asia Tenggara, yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup

(POGI, 2016).

Pada tahun 2016, AKI Provinsi Jawa Timur mencapai 91,00 per

100.000 kelahiran hidup. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan

tahun 2015 yang mencapai 89,6 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab

tertinggi kematian ibu pada tahun 2016 adalah Pre Eklamsi / Eklamsi yaitu

sebesar 30,90% atau sebanyak 165 orang. Sedangkan penyebab paling kecil

adalah infeksi sebesar 4,87% atau sebanyak 26 orang. Dari grafik

trenpenyebab kematian ibu menunjukkan bahwa penyebab kematian ibu oleh

karena Pre Eklamsi / Eklamsi cenderung meningkat dalam tiga tahun terakhir,

demikian juga dengan penyebab lain-lain (Depkes, 2016).

Preeklampsia merupakan masalah kedokteran yang serius dan memiliki

tingkat kompleksitas yang tinggi. Besarnya masalah ini bukan hanya karena

1
preeclampsia berdampak pada ibu saat hamil dan melahirkan, namun juga

menimbulkan masalah pascapersalinan akibat disfungsi endotel di berbagai

organ, seperti risiko penyakit kardiometabolik dan komplikasilainnya (POGI,

2016).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah yang

bisa diambil yaitu “Bagaimana cara menegakkan diagnosis preeklamsi berat?”

C. Tujuan

Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui “Cara mendiagnosis

Preeklamsi Berat”

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang baru (new onset

hypertension) terjadi pada usia kehamilan ≥ 20 minggu disertai dengan

gangguan fungsi organ. Diagnosis preeclampsia sebelumnya ditegakkan

dengan adanya hipertensi disertai dengan proteinuria yang keduanya baru

terjadi secara spesifik pada kehamilan (Panduan Praktis Hipertensi Dalam

Kehamilan Unair, 2016).

B. Klasifikasi Preeklampsia

Klasifikasi PE terbaru tidak lagi membagi ‘ringan’ dan ‘berat’, namun

dibagi menjadi preeklampsia ‘disertai gejala berat’ (with severe features) dan

‘tanpa disertai gejala berat’ (without severe features). Hal tersebut bertujuan

untuk meningkatkan kewaspadaan pada seluruh kasus PE yang dapat

memburuk secara tiba – tiba. Selanjutnya preeclampsia tanpa disertai gejala

berat disebut sebagai PE, sedangkan preeclampsia dengan gejala berat disebut

sebagai preeclampsia berat (PEB) (Panduan Praktis Hipertensi Dalam

Kehamilan Unair, 2016).

3
C. Faktor Resiko

Menurut Sarwono tahun 2011 faktor resiko terjadinya

preeklamsi yaitu sebagai berikut :

 Primigravida

 Hiperplantosis

 Umurekstrim

 RiwayatKeluarga

 Penyakit – penyakitginjal

 Obesitas

D. Patofisiologi

Menurut Sarwono tahun 2011 patofisiologi dari preeklamsi yaitu :

1. Teori kelainan vaskularisasi placenta

2. Teori iskemik placenta

3. Teori intoleransi imunologik

4. Teori adaptasi kardiovasular

4
Gambar I : Skema Penyebab Preeklampsia
E. Diagnosis Preeklampsia Berat

E.Diagnosis

Dikatakan Preeklampsia Berat bila ditemukan satu atau lebih

gejala menurut Panduan Praktis Hipertensi Dalam Kehamilan Unair

2016 sebagai berikut :

 TD sistolik ≥ 160 mmHg, TD diastolik ≥ 110mmHg

 Serum kreatinin > 1,1 mg / dl

 Edema paru

 Trombosit < 100.000 / μL

 Peningkatan fungsi liver (lebih dari dua kali normal)

5
 Keluhan nyeri kepala, gangguan penglihatan dan nyeri

uluhati (impending eklampsia)

 Gangguan pertumbuhan janin

Penegakan diagnosis dilengkapi dengan pemeriksaan

laboratorium seperti: darah lengkap (terutama jumlah trombosit), fungsi

ginjal (serum kreatinin), fungsi liver (Alanine Transaminase (AST) /

Alanine Transaminase (ALT), albumin, proteinurindan lactate

dehydrogenase (dapat diganti bilirubin jika tidak tersedia).

Pemeriksaan kesejahteraan janin dilakukan setiap hari dengan

evaluasi fetal kick count, pemeriksaan kesejahteraan janin melalui

ultrasonography (USG) dan non stress test (NST) 2 kali / minggu serta

pemeriksaan pertumbuhan janin (USG) setiap 2 minggu

6
Pemeriksaan
Gambarmaternal dilakukan
II: Kriteria denganPreeklamsia
Diagnosis melihat tanda dan

gejala nyerik epala, mata kabur, dan nyeri epigastik, diikuti

pemeriksaan tanda vital, tanda edema paru setiap kunjungan dan

pemeriksaan laboratorium (trombosit, fungsi ginjal (serum kreatinin),

albumin dan fungsi liver (AST/ALT) setiap minggu.

7
D. Penatalaksanaan

Berdasarkan Panduan Praktis Hipertensi Dalam Kehamilan Unair,

2016 penanganan preeklamsi yaitu dengan pemberian antihipertensi

direkomendasikan pada TD : 160/110 mmHg (nifedipin dan atau

metildopa). Pada kondisi hipertensi emergency dapat diberikan

antihipertensi intravena seperti nikardipin. Magnesium Sulfat (MgSO4)

profilaksis diberikan pada PEB (praktis).

8
Persalinan dilakukan pada usia kehamilan ≥ 37 minggu untuk

PE dan ≥ 34 minggu untuk PEB. Metode persalinan disesuaikan dengan

kondisi maternal, janin dan skorpelvik. Jika didapatkan komplikasi

preeclampsia atau komplikasi kehamilan lainnya pada usia kehamilan <

34 minggu, keputusan untuk melakukan penundaan terminasi demi

kepentingan pemberian pematangan paru perlu didiskusikan dengan

ahli kedokteran fetomaternal (dapat diberikan namun tidak boleh

menunda terminasi persalinan jika didapatkan perburukan kondisi

maternal dan fetal.

9
10
11
ProsedurPemberian Magnesium Sulfat

12
Efek Pemberian Magnesium Sulfat

13
E. Komplikasi

Komplikasi preeklamsi menurut POGI tahun 2016 sebagai

berikut :

 Eklampsia

 Edema Paru

 Sindrom HELLP

Sindroma hemolisis, elevated liver enzymes and low platelet

adalah suatu komplikasi pada preeklampsia – eklampsia berat.

Kehamilan yang dikomplikasikan dengan sindroma HELLP juga sering

dikaitkan dengan keadaan – keadaan yang mengancam terjadinya

kematian ibu, termasuk DIC, oedema pulmonaris, ARF, dan berbagai

komplikasi hemoragik. Insiden terjadinya sindroma ini sebanyak 9,7 %

dari kehamilan yang mengalami komplikasi preeklampsia – eklampsia.

Sindroma ini dapat muncul pada masa antepartum (70 %) dan juga post

partum (30 %). Ciri – ciri dari HELLP syndrome adalah :

1. Nyeri ulu hati

2. Mual dan muntah

3. Sakit kepala

4. Tekanan darah diastolik 110 mmHg

14
5. Menampakkan adanya oedema

HELLP syndrome dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian:

1. Mississippi, dibagi menjadi 3 kelas:

a. Thrombositopenia

- Kelas 1: ≤ 50.000 / μl

- Kelas 2: > 50.000 ≤ 100.000 / μl

- Kelas 3: > 100.000 ≤ 150.000 / μl

b. Disfungsi hemolisis - hepatis

- LDH 600 IU / L

- SGOT dan / atau SGPT 40 IU / L

- Ciri – ciri tersebut harus semua terdapat

2. Tennessee, dibagi menjadi 2 kelas:

a. Complete

- Trombosit < 100.000 / μl

- LDH 600 IU / L

- SGOT 70 IU / L

b. Parsial

- Hanya satu dari ciri – ciri di atas yang muncul

15
Penanganan sindroma HELLP pada dasarnya sama dengan pengobatan

pada preeklampsia – eklampsia berat, ditambah dengan pemberian

kortikosteroid dosis tinggi yang secara teoritis dapat berguna untuk :

1. Dapat meningkatkan angka keberhasilan induksi persalinan dengan

memberikan temporarisasi singkat dari status klinis maternal.

2. Dapat meningkatkan jumlah trombosit dan mempertahankannya

secara konvensional agar dapat dilakukan anestesi regional untuk

persalinan vaginal maupun abdominal.

Dosis yang digunakan untuk antepartum adalah dexametasone 2 x 10

mg sampai persalinan. Sedangkan untuk post partum adalah 2 x 10 mg

sebanyak 2 kali, dilanjutkan dengan 2 x 5 mg sebanyak 2 kali, setelah itu

dihentikan

16
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Preeklampsia dan eklampsia merupakan salah satu komplikasi

kehamilan yang disebabkan langsung oleh kehamilan itu sendiri.

Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi, oedema disertai proteinuria

akibat kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera

setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila

terjadi penyakit trofoblastik. Eklampsia adalah kelainan akut pada

wanita hamil, dalam persalinan atau nifas yang ditandai dengan

timbulnya kejang atau koma. Sebelumnya wanita tadi menunjukkan

gejala-gejala Preeklampsia.

17
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono, Prawirohardjo. 2011. Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo. Jakarta. Edisi keempat.

Buku Panduan Klinis. 2016. Hipertensi Dalam Kehamilan. Divisi Kedokteran


Fetomaternal, Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. RSUD
Dr. Soetomo.RS Unair. Surabaya

Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2016.


Preeklampsia/Eklampsia.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2016. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Timur. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

18

Anda mungkin juga menyukai