S1 2017 348262 Introduction PDF
S1 2017 348262 Introduction PDF
PENDAHULUAN
yang penting bagi sejarah, namun juga ilmu pengetahuan dan kebudayaan, dan
ada kalanya bersifat rapuh, unik, langka, dan terbatas. Bangunan bersejarah
bersifat rapuh apabila tidak dirawat dengan baik atau karena faktor usia bangunan
yang sudah tua. Bangunan bersejarah terbilang unik karena rancangan bentuk dan
jenis façade bangunannya mengikuti gaya arsitektur dan fungsi sesuai iklim di
terbilang langka dan terbatas karena bahan material yang digunakan pada
bangunan yang saat ini sulit untuk dicari. Tidak hanya itu saja, gaya dan ornamen
yang sudah tidak banyak digunakan lagi pada bangunan-bangunan baru sangat
dari sisi nilai ekonomi dan sosial untuk kesejahteraan masyarakat. Manfaat yang
sosial salah satunya dapat dilakukan dengan mengubah atau alih fungsi bangunan
dan beberapa ruangan di dalamnya menjadi sebuah kafe yang difasilitasi ruang
yang antik untuk mendukung suasana historis dari bangunannya. Nuansa historis
itu, perlu dipertahankan agar nilai dan makna sejarah dari bangunan di masa lalu
1
2
yang tidak dilestarikan akan mengalami kemerosotan atau penurunan dalam mutu
11 Tahun 2010.
kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar
Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air
yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah,
penetapan. Pengertian lain tentang Bangunan Cagar Budaya pasal 1 ayat 3, adalah
susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk
ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya maupun yang telah menjadi cagar
berbagai budaya, salah satunya dari budaya Indis. Budaya Indis merupakan proses
penyatuan dua unsur kebudayaan antara budaya arsitektur modern Eropa dan
budaya arsitektur setempat yang muncul di Hindia Belanda dalam kurun waktu
dari abad ke-18 sampai awal abad ke-20 (Soekiman, 2000:10-12). Arsitektur Indis
juga biasa disebut sebagai arsitektur Indo-Eropa (Handinoto, 1998:1). Ciri khas
ketersediaan tenaga kerja, cara membangun serta seni bangun pada waktu itu.
keadaan alam di Hindia Belanda dengan ditemukannya pepohonan dan kebun atau
pusat administrasi pada masa pemerintahan Kolonial Belanda. Letak daerah yang
wilayah yang strategis menjadikan Kota Serang berada di jalur utama Anyer-
Panarukan dan kota ini juga menjadi persimpangan jalur kota karesidenan yang
dan seiring pesatnya pertumbuhan kota akibat era globalisasi serta modernisasi
4
pada infrastruktur untuk publik membuat pemerintah kota maupun pihak swasta
gedung baru pada bangunan bersejarah merupakan salah satu dampat negatif dari
bersejarah yang secara fisik terlihat tua dan tidak terurus. Masalah yang lain
aturan yang ada tidak disosialisasikan dengan baik dan tidak diterapkan
yang ada di sekitarnya. Kondisi tersebut bisa menjadi ancaman bagi sumber daya
Kota Serang.
Jong, Serang, Banten. Penetapan sebagai Bangunan Cagar Budaya pada tanggal 8
dahulu merupakan sebuah barak militer Belanda atas usulan dari Letnan Jendral
Anthing kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang tertuang dalam suratnya
lainnya. Selain itu alasan lain didirikan gedung tersebut karena kondisi tangsi
militer yang dulu sudah rusak dan akibat masih banyaknya kekacauan serta
Jepang di Serang tahun 1942, Bangunan Juang 45 ini beralih fungsi menjadi
markas militer yaitu Kempeitai. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Kempeitai atau Satuan Polisi Militer adalah satuan polisi militer Jepang yang
termasuk daerah jajahan. Pada bangunan ini telah terjadi peristiwa kepahlawanan
perjuangan rakyat Banten ketika melucuti tentara Jepang dan bersama dengan
Tentara Keamanan Rakyat (TKR) telah berhasil menduduki gedung tersebut yang
Bekas tangsi militer yang saat ini bernama Gedung Juang 45 terdiri atas
gedung utama, rumah perwira, barak militer untuk prajurit, dapur, kandang kuda,
6
dan poliklinik. Bangunan ini dibuat dari bahan-bahan yang tahan lama seperti
kayu jati, genteng dari tanah liat, rotan, dan konstruksi bangunan dari bahan bata
merah (Widodo, 2007:75), namun seiring perkembangan kota pada masa kini,
pelapukan.
Juang 45. Bagian elemen yang mengalami kerusakan dan pelapukan di antaranya
adalah bagian atap serta tiang bagian depan bangunan. Cagar Budaya yang
tetapi tidak menyebabkan cagar budaya yang bersangkutan kehilangan wujud dan
bentuk asli bangunannya. Situasi saat ini perbaikan pada bangunan tersebut hanya
dilakukan dengan bahan dan peralatan yang seadanya oleh pemilik yayasan.
menjadi Cagar Budaya bisa menjadi identitas Kota Serang karena mempunyai
nilai kesejarahan yang penting sebagai bukti keberanian pemuda Banten dalam
melucuti dan mengusir penjajah dari tanah Banten. Tidak hanya mempunyai nilai
kesejarahan saja, Gedung Juang 45 juga mempunyai nilai penting bagi bidang
ilmu yang lain, seperti penelitian tentang bentuk atau gaya arsitekturnya dan bagi
pendidikan dengan menumbuhkan rasa kesadaran sejarah dan jati diri berupa
Cagar Budaya, maka perlu adanya suatu upaya pelestarian sebagai bentuk
penanganan pada warisan budaya. Upaya adalah usaha mencari jalan keluar dari
berasal dari kata lestari yang mendapat imbuhan pe-an. Arti kata lestari adalah
tidak berubah, bertahan, kekal, atau tetap seperti keadaan semula. Dengan
melestarikan.
menjaga kualitas Cagar Budaya agar dapat difungsikan terus seperti fungsi semula
atau untuk fungsi lain yang sesuai dengan ketentuan undang-undang. Kegiatan
tiga kegiatan upaya pelestarian tersebut, peran masyarakat, pihak swasta maupun
8
kerusakan.
penelitian ini adalah: Bagaimana model pelestarian yang tepat untuk diterapkan
Penelitian ini berfokus pada cara atau langkah yang diambil untuk
sehingga dapat diperoleh strategi pelestarian yang tepat pada Bangunan Gedung
adanya kerjasama yang dilakukan oleh pemilik yayasan, pemerintah, dan BPCB
Kota Serang, sehingga akan mendapatkan suatu rekomendasi yang baik dalam
Juang 45 Kota Serang agar nilai yang diwariskan tidak hilang oleh
tetap lestari.
2. Sebagai referensi yang terbaru agar mampu melengkapi pada bidang studi
yang lain di masa yang akan datang mengenai bentuk arsitektur bangunan
10
Gedung Juang 45 di Kota Serang serta nilai penting yang ada pada
bangunan tersebut.
masyarakat.
rujukan yang dapat diketahui dari buku-buku, laporan penelitian, artikel, tesis,
koran ataupun skripsi yang kaitannya dengan upaya pelestarian cagar budaya.
Buku Ragam Pusaka Budaya Banten yang ditulis oleh Juliadi, dkk pada tahun
tentang sejarah masa jayanya Banten, dari masa Prasejarah hingga terbentuknya
Provinsi Banten sampai sekarang. Selain itu, di dalam buku ini juga menerangkan
tentang warisan budaya Banten yang tersebar di berbagai wilayah. Salah satunya
bangunan Gedung Juang 45 di Kota Serang, Banten yang saat ini dimanfaatkan
Penelitian yang pernah dilakukan tentang Kota Serang adalah skripsi dengan
judul “Perkembangan Kota Serang Tahun 1809 – 1942 Kajian Arkeologi Spasial
Berdasarkan Peta Kuna” karya Ujon Sujana pada tahun 2012. Karya ini
kurun waktu 1809 hingga tahun 1942 dengan menggunakan kajian arkeologi
skripsi ini peneliti dapat mengetahui letak Bangunan Gedung Juang 45 di Kota
Penelitian lain dilakukan oleh Edi Widodo tahun 2007 dalam sebuah tesis
SWOT dapat membuat suatu bentuk rancangan atau sesuatu hal secara optimal
Angelica Hedy Andani pada tahun 2011 menulis skripsi yang berjudul
antara tahun 1920 hingga 1940-an yang dahulu sebagai tempat peristirahatan
kaum bangsawan Belanda untuk dijadikan sebagai Bangunan Cagar Budaya. Dia
Bangunan Cagar Budaya yang bernilai penting, karena kondisi saat ini yang
barak/tangsi militer ini belum ada yang membahas. Perlu ditambah dengan hal
yang menunjukkan pentingnya bangunan ini sehingga layak untuk dibahas dalam
skripsi ini.
proses dan tingkatan penelitian yaitu, mulai dari pengumpulan data, pengolahan
Serang bersifat deskriptif, karena bertujuan untuk memberi gambaran secara tepat
tentang suatu gejala atau keadaan yang terjadi pada masa itu melalui observasi,
serta perkembangan fisik yang mengalami kerusakan dan perlu adanya kebijakan
(selanjutnya disingkat CRM) sebagai salah satu bentuk cara dalam mencari jalan
keluar, rekomendasi atau solusi terbaik agar kepentingan dari berbagai pihak
13
yayasan dan ormas. Umumnya mereka mendapatkan sumber daya budaya tersebut
sebagai warisan budaya dari turun-temurun. Tidak semua pewaris atau pemilik
sah itu punya harta lebih sehingga mampu memelihara BCB itu selamanya. Arti
kepemilikan1 adalah hak terkuat dan terpenuh terhadap Cagar Budaya dengan
membuka warung di sekitar situs yang menjadi objek wisata, pengelolaan parkir.
Oleh karena itu, jika mereka diwajibkan untuk melestarikan sumber daya budaya
dihuni bisa keringanan pajak, bebas bayar listrik, atau mendapatkan bantuan untuk
renovasi bangunan dengan prinsip-prinsip arkeologi. Selain itu bentuk lain yang
Cagar Budaya, adalah dukungan berupa advokasi, perbantuan, atau bentuk lain
1
Undang-undang no 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, pasal 1 ayat 7
2
Kompensasi adalah imbalan berupa uang dan/atau bukan uang dari pemerintah atau pemerintah
daerah.
14
bersifat nondana untuk mendorong pelestarian Cagar Budaya dari Pemerintah atau
Pemerintah Daerah.
a. Studi Pustaka
b. Observasi
kerusakan.
15
c. Wawancara
bangunan Gedung Juang 45 Kota Serang serta para ahli, baik Balai
analisis data yang didapatkan dari hasil observasi lapangan, wawancara dan studi
dan tingkat ancaman yang dapat terjadi pada bangunan Gedung Juang 45 di Kota
bangunan tersebut. Setelah diketahui kondisi arsitektur dan tingkat ancaman pada
Kota Serang, serta BPCB Serang untuk mengungkapkan nilai penting terbaru
yang perlu dilakukan dalam upaya pelestarian adalah sebagai berikut; (1)
menganalisis berbagai hal yang terkait dalam upaya melindungi sebagian atau
seluruh Cagar Budaya agar dapat bertahan lebih lama (pelindungan), (2) upaya
16
(pengembangan), (3) manfaat apa yang bisa dirasakan bagi masyarakat luas
I.6.3 Penutup
dan arah kebijakan yang diambil secara tepat dalam Upaya Pelestarian Bangunan
agar dapat memberikan suatu model Pelestarian yang tepat terhadap Bangunan
Rumusan Masalah
Pengumpulan Data
Rekomendasi