Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

GIZI PADA BAYI


Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Bagian Family Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Disusun Oleh :

Dara Miranda
Fachrul Razi
Intan Maulina
Maulianur Rizki
Murdia
Putri Febriyanti
Rahmadini Siregar
Sri Tursina

Pembimbing :
dr. Husnah, MPH

BAGIAN FAMILY MEDICINE


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2016

1
BAB I
PENDAHULUAN

Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-


kelompok yang telah ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat-zat
gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur
secara antropometri.
Yang termasuk kedalam kelompok rentan gizi adalah bayi berumur 0 – 1 tahun,
kelompok balita berumur 1 – 5 tahun, kelompok anak sekolah berumur 6 – 13 tahun,
kelompok remaja berumur 14 – 20 tahun dan juga kemolpok ibu hamil serta ibu
menyususi.
Bayi merupakan salah satu kelompok rawan gizi. Kekurangan gizi pada masa
bayi dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang secara fisik, mental, social, dan
intelektual yang sifatnya menetap dan terus dibawa sampai anak menjadi dewasa.
Selain itu kekurangan gizi dapat menyebabkan terjadinya penurunan atau rendahnya
daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi.
Kesehatan bayi dan balita menjadi masalah di Indonesia diantaranya kurang
gizi yang menjadi penyebab kesakitan dan kematian pada bayi dan balita di negara
berkembang. Prevalensi kurang gizi di Indonesia masih sangat tinggi, yang bisa
berdampak pada penurunan kualitas Sumber Daya Manusia. Keadaan ini berkaitan
erat dengan berbagai kondisi yang melatarbelakanginya, seperti malnutrisi,kondisi
lingkungan, kondisi sosial, ekonomi, seperti kemiskinan dan sebagainya.
Masalah gizi balita yang dihadapi Indonesia pada saat ini adalah masalah gizi
kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang disebabkan oleh kemiskinan,
kurangnya persediaan pangan, sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang gizi dan kesehatan. Sedang masalah gizi lebih
disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada masyarakat disertai dengan kurangnya
pengetahuan gizi dan kesehatan.

2
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : M.Abid
Tanggal Lahir : 13 September 2015
Umur : 5 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Aceh
Agama : Islam
Alamat : Neusu Jaya
Tanggal Pemeriksaan : 13 April 2016
2.2 Anamnesa
 Riwayat Persalinan
Pasien merupakan anak ketiga, lahir secara spontan dibidan, bayi lahir segera
menangis. BBL : 3700 gr, PB : 53 cm dan LK : 35 cm
 Riwayat Imunisasi
Pasien mendapatkan imunisasi lengkap
 Riwayat Makanan
0-5 bulan : ASI
2.3 Pemeriksaan Fisik
1 Status Present
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : E2M4Vx
Heart Rate : 134 x / menit
Respiratory Rate : 25 x/ menit
Temperatur : 36,7 ˚C
2 Antropometri
BB sekarang : 7 kg
TB : 65 cm

Status gizi
BB/U : +2 s/d -2
TB/U : +2 s/d -2
BB/TB : +2 s/d -2

3
LK/U : +2 s/d -2
LILA/U : +2 s/d -2
Kesan : gizi baik
a. Status Generalis
1) Kulit
Warna : kuning kecoklatan
Turgor : kembali cepat
Parut/skar : tidak dijumpai
Sianosis : tidak dijumpai
Ikterus : tidak dijumpai
Pucat : tidak dijumpai
2) Kepala
Bentuk : normocephali.
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merata.
Wajah : simetris
Mata :edema palpebra (-/-), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik
(-/-), refleks cahaya (/), pupil bulat isokor  3 mm/3 mm.
Telinga : normotia
Hidung : nafas cuping hidung (-/-), sekret(-/-)
3) Mulut
Bibir : bibir kering (-), mukosa bibir lembab (), sianosis (-), pucat
: (-)
Lidah : Normal
Tonsil : Normal
Faring : Normal
4) Leher
Trakhea : terletak ditengah
KGB : Normal
Kelenjar tiroid : Normal
5) Thoraks
Inspeksi

4
Statis : simetris, bentuk normochest.
Dinamis : simetris
Paru
Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis.
Palpasi : Sfka = sfki
Perkusi : Sonor
Auskultasi:suara napas dasar vesikular (/), suara napas tambahan
rhonki (-/-) dan wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba ICS V midklacikula sinistra
Auskultasi : BJ I > BJ II, bising (-), bunyi jantung menjauh.
6) Abdomen
Inspeksi : simetris
Palpasi : soepel (+), Hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani (+)
Auskultasi : peristaltik 3x/menit, kesan normal
7) Genitalia dan Anus

Tidak dilakukan pemeriksaan


8) Ekstremitas
Superior : ikterik (-/-), edema (-/-), pucat (-/-), akral hangat, CRT <2”,
Inferior : ikterik (-/-), edema(-/-), pucat (-/-), akral hangat,CRT <2”,

5
BAB III
PEMBAHASAN

Gizi yang baik sangat diperlukan untuk proses tumbuh kembang bagi anak-
anak yang normal ditinjau dari segi umur, anak balita yaitu anak yang berumur
dibawah lima tahun, merupakan anak yang sedang dalam masa tumbuh kembang
adalah merupakan golongan yang paling rawan terhadap kekurangan kalori protein.
Di usia 0 hingga 6 bulan, sumber gizi bayi adalah air susu ibu (ASI). ASI
mengandung gizi yang sangat lengkap sehingga sudah mencukupi standar kebutuhan
gizi bayi. Sementara bagi bayi di usia lebih dari 6 bulan memerlukan asupan makanan
pendamping ASI sebagai tambahan sumber gizi bayi. Ada tiga komponen pokok

6
dalam pemenuhan kebutuhan gizi bayi, yaitu sumber kalori, vitamin dan mineral.
Hingga usia 12 bulan, bayi mengalami pertumbuhann yang sangat pesat. Kalori
merupakan gizi untuk bayi yang sangat vital di masa ini.
Kebutuhan energy bayi yang cukup selama tahun pertama sangat bervariasi
menurut usia dan berat badan. Taksiran kebutuhan energy selama 2 tahun pertama,
yaitu pada masa pertumbuhsn cepat, adalah 120 kkal/kg BB/hari. Secara umum,
selama 6 bulan pertama kehidupan bayi membutuhkan energy sebesar kira – kira 105
– 110 kkal/kg/hari pada 6 bulan sesudahnya.
Berdasarkan paparan diatas mendukung riwayat makanan bayi pada kasus ini
yaitu seorang bayi berusia 6 bulan masih diberikan ASI secara eksklusif.
Pada data antropometri dapat disimpulkan bahwa status gizi bayi tersebut diatas
adalah gizi baik. Asupan gizi yang baik sering tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak
karena faktor dari luar dan dalam. Faktor luar diantaranya adalah ekonomi keluarga,
sedangkan faktor dari dalam ada dalam diri anak yang secara psikologis muncul
sebagai problema makan anak.
Beberapa faktor penyebab langsung dari masalah gizi kurang ini berkaitan
dengan konsumsi gizi, dimana pada periode 1995-2000, masih dijumpai hampir 50%
rumah tangga mengkonsumsi makanan kurang dari 70% terhadap angka kecukupan
gizi yang dianjurkan (2200) Kkal/kapita/hari, 48 gram protein/kapita/ hari). Akar
permasalahan adalah kemiskinan dan situasi sosial politik yang tidak menentu. Tahun
1999, kajian Susenas memperkirakan 47,9 juta penduduk hidup di bawah garis
kemiskinan.
Selain asupan energy, defisiensi zat gizi mikro sering dijumpai terutama pada
masa pertumbuhan cepat, kehamilan dan menyusui. Asupan zat gizi mikro yang
rendah pada saat kehamilan dapat meningkatkan resiko terhadap ibu dan outcome
kelahiran yang merugikan. Oleh karena itu direkomendasikan untuk pemberian
suplemen zat gizi mikro selama kehamilan seperti besi, asam folat, zinc, vitamin A,
kalsium dan iodium.
Banyak faktor yang mempengaruhi status gizi tersebut, yaitu :
1. Faktor External

7
Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain:
a. Pendapatan
Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi
keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga
tersebut.
b. Pendidikan
Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap
dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan
status gizi yang baik.
c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan
kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibuakan mempunyai
pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
d. Budaya
Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan
kebiasaan.
2. Faktor Internal
Faktor Internal yang mempengaruhi status gizi antara lain :
a. Usia
Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki
orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita .
b. Kondisi Fisik
Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut
usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan
mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk,
adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi
digunakan untuk pertumbuhan cepat.
c. Infeksi

8
Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan
atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan
Secara harfiah, bayi atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari
lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan
ini. Namun, karena faali bayi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia
diatas satu tahun, banyak ilmuwan yang membedakannya. Utamanya, makanan bayi
berbentuk cair, yaitu air susu ibu (ASI), sedangkan umumnya anak usia lebih dari
satu tahun mulai menerima makanan padat seperti orang dewasa. Anak usia 1-5
tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu sampai dengan
prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan
kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis
makanan dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya.
Berdasarkan karakteristiknya, bayi usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan “
batita “ dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan
usia “ prasekolah”. Batita sering disebut konsumen pasif, sedangkan usia prasekolah
lebih dikenal sebagai konsumen aktif.
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima
makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya
anak bayi diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa
batita lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan
yang relatif lebih besar. Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah
makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak
yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi
kecil dengan frekuensi sering.

Makanan sebagai sumber zat gizi yang dimana didalam makanan terdapat
enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Zat
gizi ini diperlukan bagi bayi sebagai zat tenaga, zat pembangun , dan zat pengatur.
Zat tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat ,

9
lemak, dan protein. Bagi bayi, tenaga diperlukan untuk melakukan
aktivitasnya serta pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu,
kebutuhan zat gizi sumber tenaga bayi relatif lebih besar daripada orang
dewasa.
Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan
perkembangan organ-organ tubuh bayi, tetapi juga menggantikan jaringan
yang aus atau rusak.
Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk
otak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan
sebagai zat pengatur :
 Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C
) maupun yang larut dalam lemak ( vitamin A, D, E, dan K ).
 Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.
 Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.
Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk
memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi
ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara
asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh
status gizi yang baik. Status gizi bayi dapat dipantau dengan menimbang anak
setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).
a. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa,
sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan
semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.
b. Kebutuhan zat pembangun
Secara fisiologis, bayi sedang dalam masa pertumbuhan sehingga
kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika
dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya

10
relatif lebih kecil.
c. Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air pada bayi dalam sehari berfluktuasi seiring dengan
bertambahnya usia.

Kebutuhan Energi ( kkal / kg BB )


Pria Wanita
Golongan Umur ( tahun )
0-1 110 – 120 110 – 120
1-3 100 100
4-6 90 90
6-9 80 – 90 60 – 80
10-14 50 – 70 40 – 55
14 -18 40 – 50 40

Angka Kecukupan Gizi pada Bayi Usia 0 – 6 bulan


Angka Kecukupan Gizi ialah angka yang memberi informasi mengenai
kebutuhan tubuh secara umum akan nutrisi nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh
tersebut. Namun, angka kecukupan gizi ini bukanlah angka yang mutlak. Hal ini
dikarenakan angka kecukupan gizi ini bisa saja berbeda antara satu dengan yang
lain. Perbedaan ini biasanya tergantung pada kebutuhan setiap individu,
dipengaruhi pula oleh Gender, Berat Badan, Tinggi Badan dan juga Aktivitas
fisik.
Pada saat bayi semua kebutuhannya akan gizi sudah terpenuhi dengan baik oleh
Air Susu Ibu ( ASI ). Sehingga tidak diperlukannya makanan tambahan sebelum
bai berusia 6 bulan. Peranan ASI dalam mencukupi kebutuhan bayi pun berkurang
ketika bayi berusia 6 bulan. Ketika itu, ASI hanya mampu mencukupi sekitar
70 % dari kebutuhan nutrisi bayi. Sementara sisanya harus terpenuhi dari
makanan tambahan yang diberikan sebagai pendamping ASI.
Berikut ini adalah Angka Kecukupan Gizi bayi berusia 0 – 6 bulan berdasarkan jenis
zat :
Jeniz Zat Banyaknya

11
Energy 550 kkal
Protein 10 gr
Vit A 375 RE
Vit D 5 ug
Vit E 4 mg
Vit K 5 ug
Thiamin 0,3 mg

Angka Kecukupan Gizi pada Bayi Usia 6 bulan – 1 tahun


Tahun pertama merupakan masa penting dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Biasanya bayi mengalami pertumbuhan yang pesat pada
masa ini, sehinga angka kecukupan gizinya pun tentu juga bertambah. Selain itu,
bayi juga mulai diberikan makanan tambahan sebagai pendamping ASI.
1. Energi
Kebutuhan energy bayi pada usia ini adalah 2 – 4 kali lebih besar
dibandingkan energy yang dibutuhkan oleh orang dewasa. Tingginya asupan
kalori ini digunakan untuk menunjang begitu pesatnya pertumbuhan dan
perkembangan anak serta cepatnya metabolisme dalam tubuh bayi. Itulah
sebabnya mengapa bayi lebih sering dan cepat merasa lapar dibandingkan orang
dewasa. Kebutuhan energy pada usia ini adalah 950 kkal / hari.
2. Protein

Protein dikenal memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan


perkembangan, protein yang terdapat dalam ASI mengandung asam amino
essensial yang sangat dibutuhkan yubuh, namun jumlah asupan protein tidaklah
melebihi 20 % dari asupan total makanan. Karena kelebihan protein protein akan
memperberat kerja ginjal bayi.
3. Lemak
Lemak yang dibutuhkan ialah sekitar 30 -50 %. Jumlah ini merupakan
jumlah proporsional sesuai dengan angka kecukupan gizi bayi. Jia terlalu banyak

12
yang masuk kedalam tubuh makaakan mengakibatkan ganguan
pencernaan.Berperan penting dalam proses tumbuh kembang sel-sel saraf otak
untuk kecerdasan anak. Lemak yang diperlukan yaitu asam lemak esensial (asam
linoleat atau omega 6, asam linolenat atau omega 3) dan asam lemak non esensial
(asam oleat atau omega 9, EPA, DHA, AA.
4. Vitamin dan Mineral
Terdapat berbagai masam Vitamin yang dibutuhkan oleh bayi. Namun diawal
kehidupannya, Vitamin K merupakan vitamin essensial yang diperlukan. Vitamin K
berperan dalam hal pencegahan terhadap resiko terjadinya perdarahan pada bayi
baru lahir. Selain itu, vitamin yang dibutuhkan ialah Vitamin D yang berperan
dalam pembentukan tulang dan gigi serta membantu penyerapan kalsium oleh
tubuh. Selain itu, cadangan zat besi pada bayi biasanya akan mulai berkurang pada
usia sekitar 4 bulan. Itulah sebabnya penting untuk memberikan suplementasi
zatbesi ketika bayi mulai diperkenalkan dengan makanan pendamping ASI.
Makanan yang kaya aka zat besi adalah Beras Merah, Daging Merah, Hati dsb.
Yodium dan Seng adalah jenis mineral penting yang dibutuhkan untuk menunjang
pertumbuhan bayi.
5. Yodium
Berperan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh sehingga tidak
mengalami hambatan seperti kerdil atau ukuran tubuh tidak berkembang. Selain
itu juga berperan dalam proses metabolisme tubuh, mengubah karoten yang
terdapat dalam makanan menjadi Vit. A.
6. Air
Kebutuhan air pada bayi sekitar 1,5 ml untuk setiap kalori yang terkandung
dalam makanannya. Kebutuhan akan air biasanya sudah terpenuhi dari ASI atau
susu formula yang biasa dikonsumsinya. Sebab, keduanya mengandung 95 %
air. Namun dalam beberapa kondisi tertentu,dibutuhkan air dalam jumlah yang
banyak. Misalnya saat bayi diare, demam, dan juga muntah muntah. Kondisi
tersebut bisa menyebakan bayi mengalami dehidrasi jika tidak dibarengi dengan
tambahan air yang memadai.

13
7. Kalsium
Penting dalam pembentukan tulang dan gigi, kontraksi dalam otot, membantu
penyerapan vitamin B12 (untuk mencegah anemia dan membantu sel darah merah).
8. Zinc atau Zat Seng
Tersebar di semua sel, jaringan dan organ tubuh. Diperlukan untuk
pertumbuhan fungsi otak dan mempengaruhi respons tingkah laku dan emosi anak.
9. Zat Besi
Diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan mempengaruhi penggunaan energi
yang diperlukan tubuh, pembentukan sel darah yang membantu proses penyebaran
zat gizi serta oksigen ke seluruh organ tubuh.
10. Asam Folat
Sangat penting pada masa pertumbuhan anak, memproduksi sel darah
merah dan sel darah putih dalam sumsum tulang, berperan dalam
pematangan sel darah merah dan mencegah anemia.

Makanan Bayi
Pertumbuhan dan perkembangan bayi masih berlangsungsampai dewasa.
Makanan yang paling sesuai untuk bayi adalah Air Susu Ibu. Karena ASI memang
diperuntukkan bagi bayi bayi yang khasiatnya sebagai makanan pokok untuk bayi
tersebut.
Keunggulan ASI dibanding dengan susu sapi ialah :
a. ASI mengandung hamper semua zat gizi yang diperlukan oleh
bayi dengan konsentrasi yang sesuai dengan kebutuhan bayi.
b. ASI mengandung kadar laktosa yang lebih tinggi, dimana laktosa ini dalam
usus akan mengalami peragihan hingga membentuk asam laktat yang
bermanfaat dalam usus bayi
c. ASI mengandung berbagai zat penolak yang dapat melindungi bayi dar
berbagai penyakit infeksi
d. ASI lebih aman dari kontaminasi karena diberikan langsung . Resiko
alergi pada bayi kecil sekali

14
f. ASI dapat sebagai perantara untuk menjalin hubungan kasih sayang
antara Ibu dan Bayi
g. Suhu ASI sesuai dengan suhu tubuh bayi
h. ASI membantu pertumbuhan gigi lebih baik
i. ASI lebih ekonomis, praktis dan tersedia setiap waktu
Berdasarkan Penelitian para Ilmuwan kebutuhan nutrisi yang harus di konsumsi
oleh bayi, yaitu :
1. Usia 0 – 6 Bulan
Bayi hanya diberikan ASI saja, lebih sering lebih baik karena ASI
banyak mengandung zat – zat antibody yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, serta
sangat baik untuk pertumbuhan otak si bayi.
2. Usia 6 – 9 Bulan
Bayi yang diberi ASI dan makanan pendamping pada usia 6 bulan lebih
karena dalam hal ini alat cerna sudah berfungsi dengan baik, makan yang cocok
diberikan diantaranya bubur, tepung beras, bubur encer, pisang lumat dan pepaya
lumat.
3) Usia 9 – 12 Bulan
Bayi diberikan ASI dan diberikan makanan pendamping seperti makanan
bubur, nasi, dan menginjak usia 10 bulan bayi mulai diperkenalkan makanan
keluarga.
4) Usia 12 – 24 Bulan
Bayi tetap terus diberi ASI dan makan lengkap sekurang – kurangnya
diberikan 3x sehari dengan porsi setengah makan tetap diberikan makanan
selingan 2 – 3x sehari.

Golongan Makanan
Usia ( Bulan ) ASI Lumat Lumat Lunak Padat
0-6
6 -7

15
7-9
9 -12
12 - 24
POLA PEMBERIAN MAKANAN

Penyebab Bayi Kurang Nafsu Makan


a. Faktor penyakit organis
b. Faktor gangguan psikologi
Anak akan kehilangan nafsu makan karena hal-hal sebagai berikut :
- Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi
frustasi dan menangis
- Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam jumlah/
takaran tertentu sehingga anak menjadi tertekan
- Makanan yang disajikan tidak sesuai dengan yang diinginkan / membosankan
- Susu formula yang diberikan tidak disukai anak atau ukuran / dosis yang
diberikan tidak sesuai dengan sehingga susu yang diberikan tidak dihabiskan
- Suasana makan tidak menyenangkan/ anak tidak pernah makan bersama
kedua orang
- tuanya.
c. Faktor pengaturan makanan yang kurang baik
Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit makan :
1. Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah dengan
menyembuhkan penyakitnya melalui dokter.
2. Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang dapat
dilakukan.
a) Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis sehingga
dapat menggugah selera makan anak dan disajikan semenarik mungkin.
b) Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua harus
sabar saat memberi makan anak.
c) Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya waktu makan
disesuaikan denga waktu makan keluarga karena anak punya semangat untuk

16
menghabiskan makanannya dengan makan bersama keluarga (orangtua)
d) Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis makanan
sebaiknya dihindari dan ditanamkan pada anak memilih bahan /jenis makanan
yang baik.
3. Jika penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan maka dapat dilakukan
beberapa hal berikut ini :
a) Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikan pada saat anak
benar- benar lapar dan haus
b) Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan tersebut tidak
membuat anak menjadi kenyang agar anak tetap mau makan nasi.
c) Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan selingan, sebaiknya
didampingi oleh orang tuanya sehingga anak dapat memilih makanan
jajanan yang baik dari segi kandungan gizi maupun kebersihannya.
d) Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan harus diatur disesuaikan
dengan kebutuhan/kecukupan gizinya sehingga anak tidak menderita gizi
kurang atau gizi lebih.
e) Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus disesuaikan dengan
tahap pertumbuhan dan perkembangan anak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Almasyhuri .1998 . SurveyTingkat Prevalensi AnemiapadaIbuHamil . Penelitian


Gizi dan Makanan. Jilid 21 :15
2. Aritonang, J. 2003. Pemantauan Pertumbuhan Balita. Petunjuk Praktis Menilai
Status Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta : Kanisius
3. Mulfiana, E. 2005. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Terhadap Status
Gizi Balita. Ilmu Keperawatan S1 Kedokteran USU.
4. Moehji, S. 2000. Pemeliharaan Gizi dan Balita. Jakarta : Baharata Karya Aksara
5. Nasution, A.H., dkk. 2000. Gizi untuk Kebutuhan Fisiologis Khusus.
Terjemahan. PT Gramedia. Jakarta.
6. Santosa, Sugeng. 2004.Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT.RienekaCipta.

17
18

Anda mungkin juga menyukai