No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
TanggalTerbit :
Halaman :
ANANG SETIANA
UPTD
PUSKESMAS NIP.196912151989121001
KADIPATEN
1. Pengertian Demam tifoid adalah penyakit infeksi bakteri salmonella thypi dan
parathypi yang erat kaitannya dengan kualitas higiene pribadi dan
sanitasi lingkungan yang kurang baik. Demam tifoid banyak ditemukan
di masyarakat perkotaan maupun di pedesaan.
2. Tujuan Sebagai acuan bahwa pedoman Petugas bisa mengetahui tanda dan
gejala demam tifoid serta penatalaksanaan yang tepat
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Kadipaten Nomor
....................................................Tentang Hak dan Kewajiban Pasien
4. Referensi Panduan Praktik Klinis Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer tahun
2017
5. Prosedur Alat dan bahan :
a. Tempat tidur
b. Stetoskop
c. Timer (jam tangan)
d. Thermometer
e. Tensimeter
Langkah-langkah :
1. Mengukur tanda vital (vital sign)
2. Menganamnesis keluhan
3. Penegakan diagnosis
a. Diagnosis klinis ditegakan dari anamnesis :
Demam turun naik terutama sore dan malam hari
dengan pola intermitten dan kenaikan suhu step
ledder.
Sakit kepala yang sering dirasakan di area frontal.
Gangguan gastrointestinal berupa konstipasi dan
meteorismus atau diare, mual, muntah, nyeri abdomen
dan BAB berdarah.
Gejala lainnya seperti nyeri otot dan pegal-pegal, batuk,
anoreksia, insomnia
Demam tifoid bert dapat dijumpai penurunan
kesadaran atau kejang.
b. Diagnosis klinis dari pemeriksaan fisik :
Keadaan umum tampak sakit sedang atau berat
Demam suhu > 37,5 derajat celcius
Bradikardi relatif (penurunan frekuensi nadi sebanyak
8 denyut permenit setiap kenaikan suhu 1 derjat
celcius
Ikterus
Pemeriksaan mulut ( tifoid tongue, tremor lidah,
halitosis)
Pemeriksaan abdomen (nyeri epigastrik,
hepatosplenomegali)
c. Diagnosis dengan pemeriksaan penunjang
Darah perifer lengkap
Tes tubex
Tes widal
Kultur salmonella typhi
d. Diagnosis banding (demam berdarah dengue, malaria,
leptospirosis, infeksi saluran kemih, hepatitis A, sepsis, TB
milier)
e. Komplikasi (tifoid toksik, syok sepsis, perdarahan dan
peritonitis)
4. Penatalaksanaan
Terapi suportif dapat dilakukan dengan:
Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan mobilisasi.
Menjaga kecukupan asupan cairan, yang dapat diberikan
secara oral atau parenteral.
Diet bergizi seimbang, konsistensi lunak, cukup kalori dan
protein dan rendah serat.
Konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntas.
Kontrol dan monitor tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu,
kesadaran), kemudian dicatat dengan baik di rekam medik
pasien.
Terapi simptomatik untuk menurunkan demam (antipiretik)
dan mengurangi keluhan gastrointestinal.
Terapi definitif dengan pemberian antibiotik. Antibiotik lini
pertama untuk demam tifoid adalah kloramfenikol, ampisilin
atau amoksisilin (aman untuk penderita yang sedang hamil),
atau trimetroprim-sulfametoxazole (kotrimoksazol).
Bila pemberian salah satu antibiotik lini pertama dinilai tidak
efektif, dapat diganti dengan antibiotik lain atau dipilih
antibiotik lini kedua yaitu Ceftriaxone, Cefotaxime (diberikan
untuk dewasa dan anak), Kuinolon (tidak dianjurkan untuk
anak <18 tahun karena dinilai mengganggu pertumbuhan
tulang).
KRITERIA RUJUKAN
a. Telah mendapat terapi selama 5 hari namun belum tampak
perbaikan.
b. Demam tifoid dengan tanda-tanda kedaruratan.
c. Demam tifoid dengan tanda-tanda komplikasi dan fasilitas tidak
mencukupi.
6.Diagram Alir
Petugas Petugas
mencocokan Petugas melakukan
memanggil
identitaspasie anamnesa
pasien
sesuai id n dengan
nomer urut rekam medis
Petugas melakukan
pemeriksaan vital sign
Petugas
melakukan Petugas mencatat
pemeriksaan Petugas
hasil kajian dalam
fisik pasien mengumpulkan
catatan medik
data pengkajian
dan penunjang
5. Respirasi
6. Nadi
7. Suhu