About COB COS COS
About COB COS COS
dionchagi
Just another WordPress.com site
25 Okt 2011
Leave a Comment
Diajukan sebagai salah satu persyaratan Untuk menyelesaikan pendidikan DIII keperawatan
pada Akademi Keperawatan Kabupatan Belu
OLEH
NIM : 5306.09.597
AKADEMI KEPERAWATAN
2011
LEMBAR PERSETUJUAN
Diterima dan disetujui untuk diikutsertakan dalam ujian akhir karya tulis ilmiah.
Pembimbing
Mengetahui
LEMBAR PENGESAHAN
Telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Sidang Karya Tulis Ilmiah di Akademi
Keperawatan Kabupaten Belu, …………………………………………. 2011
MENGESAHKAN
1. Penguji I :
………………………………………. (…………………..)
NIP :
NIP :
1. Penguji III :
……………………………………… (…………………..)
NIP :
Mengetahui
MOTTO
“Kegagalan melakukan hal besar jauh lebih baik daripada hanya keberhasilan melakukan
hal kecil”
PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
bimbingan–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN G DENGAN CEDERA KEPALA DI
RUANG PERAWATAN BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ATAMBUA”
dengan baik.
Karya tulis ilmiah ini dibuat sebagai salah satu tuntunan kurikulum pendidikan tinggi yang
dibuat untuk menyelesaikan pendidikan ahli madya keperawatan, pada Akademi
Keperawatan Kabupaten Belu. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ini telah memperoleh banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis patut menyampaikan terima kasih kepada
:
1. Drs.Joachim Lopez, selaku Bupati Belu yang telah memberikan ijin kepada penulis
untuk melanjutkan pendidikan.
2. dr.Lau Fabianus, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Belu yang telah
mengijinkan penulis untuk melanjutkan pendidikan diploma III.
3. dr.Yeni Tassa, selaku direktris RSUD Atambua yang telah menerima dan mengijinkan
penulis melakukan studi kasus.
4. Djulianus Tes Mau,S.Kep,Ns,M.Kes, selaku Direktur Akademi Keperawatan
Kabupaten Belu yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk mengeyam
pendidikan di Akademi Keperawatan ini.
5. Antonia Helena Hamu,S.Kep,Ns. selaku pembimbing penulis yang telah meluangkan
waktu untuk membimbing dan memberikan masukan bagi penulis dalam penyusunan
karya tulis ilmiah ini.
6. Pasen G yang menyediakan waktu dan memberikan kesempatan pada penulis untuk
melakukan asuhan keperawatan secara langsung.
7. Petugas perpustakaan yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk
mendapatkan sumber bacaan yang berkaitan dengan karya tulis ilmiah ini.
8. Teman – teman progsus keperawatan sekelas yang selalu memberikan warna dan
inspirasi perjuangan tersendiri bagi penulis selama melalui proses ini.
9. Suami dan kedua anakku tercinta yang telah mendorong dan memahami penulis
selama menyelesaikan proses ini.
Penulis berupaya semaksimal mungkin agar karya tulis ilmiah ini bisa menjadi baik dan layak
untuk sesama, namun penulis menyadari kesempurnaan masih jauh. Maka saran dan kritik
yang membangun dari semua pihak demi perbaikan karya tulis ilmiah ini sangatlah
diharapkan dan akan diterima dengan lapang dada. Kiranya semua bantuan yang telah penulis
dapatkan dibalaskan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman
Judul……………………………………………………………………………………….. i
Lembar
Persetujuan……………………………………………………………………………….. ii
Lembar
Pengesahan……………………………………………………………………………… iii
Motto……………………………………………………………………………………………
…………. vi
Persembahan……………………………………………………………………………………
……. v
Kata
Pengantar……………………………………………………………………………………….
vi
Daftar Isi
……………………………………………………………………………………………….
viii
Daftar
tabel……………………………………………………………………………………………
…x
Daftar
Lampiran………………………………………………………………………………………
xi
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang……………………………………………………………………… 1
2. Rumusan Masalah………………………………………………………………. 2
3. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum…………………………………………………………………
2
2. Tujuan Khusus……………………………………………………………….. 3
3. Manfaat Penulisan
……………………………………………………………… 3
4. Metode Penulisan
……………………………………………………………….. 3
5. Sistematika Penulisan………………………………………………………….
4
1. Konsep Dasar
1. Anatomi Fisiologi Otak
1. Susunan Saraf Pusat…………………………………………….5
2. Susunan Saraf Perifer……………………………………………7
3. Cedera Kepala
1. Pengertian………………………………………………………
……7
2. Etiologi…………………………………………………………
……………. 8
3. Klasifikasi………………………………………………………
………….. 8
4. Patofisiologi……………………………………………………
……….. 10
5. Pemeriksaan Penunjang ………………………………………..
11
6. Penatalaksanaan…………………………………………………
….. 12
7. Komplikasi……………………………………………………
………….. 14
8. Konsep dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian………………………………………………
……………………. 14
2. Diagnosa
Keperawatan……………………………………………
…… 24
3. Perencanaan……………………………………………
…………………… 25
4. Pelaksanaan……………………………………………
……………………. 39
5. Evaluasi…………………………………………………
……………………… 43
1. Pengkajian……………………………………………………………………45
2. Diagnosa Keperawatan………………………………………………….55
3. Perencanan, implementasi dan evaluasi…………………………..57
4. Catatan perkembangan………………………………………………….64
BAB IV PEMBAHASAN………………………………………………………………….77
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan…………………………………………………………………..80
2. Saran…………………………………………………………………………..81
Daftar Pustaka
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Cedera kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara
langsung yang kemudian dapat berakibat kepada gangguan fungsi neurologis,
fungsi fisik, kognitif, psikososial, bersifat temporer atau permanen
(www.yayanakhyar.com.nr/200905).
Setiap tahun di Amerika Serikat, mencatat 1,7 juta kasus trauma kepala
52.000 pasien meninggal dan selebihnya dirawat inap. Trauma kepala juga
merupakan penyebab kematian ketiga dari semua jenis trauma dikaitkan dengan
kematin. Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Natroma Trauma Project di
Islamic Republik of Iran bahwa, diantara semua jenis trauma tertinggi yang
dilaporkan yaitu sebanyak 78,7 % trauma kepala dan kematian paling banyak
juga disebabkan oleh trauma kepala (Karbakhsh, zand, Rouzrokh, Zarei, 2009).
Rata – rata rawat inap pada laki – laki dan wanita akibat terjatuh dengan
diagnosa trauma kepala sebanyak 146,3 per 100.000 dan 158,3 per
100.000 (Thomas 2006). Angka kematian trauma kepala akibat terjatuh lebih
tinggi pada laki – laki dibanding perempuan yaitu sebanyak 26,9 per 100.000
dan 1,8 per 100.000. Bagi lansia pada usia 65 tahun keatas, kematian akibat
trauma kepala mencatat 16.000 kematian dari 1,8 juta lansia di Amerika yang
mengalami trauma kepala akibat terjatuh. Menurut Kraus (1993), dalam
penelitiannya ditemukan bahwa anak remaja hingga dewasa muda mengalami
cedera kepala akibat terlibat dalam kecelakaan lalu lintas dan akibat kekerasan
sedangkan orang yang lebih tua cenderung mengalami trauma kepala
disebabkan oleh terjatuh.Menurut data yang diperolah dari rekam medik RSUD
Atambua, pada tiga tahun terakhir ini yaitu : tahun 2008 terdiri dari 142 orang,
laki –laki : 107 orang ( 75,3 %), perempuan : 42 orang (29,5 %), Tahun 2009 :
163 orang, laki – laki : 140 orang (85,8 %), perempuan : 23 orang (13,6 %),
Tahun 2010 : 175 orang, laki – laki : 149 orang (85,1 %), perempuan : 26 orang (
14,8 %).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
D. Manfaat Penulisan
3. Bagi penulis
E. Metode Penulisan
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan proposal
karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :
BAB II : Tinjauan teoritis Yang terdiri dari konsep dasar cedera kepala dan
konsep dasar Asuhan Keperawatan pada pasien cedera kepala.
BAB III : Tinjaun kasus yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
BAB IV : pembahasan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
Otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit dan tulang yang
membungkusnya. Tanpa perlindungan ini otak yang lembut, yang membuat kita
seperti adanya, akan mudah sekali terkena cedera dan mengalami kerusakan.
Cedera kepala dapat mengakibatkan malapetaka besar bagi seseorang. Pada orang
dewasa tengkorak merupakan ruangan keras yang tidak memungkinkan perluasan
isi intrakranial. Tulang sebenarnya terdiri dari 2 dinding atau tabula yang dipisahkan
oleh tulang berongga.
Dinding luar disebut tabula eksternal dan dinding bagian dalam disebut
tabula internal. Pelindung lain yang melapisi otak adalah meninges. Ketiga lapisan
meninges adalah durameter, araknoid dan piameter (Price, Silvia A ; 2005 : 1014).
1) Otak
b. Etiologi
Penyebab utama cedera kepala meliputi : Kecelakaan lalu lintas
>50 % kasus, Jatuh, Pukulan, Kejatuhan benda, Kecelakaan
kerja/industri, Cedera lahir, Luka tembak (Cholik Harun dan Saiful
Nurhidayat ; 2009 :49 )
c. Klasifikasi
Cedera kepala dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme,
keparahan dan morfologi cedera:
1) Mekanisme:
(a). Cedera kepala tumpul, dapat disebabkan oleh kecelakaan
kendaraan bermotor, jatuh atau pukulan benda tumpul.
(b). Cedera kepala tembus (penetrasi), disebabkan luka tembak atau
pukulan benda tumpul.
2) Berdasarkan beratnya:
3) Berdasarkan morfologi:
sang nyeri
3 Terhadap suara 3 Tidak tepat 3 Reaksi fleksi(dekortikasi)
orientasi
6 Menurut perintah
d. Patofisiologi
2) MRI
3) Cerebral angiography
4) Serial EEG
5) Sinar X
6) BAER
7) PET
8) CSS
Lumbal pungsi dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan
subarakhnoid
9) Kadar Elektrolit
10)Screen Toxicology
Analisa Gas Darah (AGD/ Astrup) adalah salah satu tes diagnostik
untuk menentukan status respirasi. Status respirasi yang dapat
digambarkan melalui pemeriksaan AGD ini adalah status oksigenasi
dan status asam basa (Arif Muttaqin ; 2008 : 284)
f. Penatalaksanaan
1) Bedrest total
g. Komplikasi
2) Perubahan perilaku yang tidak kentara dan defisit kognitif dapat terjadi
da tetap ada.
1. Pengkajian
Pengumpulan data klien baik subjektif maupun objektif pada gangguan sistem
persarafan sehubungan dengan cedera kepala tergantung pada bentuk, lokasi, jenis
injuri, dan adanya komplikasi pada organ vital lainnya. Pengkajian keperawatan
cedera kepala meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
diagnostik dan pengkajian psikososial.
a) Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia muda),
jenis kelamin (banyak laki – laki, karena sering ngebut – ngebutan dengan
motor tanpa pengaman helm), pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register,
diagnosis medis.
Adanya riwayat trauma yang mengenai kepala akibat dari kecelakaan lalu
lintas, jatuh dari ketinggian, dan trauma langsung kekepala. Pengkajian
yang didapat meliputi tingkat kesadaran menurun (GCS >15), konvulsi,
muntah, takipnea, sakit kepala, wajah simetris atau tidak, lemah, luka
dikepala, paralisis, akumulasi sekret pada saluran pernapasan, adanya
liquor dari hidung dan telinga, serta kejang.
Perlu ditanyakan pada klien atau keluarga yang mengantar klien (bila klien
tidak sadar) tentang penggunaan obat – obatan adiktif dan penggunaan
alkohol yang sering terjadi pada beberapa klien yang suka ngebut –
ngebutan.
c) Riwayat penyakit dahulu
e) Pengkajian psiko-sosio-spiritual
f) Pemeriksaan fisik
(1) B1 (Breathing)
(a).Inspeksi
(b).Palpasi
(c).Perkusi
Adanya suara redup sampai pekak pada keadaan melibatkan
trauma pada thoraks/ hematothoraks
(d).Auskultasi
(2) B2 (Blood)
(a).Tingkat kesadaran
Saraf I
Saraf II
Saraf III, IV da VI
Saraf V
Saraf VII
Saraf VIII
Saraf IX dan Xl
Saraf XI
Bila tidak melibatkan trauma pada leher, mobilitas klien cukup baik
dan tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
Saraf XII
Indra pengecapan mengalami perubahan
(d).Sistem motorik
(e).Pemeriksaan reflek
(4) B4 (Bladder)
(5) B5 (Bowel)
Pada klien dengan kulit gelap. Perubahan warna tersebut tidak begitu
jelas terlihat. Warna kemerahan pada kulit dapat menunjukan adanya
demam dan infeksi. Integritas kulit untuk menilai adanya lesi dan
dekubitus. Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensorik atau paralisis/ hemiplegia, mudah lelah
menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Rencana Intervensi
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam tidak terjadi peningkatan TIK pada klien.
Kriteria hasil:
Klien tidak gelisah, klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual muntah. GCS :
4, 5, 6,tidak terdapat papiledema, TTV dalam batas normal
Intervensi:
Mandiri:
12)Berikan penjelasan pada klien (jika sadar) dan keluarga tentang sebab
akibat TIK meningkat.
Kolaborasi:
methylprenidsolon.
R/ Mungkin diindikasikan nyeri dan obat ini berefek negatif pada TIK
tetapi digunakan dengan tujuan untuk mencegah dan
menurunkan sensasi nyeri.
Tujuan:
Dalam waktu 3 x 24 jam setelah intervensi, adanya peningkatan, pola
napas kembali efektif.
Kriteria hasil:
Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif, mengalami perbaikan
pertukaran gas – gas pada paru, adaptif mengatasi faktor – faktor
penyebab.
Intervensi:
1) Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala
tempat tidur. Balik kesisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk
sebanyak mungkin.
a) Pemberian antibiotik.
b) Pemberian analgesik.
c) Fisioterapi dada.
c. Tidak efektif bersihan jalan napas yang berhubungan dengan adanya jalan
napas buatan pada trakea, peningkatan sekresi sekret dan
ketidakmampuan batuk/batuk efektif sekunder akibat nyeri dan keletihan.
Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam terdapat perilaku peningkatan
keefektifan jalan napas.
Kriteria hasil : Bunyi napas terdengar bersih, ronkhi tidak terdengar,
tracheal tube bebas sumbatan, menunjukan batuk yang efektif, tidak ada
lagi penumpukan sekret disaluran pernapasan.
Intervensi:
1) Kaji keadaan jalan napas
10) Ajarkan klien tentang metode yang tepat untuk pengontrolan batuk.
14) Lakukan napas kedua, tahan, dan batukkan dari dada dengan
melakukan 2 batuk pendek dan kuat.
1) Pemberian ekpektoran
2) Pemberian antibiotik
3) Fisioterapi dada
d. Nyeri akut yang berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme
otot sekunder.
Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam nyeri berkurang / hilang
Kriteria hasil : secara subyektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat di
adaptasi, dapat mengidentifikasi yang meningkatkan atau menurunkan
nyeri, klien tidak gelisah.
Intervensi:
1) Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakoloni
dan non invasif.
4) Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi
yang nyaman misalnya ketika tidur belakangnya dipasang bantal kecil.
4) Akuilah situasi yang membuat cemas dan takut. Hindari perasaan yang
tak berarti seperti mengatakan semuanya akan menjadi baik.
Kolaborasi
5. Evaluasi
Hasil evaluasi yang bisa didapatkan pada pasien dengan cedera kepala
sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ada adalah sebagi berikut :
a. Pasien tidak mengalami peningkatan TIK yang ditandai dengan Klien tidak gelisah,
klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual muntah. GCS : 4, 5, 6,tidak terdapat
papiledema, TTV dalam batas normal.
b. Pola napas pasien kembali efektif yang ditandai dengan memperlihatkan frekuensi
pernapasan yang efektif, mengalami perbaikan pertukaran gas – gas pada paru,
adaptif mengatasi faktor – faktor penyebab.
c. Jalan napas pasien kembali efektif yang ditandai dengan bunyi napas terdengar
bersih, ronkhi tidak terdengar, tracheal tube bebas sumbatan, menunjukan batuk
yang efektif, tidak ada lagi penumpukan sekret disaluran pernapasan.
d. Pasien secara subyektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat di adaptasi, dapat
mengidentifikasi yang meningkatkan atau menurunkan nyeri, klien tidak gelisah.
e. Klien mampu mengungkapkan perasaan yang kaku, cara-cara yang sehat kepada
perawat, klien dapat mendemonstrasikan keterampilan pemecahan masalahnya dan
perubahan koping yang digunakan sesaui situasi yang di hadapi, klien dapat
mencatat penurunan kecemasan/ketakutan di bawah standar, klien dapat rileks dan
tidur/istirahat dengan baik.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
I. Identitas klien
Pasien dan orang tua mengatakan dalam keluarga tidak ada yang
menderita penyakit menular (TB paru,Diabetes dan Hipertensi)
tetapi hanya menderita demam dan batuk pilek biasa.
1. Keadaan umum
2. Tanda-tanda vital
3. Body Sistem
a. Breathing
b. Blood
c. Brain
Tingkat kesadaran secara kwalitatif somnolen,secara kuantitatif
GCS: E:3,V:5,M:5 total 13.Saat dilakukan pemeriksaan Nervus I
(sensori) :pasien dapat membedakan bau alkohol pada kapas
alkohol.Nervus II untuk sensori pemeriksaan pupil pada mata kiri
miosis.Nervus III (Okulomotorik:traklear dan abdusen): secara
motorik,pasien dapat menutup mata dengan rapat, Nervus IV
(Trigenimus):Tidak dapat diukur.Nervus V (saraf facial)
motorik:saat diminta tersenyum pasien dapat
tersenyum,sensorik:pasien dapat membedakan rasa asin dan
manis. Nervus VII (glosovfaringeal) secara motorik:pasien dapat
menelan air yang minum, secara sensorik: pasien dapat
membedakan rasa pahit dan asam. Nervus IX
(asesorius):pasien dapat menggerakkan bahu keatas.Nervus X
(hipoglasus) motorik:lidah tampak simetris dan tidak
tremor,pasien dapat menyebut huruf L,T,D dan N.Nervus XI
motorik:pasien dapat menoleh kekiri dan kekanan.Nervus XII
motorik:lidah tidak mengalami perubahan.
d. Bladder
e. Bowel
f. Bone.
Tulang: Pada akstremitas atas, tidak mengalami fraktur dan
perdarahan aktif.Pada ekstremitas bawah,pada kaki kanan dan
paha kiri terdapat luka jahit.
Otot:Tidak ada memar,pergerakan terbatas ,kekuatan otot
ekstremitas atas dan ekstremitas bawah gerak aktif, kekuatan
otot nilai 5.
Integumen:terdapat luka jahit pada alis mata kanan dan dahi
serta paha kiri dan kaki kanan,bengkak pada mata kanan dan
tampak kebiruan.Turgor kulit kering,kulit tampak kotor dengan
sisa darah yang sudah kering.Pada tubuh warna kulit sawo
matang,akral teraba hangat.
Pasien mengatakan saat ini tidak tahu atau tidak mengerti dengan
penyakit yang diderita (cedera kepala) pasien mengatakan hanya
merasa sakit pada kepala dan luka jahit.
c. Pola eliminasi.
V. Pemeriksaan Diagnostik
Radiologi:Foto polos:AP/lateralis.Thorax:AP
VI. Therapy
Tanggal:31-08-2011,obat injeksi:
Atambua, 1 – 9 – 2011
Theresia
M.Fernandez
NIM : 5306.09.597
ANALISA DATA
Tanda-tanda vital:
Tanda-tanda vital:
B. Diagnosa keperawatan
Dari analisa diatas maka prioritas diagnosa keperawatan yang muncul adalah:
Nama pasien :
G Dx Medik :
Cedera Kepala Sedang.
Umur :15
tahun No.MR :
01.17.XX
Ruang :Bedah.
Obyektif : setelah
dilakukan
perawatan selama
3 x 24 jam,
diharapkan pasien
dapat
menunjukkan :
Perfusi keserebral
yang adekuat
dengan kriteria
hasil :
Keadaan
umum
membaik.
Kesadaran
secara
kualitatif
composmentis 2. Meng
dan secara kecen
kuantitatif 2. Pantau dan catat status tingka
GCS,E:4,V:5,M neurologis secara teratur
:6 total 15 dan bandingkan dengan
nilai standar (GCS)
Bengkak pada 3. Gang
mata 3. Kaji perubahan pada pengl
berkurang penglihatan,seperti dapat
adanya penglihatan oleh k
Tidak keluar kabur,ganda,lapang mikro
darah dari pandang yang otak
hidung. menyempit dan
pengalaman persepsi.
Tanda-tanda
vital dalam
4. Kolaborasi obat sesuai 4. Meng
batas normal: instruksi. pada
gangg
Tekanan . kesad
darah:130/80 h terja
mmHg, cereb
nadi:60-100
x.menit,
Respirasi
rate:16-24
x/menit.
2. Pende
Objektif : setelah meng
dilakukan relaks
perawatan 3 x 24 nonfa
jam diharapkan lainny
pasien menjadi menu
nyaman dengan keefe
kriteria evaluasi: meng
Keadaan 3. Akan
umum pered
tampak baik sehin
O2 ol
2. Jelaskan dan bantu klien akan
Skala nyeri dengan tindakan pereda
berkurang akan
nyeri non farmakologi nyerin
dari 7-9 dan non invasif.
(berat)
menjadi 1-3
(ringan)
4. Istirah
Nyeri dapat mere
berkurang. semu
sehin
menin
Tanda-tanda
kenya
vital dalam
batas normal
Tekanan
darah:130/80
mmHg, 5. Analg
nadi:60-100 lintas
x.menit, nyeri,
akan
Respirasi
Pasien
tampak rileks
Ketakutan
dapat
berkurang.
Tanda-tanda
vital dalam
batas normal: 2. Memb
kesem
Tekanan 2. Anjurkan klien dan berko
darah:130/80 keluarga untuk asan
mmHg, mengungkapkan dan dan m
nadi:60-100 mengekspresikan rasa cema
x.menit, suhu: takutnya. berleb
Respirasi
rate:16-24 3. Penga
yang
x/menit. meng
peras
berda
3. Demonstrasikan/anjurkan
klien untuk melakukan
teknik relaksasi seperti
mengatur
pernapasan,menuntun 4. Sejum
dala berkhayal,relaksasi ketera
progresif. secar
diban
pema
ventil
memb
mera
dalam
4. Anjurkan aktivitas
pengalihan perhatian
sesuai kemampuan
individu seperti
menulis,menonton TV
dan keterampilan.
4 Kamis Defisit perawatan diri Goal:pasien dapat 1. Tentukan kekuatan otot 1. Meng
kelemahan fisik. menunjukan saat ini kebut
01-09- aktifitas perawatan yang
2011 diri dalam tingkat
kemampuan
pribadi
Obyektif:Setelah
dilakukan tindakan
keperawatan 2 x
24 jam,diharapkan
pasien dapat
menampilkan
aktifitas merawat
diri dengan kriteria
2. Memb
hasil:
aman
kepad
Tubuh pasien
tampak
bersih dari sisa
darah yang sudah 2. Beri perawatan personal
kering higiene pasien. 3. Meng
segar,pasien penya
dapat kehila
mandi,makan dan
minum,buang air
kecil dan buang
air besar 4. Memb
sendiri.tingkat aman
kemampuan pada
mobilitas 0 pasien
tidak tergantung
pada orang lain. 3. Dorong agar pasien
selalu membersihkan
mulut dan skat gigi.
Pasien :G
No MR:01.17.XX
Evaluasi (SOAPIE)
N Hari/tg
Dx. Keperawatan
o l
1 Jumat Gangguan perfusi S:pasien mengatakan sakit pada kepala
,02- jaringan otak
09- berhubungan dengan
2011 trauma kepala.
O: Keadaan umum lemah, kesadaran
secara kualitatif composmentis,keadaan
secara kuantitatif GCS: E:3.V:5,M:5,total 13,
bengkak pada mata kanan berkurang dan
tampak kemerahan.Tanda-tanda vital:
I:
1. Jam 08.00 WITA
Nadi:78 x.menit,irama
Pernapasan:20
Tekanan darah:100/70
5 dilanjutkan.
I:
Pernapasan:20x/menit iramateratur.
Tekanandarah:100/70mmHg,posisiberbarin
g.
I:
Evaluasi (SOAPIE)
No Hari/tgl Dx keperawatan
Pernapasan:18 x/menit,irama
teratur.
Nadi:84 x.menit,irama
Pernapasan:18 x/menit,
irama
teratur.
Tekanan darah:100/70
mmHg,
posisi berbaring.
Mengobservasi status
neurologis dengan cara tes
kesadaran secara kualitatif
somnolen,secara kuantitatif
GCS:E:4,V:5,M:6 total 15.
Melaksanakan kolaborasi
dengan melaksanakan injeksi
siang.Brainact 125
mg/selang.dan Ceftriaxone 1
gr/selang.
Pernapasan:18 x.menit,irama
teratur.
Pernapasan:18 x.menit,irama
teratur.
Pernapasan:18 x.menit,irama
teratur.
Tanda-tanda vital:
Pernapasan:18 x.menit,irama
teratur
Pernapasan:18 x.menit,irama
teratur.
Nama Pasien :G
No Register :01.17.XX.
Theresia M.Fernandez
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Bagi perawat
Agar dalam memberikan tindakan keperawatan kepada pasien,juga harus
dilakukan tindakan-tindakan mandiri perawat.
3. Bagi penulis
DAFTAR PUSTAKA
……………………http://www yayankhyar.co.nr.2009.
Bruner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC.
Cholik H. Rosjidi. CS. 2009. Buku Ajar Perawatan Cedera Kepala dan Stroke.
Yogyakarta. Ardana Media
Muttaqim Arif.2008 Buku Ajar Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan. Sitem
Persarafan . Jakarta. Salemba Medika.
LEMBARAN KONSUL
NIM : 5306.09.597
JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CEDERA KEPALA
SEDANG DIRUANG BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ATAMBUA
MATERI YANG
NO HARI/TGL KETERANGAN PARAF
DIKONSUL
Rabu, Bab I Revisi
1
27-07-2011
Selasa, Bab I dan Bab II Revisi
2
16-08-2011
Senin, Bab I dan Bab II Revisi
3
22-08-2011
Kamis, Bab I dan Bab II Revisi
4
25-08-2011
Jumad, Bab I dan Bab II Revisi dan ACC
5
26-08-2011
Sabtu, Bab I dan Bab II ACC
6
27-08-2011
Kamis, Bab III Revisi
7
01-09-2011
Rabu, Bab III ACC
8
05-10-2011
Kamis, Bab IV dan Bab V Revisi
9
06-10-2011
Sabtu, 08 – Bab IV dan Bab V ACC maju ujian.
10
10 – 2011
Normal
0
false
false
false
EN-US
X-NONE
X-NONE
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;}
table.MsoTableGrid
{mso-style-name:”Table Grid”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-priority:59;
mso-style-unhide:no;
border:solid black 1.0pt;
mso-border-alt:solid black .5pt;
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-border-insideh:.5pt solid black;
mso-border-insidev:.5pt solid black;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;}
BAB I
PENDAHULUAN
Cedera kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara
langsung yang kemudian dapat berakibat kepada gangguan fungsi neurologis,
fungsi fisik, kognitif, psikososial, bersifat temporer atau permanen
(www.yayanakhyar.com.nr/200905).
Setiap tahun di Amerika Serikat, mencatat 1,7 juta kasus trauma kepala
52.000 pasien meninggal dan selebihnya dirawat inap. Trauma kepala juga
merupakan penyebab kematian ketiga dari semua jenis trauma dikaitkan dengan
kematin. Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Natroma Trauma Project di
Islamic Republik of Iran bahwa, diantara semua jenis trauma tertinggi yang
dilaporkan yaitu sebanyak 78,7 % trauma kepala dan kematian paling banyak
juga disebabkan oleh trauma kepala (Karbakhsh, zand, Rouzrokh, Zarei, 2009).
Rata – rata rawat inap pada laki – laki dan wanita akibat terjatuh dengan
diagnosa trauma kepala sebanyak 146,3 per 100.000 dan 158,3 per
100.000 (Thomas 2006). Angka kematian trauma kepala akibat terjatuh lebih
tinggi pada laki – laki dibanding perempuan yaitu sebanyak 26,9 per 100.000
dan 1,8 per 100.000. Bagi lansia pada usia 65 tahun keatas, kematian akibat
trauma kepala mencatat 16.000 kematian dari 1,8 juta lansia di Amerika yang
mengalami trauma kepala akibat terjatuh. Menurut Kraus (1993), dalam
penelitiannya ditemukan bahwa anak remaja hingga dewasa muda mengalami
cedera kepala akibat terlibat dalam kecelakaan lalu lintas dan akibat kekerasan
sedangkan orang yang lebih tua cenderung mengalami trauma kepala
disebabkan oleh terjatuh.Menurut data yang diperolah dari rekam medik RSUD
Atambua, pada tiga tahun terakhir ini yaitu : tahun 2008 terdiri dari 142 orang,
laki –laki : 107 orang ( 75,3 %), perempuan : 42 orang (29,5 %), Tahun 2009 :
163 orang, laki – laki : 140 orang (85,8 %), perempuan : 23 orang (13,6 %),
Tahun 2010 : 175 orang, laki – laki : 149 orang (85,1 %), perempuan : 26 orang (
14,8 %).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
D. Manfaat Penulisan
3. Bagi penulis
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode deskriptif, yakni
melalui studi pustaka dan studi kasus. Studi pustaka diambil dari buku – buku
perpustakaan dan sumber lainnya yang berhubungan dengan masalah.
F. Sistematika Penulisan
BAB II : Tinjauan teoritis Yang terdiri dari konsep dasar cedera kepala dan
konsep dasar Asuhan Keperawatan pada pasien cedera kepala.
BAB III : Tinjaun kasus yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
BAB IV : pembahasan
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
Otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit dan tulang yang
membungkusnya. Tanpa perlindungan ini otak yang lembut, yang membuat kita
seperti adanya, akan mudah sekali terkena cedera dan mengalami kerusakan.
Cedera kepala dapat mengakibatkan malapetaka besar bagi seseorang. Pada orang
dewasa tengkorak merupakan ruangan keras yang tidak memungkinkan perluasan
isi intrakranial. Tulang sebenarnya terdiri dari 2 dinding atau tabula yang dipisahkan
oleh tulang berongga.
Dinding luar disebut tabula eksternal dan dinding bagian dalam disebut
tabula internal. Pelindung lain yang melapisi otak adalah meninges. Ketiga lapisan
meninges adalah durameter, araknoid dan piameter (Price, Silvia A ; 2005 : 1014).
1) Otak
(a).Otak besar atau serebrum (cerebrum)
Mempunyai dua belahan yaitu hemisfer kiri dan hemisfer kanan
yang duhubungkan oleh massa substansi alba (substansia alba)
yang disebut korpus kalosum (corpus callosum). Serebrum terdiri
atas : korteks sereri, basal ganglia (korpora striate) dan sistem
limbik (rhinencephalon).
(b).Otak kecil (serebelum)
Serebelum (otak kecil) terletak dalam fossa kranial posterior,
dibawah tentorium serebelum bagian posterior dari pons varolii dan
medula oblongata. Serebelum mempunyai dua hemisfer yang
dihubungkan oleh vermis. serebelum dihubungkan dengan otak
tengah oleh pedunkulus serebri superior, dengan pons paroli oleh
pedunkulus serebri media dan dengan medula oblongata oleh
pedunkulus serebri inferior. Lapisan permukaan setiap hemisfer
serebri disebut korteks yang disusun oleh substansia grisea.
Lapisan – lapisan korteks serebri ini dipisahkan oleh fisura
transversus yang tersusun rapat. Kelompok massa substansia
grisea tertentu pada serebelum tertanam dalam substansia alba
yang paling besar dikenal sebagai nukleus dentatus.
(c).Batang otak.
Pada permukaan batang otak terdapat medula oblongata, pons
varolii, mesensefalon dan diensefalon. Talamus dan epitalamus
terlihat dipermukaan posterior batang otak yang terletak diantara
serabut capsula interna. Disepanjang pinggir dorsomedial talamus
terdapat sekelompok serabut saraf berjalan keposterior basis
epifise.
2) Sum-sum tulang belakang (trunkus serebri)
Medula spinalis merupakan bagian sistem saraf pusat
yang menggambarkan perubahan terakhir pada perkembangan
embrio. Semula ruangannya besar kemudian mengecil menjadi kanalis
sentralis. Medulla spinalis terdiri atas dua belahan yang sama
dipersatukan oleh struktur intermedia yang dibentuk oleh sel saraf dan
didukung oleh jaringan interstisial.
Medula spinalis membentang dari foramen magnum sampai setinggi
vertebra lumbalis I dan II, ujung bawahnya runcing menyerupai kerucut
yang disebut konus medularis, terletak didalam kanalis vertebralis
melanjut sebagai benang-benang (filum terminale) dan akhirnya
melekat pada vertebra III sampai vertebra torakalis II, medula spinalis
menebal kesamping. penebalan ini dinamakan intumensensia
servikalis.
b. Susunan saraf perifer
1) Susunan saraf somatik
Indra somatik merupakan saraf yang mengumpulkan informasi sensori
dari tubuh. Indra ini berbeda dengan indra khusus (penglihatan,
penghiduan, pendengaran, pengecapan dan keseimbangan), indra
somatik digolongkan menjadi 3 jenis :
(a).Indra somatik mekano reseptif.
(b).Indra termoreseptor.
(c).Indra nyeri.
2) Susunan saraf otonom
Saraf yang mempersarafi alat – alat dalam tubuh seperti kelenjar,
pembuluh darah, paru – paru, lambung, usus dan ginjal. Alat ini
mendapat dua jenis persarafan otonom yang fungsinya saling
bertentangan, kalau yang satu merangsang yang lainnya menghambat
dan sebaliknya, kedua susunan saraf ini disebut saraf simpatis dan
saraf parasimpatis (syaifuddin ; 2009 : 335 – 360).
2. Cedera Kepala
a. Pengertian
Cedera kepala : Meliputi trauma kepala, tengkorak dan otak.
secara anatomis otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit kepala
serta tulang dan tentorium (helm) yang membungkusnya (Arif Muttaqin ;
2008 : 270).
Cedera kepala : Dapat bersifat terbuka (menembus melalui dura
meter) atau tertutup (trauma tumpul, tanpa penetrasi melalui dura).
Cedera kepala terbuka memungkinkan patogen lingkungan memiliki
akses langsung ke otak (Corwin J.Elizabeth; 2005 : 175).
Cedera kepala : Trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik
secara langsung yang kemudian dapat berakibat kepada gangguan fungsi
neurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial, bersifat temporer atau
permanen (http://www.yayanakhyar. com.nr/200905).
Jadi cedera kepala adalah trauma mekanik pada kepala terjadi baik
secara langsung bersifat terbuka atau tertutup yang dapat terlihat meliputi
trauma kulit kepala, tengkorak dan juga otak sehingga dapat
mengakibatkan gangguan fungsi neurologis, fungsi fisik, kognitif,
psikososial, bersifat temporer atau permanen.
b. Etiologi
Penyebab utama cedera kepala meliputi : Kecelakaan lalu lintas
>50 % kasus, Jatuh, Pukulan, Kejatuhan benda, Kecelakaan
kerja/industri, Cedera lahir, Luka tembak (Cholik Harun dan Saiful
Nurhidayat ; 2009 :49 )
c. Klasifikasi
Cedera kepala dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme,
keparahan dan morfologi cedera:
1) Mekanisme:
(a). Cedera kepala tumpul, dapat disebabkan oleh kecelakaan
kendaraan bermotor, jatuh atau pukulan benda tumpul.
2) Berdasarkan beratnya:
sang nyeri
orientasi
6 Menurut perintah
(Sumber:dr George Dewanto,Sp.s,dkk.Panduan Praktis:Diagnosis & Tatalaksana Penyakit Saraf)
GCS:3-8
d. Patofisiologi
Pada cedera kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua
tahap yaitu cedera primer dan cedera sekunder. Cedera primer
merupakan cedera pada kepala sebagai akibat langsung dari suatu ruda
paksa, dapat disebabkan benturan langsung kepala dengan suatu benda
keras maupun oleh proses akselerasi – deselerasi gerakan kepala. Dalam
mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristiwa coup dan contercoup.
Cedera primer yang diakibatkan oleh adanya benturan pada tulag
tengkorak dan daerah sekitarnya disebut lesi coup. Pada daerah yang
berlawanan dengan tempat benturan akan terjadi lesi yang disebut
contrecoup.
e. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang diperlukan pada klien dengan cedera
kepala meliputi:
2) MRI
4) Serial EEG
5) Sinar X
6) BAER
7) PET
8) CSS
9) Kadar Elektrolit
10)Screen Toxicology
Analisa Gas Darah (AGD/ Astrup) adalah salah satu tes diagnostik
untuk menentukan status respirasi. Status respirasi yang dapat
digambarkan melalui pemeriksaan AGD ini adalah status oksigenasi
dan status asam basa (Arif Muttaqin ; 2008 : 284)
f. Penatalaksanaan
1) Bedrest total
Pada trauma ringan bila muntah – muntah tidak dapat diberikan apa –
apa, hanya cairan infus Dextrosa 5 %, aminofusin, aminofel (18 jam
pertama dari terjadinya kecelakaan), 2 – 3 hari kemudian diberikan
makanan lunak.
g. Komplikasi
2) Perubahan perilaku yang tidak kentara dan defisit kognitif dapat terjadi
da tetap ada.
1. Pengkajian
Pengumpulan data klien baik subjektif maupun objektif pada gangguan sistem
persarafan sehubungan dengan cedera kepala tergantung pada bentuk, lokasi, jenis
injuri, dan adanya komplikasi pada organ vital lainnya. Pengkajian keperawatan
cedera kepala meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
diagnostik dan pengkajian psikososial.
a) Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia muda),
jenis kelamin (banyak laki – laki, karena sering ngebut – ngebutan dengan
motor tanpa pengaman helm), pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register,
diagnosis medis.
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan tergantung dari seberapa jauh dampak trauma
kepala disertai penurunan tingkat kesadaran.
Adanya riwayat trauma yang mengenai kepala akibat dari kecelakaan lalu
lintas, jatuh dari ketinggian, dan trauma langsung kekepala. Pengkajian
yang didapat meliputi tingkat kesadaran menurun (GCS >15), konvulsi,
muntah, takipnea, sakit kepala, wajah simetris atau tidak, lemah, luka
dikepala, paralisis, akumulasi sekret pada saluran pernapasan, adanya
liquor dari hidung dan telinga, serta kejang.
Perlu ditanyakan pada klien atau keluarga yang mengantar klien (bila klien
tidak sadar) tentang penggunaan obat – obatan adiktif dan penggunaan
alkohol yang sering terjadi pada beberapa klien yang suka ngebut –
ngebutan.
e) Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai
respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga ataupun
dalam masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada klien, yaitu
timbul seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra diri)
f) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
(1) B1 (Breathing)
(b).Palpasi
(c).Perkusi
(d).Auskultasi
(2) B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok)
hipovolemik yang sering terjadi pada klien cedera kepala sedang dan
berat.
(3) B3 (Brain)
(a).Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien dan respon terhadap lingkungan adalah
indikator paling sensitif untuk menilai disfungsi sistem persarafan.
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien cedera kepala
biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor, semikomatosa,
sampai koma.
Saraf I
Saraf II
Saraf III, IV da VI
Saraf V
Pada beberapa keadaan cedera kepala menyebabkan paralisis
nervus trigenimus, didapatkan penurunan kemampuan koordinasi
gerakan menguyah
Saraf VII
Saraf VIII
Saraf IX dan Xl
Saraf XI
Bila tidak melibatkan trauma pada leher, mobilitas klien cukup baik
dan tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
Saraf XII
(d).Sistem motorik
(e).Pemeriksaan reflek
(4) B4 (Bladder)
(5) B5 (Bowel)
Pada klien dengan kulit gelap. Perubahan warna tersebut tidak begitu
jelas terlihat. Warna kemerahan pada kulit dapat menunjukan adanya
demam dan infeksi. Integritas kulit untuk menilai adanya lesi dan
dekubitus. Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensorik atau paralisis/ hemiplegia, mudah lelah
menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
2. Diagnosa Keperawatan
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam tidak terjadi peningkatan TIK pada klien.
Kriteria hasil:
Klien tidak gelisah, klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual muntah. GCS :
4, 5, 6,tidak terdapat papiledema, TTV dalam batas normal
Intervensi:
Mandiri:
12)Berikan penjelasan pada klien (jika sadar) dan keluarga tentang sebab
akibat TIK meningkat.
Kolaborasi:
methylprenidsolon.
Tujuan:
Dalam waktu 3 x 24 jam setelah intervensi, adanya peningkatan, pola
napas kembali efektif.
Kriteria hasil:
Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif, mengalami perbaikan
pertukaran gas – gas pada paru, adaptif mengatasi faktor – faktor
penyebab.
Intervensi:
1) Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala
tempat tidur. Balik kesisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk
sebanyak mungkin.
R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi paru
dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.
a) Pemberian antibiotik.
b) Pemberian analgesik.
c) Fisioterapi dada.
c. Tidak efektif bersihan jalan napas yang berhubungan dengan adanya jalan
napas buatan pada trakea, peningkatan sekresi sekret dan
ketidakmampuan batuk/batuk efektif sekunder akibat nyeri dan keletihan.
Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam terdapat perilaku peningkatan
keefektifan jalan napas.
Kriteria hasil : Bunyi napas terdengar bersih, ronkhi tidak terdengar,
tracheal tube bebas sumbatan, menunjukan batuk yang efektif, tidak ada
lagi penumpukan sekret disaluran pernapasan.
Intervensi:
1) Kaji keadaan jalan napas
3) Monitor letak posisi endotrakeal tube, beri tanda batas bibir. Letakkan
tube secara hati – hati dengan memakai perekat khusus. Mohon
bantuan perawat lain ketika memasang dan mengatur posisi tube.
10) Ajarkan klien tentang metode yang tepat untuk pengontrolan batuk.
R/ batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif,
dapat menyebabkan frustasi
14) Lakukan napas kedua, tahan, dan batukkan dari dada dengan
melakukan 2 batuk pendek dan kuat.
1) Pemberian ekpektoran
2) Pemberian antibiotik
3) Fisioterapi dada
d. Nyeri akut yang berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme
otot sekunder.
Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam nyeri berkurang / hilang
Kriteria hasil : secara subyektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat di
adaptasi, dapat mengidentifikasi yang meningkatkan atau menurunkan
nyeri, klien tidak gelisah.
Intervensi:
1) Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakoloni
dan non invasif.
4) Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi
yang nyaman misalnya ketika tidur belakangnya dipasang bantal kecil.
Intervensi : Mandiri.
4) Akuilah situasi yang membuat cemas dan takut. Hindari perasaan yang
tak berarti seperti mengatakan semuanya akan menjadi baik.
Kolaborasi
5. Evaluasi
Hasil evaluasi yang bisa didapatkan pada pasien dengan cedera kepala
sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ada adalah sebagi berikut :
a. Pasien tidak mengalami peningkatan TIK yang ditandai dengan Klien tidak gelisah,
klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual muntah. GCS : 4, 5, 6,tidak terdapat
papiledema, TTV dalam batas normal.
b. Pola napas pasien kembali efektif yang ditandai dengan memperlihatkan frekuensi
pernapasan yang efektif, mengalami perbaikan pertukaran gas – gas pada paru,
adaptif mengatasi faktor – faktor penyebab.
c. Jalan napas pasien kembali efektif yang ditandai dengan bunyi napas terdengar
bersih, ronkhi tidak terdengar, tracheal tube bebas sumbatan, menunjukan batuk
yang efektif, tidak ada lagi penumpukan sekret disaluran pernapasan.
d. Pasien secara subyektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat di adaptasi, dapat
mengidentifikasi yang meningkatkan atau menurunkan nyeri, klien tidak gelisah.
e. Klien mampu mengungkapkan perasaan yang kaku, cara-cara yang sehat kepada
perawat, klien dapat mendemonstrasikan keterampilan pemecahan masalahnya dan
perubahan koping yang digunakan sesaui situasi yang di hadapi, klien dapat
mencatat penurunan kecemasan/ketakutan di bawah standar, klien dapat rileks dan
tidur/istirahat dengan baik.
Share this:
Twitter
Facebook
Posted in Uncategorized
← Older Entry
Tinggalkan Balasan
KALENDER
Oktober 2011
S S R K J S M
1 2
3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16
17 18 19 20 21 22 23
24 25 26 27 28 29 30
31
PENCARIAN
Tulisan Terakhir
o ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN G DENGAN CEDERA
KEPALA DI RUANG PERAWATAN BEDAH
o kolera
Arsip
o Oktober 2011
FACEBOOK
Ona Fernandez
AddyTie Onnapunk
Kategori
o Uncategorized
Blog di WordPress.com.