Anda di halaman 1dari 7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan


Pengetahuan secara umum adalah merupakan hasil dari tahu dan ini stelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni indera penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata atau telinga (Notoadmojo, 2003) dalam
buku Wawan, A, dkk yang berjudul Teori Pengetahuan Sikap dan Perilaku Manusia
tahun 2010. Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa
dengan berpendidikan tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Akan tetapi, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah
mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek
mengandung dua aspek yaitu aspek negatif dan aspek positif. Menurut WHO (World
Health Organization) yang dikutip oleh (Notoadmojo,2007) salah satu bentuk objek
kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian
ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada yang
tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan mempunyai 6 tingkat yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rencah.
b. Memahami (Comprehetion)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dimana dapat mengintreprestasikan secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat
menjelskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan
sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartika sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi ataupun kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip
dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalal struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk
melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sistesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-
kriteria yang sudah ada.
2.1.2 Proses Perilaku Tahu
Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoadmojo (2003), perilaku adalah
semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat dinikmati langsung dari
maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Sedangkan sebelum mengadopsi
perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni
a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian dan
tertarik pada stimulus.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan mempertimbangkan baik
buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti
sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru.
e. Adaption, dan sikapnya terhdap stimulus

Pada penelitian selanjjutnya oleh Rogers (1974) yang dikutip oleh


Notoadmojo (2003), menyimpulkan bahwa pengadopsian perilaku yang melalui
proses seperti diatas dan didasari oleh pengetahuan, kesaddaaran yang positif,
maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng namun sebaliknya jika perilaku
itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku tersebut
bersifat sementara atau tidak akan berlangsung lama. Perilaku manusia dapat
dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek fisik, psikis, dan sosial yang secara terinci
merupakan refoeksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan,
motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya yang ditemukan dan dipengaruhi oleh
faktor pengalaman,keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menunju kearah cita-cita tertentu yang
menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai
keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan dipelukan untuk mendapat
informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup.
2. Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah
keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya
dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah mrupakan cara mencari nafkah
yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja
umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu
akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
3. Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
berulang tahun. Dari segi kepercayaan masyarakat sesorang akan lebih
dewasa dipercayai dari orang yang belum tinggi kedewasaanya. Hal ini akan
sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.
4. Faktor Eksternal
1. Faktor Lingkungan
Menurut Ann. Mariner faktor lingkungan merupakan seluruh kondisi
yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau sekelompok.
2. Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempegaruhi
dari sikap dalam menerima informasi.
2.1.4 Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto 2006 pengetahuan seseorang dapat diketahui dan
diinteprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu
1. Baik : Hasil presentase 76% - 100 %
2. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%
3. Kurang : Hasil presentase ≥ 56 %.

2.2 Konsep Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun)


Menurut Undang – undang No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, yang
termasuk anak adalah sebelum usia 18 tahun dan belum menikah. Sedangkan yang
termasuk usia sekolah dasar adalah mereka yang berusia 7 sampai 12 tahun (Adriani,
2012). Menurut Pujiastuti (2013) anak usia sekolah dasar adalah anak berumur 6
sampai 12 tahun, dimana mereka sedang dalam puncak pertumbuhan.
Anak adalah anugerah terindah dalam keluarga sehingga harus benar – benar
diperhatikan mengenai pertumbuhan dan perkembangannya. Anak adalah harapan
bangsa dan masa depan orangtua. Dengan membekalinya sejak dini maka diharapkan
kelak menjadi pribadi – pribadi yang unggul dan mampu berkompetisi di era globalisasi
(Pujiastuti, 2013).
Pada masa – masa inilah anak berada dalam fase pertumbuhan da perkembangan,
sehingga berangsur – angsur menjadi banyak mengetahui tentang diri dan dunianya.
Pada taraf ini anak dalam kondisi pada stimulus sehingga mudah untuk dibimbing,
diarahkan, dan ditanamkan kebiasaaan yang baik. Kebiasaan memilih makanan atau
jajanan termasuk salah satu kebiasaan baik yang perlu ditanamkan (Notoadmojo, 2005 ;
dalam Safriana, 2012).
2.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah (6 – 12 Tahun)
2.3.1 Pertumbuhan Anak Usia Sekolah
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai berikut : bertambah besarnya dalam arti
fisik sebagai akibat perbanyakan jumlah sel dan dapat diukur panjang (cm) dan
ukuran berat (kg). Pada anak sekolah usia tersebut penambahan berat badan
terjadi sekitar 2 kg dan tinggi badan 5 sampai 6 cm setiap tahunnya. Menjelang
masa puber pertambahan berat badan dapat mencapai 4 sampai 4,5 kg
pertahunnya (Pujiastuti, 2013)
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anak. Ada dua
faktor yang mempengaruhi proses tumbuh kembang optimal seorang anak, yaitu
faktor dalam dan faktor luar.
a. Faktor dalam
Merupakan faktor – faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri, baik faktor
bawaan maupun faktor yang diperoleh, antara lain adalah hal – hal yang
diturunkan dari orang tua maupun generasi sebelumya, yaitu warna
rambut, bentuk tubuh, dll, unsur berfikir dan kemampuan intelektual yaitu
kecepatan pikir, keadaan kelenjar zat – zat dalam tubuh, yaitu kekurangan
hormone yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak,
dan emosi dan sifat – sifat (tempramen) tertentu yaitu pemalu, pemarah,
tertutup, dan lainnya.
b. Faktor – faktor yang di luar atau berasal dari luar diri anak, mencakup
lingkungan fisik dan sosial serta kebutuhan fisik anak, antara lain :
1) Keluarga
Pengaruh keluarga adalah pada sikap dan kebiasaaan keluarga dalam
mengasuh dan mendidik anak, hubungan orangtua dengan anak,
hubungan antara saudara dan lainnya,
2) Gizi
Keadaan kesehatan gizi anak tergantung dari tingkat konsumsi, yaitu
kualitas hidangan yang mengandung semua kebutuhan tubuh. Apabila
tingkat kesehatan gizi tidak baik, maka akan timbul penyakit gizi.
3) Budaya
Faktor lingkungan masyarakat dalam hal ini asuhan kebiasaan suatu
masyarakat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Misalnya, hal kebersihan, kesehatan dan pendidikan. Tata cara
dan kebiasaan yang diperlukan di masyarakat tidak selalu sesuai
dengan syarat – syarat kebersihan dan kesehatan. Demikian juga, sikap
dan padangan atau cara berperilaku suatu masyarakat belum tentu
sesuai dengan kondisi masyarakat yang lebih luas.
4) Teman Bermain dan Sekolah
Lingkungan sosial seperti teman sebaya, tempat, dan alat bermain,
kesempatan pendidikan yang diperoleh yaitu bersekolah, akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak (Adriani, 2012).
2.3.2 Perkembangan Anak Sekolah
Perkembangan berarti bertambahnya ketrampilan dan fungsi yang
komplek dari seseoraang. Aspek perkembangan meliputi perkembangaan
psikologis seperti perkembangan emosional, perkembangan moral, dan
perilaku – perilakunya. Perkembangan anak adalah segala perubahan yang
terjadi pada anak, dilihat dari berbagai aspek, antara lain aspek fisik (motorik),
emosi, kognitif, dan psikososial (bagaimana anak berinteraksi dengan
lingkungannya).
a. Perkembangan Fisik
Berkaitan dengan perkembangan gerak motorik, yakni perkembangan
pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara saraf,
otot, otak, dan spinal cord. Pada anak usia sekolah telah memiliki fisik yang
lebih kuat sehingga kebutuhan untuk melakukan aktivitas tampak menonjol.
Misalnya, bermain,
b. Perkembangan Kognitif dan Emosi
Perkembangan kognitif atau proses berfikir adalah proses menerima,
mengolah sampai memahami info yang diterima. Aspeknya antara lain
intelegensi, kemampuan memecahkan masalah, serta kemampuan berfikir
logis. Intinya adalah kemampuan anak mengembangkan kemampuan
berfikir.
c. Perkembangan Mental
Pada anak usia sekolah mempunyai minat yang besar terhadap tugas – tugas
sekolah. Mereka juga banyak bertanya pada orangtua dan guru untuk
memperluas dan mamantapkan apa yang diketahuinya. Atau lebih sering
disebykan anak usia mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Hal yang paling
menonjol pada masa ini adalah keinginan untuk bersaing dan menunjukkan
prestasi pada tugas – tugas sekolah. Anak membanding – bandingkan dirinya
dengan teman – temannya, sehingga mudah sekali dihinggapi perasaan takut
akan kegagalan dan ehekan teman. Kegagalan padaa yang dialami anak akan
menumbuhkan rasa cemas dan rendah diri, tetapi bila mereka berhasil
mengatasi masalah dalam hubungan teman dan prestasi sekolahnya maka
akan timbul motivasi yang tinggi dalam dirinya.
d. Perkembangan Makan
Perkembangan makan anak didasari dengan bagaimana orangtua
memberitahu, membina, dan mengarahkan. Selain itu ada beberapa faktor
yang mempengaruhi perkembangan makan anak yaitu, faktor perilakunya
dirinya sendiri, faktor lingkungan, faktor ketersediaan makan, faktor
perkembangan tekhnologi, faktor pengetahuan dan faktor ekonomi (Adriani,
2012).

2.4 Makanan Cepat Saji


2.4.1 Pengertian Makanan Cepat Saji dan Kandungannya
Makanan cepat saji adalah jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan,
praktis, atau diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya diproduksi
oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan
berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk
tersebut. Makanan cepat saji biasanya berupa lauk pauk dalam kemasan, mie
instan, nugget, atau cornflakes sebagai makanan untuk sarapan.
a. Zat Aditif Makanan
Zat aditif bahan kimia yang dicampurkan ke dalam makanan dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas, menambahkan rasa dan memantapkan kesegaran
produk
b. Kemasan Makanan
Kemasan makanan adalah wadah atau tempat makanan agar kualitas makanan
tetap baik, meningkatkan penampilan produk dan memudahkan transportasi.
c.

Anda mungkin juga menyukai