Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lidah merupakan salah satu organ penting pada tubuh manusia yang memiliki banyak
fungsi. Lidah memiliki peran dalam proses pencernaan, mengisap, menelan, persepsi rasa,
bicara, respirasi, dan perkembangan rahang.Menurut Kesehatan Nasional dan Survei
Pemeriksaan Gizi, prevalensi lesi lidah adalah 15,5 persen di AS pada orang dewasa.
Prevalensi lesi meningkat pada mereka yang memakai gigi palsu atau menggunakan
tembakau. Kondisi lidah yang paling umum adalah geografis lidah, diikuti lidah pecah-pecah.
Lidah dapat mengalami anomali berupa kelainan perkembangan, genetik,
danenviromental. Penyakit-penyakit lokal dan sistemik juga mempengaruhi kondisi lidah
danmenimbulkan kesulitan pada lidah yang biasanya menyertai keterbatasan fungsi organ ini.
Lesipada lidah memiliki diagnosa banding yang sangat luas yang berkisar dari proses benigna
yangidiopatik sampai infeksi, kanker dan kelainan infiltratif. Lesi lidah yang terlokalisasi dan
nonsistemik lebih sering dijumpai.Untuk itu perlu diketahui definisi, etiologi, klasifikasi,
tanda dangejala klinis, diagnosi, diagnosis banding serta penanganan yang dapat dilakukan
untukkesembuhan dari penyakit glositis.
Glositis, pertama kali dijelaskan oleh Brocq pada tahun 1914, terjadi kurang dari 1%
dari populasi umum 70 - 80% dari kasus pada pria (2penyebabnya tidak diketahui, meskipun
telah diusulkan bahwa itu mungkin berasal dari kronis kandidiasis, atau yang mungkin
embriologis, inflamasi, atau bahkan asal imunologis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi glositis?

2. Bagaimana etiologi dan klasifikasi glositis?

3. Apa saja gejala klinik dari glositis?

4. Bagaimana cara penegakan diagnosis dan penatalaksanaan glositis?

5. Apasaja differential diagnosis dari glositis?

6. Apasaja kompikasi yang dapat disebabkan oleh glositis?

7. Bagaimana prognosis dari glositis?


C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi glositis

2. Untuk mengetahui etiologi dan klasifikasi dari glositis

3. Untuk mengetahui gejala klinik dari glositis

4. Untuk mengetahui cara penegakan diagnosis dan penatalaksanaan dari glositis

5. Untuk mengetahui differential diagnosis dari glositis

6. Untuk mengetahui kompikasi yang dapat disebabkan oleh glositis

7. Untuk mengetahui prognosis dari glositis


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Lidah
Lidah adalah salah satu dari lima alat indera yang dimiliki oleh manusia. Lidah
merupakan salah satu bagian dari tubuh kita yang sangat sensitif dan memiliki fungsi sebagai
pengecap rasa, sebagai alat pengucap rasa dan organ yang kita gunakan untuk membolak-
balik makanan ketika mengunyah. Lidah terletak di dalam rongga mulut. Lidah juga memiliki
fungsi lidah sebagai pembersih gigi dan mulut alami. Lidah terdiri atas otot-otot rangka. Otot
-otot dalam lidah ini disebut sebagai otot-otot lurik. Otot lurik adalah otot yang digunakan
untuk pergerakan. Selain otot lurik lidah juga terbuat dari membran-membran mukosa.

Gambar 1: Anatomi Lidah


Lidah manusia terdiri atas dua bagian bagian lidah yaitu bagian anterior dan
bagian posterior. Bagian anterior adalah bagian yang terlihat dan terletak di depan. Dua
pertiga bagian dari panjang lidah kita merupakan bagian anterior. Puncak anterior lidah
berciri sempit dan tipis dan mengarah kedepan. Bagian posterior merupakan bagian lidah
yang paling dekat dengan tenggorokan. Mengisi sepertiga bagian dari panjang keseluruhan
lidah kita. Bagian posterior terhubung dengan tulang hyoid oleh otot-otot hyoglossi dan
genioglossus serta membran hyoglossal. Tulang hyoid disebut juga sebagai tulang lingual,
berbentuk seperti sepatu kuda. Tulang ini pada umumnya bisa ditemukan pada mamalia dan
memungkinkan lidah memiliki pergerakan yang luas. Keberadaan tulang hyoid dan otot
genioglossi membuat lidah bisa menjulur.
B.Definisi
Glossitis adalah suatu kondisi peradangan yang terjadi pada lidah yang ditandai
dengan terjadinya deskuamasi papila filiformis sehingga menghasilkan daerah kemerahan
yang mengkilat. Glossitis bisa akut atau kronis. Penyakit ini juga merupakan kondisi murni
dari lidah itu sendiri atau merupakan cerminan dari penyakit tubuh yang penampakannya ada
pada lidah.Biasanya kondisi ini bisa menyerang pada semua tingkatan usia.Tetapi nampaknya
kelainan inisering menyerang pada laki- laki dibandingkan pada wanita.
C. Etiologi
Penyebab glossitis bermacam-macam, bisa lokal dan sistemik. Penyebab glossitis
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Penyebab Lokal
 Bakteri dan infeksi virus,
 Trauma atau iritasi mekanis dari sesuatu yang terbakar, gigi atau peralatan gigi
 Iritasi lokal seperti dari tembakau, alkohol dan makanan yang pedas ataupun makan
yang berbumbu
 Alergi dari pasta gigi dan obat kumur.
2. Penyebab Sistemik
 Kelainan nutrisi, penyakit kulit dan infeksi sistemik,
 Keadaan kekurangan gizi (malnutrisi) yaitu kurangnya asupan vitamin b
 Penyakit kulit seperti oral lichen planus, erythema multiforme, aphthous ulcers,
Dan pemphigus vulgaris,
 Infeksi seperti syphilis dan human immunodeficiency virus.
D. Klasifikasi Glositis
1. Idiopathic Glossitis
Inflamasi pada membran mukosa dan otot lidah secara keseluruhan.
2. Median rhomboid glossitis (MRG)
Bersifat jinak dan kelainan yang jarang pada lidah, paling sering mempengaruhi
pria. Ini biasanya terletak di sekitar garis tengah dorsum lidah, anterior ke lingual "V",
muncul sebagai rhomboid area kemerahan.
Gambar II.2. Median rhomboid glossitis
3. Atrofi Glotitis
Merupakan kelainan lidah yang mempunyai gambaran klinis berupa tidak
adanya papila filiformis pada lidah yang mengakibatkan permukaan lidah menjadi
licin dan berwarna merah yang disertai rasa sakit.Kondisi ini menyebabkan
terganggunya fungsi pengecapan dan dapat juga menimbulkan sensasi terbakar pada
lidah. Atropi papilla lidah dapat disebabkan oleh trauma kronis, defisiensi nutrisi
dan abnormalitas hematologi, dan obat-obatan. Namun dapat juga dijumpai atropi
papilla lidah pada pasien tanpa adanya penyebab tertentu. Pada pasien lanjut usia,
atropi papilla lidah dianggap sebagaiperubahan akibat pertambahan usia.

Gambar II.3. Atrofi Glositis


4. Herpetic Geometric Glossitis
Glossitis geometris, juga disebut geometrisherpetic glossitis adalah istilah
yang digunakan untuk lesi kronis yang berhubungan dengan infeksi virus herpes
simpleks (HSV) tipe I, dimana ditemukan celah (fissure) yang bercabang di garis
tengah lidah. Lesi biasanya sangat menyakitkan, dan terdapat erosi di kedalaman
celah.Istilah geometric glossiti ini berasal dari pola geometris pada celah yang
membujur, menyeberang atau bercabang. Hubungan antara herpes simpleks dan
glossitis geometris ini dibantah oleh beberapa peneliti dan klinisi, karena belum ada
gold standard untuk diagnosis lesi herpes intraoral.
5. Lidah Geografis atau Benign MigratoryGlossitis
Merupakan kondisi peradangan selaput lendir dari lidah, biasanya terjadi pada
permukaan lidah. Hal ini ditandai dengan lidah yanghalus, depapillationdengan warna
merah (hilangnyapapila lingual) yang berpindah ataumeluas dari waktu ke waktu.Istilah
migratory berasal dari gambaran lidah yang berubahmenjadi seperti peta, dengan
patchmenyerupai gambaran pulau-pulau. Penyebabnya tidakdiketahui, tetapi kondisi ini
sepenuhnya jinak dan tidak ada pengobatan kuratif.
Daerah yang mengalami depapillationbiasanya sedikit terangkat, berwarna
putih,kuning atau abu-abu.Sebuah lesi lidah geografis biasanyadimulai sebagai
patchputih Padaawal terjadinya penyakit, biasanya hanya terdapat satu lesi, tapi ini
jarangterjadi danbiasanya lesi dapat berada di beberapa lokasi yang berbeda di lidah,
dan kemudian seiringwaktu, lesi-lesi tersebut meluas dan menyatu untuk membentuk
gambaran khas sepertipeta.Lesi biasanya berubah bentuk, ukuran dan berpindah ke
bagian lidah lain. Kondisi inidapat mempengaruhi hanya sebagian dari lidah, dengan
kecenderungan dimulai pada ujungdan sisi lidah, yang akan berkembang ke seluruh
permukaan lidah.
Glositis geografisseringkali tidak menimbulkan gejala, tetapi dalam beberapa
kasus, pasien dapat mengalamirasa sakit atau terbakar misalnya ketika makan panas,
asam, pedas atau lainnyajenis makanan(misalnya keju, tomat, buah).Beberapa
penelitian melaporkan hubungan penyakit ini dengan beberapaantigen padaleukosit
manusia, seperti peningkatan insiden denganHLA-DR5,HLA-DRW6danHLA-Cw6dan
penurunan insiden diHLA-B51. Kekurangan vitamin B2(ariboflavinosis)
dapatmenyebabkan beberapa tanda-tanda di mulut, termasuk lidah geografis.Lidah
pecah-pecahsering terjadi bersamaan dengan lidah geografis dan beberapa menganggap
lidahpecah-pecah menjadi tahap akhir geografis lidah. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwalidah geografis dikaitkan dengandiabetes,dermatitis seboroikdan
atopi.

Gambar II.4. Lidah Geografis atau Benign MigratoryGlossitis


E. Gejala
Tanda dan gejala dari glossitis ini bervariasi oleh karena penyebab yang bervariasi
pula dari kelainan ini. Berikut gejala umum dari glositis :
 Peradangan pada lidah
 Permukaan lidah yang halus
 Sulit berbicara, menelan / mengunyah
 Warna lidah menjadi pucat jika oleh anemia pernisiosa dan merah berapi-api jika oleh
kekurangan vitamin B
 Kesulitan bernafas (bengkak hebat)
 Mulut perih
 Kondisi ini biasanya memperlihatkan gejala rasa perih, sakit, terbakar, atau panas
padapermukaan lidah.
F. Pemeriksaan
Pemeriksaan oleh dokter gigi atau penyedia layanan kesehatan menunjukkan lidah
bengkak (atau patch pembengkakan). Para nodul pada permukaan lidah (papila)
mungkintidak ada
G. Diagnosis
Penegakkan diagnosis dimulai dari anamnesis. Dari anamnesis, dapat ditemukan
keluhannyeri lidah, sulit untuk mengunyah, menelan atau untuk bercakap cakap. Lidah yang
mempunyai kelainan ini permukaannya akan terlihat halus (pada anemia pernisiosa). Dapat
ditemukan beberapa ulserasi atau borok yang terlihat pada lidah ini, lidah terlihat bengkak
serta adanya perubahan warna lidah, lidah berwarna pucat pada penderita anemia pernisiosa
dan berwarna merah gelap bila penyebab glossitis adalah kekurangan vitamin B yang lain.
Penyebab glossitis secara pasti dicari melalui pemeriksaan yang mendalam, seperti biopsi.
H. Diagnosis Banding
Diagnosis banding
1. Oral Candidosis
Penyebabnya adalah jamur yang disebut Candida albicans. Gejalanya lidah akan
tampak tertutup lapisan putih yang dapat dikerok.

Gambar II.5. Oral Candidiosis


2. Geografic Tongue
Lidah seperti peta, berpulau-pulau. Baik banyak maupun sedikit. Bagian pulau itu
berwarna merah dan lebih licin dan bila parah akan dikelilingi pita putih tebal.

Gambar II.6. Geografic Tongue


3. Fissured Tongue
Lidah akan terlihat pecah-pecah. Kadang garis hanya satu ditengah,
kadang juga bercabang-cabang

Gambar II.6. Fissured Tongue


I. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi peradangan. Pengobatan glositis
tergantung pada penyebabnya. Antibiotik digunakan untuk pengobatan infeksi bakteri. Bila
penyebabnyaadalah defisiensi besi, maka diperlukan supplement yang memadai yaitu harus
diberikan zat besi yang merupakan ciri defisiensi utama dari glossitis ini. Penatalaksanaan
pembengkakan dan rasa tidak nyaman di mulut dilakukan dengan pemberian obat-obatan
secara oral. Obat kumur yaitu campuran setengah teh baking soda dan dicampur dengan air
hangat akan membantu keadaan ini.
Bila pembengkakan dirasakan parah, bisa diberikan kortikosteroid. Topikal
kortikosteroid juga mungkin berguna untuk penggunaan sesekali misalnya. triamcinolone
dalam pasta gigi yang diterapkan beberapa kali sehari ketika diperlukan. Kebersihan mulut
yang baik sangat penting. Hindari iritasi seperti tembakau, panas, pedas makanan. Perawatan
biasanyatidak memerlukan rawat inap kecuali lidah bengkak sangat parah.
J. Komplikasi
 Ketidaknyamanan
 Airway Obstruksi
 Disfagia
 Disfoni
K. Pencegahan
 Kebersihan rongga mulut merupakan hal yang harus dilakukan.
 Sikat gigi dan penggunaan dental floss atau benang gigi merupakan suatu keharusan,
 Jangan lupa untuk membersihkan lidah setelah makan.
 unjungi dokter gigi secara teratur.
 Jangan gunakan bahan bahan obat atau makanan yang merangsang lidah untuk terjadi
 Iritasi atau agent sensitisasi. Bahan bahan ini termasuk makanan yang panas
danberalkohol.
 Hentikan merokok dan hindari penggunaan tembakau dalam jenis apapun.
 Sebaiknya segera konsultasi ke dokter bila gangguannya bertambah parah.
 Bila lidah sudah mengkalangi jalan nafas oleha karena proses enlargement, bila hal ini
terjadi, mutlak diperlukan perawatan yang lebih intensive.
BAB III
LAPORAN KASUS

A. LAPORAN KASUS I
GEOGRAPHIC TONGUE (BENIGN MIGRATORY GLOSSITIS) IN A PATIENT
TREATED WITH PAZOPANIB FOR METASTATIC RENAL CELL
CARCINOMA
Gregory Gilmore , Samina Qamar, Uzair B. Chaudhary
a. Department ofInternal Medicine,University of California, San Francisco – Fresno,
Fresno,CA,UnitedStates
b. Department of Hematology /Oncology, University of California, San Francisco –
Fresno, 2335 EKashianLn#301, Fresno, CA, UnitedStates
c. Department of Internal Medicine, Community Hospitalist Medical Group, Fresno,
CA, UnitedStates
LIDAH GEOGRAFIS (JINAK MIGRASI MIGITIS) PADA PASIEN YANG
DIOBATI DENGAN PAZOPANIB UNTUK SEL KARSINOMA METASTASIS

PRESENTASI KASUS
Seorang pria berusia 58 tahun dengan riwayat hipertensi dan varikokel yang disajikan
kepada dokter perawatan primernya dengan hematuria berat. Dia membantah penurunan berat
badan, demam, menggigil, mual atau muntah. Dia tidak memiliki riwayat keluarga yang
signifikan dari kanker ginjal atau kandung kemih dan menolak penggunaan tembakau. Dia
adalah seorang guru, namun dia tumbuh di pertanian dengan paparan pestisida. Sebuah
ultrasound dilakukan pada awalnya dan menunjukkan massa ginjal kiri yang besar dan massa
kandung kemih. Massa kandung kemih akhirnya ditentukan oleh cystoscopy menjadi
gumpalan intra-vesical yang besar. Scan ACT dilakukan yang menunjukkan 11,9 x 13,3 cm2
massa kutub kiri bawah heterogen yang sangat besar sangat mencurigakan untuk RCC
dengan beberapa pembuluh yang membesar mengelilingi massa. Dia menjalani nefrektomi
radikal terbuka dan patologi mengungkapkan karsinoma sel yang jelas dengan tumor terbatas
pada ginjal tanpa invasi limfo-vaskular atau fitur sarcomatoid. Itu kelas 2/4 dengan tepi bedah
negatif dan 0/4 kelenjar getah bening yang terlibat. Pasien diamati secara klinis. Sekitar 16
bulan kemudian sebuah CT scan surveilans menunjukkan 3 nodul pulmonal baru. CT dipandu
biopsi dilakukan dan patologi mengungkapkan bahwa itu jelas PET RCC PET metastasis
jelas tidak menunjukkan daerah lain yang mencurigakan untuk penyakit metastasis.
Mengingat status kinerja Karnofsky 90% LDH 115 IU / L (Rentang Ref: 100-230), Hgb 153
g / dL, dikoreksi Ca 8,3 mg / dL, Alb 4,7 g / dL, pasien memiliki penyakit risiko yang baik
berdasarkan kriteria Motzer dan dimulai pada Pazopanib 2], Ulangi CT scan pada 3 bulan
setelahnya pengobatan menunjukkan penurunan ukuran nodul paru. Setelah berada di
Pazopanib selama 12 bulan, pasien mengalami nyeri lidah ringan dan pemeriksaannya
menunjukkan adanya lesi eritematosa dengan batas putih pada dorsum lidah (Gambar 1). Dia
dievaluasi oleh dokter giginya yang menegaskan itu konsisten dengan lidah geografis. Dia
melanjutkan di Pazopanib dan meskipun lesi tetap mereka tidak menyebabkan pasien
ketidaknyamanan yang signifikan Setelah berada di Pazopanib selama 18, ia
mengembangkan kejang saat berlibur dan dibawa ke rumah sakit setempat di mana hasil
pemeriksaan menunjukkan peningkatan massa 2-1 / 2 cm di lobus frontal kiri dengan edema
sekitarnya. Dia dievaluasi oleh Neurosurgery dan menjalani kraniotomi dengan reseksi tumor
dan terbukti patologi itu menjadi RCC sel jelas metastatik. Pembedahannya rumit oleh
perkembangan abses otak frontal kiri dan Pazopanib dihentikan. Setelah menghentikan
pengobatan, lidah geografinya terselesaikan, membenarkan bahwa memang itu disebabkan
oleh Pazopanib.

Gbr. 1. Pria berusia 58 tahun dengan lesi lidah konsisten dengan lidah geografis.

Tabel 1 Kasus lidah geografis dilaporkan dengan agen yang ditargetkan untuk sel kanker ginjal.
Onset lesi GT
Agen Tidak ada Umur / Jenis Ras (Warna
Kanker setelah agen
kemoterapi laporan kasus Kelamin Kulit)
kemoterapi
Sunitinib 2 RCC 60-70 M Putih Beberapa bulan 7a
Sorafenib 1 RCC NR Putih Beberapa bulan 7a
Pazopanib 1 RCC 58 M Putih ~ 12 bulan
NR : tidak dilaporkan.
Dilaporkan kasus GT di 3 sedikit pun (populasi Perancis) di Sunitinib / Sorafenib untuk RCC.
DISKUSI
Lidah geografis telah dilaporkan dengan penghambat kinase dan VEGF lainnya
namun ini adalah kasus yang dilaporkan pertama dari lidah geografis dari Pazopanib.
Pazopanib adalah reseptor tyrosine kinase inhibitor multitargeted selektif (MKI) dan inhibitor
faktor pertumbuhan endotel vaskular (VEGFR) inhibitor dan disetujui untuk pengobatan
RCC tingkat lanjut pada tahun 2009 Lidah geografi atau benign migratory glossitis, adalah
gangguan inflamasi jinak dari lidah. Data yang tersedia saat ini menunjukkan prevalensi
antara 1% dan 2,5% di antara orang dewasa AS dengan peningkatan prevalensi di antara
Putih dan Kulit Hitam dibandingkan dengan populasi Amerika Meksiko [4,5]. GT sering
muncul sebagai multifocal, circinate, erythematous, atrophic patches di perbatasan lateral dan
dorsum lidah.
Patch eritematosa yang mewakili hilangnya papila filliform, sering dikelilingi oleh
batas kuning atau putih yang meningkat yang mewakili agregat neutrofilik yang kuat dalam
epitel [4,6]. Lesi ini cenderung mengubah pola dan lokasinya dalam beberapa jam, hari atau
minggu. Karena keterlibatan multifokal, kecenderungan untuk sembuh dan sering kambuh di
area lidah lainnya, entitas ini juga disebut sebagai glossitis migrasi jinak, Dengan
perkembangan terbaru dan ketersediaan beberapa terapi bertarget untuk pengobatan RCC,
efek samping yang sebelumnya tidak diketahui termasuk GT telah ditemukan. Kasus GT
telah dilaporkan dengan beberapa agen ini selama pengobatan untuk RCC termasuk multi-
targeted kinase inhibitor Sunitinib, Sorafenib, dan dalam kasus kami Pazopanib (Tabel 1).
Antibodi monoklonal anti-VEGF Bevacizumab juga telah terlibat dalam GT. Hal ini diduga
disebabkan oleh penghambatan terapi reseptor VEGF atau VEGF oleh TKI karena beberapa
penelitian telah menunjukkan bahwa VEGF atau VEGFR memiliki peran mapan dalam
homeostasis mukosa bukal yang terganggu oleh agen ini. Pazopanib, multi-target TKI dan
VEGF inhibitor disetujui sebagai terapi lini pertama untuk manajemen pasien dengan RCC
metastasis dan telah dilaporkan memiliki insiden terendah efek samping oral pada 4%.
Namun, pada pasien kami, GT berkembang sekitar 1 tahun setelah inisiasi Pazopanib
dan karena itu tidak menyebabkan morbiditas signifikan untuk pasien itu dilanjutkan tanpa
perlu pengurangan atau penghentian dosis. Hubungan kausal GT dengan Pazopanib lebih
didukung oleh resolusi GT relatif segera setelah menghentikan pengobatan. Sunitinib dan
Sorafenib yang disetujui monoterapi untuk RCC metastatik telah dilaporkan menyebabkan
banyak mukokutan efek samping termasuk GT. Prevalensi efek samping oral selama
pengobatan untuk RCC dilaporkan sebagai 28% untuk Sorafenib dan 38% untuk Sunitinib.
Ada tiga kasus yang dilaporkan GT pada pasien yang menjalani pengobatan untuk RCC
dengan agen-agen ini, semuanya terjadi pada orang kulit putih Perancis, Namun ada data
terbatas pada kasus-kasus ini dan tidak diketahui apakah pengurangan dosis atau penghentian
obat-obatan diperlukan.
Bevacizumab, inhibitor VEGF untuk RCC metastasis, meskipun dilaporkan memiliki
insidensi toksisitas mukokutan yang lebih rendah, telah memiliki lima kasus GT yang
dilaporkan [10,11]. Meskipun lima kasus ini telah dilaporkan pada berbagai jenis tumor, tidak
ada yang dilaporkan pada pasien yang diobati untuk RCC. Dalam kasus yang dilaporkan ini,
GT berkembang dalam 3 bulan-2 tahun setelah memulai pengobatan dengan Bevacizumab
7,8], Mirip dengan pasien kami, pada pasien yang diobati dengan Bevacizumab, GT
dilaporkan tanpa riwayat atau bukti lesi mukosa mulut sebelum pengobatan Setelah inisiasi
terapi ada perkembangan lesi oral yang konsisten dengan GT yang diselesaikan setelah
penghentian dan kemudian kambuh setelah reexposure ke Bevacizumab (7.8) Berdasarkan
kasus-kasus yang dilaporkan dan kasus kami, kami menyarankan bahwa GT adalah efek dass
dari inhibitor VEGF karena VEGF membantu mempertahankan homeostasis mukosa.
Diharapkan Pazopanib akan terlibat dalam GT karena memiliki aktivitas inhibitor VEGF.
Sebagai VEGF Inhibitor terus digunakan dalam pengobatan berbagai jenis tumor, kami
berharap bahwa lebih banyak kasus GT akan dilaporkan. GT sebagai nama baru
menggambarkan adalah kondisi jinak dan sebagian besar lesi ini tidak menunjukkan gejala
pada pasien yang mengembangkannya. Meskipun, pada beberapa pasien mereka dapat
menghasilkan ketidaknyamanan mulut, sensasi benda asing, sakit telinga atau kelenjar getah
bening submandibular yang membengkak yang dapat memancing kecemasan yang tidak
perlu. Manajemen GT tidak memerlukan perawatan tetapi jaminan tentang sifat alami dan
kursus berulang.
KESIMPULAN
Ada agen kemoterapi baru yang terus-menerus baru ditargetkan untuk keganasan
termasuk RCC yang dirilis ke pasar dengan informasi terbatas mengenai efek merugikan
jangka panjang dari agen-agen ini. Toksisitas oral telah ditegakkan dengan baik dengan
menggunakan inhibitor TKI dan VEGF dan meskipun GT jarang, kemungkinan di bawah
dilaporkan dan mungkin lebih umum daripada data yang tersedia dan literatur menunjukkan.
Meskipun demikian kami melaporkan di sini kasus pertama GT dengan menggunakan
Pazopanib untuk RCC. GT untungnya kondisi jinak yang biasanya tidak menyebabkan
morbiditas dan terapi yang signifikan dilanjutkan tanpa penyesuaian atau penghentian dosis
tetapi hanya meyakinkan pasien tentang sifatnya yang jinak.
POIN PRAKTIK KLINIS
• Kemajuan signifikan dalam dekade terakhir telah dibuat dalam manajemen pasien
dengan karsinoma sel ginjal metastatik (RCC), namun toksisitas dari agen baru ini
masih ditemukan.
• Vascular endothelial growth factor (VEGF) inhibitor dan tyrosine kinase inhibitor
(TKI) telah dikaitkan dengan banyak toksisitas mukokutan oral salah satunya adalah
Geographic Tongue (GT).
• Kami menyajikan kasus pertama GT yang disebabkan oleh Pazopanib pada pasien laki-
laki berusia 58 tahun yang dirawat dengan monoterapi ini untuk RCC metastasis.
• GT adalah kondisi jinak yang sering tidak memerlukan pengurangan dosis atau
penghentian Pazopanib. Kepastian akan sifat penyakit yang jinak pada pasien adalah
tujuan perawatan utama.

B. LAPORAN KASUS II
FUNGIFORM PAPILLARY GLOSSITIS
2014 Deutsche Dermatologische Gesellschaft (DDG). Published by John Wiley & Sons
Ltd. | JDDG | 1610-0379/2014/1204
JAMUR PEMBENTUK GLOSSITIS PAPILER

LAPORAN KASUS
Kami melaporkan pada seorang gadis berusia 9 tahun yang selama 5 tahun terakhir
telah mengalami sensasi terbakar di lidahnya, terutama ketika dia makan tomat, paprika, atau
buah kiwi. Penampilan klonal terdiri dari multiple, mengangkat, rose-color papillae, yang
lebih besar dari 1 mm; sebagian besar berada di situs ketiga dan lateral anterior sepertiga
tengah lidah (Gambar 1a).
Gambar 1 Jamur membentuk glossitis papiler pada seorang gadis 9 tahun, temuan dari Agustus 2012
(a).Penampilan pada April 2013 (b).

Pasien tidak memiliki tanda-tanda atopi (0 poin pada skor atopi Erlangen), atau dia
tidak mengambil obat. Dia tidak memiliki riwayat penyakit, kekurangan, atau trauma lingual;
dia juga tidak memiliki permukaan gigi yang tidak teratur. Dia tidak melaporkan keluhan
stres atau gastrointestinal. Perlakuan yang direkomendasikan dengan demikian terdiri dari
menghindari makanan yang memicu. Pasien kembali setelah sekitar 8 bulan. Dia mengatakan
dia memiliki lebih sedikit gejala, tetapi penampilan klinis tidak berubah (Gambar 1b).
Pada tahun 1996 Whitaker dan koleganya menggambarkan papilitis lingual komunikum yang
terjadi sebagai satu atau beberapa papula, sementara, cukup menyakitkan pada bagian
anterior dari aspek dorsal lidah. Pada tahun 1997 Lacour dan koleganya mendeskripsikan
papillitis lingual familial eruptif sebagai kelainan akut, terutama pediatri, dengan peradangan,
hipertrofi, dan biasanya papillae yang sangat menyakitkan di dekat ujung lidah atau sisi
dorsolateral lidah. Sejumlah kecil pasien dalam penelitian mereka mengalami demam dan
adenopati submaxillary atau serviks. Remisi spontan terjadi setelah sekitar satu minggu.
Umumnya, beberapa anggota keluarga juga terpengaruh, dan karenanya etiologi virus
dianggap. Pada 2001 Flaitz dan koleganya menyarankan bahwa kedua laporan itu
mendeskripsikan penyakit yang sama, dan itu terkait dengan alergi makanan.
Pada tahun 2005 Marks dan rekan menerbitkan hasil penelitian di mana mereka
memperkenalkan istilah baru "fungiform papillary glossitis." Mereka melaporkan peradangan
kronis yang mempengaruhi papilla fungiformis dan korelasi dengan kepekaan terhadap panas
dan terutama makanan asam sebagai tanda atopi yang mempengaruhi mukosa mulut; mereka
menyarankan skema klasifikasi yang terdiri dari sembilan kelas. Sistem klasifikasi berkisar
dari kelas 1 ("papila normal") ke kelas 9, yang digambarkan sebagai berikut: papillae
berwarna merah / merah, 1 mm besar, terangkat, pada ujung lidah dan aspek lateral, dan
memanjang lebih dari sepertiga anterior dari aspek dorsal lidah. Berdasarkan
klasifikasi ini, pasien kami memiliki penyakit kelas 9, yang merupakan varian maksimum,
meskipun ia tidak memiliki tanda-tanda atopi. Pada 2006, fungiform papillary glossitis
dirujuk oleh Chaudhry dan rekan sebagai “misdiagnosis.” Dalam pandangan mereka,
fungiform papillary glossitis adalah sama dengan papillitis lingual transien yang dikenal
sebelumnya. Mereka menolak gagasan klasifikasi, menunjukkan bahwa ada varian anatomi
normal.
Tidak seperti fungiform papillary glossitis, papilitis lingual familial dan eruptif
familial adalah penyakit akut yang, jika tidak ditangani, masuk ke dalam remisi dan sembuh
secara spontan. Tidak jelas dari literatur saat ini apakah ada perbedaan antara kedua
gangguan yang terakhir ini. Fungiform papillary glos¬sitis dapat dibedakan dari mereka
dengan perjalanannya yang kronis; meskipun remisi dapat terjadi jika faktor pemicu
dihindari, penyembuhan tidak. Dalam sebuah penelitian tentang “burning mouth syndrome”
(BMS), Ca¬macho-Alonso dan rekan menunjukkan bahwa pasien dengan BMS tidak
memiliki kepadatan papillae fungiformis yang jauh lebih besar daripada kontrol yang sehat.
Tidak ada bukti klinis lingua plicata atau geographica, yang keduanya dikaitkan dengan
peningkatan kepekaan lidah terhadap makanan yang bersifat asam. Memperlakukan
perubahan itu sulit. Karena efek negatif dari iritasi (asam, panas, dan makanan pedas), faktor
pemicu tersebut harus dihindari. Anestesi lokal dapat digunakan untuk menghilangkan rasa
sakit. Steroid topikal, jika diberikan segera, mungkin efektif. Singkatnya, signifikansi
perubahan ini mempengaruhi lidah tetap tidak pasti, karena kurangnya studi sistematis dan
histologis. Mengingat gangguan tersebut tampaknya tidak berbahaya, secara teratur
melakukan biopsi lidah tidak layak secara etis. Mungkin biopsi optik (confocal laser scan
microscopy) dapat memberikan lebih banyak informasi di masa depan. Pasien kami
didiagnosis dengan gliter papillary kelas 9 fungiform, yang saat ini kami lihat sebagai
kemungkinan varian kronis papillitis lingual familial atau eruptif.

C. LAPORAN KASUS III


BENIGN MIGRATORY GLOSSITIS: REPORT OF A RARE CASE WITH
REVIEW OF LITERATURE
Department of Pediatric and Preventive Dentistry, Jamia Millia Islamia, India
*Corresponding author: Vivek Mehta, Department of Pediatric and Preventive
Dentistry, Jamia Millia Islamia, EG-65 Inderpuri, Near IARI Pusa Farms, New Delhi-
110012, India, Tel: 9212024943;
GLOSSARIUM MIGRASI JINAK : LAPORAN KASUS LANGKA DENGAN
TINJAUAN LITERATUR

LAPORAN KASUS
Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun dilaporkan ke Departemen Pediatri dan
Kedokteran Gigi Pencegahan untuk pemeriksaan gigi rutin. Riwayat medis mengungkapkan
bahwa ia menderita asma sejak dua tahun terakhir. Pasien juga mengalami ketidaknyamanan
mulut dan alergi terhadap makanan panas dan pedas. Riwayat keluarga pasien anak tidak
signifikan. Pemeriksaan intraoral menyeluruh mengungkapkan bahwa dorsum lidah memiliki
lesi eritematosa dengan tidak adanya filiform papila (Gambar 1 & 2). Riwayat dental pasien
tidak berkontribusi. Tidak ada kelainan lain yang diamati di bagian lain dari rongga mulut
dan daerah wajah. Pemeriksaan umum yang sistematis dilakukan untuk mengesampingkan
kehadiran apa pun sindrom yang terkait. Glositis bermigrasi jinak didiagnosis atas dasar
sejarah dan temuan klinis dan pasien anak diresepkan 0,1% salep tacrolimus topikal.
Pemulihan pasien lancar setelah pemberian salep tacrolimus secara topikal. Dia diperintahkan
untuk menjaga kebersihan mulut yang baik. Pada kunjungan tindak lanjut setelah jangka
waktu 2 minggu, tidak ada tanda lesi lidah yang diamati (Gambar 3).

DISKUSI
Glositis bermigrasi jinak adalah gangguan inflamasi jinak yang mempengaruhi epitel
lidah. Gangguan lidah ini juga dikenal sebagai geographic tongue, erythema migrans,
glossitis migrans atau ruam lidah yang mengembara. Lesi tampak seperti peta, sehingga
memberinya nama "geografis" dan dapat mengubah pola mereka selama jangka waktu
tertentu, maka diberi nama "migrasi". Prevalensi dalam populasi umum berkisar antara 1,0
dan 2,5% dan lebih menonjol pada orang dewasa dibandingkan dengan anak-anak.
Prevalensinya pada anak sekolah adalah 1% dan tidak ada predileksi gender yang definitif
seperti yang dilaporkan oleh Redman. Alasan rendahnya prevalensi lidah geografis pada
kelompok usia anak adalah karena hal ini diabaikan oleh orang tua karena sifatnya yang
tidak bergejala.
Meskipun berbagai faktor predisposisi telah diajukan, etiologi yang tepat tetap tidak
jelas. Faktor predisposisi termasuk riwayat psoriasis kulit, asma atau rinitis, stres psikologis,
gangguan gastrointestinal yang berhubungan dengan anemia, alergi, gangguan hormonal
atau defisiensi zinc. Telah dikaitkan dengan HLA-B15, menunjukkan peran hereditas
sebagai salah satu faktor etiologi. Dalam penelitian baru-baru ini telah disimpulkan bahwa
parameter imunologi dan psikologis muncul terkait dengan geographic tongue dan mungkin
merupakan faktor risiko. Glossitis migrasi jinak dapat terjadi dengan sindrom Down,
diabetes mellitus atau lidah pecah-pecah. Ini mungkin hadir sebagai manifestasi oral
psoriasis, atau sebagai penanda keparahan psoriasis. Diagnosis glossitis bermigrasi jinak
dicapai berdasarkan sejarah dan temuan klinis. Presentasi klinis biasanya termasuk pola
migrasi terus berubah dan sifat kronis lesi.
Laporan kasus ini juga unik karena menyajikan lidah gejalanya yang bergejala pada
pasien anak, karena sebagian besar kasus glossitis bermigrasi jinak tidak menunjukkan
gejala dan tidak pernah didiagnosis secara formal. Diagnosis banding dari glossitis
bermigrasi jinak pada anak-anak harus mencakup kandidiasis, leukoplakia, psoriasis,
neutropenia, trauma lokal dan reaksi obat. Biopsi tidak dapat dilakukan dalam kasus ini
sebagai glossitis bermigrasi jinak didiagnosis berdasarkan fitur klinis yaitu patch
eritematosa, batas putih, pola migrasi lesi. Dalam kasus ini etiologi lidah geografis dapat
dikaitkan dengan reaksi alergi terhadap asupan makanan pedas. Temuan ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Barton et al yang menyimpulkan dengan sekitar 95%
jaminan bahwa pasien dengan lidah geografis telah melaporkan beberapa jenis alergi. Kasus
asimtomatik lidah geografis tidak memerlukan pengobatan selain dari jaminan tentang sifat
jinak dari lesi, tetapi kasus-kasus gejala memang memerlukan intervensi medis.
Penggunaan diphenhydramine, lidocaine rinse dan sodium bicarbonate bilas telah
menunjukkan hasil yang sukses dalam kasus-kasus simptom dari intensitas ringan. Jika rasa
sakit yang signifikan tetap ada maka gunakan antihistamin topikal dan sistemi, terapi asam
Vitamin A dan acitretin sistemik siklosporin sistemik, kortikosteroid topikal, salep
tacrolimus topikal telah dilaporkan dalam literatur. Dalam kasus ini intervensi medis
direncanakan karena lidah bergejala dan penggunaan 0,1% aplikasi topikal salep tacrolimus
lebih disukai dan terbukti bermanfaat dalam mengurangi gejala. Bersama dengan obat ibu
anak disarankan untuk mengurangi asupan makanan pedas.
KESIMPULAN
Glositis bermigrasi jinak jarang terdeteksi selama pemeriksaan intraoral rutin pasien
anak. Ini adalah kondisi jinak dan sering hanya membutuhkan jaminan dalam kasus-kasus
asimtomatik karena biasanya sembuh dengan sendirinya. Kasus ini menunjukkan efek
menguntungkan tacrolimus topikal pada kasus-kasus simptom dari glossitis bermigrasi jinak
yang terkait dengan alergi dan asma pada anak-anak. Namun, penelitian lanjutan diperlukan
untuk mengkonfirmasi penggunaan salep tacrolimus topikal pada pasien anak-anak.
D. LAPORAN KASUS IV
BENIGN MIGRATORY GLOSSITIS: CASE REPORT AND LITERATURE
REVIEW
Sarfaraz Khan1*, Syed AsifHaider Shah2, Tanveer Ahmed Mujahid3 and Muhammad
Ishaq4
1Consultant Oral and Maxillofacial Surgeon, Pak Field Hospital Darfur, Sudan
2MDC Gujranwala, Pakistan
3Consultant Dermatologist, Pak Field Hospital Darfur, Sudan
4Registrar Dermatologist, Pak Field Hospital Darfur, Sudan
Received: October 25, 2017; Published: October 31, 2017
*Corresponding author: Sarfaraz Khan, Consultant Oral and Maxillofacial Surgeon,
Pakistan Field Hospital Darfur, Sudan

MIGRASI GLOSSARIUM JINAK : LAPORAN KASUS DAN TINJAUAN


LITERATUR

LAPORAN KASUS
Seorang pasien pria berusia 26 tahun, seorang tentara Mesir yang melakukan tugasnya
di Misi Perserikatan Bangsa-Bangsa-Afrika di Darfur (UNAMID), melapor ke Rumah Sakit
Lapangan Pakistan Darfur, Sudan; mengeluh rasa sakit dan sensasi terbakar di lidahnya
selama dua bulan terakhir. Pasien tidak menunjukkan gejala dua bulan sebelumnya ketika dia
mengembangkan sensasi terbakar di lidahnya untuk mengambil makanan pedas dan minuman
panas. Setelah beberapa hari, tingkat keparahan pembakaran meningkat sebagai respons
terhadap rangsangan yang sama. Selain itu, ia mengembangkan nyeri ringan terus menerus
dan ketidaknyamanan di lidah yang diperburuk selama pidato dan pengunyahan. Dia
mengambil tablet multivitamin dan obat antijamur sistemik (kapsul) atas saran seorang dokter
umum tetapi tidak terbebas dari gejala-gejalanya. Dia juga mengeluh tidur terganggu dan
kehilangan nafsu makan.
Pasien menghubungkan gejala-gejalanya dengan pengisian komposit gigi geraham
rahang atas yang telah dilakukan satu bulan sebelum munculnya gejala-gejalanya. Riwayat
medisnya tidak signifikan. Saat ini ia tidak minum obat apa pun dan menolak alergi terhadap
obat atau makanan apa pun. Menurut pasien, tidak ada anggota keluarganya yang pernah
mengalami masalah seperti itu. Dia tidak mengandung alkohol dan tetap tidak merokok
sampai baru-baru ini ketika dia mulai merokok sejak dua minggu terakhir, sekitar 10 batang
rokok per hari, tanpa alasan yang diketahui. Dia belum menikah dan bertunangan dengan
seorang wanita sekitar 18 bulan yang lalu. Pernikahannya tertunda karena komitmen
pekerjaan / jasanya. Dia adalah putra tertua dari keluarga, memiliki dua saudara perempuan,
dua saudara laki-laki dan dua orang tua; semua tergantung padanya. Di daerah misi,
pekerjaannya adalah manajemen pengadaan dan logistik. Pada pemeriksaan klinis, dia adalah
laki-laki muda dengan rata-rata tinggi dan tinggi badan dengan profil mesofasial.
Pemeriksaan TMJ dan pembukaan mulut normal. Pemeriksaan intraoral menunjukkan
kebersihan mulut yang memuaskan dengan semua gigi yang utuh. Ada sisi-sisi keausan pada
gigi anterior bawah. Pemeriksaan lidah mengungkapkan ciri-ciri morfologi karakteristik
geographic tongue. Beberapa patch mukosa depapillated yang datar, halus, dan eritematosa
dengan tepi berwarna putih kekuningan, sedikit lebih tinggi dan tidak teratur terlihat pada tepi
dorsum dan lateral lidah (Gambar 1). Tidak ada ulserasi, perdarahan atau debit nanah yang
diamati. Pemeriksaan sistemik biasa-biasa saja.

Gambar 1 : Presentasi klinis awal dari lidah geografis.

Gambar 2: 10 hari pasca perawatan.


Karena diagnosis klinis sangat mudah, biopsi tidak dianggap perlu. Investigasi lain
termasuk gambaran lengkap darah dengan indeks RBC, kadar glukosa serum, folat serum,
kadar vitamin B12 dan albumin dan total kapasitas pengikatan Besi; untuk membedakan dari
Glossitis yang terkait dengan anemia atau defisiensi nutrisi lainnya. Pasien diyakinkan akan
sifat lesi yang jinak. Untuk meringankan gejala, ia disarankan aplikasi topikal Triamcinolone
acetonide (Kenalog di orabaseointment) dan penggunaan pencuci mulut Benzydamine selama
10 hari. Ia juga disarankan tablet Paroxetine, 10 mg sekali sehari selama 3 bulan, oleh
Psikiater kami. Pasien ditinjau kembali setelah 2 minggu yang melaporkan penurunan
signifikan beratnya gejala-gejalanya dengan hanya ketidaknyamanan ringan selama makan.
Pada pemeriksaan lidah, zona putih tepi pada tepi lateral lidah telah menghilang. (Gambar 2)
Pasien disarankan untuk mengamati kunjungan tindak lanjut dua minggu selama sisa masa
tinggalnya di daerah misi.
DISKUSI
BMG adalah salah satu lesi mukosa mulut yang paling umum (1-2%, biasanya orang
dewasa). Pasien kami menunjukkan penampilan khas dan lokasi BMG, meskipun mungkin
terjadi di situs lain mukosa mulut daripada di dorsum lidah di mana itu disebut stomatitis
geografis. BMG biasanya asimtomatik. Namun, gatal, sensasi tubuh asing, rasa sakit ringan
dan sensasi terbakar ringan hingga berat, yang kadang-kadang mengganggu makan atau tidur,
juga telah dilaporkan. Tingkat keparahan gejala bervariasi pada waktu yang berbeda,
tergantung pada aktivitas penyakit. Pasien kami melaporkan tidur terganggu karena rasa sakit
dan sensasi terbakar yang diperparah dengan mengambil makanan pedas dan minuman panas.
Fobia kanker telah dilaporkan pada pasien BMG, karena kadang-kadang mereka, mencari
bantuan medis bahkan dalam kasus asimtomatik.
Etiologi BMG tidak dapat ditentukan pada pasien kami. Tidak ada hubungan yang
ditemukan antara penyakitnya dan faktor risiko yang dilaporkan seperti pewarisan, diabetes
mellitus, defisiensi nutrisi, sindrom Reiter dll. Keluarganya dan riwayat medis sebelumnya
tidak berkontribusi. Alergi telah diusulkan sebagai faktor penyebab utama dalam BMG.
Sebuah asosiasi juga telah dilaporkan antara BMG dan asma, eksim, demam, peningkatan
serum immunoglobulin E (IgE) dan pasien atopik. Pasien kami menolak alergi terhadap obat
apa pun Berbagai penelitian telah menunjukkan hubungan antara BMG dan psoriasis pada
basis kesamaan mikroskopis antara dua kondisi dan keberadaan penanda genetik umum,
HLA-C * 06.Populasi prevalensi populasi pasien psoriasis adalah sekitar 5%. Pasien kami
tidak memiliki psoriasis.
Hubungan antara BMG dan lidah pecah-pecah telah dilaporkan dalam literatur. Lidah
pecah-pecah adalah kondisi tanpa gejala, jinak yang ditandai dengan fisura atau lekukan pada
permukaan dorsal lidah. Lidah Fissured harus ditafsirkan sebagai tahap akhir BMG. Pada
pasien kami; BMG tidak disertai lidah pecah-pecah. Berbagai penelitian mendukung peran
stres emosional, sebagai agen penyebab, dalam pengembangan dan / atau eksaserbasi BMG.
Redman dkk. Menyelidiki hubungan stres emosional dan BMG dalam populasi siswa dan
menemukan bukti yang menunjukkan stres emosional sebagai faktor etiologi di BMG.
Mereka juga menyarankan bahwa pada seseorang dengan tanda-tanda gangguan psikologis,
penampilan bahasa geografis dapat dianggap sebagai bukti tambahan dari gangguan tersebut.
Setelah pengecualian faktor risiko lain, seperti yang disebutkan dalam literatur, kami
menyarankan stres kerja / emosional menjadi faktor dalam pengembangan dan / atau
eksaserbasi BMG pada pasien kami. Menjadi putra tertua dari keluarga dengan banyak
tanggung jawab keluarga di pundaknya, yang jauh dari keluarganya selama 10 bulan terakhir,
melakukan tugasnya di negara Asing; ditambah dengan persyaratan komitmen untuk
pekerjaannya mungkin telah menempatkan dia di bawah banyak tekanan yang bisa
mengembangkan BMG pada pasien kami. Bahkan; ada kemungkinan adanya lesi
asimptomatik yang didiagnosis hanya setelah penampilan dan eksaserbasi gejala selama
periode stres.
KESIMPULAN
Dalam hal ini lesi mudah diidentifikasi secara klinis sehingga biopsi tidak
dipertimbangkan. Jika biopsi dipertimbangkan, biopsi harus melibatkan zona perifer untuk
memasukkan ciri-ciri mikroskopis khas lesi ini; parakeratosis, acanthosis dan sub epitel
Peradangan tlymphocytic. Pengobatan simtomatik dengan kortikosteroid topikal, agen
anestesi topikal lokal, obat kumur anti-inflamasi, antihistamin dan anxiolytic dugs
didokumentasikan dalam literatur. Pasien kami merespon dengan baik selama 10 hari kursus
kortikosteroid topikal (triamcinoloneacetonide) dengan pengurangan signifikan dari gejala
dan hilangnya zona perifer dari lesi, yang merupakan tanda pemulihan mukosa.
Kesimpulannya, BMG adalah lesi mukosa benar-benar jinak yang menunjukkan periode
eksaserbasi dan remisi. Dalam kasus tanpa gejala, diagnosisnya penting untuk meredakan
kecemasan kanker pada pasien. Dalam kasus simtomatik, pengobatan simptomatik harus
diberikan dengan menggunakan kortikosteroid bersama dengan koreksi penyebabnya.
Kemungkinan peran stres dalam pengembangan BMG bergejala telah diamati dalam laporan
kasus ini yang dapat dikonfirmasi oleh penyelidikan lebih lanjut.
E. LAPORAN KASUS V
ATROPHIC GLOSSITIS; AN INDICATOR OF IRON DEFICIENCY ANEMIA:
REPORT OF THREE CASES
Veena Raju, Anjana Arora, Shweta Saddu
Atrofi Glositis ; Indikator Anemia Defisiensi Zat Besi : Laporan Tiga Kasus

LAPORAN KASUS 1
Seorang wanita berusia 20 tahun dilaporkan ke deaprtment Kedokteran Mulut dan
Maxillofacial dan Radiologi dengan keluhan utama rasa sakit di daerah punggung kanan dari
toungue selama dua minggu terakhir dengan kesulitan untuk menelan karena sensasi terbakar.
Selama evaluasi klinis, angular chelitis, sclera kuning pucat, paku berbentuk sendok dan kaki
terlihat. Pasien juga menunjukkan intoleransi terhadap makanan pedas dan kelelahan setelah
kegiatan sehari-hari yang sederhana. Pemeriksaan oral mengungkapkan mukosa mulut pucat,
glositis dengan daerah depapilasi didefinisikan dengan baik pada dorsum lidah di sisi kiri
(Gambar 1). Pemeriksaan hematologi dilakukan. Serum besi 27,1 μg / dl, serum ferritin 2,44
ng / ml dan total kapasitas pengikatan besi menjadi 453μg / dl dikonfirmasi diagnosis anemia
defisiensi besi. Pasien diberi suplai besi dan kembali ke rumah sakit medis untuk manajemen
sistemik. Pada tindak lanjut kedua, gejala mulai berkurang dengan peningkatan dalam
kesejahteraan pasien secara keseluruhan.
LAPORAN KASUS 2
Seorang pasien wanita berusia 20 tahun dilaporkan ke departemen pengobatan mulut
dengan keluhan utama sensitivitas terhadap jus dingin dan jeruk di daerah gigi depan atas
selama dua bulan terakhir. Sejarah mengungkapkan bahwa dia memiliki kebiasaan sering
mengambil permen pelega tenggorokan. Dia melaporkan sensasi terbakar di dorsum lidah
selama asupan makanan pedas. Riwayat medis tidak berkontribusi. Pada pemeriksaan intra-
oral, erosi gigi hadir di rela-tion ke 11,21 dan 22 melibatkan permukaan labial. Daerah
depapilasi berukuran sekitar 1cm dengan tidak teratur margin hadir lebih dari 1/3 anterior
dorsum dan batas kanan latum lidah (Gambar 2). Filliform papillae tidak ditemukan dengan
papilla fungiform menonjol yang tersebar. Berdasarkan temuan ini, diagnosis sementara
hipersensitivitas dentin dalam kaitannya dengan 11, 21, 22 karena erosi dan glotis atrofik
dibuat. Keterlibatan penyakit lambung dikesampingkan karena tidak adanya riwayat
regurgitasi makanan atau erosi gigi pada permukaan palatal gigi anterior atas.
Diagnosis banding anemia defisiensi nutrisi, glutoid rhomboid median, lidah geografis
dipertimbangkan. Setelah ini, pasien ditanya tentang sejarah kelesuan, penurunan berat badan
atau penambahan berat badan, polydypsia, polyphagia, poliuria dan pengambilan obat-obatan
seperti antibiotik untuk menyingkirkan penyebab sistemik lainnya dari glositis atrofik. Pasien
disarankan untuk menjalani pemeriksaan haemaologis termasuk hemogram lengkap dengan
apusan perifer. Tingkat hemoglobinnya ditemukan 6,4 gm%. Papir perifer menunjukkan
adanya hipokromik, eritrosit mikrositik. Diagnosis akhir dari glositis anemia karena
mikrositik, hipokromik (defisiensi besi) anemia diformulasikan. Pasien diberikan kombinasi
asam amino sitrat, asam folat dan sianokobalamin. Pada follow-up setelah satu bulan, pasien
menyatakan bahwa sensasi terbakarnya telah benar-benar terselesaikan. Pada pemeriksaan
lidah, daerah depapilasi awal diisi dengan filiform papila (Gambar 3) dan hemoglobinnya
adalah 6,8% gm. Pasien disarankan untuk melakukan tindak lanjut secara berkala.

Gambar 1. Kasus 1- Area depapilasi pada dorsum lidah, Gambar 2. Kasus 2 - Depapilasi atas dorsum lidah,
Gambar 3. Kasus 2 - Produksi papillation lengkap, Gambar 4. Kasus 3- Depapilasi dan fissures, Gambar 5.
Kasus 3- Lengkap papilasi lidah di dorsum lidah

LAPORAN KASUS 3
Seorang wanita berusia 30 tahun dilaporkan ke departemen pengobatan mulut dengan
keluhan utama nyeri di daerah gigi kanan bawah selama empat hari terakhir. Histori medis
tidak berkontribusi. Pada pemeriksaan ekstraoral pucat terlihat pada kuku dan konjungtiva
palebral. Beberapa celah memancar dari sudut mulut secara bilateral. Pada pemeriksaan
intraoral labial mukosa, mukosa bukal dan langit-langit lunak pucat. Dorsum lidah
menunjukkan daerah de-papilasi dengan multiple deep fissures (Gambar 4). Diagnosis
sementara anemia defisiensi besi diberikan. Tes hematologis menunjukkan 6,2 gm%
hemoglobin dan eritrosit hipokromik dan mikrositik. Suplemen zat besi diresepkan selama
dua bulan. Tindak lanjut dilakukan setelah 1½ bulan menunjukkan incresae di hemoglobin
menjadi 7,8% dengan re-papilasi lidah lengkap (Gambar 5).
DISKUSI
Penyakit lidah dapat merupakan refleksi dari perubahan konsepsi sistemik atau, juga,
bentuk awal dari patologi lokal dan sering berat. Defisiensi besi adalah salah satu gangguan
yang paling umum mempengaruhi manusia, dan anemia defisiensi besi terus menjadi masalah
kesehatan masyarakat yang utama di seluruh dunia. Hal ini sering terjadi pada wanita usia
subur karena kehamilan dan kehilangan darah menstruasi. Fasium predisposisi dari glossitis
atrofi terutama diderivasi menjadi lokal dan sistemik.
Penyebab lokal termasuk trauma pada mukosa mulut karena penggunaan bumbu
tembakau yang berlebihan, lidah geografis, glutoid rhomboid, kandidiasis atrofi kronis, lidah
pecah-pecah, erosif lichen planus, dll. Penyebab sistemik adalah defisiensi dari Vit B12 atau
besi atau folat yang menyebabkan untuk anemia, obat-obatan seperti inhibitor ACE, protease
inhibitor, antibiotik, aspirin, obat immu¬no-supresif, inhaler kortikosteroid, keadaan pasca-
menopause pada wanita, diabetes, penyakit usus yang mudah tersinggung, gastik akibat yang
menyebabkan hiperakid, hipotiroid, kehilangan papillae sekunder untuk epidermolisis bulosa,
dyskeratosis congenita, endokrin candidosis, hyalinosis cutis et mucosae syndromes, radiasi
yang disebabkan mucositis dll. Dokter gigi dapat mengesampingkan berbagai penyakit
sistemik yang terkait dengan glisitis atrofik oleh tanda-tanda dan gejala klinis klasik dan
merujuk pasien ke pasien yang bersangkutan. untuk manajemen.
Dalam kasus yang dilaporkan di sini, glisitis atrofik adalah manifestasi klinis utama
yang membantu kami dalam mencurigai anemia defisiensi besi dan yang didukung oleh hasil
hemogram dan apusan perifer. Konfirmasi diagnosis anemia defisiensi besi dilakukan dengan
esimasi penurunan kadar besi dan feritin serum, peningkatan kapasitas pengikatan serum besi
dan tingkat transferin. Namun, untuk kasus 2 dan kasus 3 tes konfirmasi tidak dilakukan
karena alasan ekonomis.
KESIMPULAN
Kesimpulannya, dokter gigi memainkan peran penting dalam mendiagnosis anemia
defisiensi besi asimptomatik dengan mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala oral seperti
pucat mukosa oral, glossitis atrofi dan mengkonfirmasikannya dengan melakukan
pemeriksaan hematologis.
F. LAPORAN KASUS VI
BENIGN MIGRATORY GLOSSITIS AN UNUSUAL ENIGMATIC LESION
1DAUD MIRZA, BDS, MSc (Oral Pathology)
2NAVID RASHID QURESHI, BDS, MSc (Leeds), FDSRCS (Oral Maxillofacial
Surgery)
3KASHIF NAQVI, BDS, FDSRCS (Oral Maxillofacial Surgery)
MIGRASI GLOSITIS JINAK LESI ENIGMATIK YANG TIDAK BIASA

LAPORAN KASUS
Kasus 1
Seorang wanita 45 tahun dilaporkan dengan keluhan nyeri ringan di sisi kanan bawah
gigi dari satu tahun terakhir. Selama pemeriksaan intraoral molar pertama kanan bawah
ditemukan karies dan radiografi periapikal diagnostik diambil. Terapi endodontik diikuti
dengan mahkota porselen disarankan, dan prosedurnya sudah selesai. Pasien juga secara
kebetulan ditemukan memiliki glossitis bermigrasi jinak yang terkait dengan lidah pecah-
pecah Gambar 1. Ini benar-benar tanpa gejala. Riwayat medis pasien tidak luar biasa.
Presentasi klinis lidah menunjukkan erythematous patch yang dibatasi dengan baik dan tidak
teratur yang dibatasi oleh garis keratosis di permukaan dorsal kiri lidah menunjukkan
depapilasi filiform dan papilla fungiformis. Menurut pasien lesi lidah ini adalah asimtomatik
sehingga ia tidak pernah berkonsultasi dengan dokter atau dokter gigi mengenai masalah ini.
Presentasi klinis kedua adalah lidah pecah-pecah yang dikaitkan dengan BMG. Pemeriksaan
hati-hati menunjukkan fisura besar di tengah dorsum dan berbagai celah ukuran kecil tersebar
di tepi lateral kanan lidah. Tidak ada infeksi sekunder di lidah. Tidak ada intervensi medis
yang diberikan kecuali jaminan, dan pemeliharaan kebersihan mulut dan pembersihan lidah
disarankan. Pasien disarankan lebih lanjut untuk pemantauan lesi secara teratur.

Gambar 1 : Glossitis migrasi jinak pada wanita 45 tahun


Gbr 2a

Gbr 2b

Gambar 2 : Tandus erthyematous tidak beraturan yang dibatasi oleh pita keratotik yang sedikit lebih tinggi
pada permukaan dorsal dan ventral lidah (gambar 2a dan b).

KASUS 2
Seorang pasien pria 65 tahun dirujuk ke departemen diagnostik mulut dengan keluhan
nyeri di sisi kanan atas gigi. Tinjauan riwayat medisnya menunjukkan bahwa ia hipertensi
dan mengonsumsi obat antihipertensi secara teratur. Pada pemeriksaan intraoral, beberapa
akar patah (BDR) (18, 26, 28 dan 44) ditemukan. Pasien disarankan OPG X-ray untuk
menyelidiki status gigi dan BDR. Pemeriksaan klinis menunjukkan mukosa mulut berwarna
merah muda normal kecuali di beberapa area permukaan dorsal lidah. Lidah menunjukkan
beberapa daerah eritematosa yang sangat tambal sulam dengan garis luar yang tidak teratur
dan depapillasi lidah. Area eritematosa ini dibatasi oleh batas putih pada permukaan dorsal
yang meluas ke permukaan ventral lidah. Dia tidak pernah memiliki keluhan terkait lidah.
BMG tanpa gejala didiagnosis tanpa pengobatan yang diberikan. Pasien hanya diyakinkan
dan ditindaklanjuti disarankan untuk memantau BMG.
DISKUSI
Berlimpahnya literatur glossitis migrasi jinak tersedia. Dua kasus dibahas di sini.
Prevalensi penampilan BMG penting dan bervariasi dari daerah ke wilayah dan studi yang
dilakukan di daerah tersebut. Menurut studi Goswami prevalensi BMG berkisar dari 1,0-2,5%
dalam populasi penelitian. 2 Darwazeh melaporkan prevalensinya yang sekitar 4,8% dalam
populasi Yordania.5 Penyidik membuktikan bahwa tidak ada predileksi rasial spesifik atau
perbedaan gender yang diamati pada mereka. studi. Sebaliknya, penelitian yang dilakukan
oleh Brian mengungkapkan bahwa BMG sangat diekspresikan pada populasi kulit putih dan
kulit hitam dibandingkan dengan orang Amerika Meksiko. Di Amerika Serikat, kisaran
prevalensi BMG adalah 1-14% .6 Kondisi ini dapat terjadi di mana pun di dalam mulut. Situs
yang paling umum adalah permukaan dorsal lidah, ujung dan permukaan lateral lidah, jarang
melibatkan bagian perut lidah.
Kondisi jinak ini dapat terjadi pada situs ekstra glossal, seperti langit-langit lunak,
uvula, dasar mulut, gingiva, mukosa bukal dan mukosa labial.7,8 Kondisi ini dapat terjadi
pada semua kelompok umur. Anak-anak juga mungkin terpengaruh oleh penyakit ini.
Michael dan rekan melaporkan ekspresi yang lebih tinggi prevalensi BMG di Israel (14%)
dan Jepang (8%) anak-anak pada rentang usia 2-3 tahun.9 Redman menunjukkan 1%
prevalensi pada anak-anak sekolah muda dengan distribusi yang sama di kedua jenis kelamin.
Namun, pencarian literatur membuktikan dominasi perempuan. Rasio perempuan dan laki-
laki diamati 5: 3-2: 1.10,9 Penelitian yang dilakukan oleh Aree Jainkittivong dalam populasi
Thailand BMG juga dalam proporsi yang lebih tinggi pada wanita daripada pria dan kejadian
puncaknya adalah kelompok usia 20-29 tahun. Etiologi BMG tidak dipahami dengan baik,
tetapi berbagai faktor berkontribusi dalam patogenesis penyakit ini. Beberapa peneliti masih
menganggapnya sebagai anomali lidah dan yang lain menandainya sebagai keturunan
bawaan.
Peneliti juga menyarankan asosiasi BMG dengan faktor genetik. Tanda-tanda
menyelidiki frekuensi HLA-B15 yang lebih tinggi pada pasien atopik dengan geographic
tongue. Penelitian ini juga mendukung dasar genetik untuk BMG. Studi yang dilakukan oleh
Fenerli pada subyek Yunani juga menunjukkan peningkatan ekspresi antigen DR5 dan
DRW6 pada pasien BMG bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Studi sebelumnya
telah menunjukkan keterlibatan BMG dengan berbagai sistemik dan psikologis. faktor-faktor
seperti anemia, stres emosional, sindrom Reiter, alergi, diabetes dan gangguan hormonal.
Bruna Picciani telah melaporkan lidah geografis sebagai manifestasi oral psoriasis
yang juga didukung oleh beberapa peneliti. Temuan histopatoligis sejajar dengan tampilan
klinis lesi. Ini biasanya menunjukkan hipokinetik dari epitel yang meliputi depapillasi
filiform papilae, edema intraseluler, migrasi leukosit polimorfonuklear dan limfosit ke lapisan
superfisial epitel, dan infiltrasi sel inflamasi pada lapisan jaringan ikat yang mendasari.
BMG bersifat jinak dan pada sebagian besar kasus tidak memerlukan pengobatan, hanya
jaminan dan pengobatan simptomatik yang disarankan. Tidak diperlukan pengobatan ketika
lesi tidak bergejala. Prednisolon topikal disarankan pada pasien yang menghasilkan gejala.
Obat antijamur topikal atau sistemik dapat diberikan jika kandidiasis sekunder dicurigai.
Namun, pengobatan yang berhasil dengan siklosporin dan antihistamin topikal dan sistemik
telah dilaporkan. Tidak ada terapi atau obat yang pasti disarankan untuk lidah pecah-pecah.
Dalam kasus pasien fissured tongue disarankan untuk menyikat dorsum lidah untuk
menghilangkan iritasi iritan.

G. LAPORAN KASUS VII


BENIGN MIGRATORY GLOSSITIS: A RARE PRESENTATION OF
A COMMON DISORDER
Tarun Kumar, Gagan Puri, Konidena Aravinda, Neha Arora
Department of Oral Medicine and Radiology, Swami Devi Dyal Hospital and Dental
College, Panchkula, Haryana, India
MIGRASI GLOSITIS JINAK : SEBUAH PRESENTASI LANGKA DARI
GANGGUAN UMUM

LAPORAN KASUS
Seorang pasien wanita berusia 2,5 tahun [Gambar 1] dibawa ke Departemen
Kedokteran Mulut dan Radiologi Rumah Sakit dan Rumah Sakit Swami Devi Dyal, dengan
keluhan utama bercak putih di lidah sejak 6 bulan. Ibunya memberikan sejarah perubahan
ukuran, bentuk, dan tempat tambalan-tambalan ini pada dorsum lidah sejak
perkembangannya. Sang ibu melaporkan bahwa patch bertahan selama 5-7 hari dan kemudian
mereka mundur secara spontan dengan periode remisi 10-15 hari. Riwayat medis dan gigi
tidak berkontribusi. Pada pemeriksaan fisik umum, anak tidak menunjukkan tanda-tanda
keterlibatan sistemik. Pada pemeriksaan intraoral, anak disajikan dengan dua lesi eritematosa,
kira-kira berbentuk bulat telur, berukuran sekitar 2,5 x 1,5 cm dan 2 x 1 cm, masing-masing,
dalam dimensi maksimumnya, meliputi hampir seluruh dorsum lidah dan batas lateral lidah
sebelah kanan [Gambar 2]. Lesi-lesi tersebut telah mengangkat batas-batas yang memutih dan
memutih dengan tepi-tepi tidak teratur yang dikelilingi oleh lingkaran halo di sekitarnya. Lesi
menunjukkan area depapillation dengan hilangnya papila liformis. Lesi tidak menunjukkan
discharge yang terlihat. Pada palpasi, semua temuan inspectory dikonfirmasi. Lesi tidak lunak
dan tidak mudah tergores. Berdasarkan sejarah dan pemeriksaan klinis, diagnosis kerja dari
glossitis bermigrasi jinak (BMG) dianggap.
Sitologi eksfoliatif dilakukan untuk mengetahui sifat lesi. Apusan sitologi disiapkan
dan Paining Papanicolaou (PAP) menunjukkan adanya Candida dalam apusan. Tidak ada
tanda displasia seluler ditemukan pada pemeriksaan sitologi. Pemeriksaan darah tidak
menunjukkan tanda-tanda neutropenia. Ibu pasien diyakinkan tentang sifat dari kondisi dan
disarankan untuk melakukan pemeriksaan rutin setiap 6 bulan [Gambar 3].
DISKUSI
Glositis bermigrasi jinak atau lidah geografis adalah gangguan jinak umum etiologi
yang tidak diketahui. Epitel lidah dipengaruhi oleh hilangnya papila filiform yang mengarah
ke ulkus halus seperti lesi yang dengan cepat mengubah warna dan ukuran. Lesi biasanya
terjadi pada ujung, batas lateral, dorsum lidah, dan kadang-kadang meluas ke bagian perut
lidah. Tingkat prevalensi antara 1,0% dan 2,5%. Menurut Jainkttivong dan Langlais, insiden
geografi tertinggi adalah pada kelompok usia 20-29 tahun. Dominan wanita lebih tinggi
dilaporkan. Jainkittivong dan Langlais mengamati tingkat yang lebih tinggi pada wanita (1,5:
1) berusia antara 9 dan 79 tahun pada populasi di Thailand. Kasus saat ini adalah seorang
pasien wanita yang berusia hanya 2,5 tahun. Kondisi ini sangat jarang terjadi pada kelompok
usia ini, meskipun lebih sering terjadi pada wanita. Penyakit ini ditandai dengan periode
eksaserbasi dan remisi selama lesi sembuh tanpa sisa pembentukan bekas luka. Periode
remisi ini dapat berlangsung selama beberapa hari, bulan, atau tahun.
PRESENTASI KLINIS
Mayoritas pasien tidak menunjukkan gejala, tetapi beberapa pasien mengeluh nyeri
dan sensasi terbakar dan penurunan sensasi rasa. Kelembutan atau sensasi terbakar
mengganggu fungsi lidah. Selama eksaserbasi, lesi dapat disertai dengan ketidaknyamanan
mulut, rasa terbakar, sensasi benda asing, atau nyeri paroksismal di telinga atau kelenjar
getah bening submandibular ipsilateral. Lesi khas lidah geografis terlihat pada dua pertiga
anterior dari batas dorsal dan lateral dan lebih jarang di atas permukaan ventral. Lesi klasik
dari lidah geografis adalah tepi putih yang memuncak di mana papila liformis tampak
bengkak dan hampir menyatu. Margin putih ini biasanya memiliki lebar 1-2 mm, yang
mengelilingi area atrofi eritematosa di mana papillae lusis tampak menghilang. Ukuran lesi
individu bervariasi dari 0,5 cm ke diameter yang lebih besar.

Gambar 1: Profil frontal Gambar 2 : Presentasi klinis lesi Gambar 3 : Lesi menunjukkan regresi

Sebuah proses yang mirip dengan lidah geografis yang terjadi di daerah lain dari
mukosa mulut disebut "lidah geografis ektopik." Ini pertama kali dijelaskan oleh Cooke
(1955) dengan nama "erythema migrans." Dalam literatur, beberapa nama lainnya adalah juga
digunakan untuk kondisi ini, seperti stomatitis geografis, stomatitis areata migrans, migrans
erythema, dan migratory stomatitis. Ini menekankan bahwa lidah geografi ektopik adalah
proses yang sama seperti lidah geografis yang melibatkan area lain dari mukosa mulut.
DIAGNOSA
Diagnosis didasarkan pada riwayat dan pemeriksaan klinis. Tes laboratorium rutin
biasanya normal. Biopsi dan pemeriksaan histologis lesi biasanya tidak diperlukan mengingat
sifat penyakit yang jinak, tetapi dapat membantu dalam meyakinkan pasien, lebih lagi dengan
fobia kanker, dari sifat jinak dari penyakit. Sitologi eksfoliatif dilakukan dalam kasus ini
yang menunjukkan asosiasi candidal dari lesi. Mungkin karena alasan bahwa Candida
albicans adalah penghuni normal rongga mulut.
PERBEDAAN DIAGNOSA
Diagnosis banding meliputi kandidiasis, psoriasis, sindrom Reiter, leukoplakia, lichen
planus, eritematosis lupus sistemik, herpes simplex, dan reaksi obat. Pada anak-anak, trauma
lokal, luka bakar kimia, dan neutropenia berat harus dikecualikan.
PENGOBATAN
Pasien biasanya tidak memerlukan perawatan selain dari jaminan. Faktor topikal yang
memperparah gejala pasien, seperti makanan yang sangat panas, pedas, atau asam, dan
kacang asin kering, harus dihindari. Berbagai perawatan simptomatik telah dicoba dan
termasuk cairan, acetaminophen, pembilasan mulut dengan agen anestesi topikal,
antihistaminik, ansiolitik, dan steroid. Helfman melaporkan hasil yang memuaskan setelah
mengobati tiga pasien dengan tretinoin topikal. Terapi vitamin A menghasilkan perbaikan
parsial pada beberapa pasien. Abe dkk. melaporkan peningkatan yang nyata pada seorang
wanita berusia 54 tahun yang menderita BMG yang persisten dan menyakitkan selama sekitar
5 tahun oleh administrasi sistemik siklosporin. Perlakuan sistemik dari mikroemulsi
mikroemulsi siklosporin, 3 mg / kg / hari, menghasilkan peningkatan yang memuaskan. Dua
bulan kemudian, pasien dimulai dengan terapi pemeliharaan dengan mikroemulsi cyclosporin
pra-konsentrasi dengan dosis 1,5 mg / kg / hari.
KESIMPULAN
Glositis bermigrasi jinak atau lidah geografis adalah gangguan jinak umum etiologi
yang tidak diketahui. Presentasi klinis dapat bervariasi dari asimptomatik hingga ulserasi
yang menyakitkan dan sensasi terbakar. Kondisi harus dipertimbangkan dalam diagnosis
banding lesi merah dan putih bahkan pada kelompok usia dini. Manajemen lidah geografis
tergantung pada presentasi klinis dan harus mencakup meyakinkan pasien, lebih lagi dengan
fobia kanker, tentang sifat jinak dari penyakit.

Anda mungkin juga menyukai