15
16
dan hemiselulosa. Sedangkan pulp larut atau dissolving pulp adalah pulp yang
setelah diproses menjadi produknya tidak dapat lagi diolah menjadi pulp karena
hanya mengandung komponen kimia selulosa saja sehingga ikatan rantainya
pendek.
Proses pembuatan pulp disebut pulping. Prinsip pembuatan pulp adalah
penghilangan lignin (delignifikasi) yang terkandung dalam bahan baku atau
pemisahan serat dari bahan baku yang mengandung serat. Pulp dapat dibuat
dengan bermacam-macam metoda yang berbeda berdasarkan perlakuan yang
diberikan terhadap bahan baku dan kuantitas rendemen pulp yang ingin dibuat.
Proses pembuatan pulp secara komersial dapat diklasifikasikan dalam proses
mekanis, semi mekanis dan kimia. Yang membedakan proses-proses pembuatan
pulp tersebut adalah perlakuan yang diberikan terhadap bahan baku serta
rendemen yang dihasilkannya. Produk yang dihasilkan mempunyai karakteristik
yang berbeda-beda. Pemilihan jenis proses pembuatan pulp tergantung pada jenis
spesies kayu yang tersedia dan penggunaan akhir dari pulp yang diproduksi.
3.2.1 Pembuatan Pulp Secara Mekanis
Pembuatan pulp secara mekanis tidak membutuhkan bahan kimia tetapi pulp
memperoleh aksi-aksi mekanis seperti pencabikan dengan menggesekkan
permukaan kasar terhadap bahan baku tersebut, pemberian temperatur, pemberian
tekanan dan lain-lain. Pembuatan pulp dengan cara ini membutuhkan biaya yang
besar, oleh karena itu proses ini jarang digunakan. Pulp yang dihasilkan pada
proses ini kurang kuat dan sulit untuk diputihkan dan pada umumnya hanya
digunakan untuk pembuatan kertas koran.
3.2.2 Pembuatan Pulp Secara Semi Kimia (Kimia Mekanik)
Proses ini adalah proses perpaduan proses kimia dan proses mekanik.
Contoh proses ini adalah Chemical Thermo Mechanical Pulping. Pada proses ini,
mekaniknya sama dengan Thermo Mechanical Pulping, perbedaannya adalah
pada proses ini mendapatkan penambahan bahan kimia yang fungsinya untuk
melarutkan sebagian bahan bukan serat yang terdapat dalam bahan baku.
Rendemen yang dihasilkan lebih rendah lagi karena adanya perlakuan kimia.
Sekarang proses pulp ini semakin banyak digunakan untuk pembuatan kertas
18
koran karena mempunyai harga yang optimal karena perpaduan antara kekuatan
fisik, formasi dan kapasitas. Beberapa proses semikimia yang lain adalah:
1) Menggunakan larutan natrium sulfit dan natrium karbonat sebagai Buffer,
reaksi yang terjadi adalah sulfonasi lignin dan hidrolisa semiselulosa.
2) Proses alkali lignin, merupakan proses perendamen bahan baku dalam larutan
NaOH pada suhu kamar dan tekanan atmosfer kemudian dilanjutkan dengan
proses secara mekanik. Pada proses ini, lignin terlarut sedikit sehingga
brightness kertas masih rendah.
3.2.3 Pembuatan Pulp Secara Kimia
Pembuatan pulp secara kimia adalah proses pembuatan pulp dengan
menggunakan bahan kimia sebagai bahan utama untuk melarutkan bagian - bagian
kayu yang tidak diinginkan, sehingga pulp yang dihasilkan berkadar selulosa
tinggi. Hasil pulp mudah diputihkan dan pada umumnya menghasilkan kertas
misalnya kertas tissue, kertas cetak dan lain - lain.
Proses pembuatan pulp secara kimia yang banyak digunakan antara lain:
a. Proses Soda
Proses soda menggunakan NaOH sebagai bahan kimia pemasak utama. Dalam
proses soda tidak menggunakan senyawa sulfur, sehingga bahaya polusinya tidak
terlalu besar.
Keuntungan dari proses soda ini adalah:
1) Mudah dalam recovery atau mendapatkan kembali bahan kimia dalam
pemasakan (recovery NaOH)
2) Bahan baku yang dipakai dapat bermacam - macam.
b. Proses Sulfat/Kraft
Proses kraft merupakan proses pembuatan pulp yang menggunakan larutan
kimia pemasak campuran antara Natrium Sulfida (Na2S) dan Soda (NaOH) yang
bertujuan untuk mengurangi kerusakan pada karbohidrat. Pulp ini menghasilkan
jenis kertas seperti kertas sampul, kertas pembungkus minuman, karton dan
kertas-kertas lainnya.
19
2) Pembersihan Pulp
Tujuannya untuk memisahkan pulp dari kotoran-kotoran yang akan
mengurangi kualitas kertas yang dihasilkan. Pembersihan pada tahap stock
preparation ini terdiri dari screening dan cleaning.
Screening adalah proses pemisahan pulp dari kotorannya dengan dasar
perbedaan ukuran dan fleksibilitas. Biasanya screening ini disokong dengan
bantuan tekanan untuk memudahkan proses pemisahan dan mencegah
penyumbatan.
Cleaning dimaksudkan untuk memisahkan kotoran yang ukurannya
mendekati ukuran serat sehingga tidak dapat dipisahkan dengan screen.
Pemisahannya didasarkan atas perbedaan density dan hydrolic drag yaitu sifat
partikel dalam aliran bergerak.
3) Penggilingan
Penggilingan ditujukan untuk mengubah struktur fisik serat dari bentuk
silindris menjadi pipih berfibril, dimana fibril tersebut akan berperan penting
pada proses pembentukan lembaran dan memberikan kontribusi yang besar
pada sifat kekuatan kertas yang dihasilkan.
Alat yang digunakan adalah beater dan refiner. Perbedaan beater terletak
pada sudut penggilingan, beater mempunyai sudut 180o antara root dan stator.
Sedangkan refiner dibagi dua jenis yaitu conical refiner dimana sudut antara
stator dan rotornya lebih besar dari 0o dan lebih kecil dari 180o, sedangkan
disc refiner mempunyai sudut penggilingan 0o dan mempunyai luas
penggilingan yang lebih besar dibandingkan dengan conical refiner dan
beater.
4) Penambahan Bahan Kimia Penolong
Setelah mengalami penggilingan, pulp secara continue dikirim ke mixing
chest yang didalamnya merupakan tempat pencampuran pulp dengan bahan
kimia penolong. Adapun yang dipergunakan biasanya adalah sebagai berikut:
a. Bahan Pendarih (Sizing)
Berfungsi sebagai penahan penetrasi cairan lembaran yang dihasilkan
sehingga cairan tidak dapat menyebar pada kertas. Bahan ini sangat diperlukan
21
pada pembuatan kertas tulis cetak. Bahan-bahan ini antara lain rosin, alkyl
ketene dimer (AKD) dan alkyl succinic anhydride (ASA).
b. Bahan Pengisi (Filler)
Berfungsi untuk mengisi ruang kosong antara serat-serat selulosa,
disamping ada beberapa tujuan lain yaitu:
Meningkatkan opasitas
Menambahkan berat dasar kertas (gramatur)
Meningkatkan derajat putih kertas
Memperbaiki sifat permukaan (formasi) lembaran. Contoh dari bahan
pengisi ini adalah CaCO3, kaolin (clay), titanium dioksida, BaSO4, dan lain-
lain.
c. Bahan Penguat (Dry atau Wet Strength)
Berfungsi untuk meningkatkan sifat kekuatan kertas pada saat kering dan
pada saat basah. Contoh dry strength antara lain pati (starch) dan
polyacrylamide. Sedangkan wet strength antara lain urea, formaldehida, dan
melamine formaldehyde.
d. Bahan Penetrasi (Retention Aid)
Berfungsi untuk membantu mempertahankan lembaran dari lolosnya filler
dan fines, contohnya seperti PAC, Alum, Pati, dan sebagainya.
e. Bahan Pewarna (Dyes)
Untuk memberi warna pada kertas.
f. Bahan untuk Meningkatkan Derajat Putih (Brightness)
Contohnya optical brightening agent.
g. Bahan untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau Slime Biocide.
3.3.2 Pembentukan Lembaran
Bagian ini terdiri dari tiga bagian yaitu wire part, press part, dan drying
part. Mesin kertas pada dasarnya terdiri dari dua jenis yaitu fourdrinier dan
cylinder. Namun karena perkembangan teknologi yang sangat pesat maka terdapat
banyak sekali modifikasi mesin sehingga dihasilkan efisiensi pengeluaran air dan
pembentukan lembaran, begitu pula pada press part dan dryer part.
22
Dari headbox buburan ini dialirkan ke atas wire dengan konsistensi sekitar
0,1 – 2 %. Pada wire part stock mengalami penggoyangan yang tujuannya untuk
menyeragamkan orientasi serat. Lembaran kertas pada wire dikurangi kadar
airnya dengan menggunakan sistem vakum pada tekanan 20-25 mmHg. Setelah
itu lembaran kertas yang masih basah masuk ke dalam press part yang
didalamnya terjadi penjepitan lembaran dengan dua permukaan silinder
bertekanan yang berfungsi untuk mengeluarkan air yang tidak dapat dikeluarkan
oleh vakum pada wire. Pengepressan bertujuan pula untuk membentuk lembaran
yang padat dan stabil pada proses selanjutnya. Setelah proses pengepresan
lembaran memasuki bagian pengeringan dengan kadar air antara 60 – 70%.
Pengeringan dilaksanakan dengan melewatkan lembaran kertas diantara
silinder-silinder panas yang didalamnya terdapat steam dengan suhu dan tekanan
tertentu. Pengeringan dilakukan dengan berbagai tahap dari yang suhunya lebih
rendah berlanjut ke yang lebih tinggi. Tahap awal biasanya hanya 130 oC terus
berlanjut hingga 160oC, setelah itu suhunya diturunkan kembali. Lembaran akan
mempunyai kadar air 10-15% setelah mengalami pengeringan.
3.3.3 Penyelesaian Akhir
Bagian ini merupakan perlakuan terakhir pada kertas sebelum dikapalkan.
Bagian ini biasanya terdiri dari calendaring yaitu proses penjepitan kertas dengan
silinder pejal untuk meningkatkan kilap, smoothness dan menekan kertas menjadi
memiliki ketahanan. Kemudian kertas tersebut digulung dan bila perlu dipotong
sesuai dengan ukuran yang diinginkan, lalu dibungkus dan siap untuk dipasarkan.
pengoperasian mesin. First pass retention yang baik juga mengurangi aditif dan
biaya.
f. First pass filler retention
First pass filler retention merupakan pengukuran persentase seberapa
banyak filler tertahan. Hal ini berguna ketika melakukan troubleshooting terhadap
first pass retention yang buruk.
g. Freeness
Freeness pulp mengindikasikan seberapa mudah dan cepat pulp terpisah
dari air. Pengujian ini memberikan indikasi bagaimana stock akan mengering pada
wire. Hasil pengujian freeness digunakan untuk mengontrol proses wet end dan
menjaga freeness stock chest and headbox dalam batas operasional. Freeness
ditentukan oleh jumlah refining dan konsistensi stock.
h. pH
Pengujian pH dilakukan dengan mengukur nilai pH dari stock pada titik-titik
tertentu dalam proses. Pengujian ini merupakan pengukuran konsentrasi ion
hidrogen dan derajat keasaman atau alkali dalam skala pengukuran 0-14. Nilai
neral adalah 7,0 dengan 0-7,0 adalah peningkatan keasaman dan ,0-14 adalah
peningkatan alkali. pH stock furnish penting bagi stabilitas paper machine.
3.4.2 Pengujian Dry End
Pengujian dry end berfungsi menyediakan informasi mengenai kualitas
produk akhir dan kecocokannya terhadap permintaan custumer. Persiapan sampel
pengujian yang sesuai oleh paper tester merupakan hal yang sangat vital bagi
akurasi hasil pengujian. Sampel diambil langsung dari lapangan ke testing lab
untuk memastikan pengujian dilakukan sesegera mungkin setelah produksi.
Pengujian dry end yang biasa dilakukan pada mill mencakup:
1. Abrasion
Pengujian abrasi menentukan ketahanan permukaan kertas terhadap abrasi,
untuk mengetahui apakah kertas tersebut tahan terhadap penggunaan berkali-kali.
2. Basis weight
Basis weight merupakan berat per unit area, didefinisikan sebagai massa
dalam pounds untuk satu rem sheet dengan ukuran tertentu (biasanya 500 sheets).
25
3. Brightness
Pengujian brightness merupakan pengukuran fisika dari sebuah panjang
gelombang cahaya tertentu yang dipantulkan dari selembar kertas. Brightness
dikarakterisasikan sebagai kualitas yang dapat diterima oleh mata manusia. Hal ini
penting bagi penampilan, tidak hanya nilai estetika tapi juga karena pengaruhnya
pada kemampuan baca kekontrasan antara percetakan dengan kertas.
OBA ditambahkan pada beberapa grade kertas untuk control brightness.
Semakin biru dan putih sebuah kertas, semakin cerah terlihat. Jika kertas diolah
karena masalah brightness berkali-kali, kertas tersebut akan dkumpulkan atau
dijual sebagai sebuah job lot.
4. Caliper
Caliper (ketebalan) didefenisikan sebagai jarak vertikal antara dua
permukaan dalam kondisi yang terkontrol. Pengujian caliper mengukur ketebalan
empat sheet dan/atau variasi pada ketebalan selembar kertas. Pengujian ini
melibatkan penggunaan icrometer otomatis dengan penggunaan beban konstan
untuk periode waktu yang spesifik. Ketebalan merupakan kualitas kertas yang
penting. Variasi ketebalan juga penting bagi kertas yang digunakan untuk
keperluan mekanis, seperti fotokopi dan percetakan.
5. Coefficient of static friction (COF)
Pengujian ini menggunakan sebuah prosedur horizontal plane untuk
menentukan koefisien friksi statis dan kinetis dari kertas yang meluncur terhadap
dirinya sendiri. COF statis berhubungan dengan gaya yang dibutuhkan untuk
memulai pergerakan antara kedua permukaan. COF kinetis berhubungan dengan
gaya yang dibutuhkan untuk melanjutkan pergerakan dengan kecepatan yang
sama. COF penting dalam menentukan karakteristik slip pada kertas. COF
membantu dalam evaluasi aditif yang digunakan untuk menghasilkan atau
meminimalisir derajat friksi antara dua permukaan.
6. Color
Warna kertas merupakan faktor kualitas yang penting bagi customer.
Dampak utama dari warna kertas adalah dalam penampilan cetakan pada produk
akhir. Ketika kertas diberi cahaya putih dalam kondidi ideal, ia akan disinari oleh
26
cahaya yang mengandung semua panjang gelombang yang dapat terlihat dengan
energi yang kira-kira setara. Ketika cahaya memantul dari sampel kertas, ia akan
menunjukkan jumlah pemantulan yang tidak sama bagi panjang gelombang yang
berbeda. Bentuk kurva pemantulan ini menentukan warna kertas.
7. Contact angle
Sudut kontak mengukur efek permukaan fisik karena sizing berhubungan
dengan penetrasi fluida. Hal ini merefleksikan kemampuan basah dari sheet. Hal
ini penting bagi penahanan tinta atau coating.
8. Curl
Curl disebabkan oleh ekspansi atau kontraksi yang tidak sama pada dua sisi
dari sebuah sheet ketika mengabsorb atau kehilangan kelembaban. Pengujian curl
mengevaluasi curl yang muncul ketika kertas diekspos terhadap dry heat dalam
curl box. Curl bisa menyulitkan dalam proses manapun di mana sebuah sheet
yang datar harus diumpankan (contoh: offset printing dan mesin fotokopi).
9. Dirt cout
Dirt pada kertas didefenisikan sebagai material asing yang tercampur pada
sheet, yang memiliki warna yang kontras terhadap seluruh permukaan. Pengujian
dirt pada kertas digunakan untuk menentukan penampilan estetikanya. Dirt yang
signifikan pada kertas dapat mengurangi keindahannya. Hal ini juga dapat
menyebabkan kualitas defect yang jelas pada produk akhir.
10. Fiber Orientation (SSTF)
Kesejajaran serat pada kertas merupakan karakteristik kualitas yang penting.
Customer yang penggunaan akhirnya adalah fine writing papers dan fine printing
paper umumnya memperhatikan parameter ini. Fiber Orientation (SSTF)
mengukur kesejajaran serat (secara machine direction atau cross direction).
11. Filler content
Pengujian kandungan filler merupakan pengukuran yang menentukan
persentase dari paper making fillers (granulated calcium carbonate dan talcum)
pada kertas.
27
12. Flourescence
Pengujian fluorescence mengukur reaksi kertas terhadap cahaya ultraviolet,
dalam hal ini adalah brightness-nya. Pengujian ini digunakan untuk mengontrol
jumlah optical brightener dye yang ditambahkan pada sebagian grades.
13. K&N Ink Test
Pengujian K&N ink digunakan hanya pada grades offset paper. Pengujian
ini mengukur ketahanan sheet terhadap tinta. Hal ini memungkinkan costumer
menentukan kemampuan sheet untuk mereproduksi warna.
14. M/K formation
Pengujian formasi merupakan versi elektronik dari pengujian terawang.
Pengujian ini digunakan untuk menentukan seberapa baik serat dan filler
terbentuk pada mesin. Objektif mill adalah memproduksi distribusi yang sama
bagi semua elemen yang membentuk produk akhir. Ketika distribusi yang sama
tercapai, kertas akan enak dipandang mata. Penampilan yang berantakan dapat
menyebabkan kerugian penjualan dan kehilangan costumer. Semakin tinggi
jumlah formasi, semakin bagus produk yang dihasilkan.
15. Percent Moisture
Persentase kelembaban diekspresikan sebagai fraksi air dalam sebuah nilai
persentase. Persentase kelembaban merupakan faktor kualitas yang sangat penting
dalam industri kertas. Profil kelembaban yang seragam penting untuk
menghasilkan kertas tulis dan cetak. Kelembaban signifikan untuk alasan
ekonomis.
16. Opacity
Opacity biasanya dianggap sebagai kemampuan kertas untuk
menyembunyikan cetakan pada sisi bagian belakangnya atau pada sheet yang
berada di bawahnya. Opacity ditentukan dengan mengukur cahaya yang
dipancarkan melalui kertas. Semakin banyak cahaya yang dipancarkan, semakin
tinggi opacity.
17. Porocity
Porositas didefinisikan sebagai sifat kepemilikan pori-pori atau area kecil
yang terhubung dimana fluida dapat melewatinya. Porositas tergantung pada
28
jumlah pori-pori dan distribusinya dalam ukuran, bentuk, dan orientasi. Porositas
sebuah kertas biasanya dievaluasi dengan mengukur besar aliran udara melewati
sebuah specimen dalam kontrol kondisi tertentu atau waktu yang dibutuhkan
udara dalam volume tertentu untuk melewati sheet.
18. Sizing
Pengujian sizing adalah sebuah indikasi ketahanan terhadap penetrasi fluida
melewati kertas. Hal ini penting ketika percetakan pada kertas dengan
menggunakan tinta. Pengujian ini menggunakan suatu larutan zat pewarna sebagai
penetrant yang memungkinkan deteksi cairan ketika bergerak melalui sheet.
Derajat sizing merupakan karakteristik yang penting bagi semua tipe kertas. Sizing
dalam penulisan dan percetakan kertas menentukan bagaimana kinerja kertas bagi
customer.
19. Smoothness
Smoothness merupakan pengukuran tidak langsung dari tekstur atau
kesempurnaan mekanik dari permukaan kertas. Smoothness penting bagi printing
paper dimana ia berkorelasi dengan konsumsi tinta, kualitas halftone dot, dan
keseluruhan akhir dari pekerjaan percetakan. Pengujian smoothness menggunakan
aliran udara di antara specimen dan sebuah measuring head. Besaran aliran udara
berhubungan dengan kehalusan permukaan kertas. Kehalusan permukaan
memiliki pengaruh penting pada kualitas percetakan. Jangkauan tinta yang
seragam dapat dicapai hanya ketika ceruk paling dalam dari permukaan kertas
terpisah dari printing plate tidak lebih dari ketebalan lapisan film tinta pada plate.
20. Starch test
Pengujian ini mengukur apakah ada starch atau tidak pada sheet. Pengujian
ini merupakan ujian ya atau tidak yang menggunakan troubleshooting.
21. Static charge decay
Muatan statis pada kertas cenderung membuat lembaran kertas menempel
satu sama lain. Dengan mengukur waktu yang dibutuhkan untuk penurunan
muatan statis, operator bisa mendapatkan indikasi bagaimana kinerja kertas pada
pengumpanan sheet, seperti copy paper. Customer yang berniat menggunakan
kertas tertarik pada kertas yang memiliki muatan atau kehilangan muatan statisnya
29