Anda di halaman 1dari 16

Fransiska A.

S/162010300157/A2
Tugas Resume Auditing 2

“MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN


PENAGIHAN: PIUTANG USAHA”

Metodologi untuk merancang pengujian atas rincian saldo

Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha adalah sebagai berikut :

1. Piutang usaha dalam neraca saldo sama dengan jumlah file induk terkaitdan totalnya
telah ditambahkan dengan benar serta sama dengan buku besar umum (Detail tie-in)

2. Piutang usaha yang dicatat ada(keberadaan)

3. Piutang usaha yang telah dicantumkan (kelengkapan)

4. Piutang usaha sudah akurat(keakuratan)

5. Piutang telah diklasifikasikan dengan benar(klasifikasi)

6. Pisah batas sudah benar(pisah batas)

7. piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi (nilai realisasi)

8. klien memiliki ha katas piutang usaha (hak)

 Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha(tahap 1)

Auditor mempelajari industri dan lingkungan eksternal klien serta mengevaluasi tujuan
manajemen dan proses bisnis untuk mengidentifikasi risiko bisnis klien yang dapat
mempengaruhi laporan keuangan.

 Menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi dan menilai risiko inheren (tahap
1)

Auditor akan memutuskan pertimbangan pendahuluan mengenai materialitas laporan


keuangan secara keseluruhan kemudian mengalokasikan jumlah pertimbangan
pendahuluan ke setiap akun neraca yang signifikan termasuk piutang usaha. Alokasi ini
disebut Penetapan Materialitas Kinerja.

 Menilai risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penagihan (tahap1)


Auditor harus menghbungkan risiko pengndalian untuk tujuan audit yang berkaitan
dengan transaksi dengan tujuan audit yang diberikan dengan saldo dalam memutuskan
risiko deteksi yang direncanakan dan bukti yang direncanakan bagi pengujian atas rician
saldo.

 Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substanif


atas transaksi(tahap II)

Dari hasil pengujin pengendalian akan menentukan apakah penilaian risiko pengendalian
untuk penjualan dan penerimaan kas harus direvisi. Dan auditor menggunakan hasil
pengujian substantif atas ransaksi untuk menentukan sejauh mana risiko deteksi yang
direncanakan akan dipenuhi setiap tujuan audit.

 Merancang dan melaksanakan prosedur analitis(tahap III)

Auditor harus melaksanakan prosedur analitis untu siklus penjualan dan penagihan secara
keseluruhan. Hal ini dikarenakan hubungan yang erat antara akun – akun laporanlaba rugi
dan neraca. Jika auditor mengdentifikasi salah saji yang mungkin terjadi dalam retur dan
pengurangan penjualan dengan menggunakan prosedur analitis, piutang usaha mungkin
mengoffset salah saji itu.

 Merancang dan melaksanakanpengujian atas Rincian saldo Piutang Usaha


(tahap III)

Tugas menggabungkan faktor-faktor yang menentukan resiko deteksi yang direncanakan


sangatlah kompleks karena pengukuran setiap faktor bersifat tidak jelas dan bobot yang
tepat yang akan diberikan pada setiap faktor sangatlah subjektif. Sebaliknya, hubungan
antara setiap faktor dan resiko deteksi yang direncanakan telah terbentuk dengan baik.

MERANCANG PENGUJIAN ATAS RINCIAN SALDO

1. Piutang usaha telah ditambahkan dengan benar dan sesuai dengan file dan buku
besar umum.
Prosedur audit yang dipilih dan ukuran sampelnya akan sangat tergantung pada apakah bukti
yang direncanakan untuk tujuan tertentu adalah rendah , sedang , atau tinggi . Sebagian besar
pengujian piutang usaha dan penyisihan piutang tak tertagih didasarkan pada Aged Trial
Balance. Aged Trial Balance menyajikan daftar saldo- saldo dalam file name induk piutang
usaha pada file neraca.

2. Piutang usaha yang dicatat memang ada

Konfirmasi saldo pelanggan merupakan pengujian atas rincian saldo yang paling penting
untuk menentukan keberadaan atau eksistensi piutang usaha yang dicatat.

3. Piutang usaha yang ada telah dicantumkan

Sulit bagi auditor untuk menguji saldo akun yang dihilangkan pada Aged Trial Balanced
kecuali mengandalkan pada sifat menyeimbangkan sendiri file induk piutang usaha.

4. Piutang usaha sudah akurat

Konfirmasi yang akan dipilih dari neraca saldo merupakan pengujian atas rincian saldo yang
paling umum bagi keakuratan piutang usaha.

5. Piutang usaha diklasifikasikan dengan benar

Untuk memenuhi klasifikasi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo, auditor harus
menentukan apakah klien telah memisahkan dengan benar klasifikasi yang berbeda.

6. Pisah batas piutang usaha sudah benar

Salah saji pisah batas (cutoff misstatement) terjadi apabila transaksi periode berjalan dicatat
dalm periode selanjutnya atau sebaliknya. Tujuannya adalah untuk memverifikasi apakah
transaksi yang mendekati akhir periode telah dicata pada periode yang tepat.Salah saji pisah
batas dapat terjadi untuk penjualan , retur dan pengurangan penjualan dan penerimaan kas.
Bagi masing – masing pos tersebut , auditor memerlukan pendekatan rangkap tiga untuk
menentukan keltakan pisah batas :

a. Memutuskan kriteria pisah batas yang tepat.


b. Menegvaluasi apakah klien memeiliki prosedur yang memadai yang ditetapkan untuk
memastikan kelayakan pisah batas.
c. Menguji apakah pisah batas sudah benar.
 Pisah batas penjualan, sebagian besar klien perusahaan dagang dan perusahaan
manufaktur mencatat penjualan berdasarkan kriteria pengirimna barang. Akan
tetapi, beberapa perusahaan mencatat faktur pada saat hak atas barang beralih, yang
dapat terjadi sebelum pengiriman, pada saat pengiriman dan setelah pengiriman.

 Pisah batas retur dan pengurangan penjualan ,prisip – prisip akuntansi yang
diterima umum memngharuskan bahwa retur dan pengurangan penjualan
ditandingkan dengan penjualan yang terkait.

 Pisah batas penerimaan kas, untuk sebagian besar audit , pisah batas atas
penerimaan kas yang benar begitu penting dibandingkan pisah batas penjualan atau
retur pengurangan penjualan karena pisah batas kas yang tidak tepat hanya
mempengaruhi saldo kas dan piutang usaha bukan laba.

7. Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi

Nilai realisasi piutang usaha sama dengan piutang usaha kotor dikurangi penyishan utang tak
tertagih. Untuk menghitung penyishan, klien mengestimasi total jumlah piutang usaha yang
diperkirakan tidak dapat ditagh.

8. Klien mempunyai hak atas piutang usaha

Pada umumnya, hak klien atas piutang usaha tidak menimbulkan masalah audit karena
biasanya piutang memang memilki klien.

9. Penyajian dan pengungkapan piutang usaha.

Merancang dan melakukan pengujian rinci atas saldo akun piutang dagang

Perencanaan risiko deteksi untuk setiap tujuan audit merupakan keputusan yang diambil
auditor secara subjektif setelah mereka mengkombinasikan kesimpulan tentang setiap faktor
dalam daftar.

Mengkombinasi faktor yang menentukan risiko deteksi yang direncanakan merupakan hal
yang sangat komplek karena pengukuran untuk setiap faktor sangat subjektif bergantung pada
masing-masing auditor. Contohnya auditor mengetahui bahwa risiko bawaan tinggi atau
risiko pengendalian menurunkan risiko deteksi yang direncanakan dan meningkatkan
pengujian substantif yang direncanakan, sebaliknya hasil yang baik atas pengujian substantif
transaksi meningkatkan risiko deteksi yang direncanakan dan menurunkan pengujian
substantif yang lain.

Memperoleh dan mengevaluasi konfirmasi piutang usaha

Standar auditing mengharuskan komfirmasi piutang usaha dalam situasi yang normal. Adpun
pengecualian itu ada tiga diantaranya :

1- Piutang usaha tidak material

2- Auditor mempertimbangkan konfirmasi bukti yang tidak efektif

3- Gabungan tingkat resiko pengendalian inheren dan rendah

Adapun jenis konfirmasi yang dimaksud diantaranya :

konfirmasi positif (positive confirmation), formulir comfirmasi yang kosong ( blank


confirmation form), komfirmasi faktur (invoice confirmation), dan konfirmasi Negatif
konfirmasi negatif (negatif confirmation).Untuk memperoleh evaluasi komfirmasi piutang
juga bisa dengan melakukan penetapan Waktu, keputusan sumpling, menyelenggarakan
pengendalian, menindak lajuti non respons, Analisi perbedaan, dan yang terakhir dilakukan
penarikan kesimpulan.Terkait dengan analisa perbedaan setidaknya ada beberapa penyebab
perbedaan yang sering terjadi dan sangat membutuhkan perhatian audit diantaranya;

1- Pembayaran telah dilakukan

2- Barang belum diterima

3- Barang telah dikembalikan

4- Kesalahan Klerikal dan jumlah yang diperdebatkan


Untuk menganalisis perbedaan-perbedaan yang ada terkait kejadian-kejadian diatas, maka
yang harus dilakukan oleh seorang auditor, yaitu dengan meminta klien untuk merekonsiliasi
perbedaan.
Mengembangkan pengujian program audit yang terinci

Kertas kerja perencanaan bukti harus disiapkan auditor ntuk membantu memutuskan luas
pengujian atas rincian saldo yang direncanakan. Sumber setiap baris adalah sbagai berikut :

a. Salah saji yang dapat ditoleransi


b. Risiko audit ang dapat diterima

c. Risiko inhern

d. Pisiko pengendalian

e. Hasil pengujian substantif atas transaksi.

“SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN ATAS RINCIAN SALDO”

PERBANDINGAN SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN ATAS RINCIAN SALDO DAN


UNTUK PENGUJIAN ATAS RINCIAN SALDO DAN UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN
SERTA PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

Jenis Pengujian Bagian yang diukur

Pengujian Pengendalian Efektivitas pengoperasian pengendalian internal

Pengujian Substantif atas transaksi - Efektivitas pengendalian

- Ketepatan nilai moneter pada transaksi dalam


sistem akuntansi.

Pengujian Perincian Saldo Jumlah uang dalam saldo akun yang mengalami
salah saji secara material.

Auditor melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi:

 Untuk menentukan rendahnya tingkat pengecualian dari populasi.


 Untuk mengurangi risiko pengendalian sehingga mengurangi pengujian perincian saldo.
 Bagi perusahaan publik, untuk menyimpulkan bahwa pengendalian berlangsung secara
efektif terhadap audit pengendalian internal pelaporan keuangan.

Terdapat 3 (tiga) jenis metode utama dalam pengambilan sampel yang digunakan untuk
menghitung salah saji nilai rupiah dalam saldo akun:

1. Pengambilan sampel nonstatistik


Persamaan dan perbedaan antara pengambilan sampel audit untuk pengujian perincian
saldo dengan pengambilan sampel audit untuk pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi.

Langkah-pengambilan sampel audit Langkah-Pengambilan sampel audit untuk


untuk Pengujian Perincian atas Saldo pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif atas transaksi:
- Merencanakan sampel - Merencanakan sampel

1. Menetapkan tujuan dari 1. Menetapkan tujuan dari pengujian


pengujian audit audit.
2. Menentukan adanya 2. Menentukan adanya pengambilan
pengambilan sampel sampel.
3. Menetapkan salah saji 3. Menetapkan kekhasan dan kondisi
4. Menetapkan populasi pengecualian.
5. Menetapkan unit pengambilan 4. Menetapkan populasi.
sampel 5. Menetapkan unit pengambilan
6. Menetapkan salah saji yang sampel.
dapat diterima. 6. Menetapkan tingkat pengecualian
7. Menetapkan risiko yang dapat yang dapat diterima.
diterima atas kesalahan. 7. Menetapkan risiko yang diterima
jika risiko pengendalian terlalu
rendah.
8. Mengestimasi salah saji dalam 8. Mengestimasikan tingkat
populasi. pengecualian populasi.
9. Menentukan jumlah sampel 9. Menetukan jumlah sampel awal.
awal.
- Memilih sampel dan melakukan - Memilih sampel dan melakukan
Prosedur audit Prosedur audit

10. Memilih sampel 10. Memilih sampel


11. melakukan prosedur audit 11. melakukan prosedur audit
- Mengevaluasi hasil - Mengevaluasi hasil

12. Membuat generalisasi dari 12. Membuat generalisasi dari sampel


sampel ke populasi ke populasi.
13. Menganalisis salah saji 13. menganalisis tingkat pengecualian
14. Menentukan keberterimaan 14. Menentukan keberterimaan popuasi.
populasi

Dampak ARACR dan ARIA terhadap Pengujian Substantif

ARACR (acceptable risk of accessing control risk too low/risiko yg diterima jika risiko
pengendalian terlalu rendah).

Pengendalian diyakini tidak efektif Pengendalian Diyakini efektif

Risiko pengendalian = Mengurangi risiko


100% pngendalian

ARACR =100% Mengurangi ARACR

Tidak melakukan Melakukan pengujian


pengujian pengendalian pengendalian
Melakukan pengujian
Menggunakan tingkat Menggunakan
Melakukan pengujian
ARIA
ARIA rendah
substatif yg luas substatif yg cukup
tinggi
Faktor yg memegaruhi Dampak thd Jmh
Contoh
ARIA ARIA sample

Efektivitas Pengendalian Pengendalian internal efektif


Internal (mengurangi Berkuran
Bertambah
g
(risiko pengendalian) Risiko pengendalian)

Tak ada pengecualian yg


Pengujian substantif atas ditemukan Berkuran
Bertambah
transaksi Dlm pengujian substantive atas g
transaksi

Kemungkinan terjadi
Risiko audit yg dapat kebangkrutan rendah Berkuran
Bertambah
diterima (risiko audit yg dpt diterima g
meningkat)

Prosedur analitis dilakukan tanpa


adanya Berkuran
Prosedur analitis Bertambah
g
Indikasi salah saji

Faktor yg mempengaruhi jumlah sampel untuk Pengujian Perincian Saldo

Faktor Sampel kecil Sampel Besar

Risiko pengendalian rendah tinggi

Hasil dr prosedur substantif lain terkait dg asersi yg memuaskan Tidak


memuaskan
Sama – memegaruhi risiko yg dapat diterima atas
kesalahan penerimaan

Risiko audit yg dapat diterima Tinggi Rendah

Salah saji yg dapat diterima untuk akun tertentu Besar Kecil

Risiko bawaan Rendah Tinggi

Ekspektasi jmh & frekuensi salah saji Kecil Tinggi

Jumlah uang dalam populasi sedikit Besar


Jumlah sampel dalam populasi Hampir tdk Hampir tdk
ada dampak ada sampak
thd jmh thd jmh
sampel sampel kecuali
kecuali populasinya
populasinya sangat kecil.
sangat kecil

Rumus untuk menghitung pengujian Nonstatistik atas Perincian Jumlah Sampel


Saldo berdasarkan Audit Sampling Formula AICPA

Jumlah populasi tercatat x Faktor assurance = Jumlah sampel

Salah saji yg dapat diterima

Risiko jika prosedur substantif tdk mampu

Risiko Bawaan dan Risiko mendeteksi Salah Saji Material


Pengendalian
Sedikit di bawah Sedan
Maks Maks. g Rendah

Maksimum 3 2,7 2,3 2

Sedang di bawah maksimum 2,7 2,4 2 1,6

Sedang 2,3 2,1 1,6 1,2

Rendah 2 1,6 1,2 1

2. Pengambilan sampel unit moneter


Pengambilan sampel unit moneter (Monetery Unit Sampling/MUS) adalah metode
pengambilan sampel statistik yang paling umum untuk pengujian perincian saldo karena
prosesnya cukup sederhana namun hasilnya dapat dinyatakan dalam rupiah.

Perbedaan antara MUS dengan Pengambilan sampel Nonstatistik:

- Definisi dari unit pengambilan sampel sebagai nilai uang individu


Berfokus pada nilai uang individu sebagai unit sampel, MUS secara otomatis
menekankan pada unit fisik dengan saldo tercatat yang lebih besar. Oleh karena sampel
diambil berdasarkan nilai uang individu, maka sebuah akun dengan saldo besar memiliki
kesempatan lebih besar untuk dimasukkan dibandingkan dengan yang saldo kecil.

Contoh: dalam konfirmasi piutang dagang, akun dengan saldo Rp.5.000.000,- memiliki
kemungkinan untuk dipilih 10 kali lebih besar dibandingkan yang saldonya Rp.500.000,-
karena terdiri atas 10 kali unit uang yang lebih besar. Hasilnya pengambilan sampel
bertingkat tidak diperlukan dalam MUS, karena proses stratifikasinya terjadi secara
otomatis.

- Setiap akun menggunakan penilaian awal materialitas dan bukan salah saji yang
diterima.

Aspek unik lainnya dari MUS adalah penilaian awal materialitas yang secara langsung
menentukan jumlah salah saji yang dapat diterima untuk proses audit setiap akun.
Contohnya: Diasumsikan auditor memutuskan bahwa penilaian materialitas seharusnya
sebesar Rp.60.000.000,- untuk seluruh laporan keuangan. Materialitas sejumlah
Rp.60.000.000,- akan digunakan sebagai salah saji yang dapat diterima dalam seluruh
penerapan MUS, yaitu persediaan, piutang dagang dan lain-lain.

- Pemilihan sampel dilakukan menggunakan PPS (Probability Proportional to size)

Sampel unit moneter dipilih dengan menggunakan Proporsi probability jumlah sampel
PPS sample selection. Sampel PPS bisa didapatkan menggunakan peranti

Lunak komputer, tabel angka acak, atau teknik pengambilan sampel yang sistematis.

- Generalisasi dari sampel ke populasi ketika salah saji tidak ditemukan dengan
menggunakan MUS

Asumsikan bahwa auditor mengonfirmasikan suatu populasi piutang dagang atas


kebenaran nilai moneter. Total populasi adalah Rp.1.200.000.000,- dan sampelnya
menggunakan 100 konfirmasi. Selama audit, seluruh salah saji ditemukan dalam sampel.
Auditor ingin menentukan jumlah maksimal salah saji atau kurang saji yang dapat muncul
dalam populasi meskipun salah saji tidak ditemukan dalam sampel. Hal ini disebut batas
salah saji atas dan batas salah saji bawah. Diasumsikan ARIA adalah 5%. CUER sebesar
3% menunjukkan batas atas dan batas bawah , disajikan dalam persen. Oleh karena
tingkat salah saji dalam sampel adalah 0%, maka 3% mempresentasikan estimasi
kesalahan pengambilan sampel.
Berdasarkan hasil sampel dari batas salah saji dalam tabel, auditor dapat menyimpulkan
dengan risiko pengambilan sampel 5%, bahwa sebanyak 3% dari unit moneter dalam
populasi tidak mengalami salah saji. Untuk mengonversikan persentase ini dalam rupiah,
auditor harus membuat asumsi dengan persentase rata-rata salah saji dalam populasi
tersebut. Asumsi ini secara signifikan memegaruhi batas-batas salah saji. Berikut ini
contoh asumsi yang dibuat untuk mengilustrasikan hal tersebut:

Asumsi 1 : jumlah lebih saji adalah 100%, jumlah salah saji adalah 100% batas salah saji
pada aria 5% adalah:

Batas salah saji atas = Rp 1.200.000.000 X 3% X100% = Rp.36.000.000,-

Batas salah saji bawah =Rp.1.200.000.000 X 3% X 100% = Rp.36.000.000,-

Diasumsikan secara rata-rata, bagian populasi ini telah salah saji sebesar total uang dari
nilai tercatat. Oleh karena batas salah saji adalah 3%, maka nilai salah saji mungkin tidak
melebihi Rp.36.000.000,- Jika seluruh jumlah ternyata lebih saji, maka terdapat lebih saji
sebesar Rp.36.000.000,-. Jika seluruhnya kurang saji, maka terdapat kurang saji sebesar
Rp.36.000.000,-

Asumsi 100% salah saji tersebut sebenarnya sangat konservatif, terutama untuk lebih saji.
Asumsikan tingkat pengecualian populasi aktual adalah 3%. Di bawah ini merupakan dua
kondisi yang muncul sebelum nilai Rp.36.000.000,- secara tepat menunjukkan jumlah
salah saji sebenarnya:

- Seluruh jumlah salah saji. Saling hapus (offsetting) akan mengurangi jumlah salah
saji.
- Seluruh bagian populasi yang salah saji harus 100% salah saji. Oleh karena itu tidak
mungkin, misalnya salah saji sebesar Rp.226.000,- dicatat sebesar Rp.262.000,-
berarti hanya ada 13,71% salah saji (262.000-226.000 = 36.000 lebih saji;
36.000/262.000 = 13,7%).
Dalam perhitungan lebih saji dan salah saji sebesar Rp.36.000.000,- diatas, auditor tidak
menghitung titik estimasi dan kesalahan dalam pengambilan sampel. Hal ini disebabkan
karena tabel menggunakan keduanya, baik titik estimasi maupun jumlah presisi untuk
memperoleh tingkat pengecualian batas atas. Meskipun titik estimasi dan jumlah presisi
tidak dihitung dalam MUS, keduanya masuk dalam perhitungan batas-batas salah saji
secara implisit dan dapat ditentukan pula dari tabel. Pada Ilustrasi ini, titik estimasi adalah
nol dan jumlah presisi statistik adalah Rp.36.000.000,-.

Asumsi 2: Jumlah lebih saji adalah 10%, jumlah kurang saji adalah 10% batas atas salah
saji pada ARIA 5% yaitu:
Batas atas salah saji = Rp.1.200.000 X 3% X 10% = Rp.3.600.000,-

Batas bawah salah saji = Rp.1.200.000 X 3% X 10% = Rp.3.600.000,-

Asumsinya adalah bahwa secara rata-rata, bagian-bagian yang salah saji tidak melebihi
10%. Jika seluruh bagian telah salah saji pada satu arah, maka batas salah saji adalah +
Rp.3.600.000,- dan – Rp.3.600.000,-. Perubahan asamsi salah saji dari 100% menjadi
10% secara signifikan mempengaruhi batas salah saji. Dampaknya secara langsung pada
nilai perubahan.

Terdapat 2 (dua) kekurangan MUS yaitu:

1. Total batas salah saji yang dihasilkan saat ditemukan salah saji mungkin terlalu tinggi
sehingga tidak dapat digunakan auditor. Hal ini karena metode evaluasi dengan
sendirinya bersifat konservatif ketika salah saji ditemukan dan kadang-kadang
menghasilkan batas jauh melebihi materialitas. Untuk mengatasi hal tersebut maka
diperlukan jumlah sampel yang banyak.
2. Sulit dalam memilih sampel PPS (ProbabilityProportional to size) dari populasi besar
tanpa bantuan komputer.

3. Pengambilan sampel variabel


Beberapa teknik pengambilan sampel terdiri dari klasifikasi metode umum yang disebut
pengambilan sampel variabel: estimasi perbedaan, estimasi risiko, dan estimasi rata-rat
per unit.

Perbedaan antara Pengambilan sampel Variabel dengan Non statistik

 Distribusi Pengambilan Sampel


Diasumsikan bahwa auditor sebagai eksperimen mengambil ribuan sampel rata-rata yang
berulang dengan jumlah yang sama dari suatu populasi data akuntansi, dengan nilai rata-
rata

X = ∑ Xj

Dimana, _

X = nilai rata-rata dalam sampel

Xj = nilai masing-masing sampel


n = jumlah sampel

sebagai ilustrasi, asumsikan terdapat populasi dengan rata-rata Rp.40.000,- dan standar
deviasi Rp.15.000,- ( x = Rp.40.000,- dan SD = Rp.15.000,-) yang kita pilih untuk
mengambil 100 sampel acak untuk setiap bagian. Standar deviasi dari dari distribusi
pengambilan sampel ini adalah Rp.1.500,- (SD/√n = 15.000/ √100 = 1.500). Patokan untuk
“SD” dari populasi dan “SD” dari distribusi pengambilan sampel kadang-kadang
membingungkan. Untuk menghindari kebinggungan ingatlah bahwa standar deviasi dari
distribusi rata-rata sampel sering kali disebut the standard error of the mean”(SE).

 Inferensi Statistik
Inferensi statistik adalah auditor yang dengan pengetahuan mengenai distribusi
pengambilan sampel dapat menarik kesimpulan.

Contoh:

Diasumsikan bahwa auditor mengambil sampel dari populasi dan menghitung


Rp.46.000,- dan SE sebesar Rp.9.000,- . Kita sekarang dapat menghitung interval
keyakinan dari rata-rata populasi menggunakan logika yang diperoleh pemahaman
distribusi pengambilan sampel. Perhitungan sebagai berikut:

Ciz = X ± Z.SE

Di mana,

Ciz = interval keyakinan dari rata-rata populasi

Z.SE = interval ketepatan

X = titik estimasi dari rata-rata populasi

1 = 68,2% tingkat keyakinan

Z = koefisien keyakinan 2 = 85,4% tingkat keyakinan

3 = 99,7% tingkat keyakinan

Contoh:

CIx = Rp.46.000 ± 1(Rp.9.000) =Rp.46.000 ± Rp.9.000,- pada 68,2% tingkat keyakinan

CIx = Rp.46.000 ± 2(Rp.9.000) =Rp.46.000 ± Rp.18.000,- pada 95,4% tingkat


keyakinan

CIx = Rp.46.000 ± 3(Rp.9.000) =Rp.46.000 ± Rp.27.000,- pada 99,7% tingkat


keyakinan
_

Untuk menghitung batas keyakinan bawah (LCLx) adalah X – Z.SE (Rp.46.000 –


Rp.18.000 = Rp.28.000,- pada tingkat keyakinan 95%).

Tingkat keyakinan _ Tingkat Keyakinan


bawah____________________________X__________________atas_______

Rp.28.000 Rp.46.000 Rp.64.000,-

Metode Variabel

1. Estimasi Perbedaan
Auditor menggunakan estimasi perbedaan untuk mengukur total jumlah salah saji
dalam populasi ketika nilai tercatat dan nilai yang diaudit muncul disetiap bagian
dalam sampel. Sebagai contoh auditor dapat mengorfimasikan sampel atas piutang
dagang dan menentukan perbedaan (salah saji) antara jumlah yang dicatat klien
dengan jumlah ang dianggap benar oleh auditor untuk setiap akun yang dipilih.

2. Estimasi Risiko
Estimasi risiko sama dengan estimasi perbedaan, kecuali auditor menghitung rasio
antara salah saji dan nilai yang mereka catat lalu memproyeksikannya ke populasi
untuk mengestimasikan total salah saji populasi.

3. Estimasi Rata-rat Per unit


Dalam estimasi rata-rata per unit, auditor berfokus pada nilai yang diaudit
dibandingkan jumlah salah saji untuk setiap sampel. Titik estimasi dalam nilai yang
diaudit sama dengan rata-rata nilai yang diaudit dalam sampel dikalikan jumlah
populasi.

Contoh Diasumsikan auditor mengambil 100 sampel dari daftar persediaan yang
terdiri atas 3.000 bagian dan nilai tercatat Rp.265.000.000,-. Jika nilai rata-rata dari
sampel adalah Rp.85.000,- maka estimasi nilai persediaan adalah Rp.255.000.000,-
(Rp.85.000,- X Rp.3000,-). Jika nilai tercatat Rp 265.000.000,- berada diantara batas
keyakinan, maka auditor akan menerima saldo populasi. Estimasi rata-rata per unit
jarang digunakan dalam praktik karena jumlah sampel biasanya lebih besar
dibandingkan kedua metode sebelumnya.

Risiko Pengambilan Sampel

ARIA (Acceptable risk of incorrect acceptance/Risiko yang dapat diterima atas kesalahan
penerimaan) adalah risiko statistik yang diterima auditor bahwa populasi secara material telah
salah saji. ARIA merupakan hal serius bagi auditor karena memiliki dampak hukum atas
pengambilan keputusan terhadap kewajaran penyajian suatu akun ketika akun tersebut salah
saji secara material.

Tingkat Keyakinan ARIA ARIR Koefisien


(%) (%) (%) Keyakinan

99 0,5 1 2,58

95 2,5 5 1,96

90 5 10 1,64

80 10 20 1,28

75 12,5 25 1,15

70 15 30 1,04

60 20 40 0,84

50 25 50 0,67

40 30 60 0,52

30 35 70 0,39

20 40 80 0,25

10 45 90 0,13

0 50 100 0

Tabel Koefisien Keyakinan untuk tingkat keyakinan,ARIA,ARIR

Saldo akun dapat lebih saji atau kurang saji. ARIA merupakan pengujian statistik satu ekor.
Koefisien keyakinan untuk ARIA berbeda dengan tingkat keyakinan. (tingkat keyakinan = 1–
2 X ARIA. Jadi, jika ARIA sama dengan 10% maka tingkat keyakinannya adalah 80%).

ARIR adalah risiko statistik yang muncul akibat auditor menyimpulkan bahwa populasi
secara material telah salah saji, padahal tidak. ARIR memegaruhi tindakan auditor hanya jika
mereka menyimpulkan bahwa suatu populasi tidak disajikan secara wajar, mereka biasanya
akan menambah jumlah sampel atau melakukan pengujian lain.

Keputusan Audit Aktual Salah saji material Salah saji tidak material

Kesimpulan bahwa populasi Keputusan yg benar-tanpa Keputusan yg salah-risiko


Salah saji secara material risiko ARIR

Kesimpulan bahwa populasi Keputusan yang salah- Keputusan yang benar-


tidak salah saji secara risiko ARIA tanpa risiko
material

Anda mungkin juga menyukai