Anda di halaman 1dari 4

A.

Latar Belakang

Pembelajaran dengan mengembangkan ranah sikap spiritual, sosial, ranah pengetahuan,


serta ranah keterampilan dan kerja sama sangat diperlukan untuk siswa. Salah satu
keterampilan yang dibutuhkan adalah dengan menciptakan suatu produk menggunakan
tingkat kreativitas dari masing-masing siswa. Dari produk yang akan dihasilkan oleh siswa
tersebut diharapkan dapat melatih siswa untuk menanamkan jiwa wirausaha yang kedepannya
dapat menjadi wirausahawan seutuhnya di Indonesia. Idealnya, jumlah wirausaha di sebuah
negara adalah sekitar dua persen dari jumlah penduduk, jumlah wirausaha di Indonesia saat
ini adalah sekitar 1,56% dari 240 juta penduduk (Nagel, 2016) sehingga Indonesia masih
membutuhkan banyak wirausaha untuk semakin menggerakan perekonomian bangsa yang
diharapkan dicetak dari para siswa. Menjadi seorang wirausaha bukan semata-mata mampu
menghasilkan uang sebanyak-banyaknya, tetapi bagaimana seseorang tersebut memiliki
inovasi dan mampu membaca suatu peluang yang semula dianggap tidak berguna kemudian
menjadi sesuatu yang berguna serta bermanfaat. Bahan dasar yang dianggap tidak berguna
contohnya adalah sampah-sampah dari kertas, serta barang-barang yang sudah tidak terpakai
yang jika tidak dimanfaatkan hanya menjadi limbah yang tidak bermanfaat dan merusak
lingkungan. Pembuatan suatu produk yang merupakan media pembelajaran dengan
memanfaatkan barang bekas dan sampah bekas dapat membentuk jiwa wirausaha di bidang
pendidikan(edupreneurship) yang berwawasan lingkungan atau disebut ecopreneurship yang
artinya pendidikan kewirausahaan yang berbasis lingkungan(Adinugraha, 2017). Diharapkan
siswa lebih mencintai lingkungan dengan memanfaatkan sampah dan beberapa barang bekas
menjadi sesuatu yang berguna dan mewujudkan kreativitas serta inovasi, siswa dapat
memberikan alternatif solusi terhadap penanggulangan sampah. Sampah tertentu bisa bernilai
guna jika adanya kreativitas untuk mengolahnya menjadi barang yang lebih bermanfaat
khususnya di bidang pendidikan dengan membuat media pembelajaran dari berbagai mata
pelajaran dengan tujuan siswa dan guru tidak perlu mengeluarkan dana untuk membeli media
pembelajaran.

B. Landasan Filosofis
a. Media Pembelajaran Biologi
Media di dalam pendidikan merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan
proses aktif siswa yang mengembangkan potensi dirinya. Siswa dilibatkan ke
dalam pengalaman yang difasilitasi oleh guru sehingga siswa melbatkan pikiran,
emosi, ikut dalam kegiatan (Dananjaya, 2013). Media pembelajaran biologi yang
berbahan dasar barang bekas adalah alat atau bahan yang digunakan dalam
kegiatan belajar dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman materi Biologi
dan juga menanamkan sikap sadar akan kepedulian terhadap lingkungan. Sikap
sadar lingkungan sangat diperlukan demi mewujudkan masyarakat yang
berwawasan lingkungan bagi keberlangsungan hidup manusia.
b. Literasi lingkungan
Fildan (2016) menyatakan bahwa literasi lingkungan merupakan sebuah persepsi
keaktifan individu dalam melakukan tindakan terkait lingkungan. Literasi
lingkungan menyiratkan pemahaman tentang bagaimana manusia dan masyarakat
berhubungan antara satu dengan yang lain dengan alam, serta bagaimana manusia
menanamkan pemahaman tentang lingkungan kepada siswa dengan cara yang
spesifik berupa pengetahuan dan keyakinan yang difokuskan pada
pengetahuan(knowing), pemeliharaan(caring) dan kewenangan (competence).
Kemungkinan yang akan terjadi jika literasi lingkungan tidak dimiliki siswa
menurut Rahmawati (2016) antara lain adalah masyarakat akan berperilaku
sebagaimana kebiasaan yang dilakukan dan perilaku tersebut bersifat turun
temurun, maka bukanlah tidak mungkin jika akan terjadi kerusakan lingkungan
yang lebih parah dari sebelumnya. Maka dengan mengubah suatu perilaku yang
lebih baik baik itu untuk individu maupun untuk lingkungan maka siswa perlu
memiliki literasi lingkungan.
c. Edupreneurship
Menurut Munandar (1987) kreativitas adalah kemampuan untuk membuat
kombinsi baru berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Kreativitas
dapat diartikan juga sebagai kemampuan yang di dalamnya terdapat orisinalitas
dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengembangkan, memperkaya,
memperinci suatu gagasan. Maka dapat disimpulkan bahwa edupreneurship
adalah bagian dari enterpreneurship di bidang pendidikan yang mengarahkan para
pendidik untuk tercapainya pertumbuhan ekonomi dengan kemampuan :
1. Menciptakan lapangan kerja atau kewirausahaan
2. Menjawab tantangan kebutuhan tenaga kerja global (Purwanti, 2014)
Gambar 1. Kerangkan Konsep Edupreneurship
(Purwanti, 2014)

d. Ecopreneurship
Merujuk pada keprihatinan terhadap masih rendahnya kewirausahaan di
Indonesia, maka diperlukan sebuah konsep enterpreneur yang menekankan
kepada tanggung jawab untuk turut melestarikan keberlanjutan manusia secara
umum. Dengan menggunakan bahan-bahan dasar produksi yang layak,
keberlanjutan ekologi dengan memperhatikan aspek kelestarian lingkungan dalam
proses produksinya serta menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan serta
keberlanjutan ekonomi dengan memberdayakan masyarakat sekitar sehingga
kegiatan usaha tersebut dapat ikut meningkatkan perekonomian masyarakat serta
mengurangi limbah di lingkungan. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka
ecopreneurship adalah bentuk pendidikan ang menghasilkan creator dan inovator
inovator yang berkaitan dengan permasalahan lingkungan.
Adinugraha, F. (2017) Media Pembelajaran Biologi Berbasis ecopreneurship.
Jurnal Formatif 7(3): 219-233.
Dananjaya, Utomo. 2013. Media Pembelajaran Aktif. Bandung: Nuansa
Cendekia.
Nagel, F, J, P.(2016) Pengembangan Jiwa dan Kecerdasan Wirausaha untuk
Kemandirian Bangsa. Seminar Nasional IENACO ISSN: 2337 – 4349
Purwanti, S., Sugiyono., Multyaningsih., Endang. (2014) Pengembangan
Edupreneurship Sekolah Kejuruan. Universitas Negeri Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai