Anda di halaman 1dari 7

1

“PERJUANGAN YANG BELUM USAI”

(Catatan atas Penerapan Pancasila dan Tantangannya)

Frederikus Ivan Haryanto/2201843260


Character Building: Pancasila
Jurusan: Sistem Informasi, Class LA53

PROLOG

“De Pancasila, nunquam satis”, tentang Pancasila, tak pernah ada kata usai. Begitulah kata
yang tepat untuk mengurai eksistensi Pancasila dalam detak jantung kehidupan bangsa Indonesia.
Betapa tidak, sebagai dasar negara, Pancasila telah memainkan peran transformatif yang secara hakiki
telah mengantar Bangsa ini ke depan gerbang peradaban dunia.

Pancasila yang terwujud sebagai buah manis perjuangan founding fathers 1dan merupakan
kristalisasi perjuangan para pahlawan adalah kekuatan yang harus terus dipertahankan karena
Pancasila mengandung nilai-nilai penting, yang berisikan konsesus bersama dan mengekspresikan
cita-cita atau idealisme bangsa Indonesia.

Dari sisi legalitas, Pancasila tetap kokoh sebagai dasar negara hingga saat ini. Tetapi secara
factual, sejarah menunjukkan catatan buram. Pada tanggal 1 Juni 2017, media sosial ramai
memberitakan ucapan berkaitan hari kesaktian Pancasila. Seorang netizen yang bernama Isaac Agusta2
menulis pesan menarik sebagai berikut:

"Indonesia terlalu mahal utk jadi tumbal kepentingan segelintir oknum,


Indonesia sebagai sebuah negara tak perlu lagi menguji teori dan ideologi baru. Pancasila sudah
merupakan ideologi yang paling tepat. Pancasila sudah teruji melalui waktu yang begitu panjang dan
terbukti mampu menyatukan perbedaan. Jadi tak perlu lagi berjudi menguji teori dan ideologi lain.

1 Bapak bangsa Indonesia sering disebut sebagai The Founding Fathers adalah julukan bagi 68 orang
tokoh Indonesia yang memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajahan bangsa asing dan berperan
dalam perumusan bentuk atau format negara yang akan dikelola setelah kemerdekaan. Mereka berasal dari berbagai
macam latar belakang pendidikan, agama, daerah, dan suku/etnis yang ada di Indonesia. Mereka dianggap sebagai
manusia-manusia yang unggul dalam pemikiran, visi, dan intelektualisme. Berdasarkan ideologi, visi dan perjalanan
sejarahnya, ada ahli yang mengelompokkan mereka menjadi empat, yaitu kelompok Soekarno, Hatta, Soepomo,
dan Mohammad Yamin. Wikipedia, Ensiklopedi Bebas,” Bapak bangsa Indonesia,”
https://id.wikipedia.org/wiki/Bapak_bangsa_Indonesia (diakses pada 8 Maret 2019, pukul 16.00). (University., 2014)
2
Nur Romdlon,”Hari ini, 1 Juni 2017, Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila”, https://www.brilio.net/wow/9-
rangkaian-quote-tentang-pancasila-bikin-kamu-makin-cinta-indonesia-170601u.html#, diakses pada 9 Maret 2019,
pukul 09.00.
2

Karna itu segenap elemen bangsa harus bersatu menghadang setiap upaya-upaya yang ingin
merongrong keutuhan NKRI,"ungkapnya.

Di balik pesan ini jelas terkandung komitmen untuk mempertahankan Pancasila. Tetapi di sisi
lain muncul awasan terhadap pelbagai ancaman yang ingin menggugat keberadaan Pancasila.. Tulisan
berikut ini akan mengupas penilaian terhadap implementasi nilai-nilai Pancasila dan tantangannya
dalam masa orde Lama, orde Baru dan Masa Reformasi.

PENERAPAN NILAI PANCASILA DARI MASA KE MASA

Pancasila merupakan kristalisasi cita-cita bangsa Indonesia. “Penemuan” Pancasila berakar


dalam budaya Indonesia dan akhirnya dirumuskan secara apik seiring dengan kemerdekaan Indonesia
dan lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemikiran para tokoh bangsa dan agama telah
meletakkan dasar yang kokoh bagi perjalanan bangsa ini dari masa ke masa.

Soekarno3 pernah mengatakan bahwa bangsa yang tidak memiliki cita-cita akan berada dalam
bahaya besar. Pada kesempatan lain, Proklamator bangsa ini menghangatkan asa rakyat Indonesia
dengan ajakan, gantungkan cita-citamu setinggi bintang di langit. Pancasila yang mengandung nilai-
nilai mendasar adalah cita-cita yang mengawal kehidupan bangsa dan bernegara. Lewat Pancasila,
bangsa Indonesia dapat menemukan dirinya sekaligus berjuang mencapai harapannya menuju bangsa
yang adil dan makmur.

Perjalanan Pancasila sebagai dasar negara dan cita-cita bangsa mengalami pasang surut dari
masa ke masa. Catatan ini hanya merumuskan secara singkat penerapan Pancasila dan tantangannya
pada masa Orde Lama, Orde Baru dan Masa Reformasi.

1. Orde Lama.

Di bawah kekuasaan Soekarno, Pancasila tampil di garis depan sebagai pengawal bangsa. Bahkan
disebutkan bahwa Pancasila tampil hegemonik. Itu berarti Pancasila merangkum segala perbedaan.
Keanekaragaman bangsa Indonesia memiliki hal positif tapi di sisi lain menyimpan tantangan luar
biasa. Di tengah keanekaragaman, Pancasila merupakan pemersatu untuk perbedaan agama, ras dan
suku. Pancasila menjadi pendorong semangat toleransi, mencari jalan mufakat dan menguatkan
strategi Bersama untuk pemerataan pembangunan. Tetapi situasi politik yang carut marut di awal
kemerdekaan bangsa menimbulkan banyak gesekan. Disebutkan bahwa Partai Komunis Indonesia dan
kekuatan politik lainnya menggunakan Pancasila sebagai justifikasi4 atau pembenaran atas prinsip-
prinsip yang justru bertentangan dengan nilai Pancasila. Pancasila akhirnya dilemahkan eksistensinya

3
Tim CBDC 2014. Character Building: Pancasila. Binus University, Universitas Bina Nusantara, Jakarta, 2014, hal. 40.
4
Ibid, hal. 44.
3

justru karena merangkul pelbagai nilai dan arus pemikiran baru yang berkembang pada saat itu.
Puncaknya adalah terjadinya Gerakan 30 September yang didalangi Partai Komunis Indonesia untuk
melenyapkan eksistensi Pancasila. Kejadian ini termasuk catatan paling kelam dalam sejarah bangsa
Indonesia. Akibat dari Gerakan 30 September, Presiden Soekarno lengser dari jabatannya sebagai
Presiden Indonesia melalui sidang MPRS.

2. Orde Baru

Pembasmian terhadap PKI menjadi tonggak awal dimulainya Orde Baru. Dengan mengusung
semangat baru, Presiden Soeharto menegakkan Pancasila sebagai asas tunggal yang tidak boleh
digugat. Kekuatan apa pun tidak boleh dibiarkan di bumi pertiwi selain Pancasila.

Gebrakan Soeharto yang dituangkan lewat banyak ketetapan dan instruksi mengokohkan
keberadaan Pancasila. Pada tahun 1968, Soeharto mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 12 tahun
1968. Instruksi itulah yang mewarnai perjalanan kekuasaan Orde Baru dengan menegaskan Pancasila
sebagai dasar negara. 5

Satu, Ke-Tuhan-an yang Maha Esa

Dua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Tiga, Persatuan Indonesia

Empat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan


Perwakilan

Lima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Tak hanya berhenti pada instruksi semata. Rezim Soeharto meneguhkan 36 butir P4(Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Sosialisasi P4 wewarnai perjalanan kekuasaan Orde Baru.
Pancasila tampil gemilang sebagai kekuatan yang meredam pelbagai isu dan sekaligus menjadi
sentimen yang mendorong pembangunan dalam pelbagai bidang seperti Ideologi, Politik, Ekonomi,
Sosial, Budaya dan Pertahanan Keamanan.

Celakanya, Orde Baru tak bisa menjaga marwah kekuasaan sebagai usaha mengabdi pada
rakyat. Kekuasaan Orde Baru sering menjadikan Pancasila sebagai tameng untuk melakukan
kekerasan pada rakyat sendiri. Kerakusan, korupsi dan kejahatan dibungkus apik dengan usaha
pembelaan pada Pancasila. Itu berarti kritik diberangus karena dianggap melawan Pancasila.
Kekerasan dihalalkan bagi partai politik atau pribadi yang berseberangan terhadap kebijakan

5
Ibid,hal. 45.
4

pemerintah. Singkat kata, Pancasila dijadikan alat kekuasaan dan kerakusan dan memberangus
kebenaran.

Situasi chaos akhirnya tak tertahankan lewat gerakan Reformasi tahun 1998. Para aktivis dan
masyarakat akhirnya melawan kekuasaan Soeharto. Biaya reformasi tidak sedikit. Banyak orang
kehilangan nyawanya untuk menumbangkan rezim Soeharto. Akhirnya Soeharto menyerahkan
jabatannya pada 21 Mei 1998.

3. Masa Reformasi

Sebagai antithesis terhadap Orde Baru, gerakan Reformasi telah melahirkan revolusi besar bagi
perkembangan bangsa Indonesia. Gerakan Reformasi telah menumbuhkan harapan baru terhadap
demokrasi yang merupakan nilai agung dari Pancasila sendiri. Itu berarti gerakan Reformasi pada
hakikatnya ingin menghidupi Pancasila berdasarkan arti dan hakikat yang sebenarnya.

Gerakan reformasi ditandai oleh kebebasan berekspresi dan menyatakan pendapat. Reformasi
pun ditandai oleh penghayatan nilai tolerasi, persatuan dan usaha memajukan Indonesia dari Sabang
sampai Merauke serta pelbagai hal penting yang telah diabaikan rezim Orde Baru.6

Setelah Soeharto lengser, jabatan Presiden dan Wakil Rakyat atau DPR telah menemukan arah
baru. Sebelumnya, Presiden dipilih oleh DPR. Tetapi lewat reformasi, Presiden dipilih oleh rakyat
yang berarti masa reformasi memberi nilai plus terhadap Pancasila dengan menjadikan rakyat sebagai
pemilik kekuasaan. Jelas terlihat bahwa demokrasi kita menemukan arah baru menuju masa depan
yang gemilang.

Seiring dengan pergantian kepemimpinan presiden dari waktu ke waktu, wajah Indonesia
makin tampak baru dan modern. Indonesia makin diperhitungkan dunia dan prestasi itu adalah buah
dari pengakaran Pancasila sebagai ideologi yang harus direalisasikan dalam praktik kekuasaan dan
dalam kesadaran warga negara.

Untuk rentang waktu yang cukup lama, Pancasila tampaknya tidak dipersoalkan. Tetapi situasi
belakangan ini menujukkan alarm terhadap keberadaan Pancasila. Di beberapa tempat sering rentan
terjadi gejolak pertentangan antar umat beragama. Belum lagi situasi politik yang mencampuradukkan
kepentingan kekuasaan dengan label agama tertentu yang merusak hubungan antar umat. Ada juga
politik uang yang mengaburkan nilai demokrasi. Nilai persatuan juga diseret menjadi pertengkaran
karena sentiment-sentimen atas perbedaan SARA. Timbul juga arus pemikiran yang hendak merevisi

6
Rahma Septian ,”Tantangan Pancasila Masa Kini”,
https://rahmaseptian278gmail.wordpress.com/2018/01/23/tantangan-pancasila-masa-kini-jaman-now/(diakses pada
10 Maret 2019, pukul 09.45).
5

Pancasila denga Piagam Jakarta yang nota bene mengeksklusifkan agama tertentu. Dan terakhir, situasi
menjelang Pilpres tahun 2019 yang makin memanas karena isu khilafah dan HTI 7yang akan mengganti
Pancasila dengan syariat Islam.

Para pengamat sebetulnya sudah lama memberi awasan terhadap gejala seperti ini. Salah satu
factor penyebabnya adalah karena tampaknya gerakan reformasi tidak hanya menantang rezim
Soeharto tetapi tanpa disadari menjadi alergi dengan Pancasila. Pancasila yang pada dasarnya
mengandung nilai-nilai penting ikuti ‘dimusuhi’ karena dianggap sebagai jelmaan dari Orde Baru.
Indoktrinasi Pancasila oleh Orde Baru akhirnya memunculkan gerakan reformasi yang terperangkap
dalam cara pandang keliru terhadap Pancasila.

4. PENILAIAN

‘Jangan sekali-kali melupakan sejarah’, demikian tulis Soekarno. Gugatan Sang Proklamator ini
adalah sebuah cambuk kesadaran bagi rakyat Indonesia untuk berguru pada masa lalu agar bisa
memantapkan arah perjalanan menuju masa depan.

Ada beberapa catatan yang saya berikan berkaitan dengan hal tersebut.

Pertama, Pancasila sebagai dasar negara menyimpan nilai dan cita-cita bangsa. Sebagai nilai,
maka Pancasila harus diperjuangkan terus-menerus. Kesalahan pada masa lalu adalah menitikberatkan
legalitas formal dari Pancasila. Ada begitu banyak ketetapan dibuat dan disosialisasikan tetapi
celakanya menjadi indoktrinasi, sebuah proses cuci otak yang justru meruntuhkan daya kreativitas dan
suara hati. Masyarakat tidak benar-benar melihat nilai Pancasila tetapi sebatas sebuah hafalan karena
bersamaan dengan penegasan Pancasila dipertontonkan kekerasan, korupsi, tindakan semena-mena
yang melecehkan martabat manusia. Dalam ruang gerak yang dibatasi, nilai sebesar dan seagung apa
pun pasti akan berakhir di tempat sampah. Akibatnya kekuasaan menjadi tampak korup dan
masyarakatnya menjadi hipokrit, penuh kemunafikan. Tak mengherankan bahwa masyarakat akhirnya
begitu gampang diadu domba, dipolitisir karena bukannya nilai yang mereka dapatkan dari Pancasila
tetapi sebatas sebuah simbol tanpa makna yang tidak mengarahkan hidup mereka sesuai cita-cita awal
bangsa ini.

Kedua, Pada masa reformasi, rakyat Indonesia sebenarnya sudah memiliki ruang gerak yang
leluasa untuk mengamalkan Pancasila. Tetapi celakanya adalah ruang gerak itu telah diekspresikan
secara salah. Perlawanan terhadap orde baru telah memunculkan sikap alergi terhadap Pancasila.
Sebuah pepatah berbunyi,” tangkap tikusnya dan jangan bakar lumbungnya. Pepatah ini relevan untuk

7
Juli Hantoro ,”Azyumardi Azra: HTI Berbahaya bagi Eksistensi Pancasila”,
https://nasional.tempo.co/read/1076709/azyumardi-azra-hti-berbahaya-bagi-eksistensi-pancasila/full&view=ok
(Diakses pada 10 Maret 2019, pukul 10.00).
6

gerakan reformasi untuk benar-benar melihat akar persoalan kejahatan di masa lalu tanpa harus
mengubur nilai Pancasila. Adalah hal yang tidak bijak bahwa kemudian Pancasila dan nilai-nilainya
yang begitu luhur akhirnya dikorbankan karena kesalahan praktik kekuasaan dari masa lalu. Ketika
bangsa ini tidak lagi menghargai nilai Pancasila, tanpa disadari gerakan ideologi lain mulai menggerus
kesadaran masyarakat. Tak mengherankan kekuatan lain bisa merongrong entah dari luar ataupun dari
dalam karena Pancasila tampil seperti macan ompong. Isu-isu seperti PKI dan kehadiran HTI dengan
negara khilafahnya harus menggugah kesadaran bangsa ini untuk kembali mengamalkan Pancasila.
Hal itu bukan tanpa dasar. Pancasila adalah rumusan yang menyatukan bangsa ini sekaligus menjadi
fondasi kokoh lahir dan terbentuknya bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ketiga, Implementasi Pancasila adalah sebuah perjuangan yang belum usai. Alasannya adalah
Pancasila adalah cita-cita besar yang berkaitan erat keanekaragaman masyarakat Indonesia. Di tengah
perbedaan, problem dan ketidakcocokkan rentan terjadi. Apalagi kalau problem itu disulut dengan
sentiment dan kepentingan tertentu. Karena itu, dalam pandangan saya, Pancasila harus merasuki
kehidupan masyarakat yang beraneka ragam untuk meminimalisir dan bahkan menghancurkan setiap
sekat yang memang sudah ada sejak awal. Pancasila menjadi tonggak penting bagi persatuan, tumbuh
suburnya sikap toleransi dan penjamin demokrasi di mana setiap pribadi memiliki kesempatan dan
peluang yang sama untuk maju dan berkembang di bumi pertiwi ini.

PENUTUP

"Semakin tinggi pohon, maka akan semakin kencang angin menerpanya", yang diartikan
dengan "semakin tinggi nilai seseorang maka semakin besar hal yang akan menjatuhkannya".
Demikian`lah hal yang bisa diungkapkan berkaitan dengan keberadaan Pancasila. Sebagai dasar
negara dan cita-cita bangsa, tidak mudah untuk secara sempurna mengimplementasikan nilai
Pancasila. Dalam fakta ditemukan banyak tantangan yang ingin menjatuhkan Pancasila, seperti
tantangan ideologi baru, korupsi, tindakan kekerasan, tindakan intoleransi, politik yang menghalalkan
segala macam cara dan pelbagai kepentingan picik yang secara langsung maupun tidak langsung
menihilkan keberadaan Pancasila.

Atas tantangan itu, tugas segenap warga negara adalah kembali melihat Pancasila sebagai nilai
yang diperjuangkan . Pancasila tidak menjadi symbol kebanggan semata tetapi sebagai ‘way of life’
cara hidup yang benar-benar akan membawa setiap pribadi mencapai masa depan yang gemilang.
Pancasila harus benar-benar dihidupi agar tidak menjadi “Panca Sial” yang merugikan masyarakat dan
bangsa Indonesia. Dan pilihan tepat untuk menghidupi Pancasila adalah sebuah perjuangan yang tidak
7

selesai. Sebagai orang-orang merdeka, rakyat Indonesia harus bangga memiliki Pancasila dan
memperjuangkannya selama hayat dikandung badan, seperti syair lagu Garuda Pancasila berikut ini:

Garuda Pancasila

Akulah pendukungmu

Patriot proklamasi

Sedia berkorban untukmu

Pancasila dasar negaraRakyat

adil makmur Sentosa

Pribadi bangsaku

Ayo maju maju

Ayo maju maju

Ayo maju maju

DAFTAR PUSTAKA

Hantoro, J. Tempo.co. Retrieved from Azyumardi Azra: HTI Berbahaya bagi Eksistensi Pancasila:
https://nasional.tempo.co/read/1076709/azyumardi-azra-hti-berbahaya-bagi-eksistensi-
pancasila. Diakses 10 Maret 2019
Romdlon, N.. Retrieved from Hari ini, 1 Juni 2017, Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila:
https://www.brilio.net/wow/9-rangkaian-quote-tentang-pancasila-bikin-kamu-makin-cinta-
indonesia-170601u.html#. Diakses pada 9 Maret 2019.
Septian, R. Retrieved from Tantangan Pancasila Masa Kini:
https://rahmaseptian278gmail.wordpress.com/2018/01/23/tantangan-pancasila-masa-kini-
jaman-now/. Diakses 10 Maret 2019.
Tim CBDC Binus University. (2014). Character Building: Pancasila. Jakarta: Universitas Bina
Nusantara.
Wikipedia. Retrieved from Bapak bangsa Indonesia:
https://id.wikipedia.org/wiki/Bapak_bangsa_Indonesia. Diakses 8 Maret 2019

Anda mungkin juga menyukai