Anda di halaman 1dari 13

Longsor secara umumdibagi atas tiga tipe utama (Hamblin dan Christiansen,1995), yaitu creep,

debris flow dan landslide. Creep sangat lambat. Pergerakannyameliputi penyesuaian kembali
partikel regolith secara individual. Debris flow adalah fenomena aliran dengan bidang gelincir tidak
pasti sepanjang terjadinya pelongsoran. Landslide meliputi pergerakan massa batuan atau regolith
sepanjang bidang yang pasti. Monroe dan Wicander (1997) membuat klasifikasi longsor dan
kararteristiknya (lihat tabel 1). Longsor dapat terjadi dalam satu jenis longsor, tetapi kadangkala
terjadi longsor dengan kombinasi tipe yang berbeda. Lebih lanjut dijelaskan bahwa klasifikasi
longsor secara umum didasarkan oleh tiga kriteria utama (lihat tabel 1) yaitu (1) kecepatan
pergerakan, (2) tipe pergerakan (terutama falling, sliding, atau flowing) dan (3) tipe material seperti
batuan, tanah atau guguran batuan (debris).
Tabel 1. Klasifikasi longsor dan karakteristiknya (Monroe dan Wicander, 1997).

Pergerakan massa cepat (rapid massmovement) meliputi pergerakan material yang nampak.
Pergerakan demikian biasanya terjadi dengan mendadak dan material bergerak menuruni bukit
dengan cepat. Pergerakan demikian sangat berpotensi membahayakan dan seringkali menimbulkan
korban jiwa dan kerusakan kepemilikan seperti perumahan. Pergerakan massa lambat (slow mass
movement) menunjukkan bahwa kecepatannya tidak terasa (imperceptible rate) sehingga hanya
terasa bila ada akibat yang telah ditimbulkannya seperti miringnya pepohonan dan tiang listrik atau
retaknya fondasi bangunan. Pergerakan ini memiliki kemampuan membawa material dengan
volume sangat besar yang telah lapuk menuruni lereng.
Longsor secara umumdibagi atas tiga tipe utama (Hamblin dan Christiansen,1995), yaitu creep,
debris flow dan landslide. Creep sangat lambat. Pergerakannyameliputi penyesuaian kembali
partikel regolith secara individual. Debris flow adalah fenomena aliran dengan bidang gelincir tidak
pasti sepanjang terjadinya pelongsoran. Landslide meliputi pergerakan massa batuan atau regolith
sepanjang bidang yang pasti. Monroe dan Wicander (1997) membuat klasifikasi longsor dan
kararteristiknya (lihat tabel 1). Longsor dapat terjadi dalam satu jenis longsor, tetapi kadangkala
terjadi longsor dengan kombinasi tipe yang berbeda. Lebih lanjut dijelaskan bahwa klasifikasi
longsor secara umum didasarkan oleh tiga kriteria utama (lihat tabel 1) yaitu (1) kecepatan
pergerakan, (2) tipe pergerakan (terutama falling, sliding, atau flowing) dan (3) tipe material seperti
batuan, tanah atau guguran batuan (debris).
Tabel 1. Klasifikasi longsor dan karakteristiknya (Monroe dan Wicander, 1997).
Pergerakan massa cepat (rapid massmovement) meliputi pergerakan material yang nampak.
Pergerakan demikian biasanya terjadi dengan mendadak dan material bergerak menuruni bukit
dengan cepat. Pergerakan demikian sangat berpotensi membahayakan dan seringkali menimbulkan
korban jiwa dan kerusakan kepemilikan seperti perumahan. Pergerakan massa lambat (slow mass
movement) menunjukkan bahwa kecepatannya tidak terasa (imperceptible rate) sehingga hanya
terasa bila ada akibat yang telah ditimbulkannya seperti miringnya pepohonan dan tiang listrik atau
retaknya fondasi bangunan. Pergerakan ini memiliki kemampuan membawa material dengan
volume sangat besar yang telah lapuk menuruni lereng.
jenis-jenis longsoran ini :
Jenis-jenis longsoran

Longsoran memiliki bebrapa jenis yg dibedakan berdasarkan material yang bergerak. Kalau materialnya halus disebut
“mud” (lumpur), kalau berupa butiran disebut debris, kalau bongkahan besar disebut rock.
Berdasarkan bidang dan kecepatan pergerekannya dibedakan menjadi “fall” (jatuh), “flow” (mengalir) dan “creep”
(merayap).
Bila material yang bergerak dalam jumlah besar disebut sebagai “avalance“.

Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan,tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses
terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan
menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai
bidang gelincir, maka tanah atau batuan menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak
mengikuti lereng dan keluar lereng.
Lereng adalah permukaan bumi yang membentuk sudut kemiringan tertentu dengan bidang
horizontal. Lereng dapat terbentuk secara alami maupun buatan manusia. Lereng yang terbentuk
secara alami misalnya: lereng bukit dan tebing sungai, sedangkan lereng buatan manusia antara lain:
galian dan timbunan untuk membuat bendungan, tanggul dan kanal sungai serta dinding tambang
terbuka (Arief, 2007). Adapun jenis-jenis longsor yang dikenal dalam tambang terbuka adalah:

a. Longsor bidang

Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi sepanjang bidang luncur yang
dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat berupa bidang kekar, rekahan (joint) maupun bidang
perlapisan batuan. Syarat-syarat terjadinya longsoran bidang :

 Terdapat bidang lincir bebas (daylight) berarti kemiringan bidang lurus lebih kecil daripada
kemiringan lereng
 Arah bidang perlapisan (bidang lemah) sejajar atau mendekati dengan arah lereng
(maksimum berbeda 200).
 Kemiringan bidang luncur atau lebih besar daripada sudut geser dalam batuannya.
 Terdapat bidang geser (tidak terdapat gaya penahan) pada kedua sisi longsoran.

b. Longsoran baji
Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika lebih dari satu bidang lemah yang bebas dan
saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang lemah tersebut lebih besar dari sudut geser
dalam batuannya. Bidang lemah ini dapat berupa bidang sesar, rekahan (joint) maupun bidang
perlapisan. Cara longsoran baji dapat melalui satu atau beberapa bidang lemahnya maupun melalui
garis perpotongan kedua bidang lemahnya. Longsoran baji dapat terjadi dengan syarat geometri
sebagai berikut :

 Permukaan bidang lemah A dan bidang lemah B rata, tetapi kemiringan bidang lemah B
lebih besar daripada bidang lemah A.
 Arah penunjaman garis potong harus lebih kecil daripada sudut kemiringan lereng.
 Bentuk longsoran dibatasi oleh muka lereng, bagian atas lereng dan kedua bidang lemah.

c. Longsoran busur

Longsoran busur adalah yang paling umum terjadi di alam, terutama pada batuan yang lunak
(tanah). Pada batuan yang keras longsoran busur hanya terjadi jika batuan tersebut sudah
mengalami pelapukan dan mempunyai bidang-bidang lemah (rekahan) yang sangat rapat dan tidak
dapat dikenali lagi kedudukannya. Pada longsoran bidang dan baji, kelongsoran dipengaruhi oleh
struktur bidang perlapisan dan kekar yang membagi tubuh batuan kedalam massa diskontinuitas.

Pada tanah pola strukturnya tidak menentu dan bidang gelincir bebas mencari posisi yang paling
kecil hambatannya. Longsoran busur akan terjadi jika partikel individu pada suatu tanah atau massa
batuan sangat kecil dan tidak saling mengikat. Oleh karena itu batuan yang telah lapuk cenderung
bersifat seperti tanah. Tanda pertama suatu longsoran busur biasanya berupa suatu rekahan tarik
permukaan atas atau muka lereng, kadang-kadang disertai dengan menurunnya sebagian permukaan
atas lereng yang berada disamping rekahan. Penurunan ini menandakan adanya gerakan lereng yang
pada akhirnya akan terjadi kelongsoran lereng, hanya dapat dilakukan apabila belum terjadi gerakan
lereng tersebut .

d. Longsoran guling
Longsoran guling terjadi pada batuan yang keras dan memiliki lereng terjal dengan bidang-bidang
lemah yang tegak atau hampir tegak dan arahnya berlawanan dengan arah kemiringan lereng.
Longsoran ini bisa berbentuk blok atau bertingkat. Kondisi untuk menggelincir atau meluncur
ditentukan oleh sudut geser dalam dan kemiringan bidang luncurnya, tinggi balok dan lebar balok
terletak pada bidang miring.

Namun demikian, seringkali tipe longsoran yang ada merupakan gabungan dari beberapa longsoran
utama sehingga seakan-akan membentuk suatu tipe longsoran yang tidak beraturan (raveling
failure) atau seringkali disebut sebagai tipe longsoran kompleks

Gerakan tanah dalam klasifikasi ini dikelompokkan menurut klasifikasi Highway


Research Board 1958 dan 1978. Kriteria yang digunakan dalam pengelompokan ini adalah
berdasarkan tipe gerakan tanah dan jenis material. Tipe longsoran atau gerakan
tanah dibagi menjadi lima kelompok utama yaitu:
1. Runtuhan (Fall);
2. Jungkiran (Toppling);
3. Longsoran (Sliding);
4. Penyebaran lateral (Lateral Spreading);
5. Aliran (Flow);
6. Tipe Majemuk

Tabel 1. Klasifikasi Longsoran


JENIS MATERIAL
JENIS GERAKAN TANAH
BATU
BUTIR KASAR BUTIR HALUS
Runtuhan Runtuhan batu Runtuhan Runtuhan

Jungkiran bahan tanah


Jungkiran batu Jungkiran Jungkiran

Rotasi Sedikit Nendatan batu rombakan


Nendatan
bahan Nendatan
tanah

bahan
rombakan tanah
Translas Gelincir Gelincir Gelincir
Gelinciran

i Banyak rombakan
Gelincir batu
Gelincir bahan Gelincir tanah
bongkahan bongkah bongkah

Gerakan Lateral
Gerakan Gerakan
rombakan Gerakan
batu bahan tanah
Aliran Laterial laterial
Aliran bahan laterial
Aliran tanah
Aliran batu
Rayapan tanah
rombakan
Majemuk = Gabungan duabatu bahan
atau lebih tipe gerakan
rombakan tanah

rombakan
a. Tipe Runtuhan (Fall)

Tipe Runtuhan merupakan gerakan tanah yang disebabkan keruntuhan tarik


yang diikuti dengan tipe gerakan jatuh bebas akibat gravitasi. Pada tipe runtuhan ini
massa tanah atau batuan lepas dari suatu lereng atau tebing curam dengan sedikit
atau tanpa terjadi pergeseran (tanpa bidang longsoran). Massa tersebut
meluncur di udara seperti gerakan jatuh bebas, meloncat atau
menggelundung.
Runtuhan batuan adalah runtuhan massa batuan yang lepas dari batuan induknya.
Runtuhan bahan rombakan adalah runtuhan yang terdiri dari fragmen-fragmen lepas
sebelum runtuh. Termasuk pada tipe runtuhan ini adalah :
(a) Runtuhan kerikil (ukuran kurang dari 20 mm),
(b) Runtuhan kerakal (ukuran dari 20 mm - 200 mm)
(c) Runtuhan bongkah (ukuran lebih dari 200 mm).
Longsoran atau Runtuhan tanah dapat terjadi karena kekuatan material yang
terletak di bagian bawah lebih lemah (antara lain karena tererosi dan penggalian)
dibandingkan lapisan di atasnya. Runtuhan batuan dapat terjadi antara lain karena
adanya perbedaan pelapukan, perbedaan tekanan hidrostatis karena masuknya air
ke dalam retakan, serta karena perlemahan akibat struktur geologi (antara lain kekar,
sesar, perlapisan)

b. Tipe Jungkiran (Toppling)

Tipe Jungkiran adalah jenis gerakan memutar ke depan dari satu atau beberapa
blok tanah/batuan terhadap titik pusat putaran di bawah massa batuan. Gaya
utama dari fenomena ini adalah gaya gravitasi, gaya dorong dari massa batuan di
belakangnya dan gaya yang ditimbulkan oleh tekanan air yang mengisi rekahan
batuan. Jungkiran ini biasanya terjadi pada tebing-tebing yang curam dan
tidak mempunyai bidang longsoran.

c. Tipe Longsoran (Sliding)

Tipe Longsoran adalah gerakan massa yang diakibatkan oleh regangan geser dan
perpindahan sepanjang bidang longsoran. Massa berpindah melongsor dari tempat
semula dan terpisah dari massa tanah yang mantap. Dalam hal ini, keruntuhan geser
tidak selalu terjadi secara serentak pada suatu bidang longsoran, tapi dapat
berkembang dari keruntuhan geser setempat.
Berdasarkan keutuhan materialnya, jenis longsoran ini dapat dibagi menjadi 2
bagian yaitu :
Material yang bergerak relatif utuh dan terdiri dari satu atau beberapa blok ;
Material yang bergerak dan sangat berubah bentuknya atau terdiri dari banyak blok
yang berdiri sendiri.
Berdasarkan bentuk bidang longsor, jenis longsoran ini diklasifikasikan menjadi
2, yait:

1. longsoran rotasi (nendatan)


2. longsoran translasi.
1. Longsoran rotasi atau rotasional
Longsoran rotasi atau rotasional adalah longsoran yang mempunyai bidang longsor
berbentuk : setengah lingkaran, log spiral, hiperbola atau bentuk lengkung tidak
teratur lainnya. Contoh yang paling umum dari tipe ini adalah nendatan yang
sepanjang bidang longsorannya berbentuk cekung ke atas. Retakan-retakannya
berbentuk konsentris dan cekung ke arah gerakan dan jika dilihat dari atas berbentuk
sendok. Longsoran rotasi bisa terjadi tunggal, ganda atau berantai.
2. Longsoran translasi atau translasional
Untuk longsoran translasi atau translasional, massa yang longsor bergerak sepanjang
permukaan yang datar atau agak bergelombang tanpa atau sedikit gerakan
memutar/miring. Longsoran translasi umumnya ditentukan oleh bidang lemah seperti
sesar, kekar perlapisan dan adanya perbedaan kuat geser antar lapisan atau bidang
kontak antara batuan dasar dengan bahan rombakan di atasnya. Untuk translasi
berantai gerakannya menjalar secara bertahap, ke atas lereng akibat tanah di
belakang diperlemah oleh air yang mengisi retakan-retakan.

. Tipe Penyebaran Lateral (Lateral Spreading)

Tipe Longsoran dengan penyebaran lateral adalah gerakan menyebar ke


arahlateral yang ditimbulkan oleh retak geser atau retak tarik. Tipe gerakan ini
dapat terjadi pada batuan ataupun tanah. Penyebaran lateral dapat dibedakan dalam
dua tipe yaitu :
1. Gerakan yang menghasilkan sebaran yang menyeluruh dengan bidang geser
atau zona aliran plastis yang sulit dikenali dengan baik. Gerakan ini banyak
terjadi pada batuan dasar, terutama yang terletak pada puncak tebing.
2. Gerakan yang mencakup retakan dan penyebaran material yang relatif utuh
(batuan dasar atau tanah), akibat pencairan (liquefaction). Blok di atasnya
dapat ambles, melonggar, memutar, hancur mencair dan mengalir.
Mekanisme gerakan ini tidak saja rotasi dan translasi tetapi juga aliran.
Karena itu penyebaran lateral ini dapat bersifat majemuk.
e. Tipe Aliran (Flow)

Tipe Aliran adalah jenis lonsoran atau gerakan tanah di mana kuat geser tanah kecil
sekali atau boleh dikatakan tidak ada, dan material yang bergerak berupa material kental.
Termasuk dalam tipe ini adalah gerakan yang lambat, berupa rayapan pada massa
tanah plastis yang menimbulkan retakan tarik tanpa bidang longsoran. Rayapan di sini
dianggap sama dengan arti rayapan pada mekanika bahan yaitu deformasi yang
terjadi terus menerus di bawah tegangan yang konstan. Pada material yang tidak
terkonsolidasi, gerakan ini umumnya berbentuk aliran, baik cepat atau lambat, kering
atau basah. Aliran pada batuan sangat sulit dikenali karena gerakannya sangat
lambat dengan retakan-retakan yang rapat dan tidak saling berhubungan serta
sering menimbulkan lipatan, lenturan atau tonjolan. Aliran dapat dibedakan dalam
dua tipe menurut materialnya yaitu aliran tanah (termasuk bahan rombakan) dan
aliran batuan .

f. Tipe Majemuk (Complex)

Tipe majemuk merupakan gabungan dua atau lebih tipe longsoran atau
gerakan tanah dalam artian lain terjadi lebih dari sat tipe longsoran pada satu
titik tertentu.

Anda mungkin juga menyukai