Pengetahuan secara umum adalah merupakan hasil dari tahu dan ini stelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata atau telinga (Notoadmojo, 2003) dalam buku Wawan, A, dkk yang berjudul Teori Pengetahuan Sikap dan Perilaku Manusia tahun 2010. Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan berpendidikan tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek negatif dan aspek positif. Menurut WHO (World Health Organization) yang dikutip oleh (Notoadmojo,2007) salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan mempunyai 6 tingkat yaitu : a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rencah. b. Memahami (Comprehetion) Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat mengintreprestasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari. c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartika sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain d. Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalal struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (Syntesis) Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sistesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria- kriteria yang sudah ada. 2.1.2 Proses Perilaku Tahu Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoadmojo (2003), perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat dinikmati langsung dari maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). b. Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada stimulus. c. Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru. e. Adaption, dan sikapnya terhdap stimulus
Pada penelitian selanjjutnya oleh Rogers (1974) yang dikutip oleh
Notoadmojo (2003), menyimpulkan bahwa pengadopsian perilaku yang melalui proses seperti diatas dan didasari oleh pengetahuan, kesaddaaran yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng namun sebaliknya jika perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku tersebut bersifat sementara atau tidak akan berlangsung lama. Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek fisik, psikis, dan sosial yang secara terinci merupakan refoeksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya yang ditemukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman,keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
1. Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menunju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan dipelukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. 2. Pekerjaan Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah mrupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. 3. Umur Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Dari segi kepercayaan masyarakat sesorang akan lebih dewasa dipercayai dari orang yang belum tinggi kedewasaanya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa. 4. Faktor Eksternal 1. Faktor Lingkungan Menurut Ann. Mariner faktor lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau sekelompok. 2. Sosial Budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempegaruhi dari sikap dalam menerima informasi. 2.1.4 Kriteria Tingkat Pengetahuan Menurut Arikunto 2006 pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinteprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu 1. Baik : Hasil presentase 76% - 100 % 2. Cukup : Hasil presentase 56% - 75% 3. Kurang : Hasil presentase ≥ 56 %.
2.2 Konsep Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun)
Menurut Undang – undang No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, yang termasuk anak adalah sebelum usia 18 tahun dan belum menikah. Sedangkan yang termasuk usia sekolah dasar adalah mereka yang berusia 7 sampai 12 tahun (Adriani, 2012). Menurut Pujiastuti (2013) anak usia sekolah dasar adalah anak berumur 6 sampai 12 tahun, dimana mereka sedang dalam puncak pertumbuhan. Anak adalah anugerah terindah dalam keluarga sehingga harus benar – benar diperhatikan mengenai pertumbuhan dan perkembangannya. Anak adalah harapan bangsa dan masa depan orangtua. Dengan membekalinya sejak dini maka diharapkan kelak menjadi pribadi – pribadi yang unggul dan mampu berkompetisi di era globalisasi (Pujiastuti, 2013). Pada masa – masa inilah anak berada dalam fase pertumbuhan da perkembangan, sehingga berangsur – angsur menjadi banyak mengetahui tentang diri dan dunianya. Pada taraf ini anak dalam kondisi pada stimulus sehingga mudah untuk dibimbing, diarahkan, dan ditanamkan kebiasaaan yang baik. Kebiasaan memilih makanan atau jajanan termasuk salah satu kebiasaan baik yang perlu ditanamkan (Notoadmojo, 2005 ; dalam Safriana, 2012). 2.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah (6 – 12 Tahun) 2.3.1 Pertumbuhan Anak Usia Sekolah Pertumbuhan dapat diartikan sebagai berikut : bertambah besarnya dalam arti fisik sebagai akibat perbanyakan jumlah sel dan dapat diukur panjang (cm) dan ukuran berat (kg). Pada anak sekolah usia tersebut penambahan berat badan terjadi sekitar 2 kg dan tinggi badan 5 sampai 6 cm setiap tahunnya. Menjelang masa puber pertambahan berat badan dapat mencapai 4 sampai 4,5 kg pertahunnya (Pujiastuti, 2013) Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anak. Ada dua faktor yang mempengaruhi proses tumbuh kembang optimal seorang anak, yaitu faktor dalam dan faktor luar. a. Faktor dalam Merupakan faktor – faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri, baik faktor bawaan maupun faktor yang diperoleh, antara lain adalah hal – hal yang diturunkan dari orang tua maupun generasi sebelumya, yaitu warna rambut, bentuk tubuh, dll, unsur berfikir dan kemampuan intelektual yaitu kecepatan pikir, keadaan kelenjar zat – zat dalam tubuh, yaitu kekurangan hormone yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak, dan emosi dan sifat – sifat (tempramen) tertentu yaitu pemalu, pemarah, tertutup, dan lainnya. b. Faktor – faktor yang di luar atau berasal dari luar diri anak, mencakup lingkungan fisik dan sosial serta kebutuhan fisik anak, antara lain : 1) Keluarga Pengaruh keluarga adalah pada sikap dan kebiasaaan keluarga dalam mengasuh dan mendidik anak, hubungan orangtua dengan anak, hubungan antara saudara dan lainnya, 2) Gizi Keadaan kesehatan gizi anak tergantung dari tingkat konsumsi, yaitu kualitas hidangan yang mengandung semua kebutuhan tubuh. Apabila tingkat kesehatan gizi tidak baik, maka akan timbul penyakit gizi. 3) Budaya Faktor lingkungan masyarakat dalam hal ini asuhan kebiasaan suatu masyarakat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Misalnya, hal kebersihan, kesehatan dan pendidikan. Tata cara dan kebiasaan yang diperlukan di masyarakat tidak selalu sesuai dengan syarat – syarat kebersihan dan kesehatan. Demikian juga, sikap dan padangan atau cara berperilaku suatu masyarakat belum tentu sesuai dengan kondisi masyarakat yang lebih luas. 4) Teman Bermain dan Sekolah Lingkungan sosial seperti teman sebaya, tempat, dan alat bermain, kesempatan pendidikan yang diperoleh yaitu bersekolah, akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak (Adriani, 2012). 2.3.2 Perkembangan Anak Sekolah Perkembangan berarti bertambahnya ketrampilan dan fungsi yang komplek dari seseoraang. Aspek perkembangan meliputi perkembangaan psikologis seperti perkembangan emosional, perkembangan moral, dan perilaku – perilakunya. Perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada anak, dilihat dari berbagai aspek, antara lain aspek fisik (motorik), emosi, kognitif, dan psikososial (bagaimana anak berinteraksi dengan lingkungannya). a. Perkembangan Fisik Berkaitan dengan perkembangan gerak motorik, yakni perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara saraf, otot, otak, dan spinal cord. Pada anak usia sekolah telah memiliki fisik yang lebih kuat sehingga kebutuhan untuk melakukan aktivitas tampak menonjol. Misalnya, bermain, b. Perkembangan Kognitif dan Emosi Perkembangan kognitif atau proses berfikir adalah proses menerima, mengolah sampai memahami info yang diterima. Aspeknya antara lain intelegensi, kemampuan memecahkan masalah, serta kemampuan berfikir logis. Intinya adalah kemampuan anak mengembangkan kemampuan berfikir. c. Perkembangan Mental Pada anak usia sekolah mempunyai minat yang besar terhadap tugas – tugas sekolah. Mereka juga banyak bertanya pada orangtua dan guru untuk memperluas dan mamantapkan apa yang diketahuinya. Atau lebih sering disebykan anak usia mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Hal yang paling menonjol pada masa ini adalah keinginan untuk bersaing dan menunjukkan prestasi pada tugas – tugas sekolah. Anak membanding – bandingkan dirinya dengan teman – temannya, sehingga mudah sekali dihinggapi perasaan takut akan kegagalan dan ehekan teman. Kegagalan padaa yang dialami anak akan menumbuhkan rasa cemas dan rendah diri, tetapi bila mereka berhasil mengatasi masalah dalam hubungan teman dan prestasi sekolahnya maka akan timbul motivasi yang tinggi dalam dirinya. d. Perkembangan Makan Perkembangan makan anak didasari dengan bagaimana orangtua memberitahu, membina, dan mengarahkan. Selain itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan makan anak yaitu, faktor perilakunya dirinya sendiri, faktor lingkungan, faktor ketersediaan makan, faktor perkembangan tekhnologi, faktor pengetahuan dan faktor ekonomi (Adriani, 2012).
2.4 Makanan Cepat Saji
2.4.1 Pengertian Makanan Cepat Saji dan Kandungannya Makanan cepat saji adalah jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut. Makanan cepat saji biasanya berupa lauk pauk dalam kemasan, mie instan, nugget, atau cornflakes sebagai makanan untuk sarapan. a. Zat Aditif Makanan Zat aditif bahan kimia yang dicampurkan ke dalam makanan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas, menambahkan rasa dan memantapkan kesegaran produk b. Kemasan Makanan Kemasan makanan adalah wadah atau tempat makanan agar kualitas makanan tetap baik, meningkatkan penampilan produk dan memudahkan transportasi. c.