Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUHAN

1.1 Latar Belakang


Dalam industri kimia banyak terdapat berbagai alat yang digunakan untuk
mempermudah proses yang terjadi dalam suatu industri kimia. Alat –alat tersebut
mempunyai fungsi tertentu sesuai dengan proses kimia yang dikerjakan serta jenis
bahan baku . Pemilihan alat menjadi hal yang penting karena berpengaruh pada
perlakuan yang diberikan. Produk yang dihasilkan tidak akan sesuai dengan yang
diinginkan apabila alat yang digunakan tidak sesuai .Misalnya evaporator.
Evaporator adalah sebuah alat yang berfungsi mengubah sebagian atau
keseluruhan sebuah pelarut dari sebuah larutan dari bentuk cair menjadi uap. Ada
beberapa macam-macam dari evaporator, sesuai dengan tujuan penggunaannya
dan bentuknyapun berbeda-beda.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi dari evaporasi?
2. Apakah definisi dari evaporator?
3. Bagaimakah prinsip kerja dari evaporator?
4. Apa saja kah tipe-tipe dari evaporator?
5. Bagaimana rangkaian peralatan dari evaporator?
6. Apa sajakah aplikasi dari evaporator?

1.3Tujuan
1. Untuk mengetahui dasar teori mengenai evaporasi.
2. Untuk mengetahui dasar teori mengenai evaporator.
3. Untuk mengetahui tentang prinsip kerja dari evaporator.
1
4. Untuk mengetahui tipe-tipe dari evaporator.
5. Untuk mengetahun rangkaian peralatan dari evaporator.
6. Untuk mengetahui aplikasi dari evaporator.

BAB II

2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Evaporasi


Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut sehingga
didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Tujuan dari
evaporasi itu sendiri yaitu untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut
yang tak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap. Dalam kebanyakan
proses evaporasi , pelarutnya adalah air. Evaporasi tidak sama dengan
pengeringan, dalam evaporasi sisa penguapan adalah zat cair, kadang-kadang zat
cair yang sangat viskos, dan bukan zat padat. Begitu pula, evaporasi berbeda
dengan distilasi, karena disini uapnya biasanya komponen tunggal, dan walaupun
uap itu merupakan campuran, dalam proses evaporasi ini tidak ada usaha untuk
memisahkannya menjadi fraksi-fraksi. Biasanya dalam evaporasi, zat cair pekat
itulah yang merupakan produk yang berharga dan uapnya biasanya
dikondensasikan dan dibuang.
Proses evaporasi terdiri dari dua peristiwa yang berlangsung :
1. Interface evaporation, yaitu transformasi air menjadi uap air di permukaan
tanah. Nilai ini tergantung dari tenaga yang tersimpan.
2. Vertikal vapour transfers, yaitu perpindahan lapisan yang kenyang dengan uap
air dari interface ke uap (atmosfer bebas).
Evaporasi dapat diartikan sebagai proses penguapan daripada liquid (cairan)
dengan penambahan panas (Robert B. Long, 1995). Panas dapat disuplai dengan
berbagai cara, diantaranya secara alami dan penambahan steam. Evaporasi
didasarkan pada proses pendidihan secara intensif, yaitu :

1. Pemberian Panas Ke Dalam Cairan

3
Makin tinggi pressure makin besar panas yang dibutuhkan jadi pressure
perlu diturunkan untuk mendapatkan kondisi operasi yang optimal.
2. Pembentukan gelembung-gelembung (bubbles) akibat uap.
Peristiwa bubbling yaitu terbentuknya nukleat sebagai awal pembentukan
gelembung.
3. Pemisahan uap dari cairan.

Evaporasi atau penguapan juga dapat didefinisikan sebagai perpindahan kalor


ke dalam zat cair mendidih (Warren L. Mc Cabe, 1999).

2.2 Perbedaan Evaporasi dengan Proses Lain


Perbedaan evaporasi dengan proses lain adalah:
1. Evaporasi dengan pengeringan.
Evaporasi tidak sama dengan pengeringan, dalam evaporasi sisa
penguapan adalah zat cair – kadang-kadang zat cair yang sangat viskos – dan
bukan zat padat. Perbedaan lainnya adalah, pada evaporasi cairan yang
diuapkan dalam kuantitas relatif banyak, sedangkan pada pengeringan sedikit.
2. Evaporasi dengan distilasi.
Evaporasi berbeda pula dari distilasi, karena uapnya biasa dalam komponen
tunggal, dan walaupun uap itu dalam bentuk campuran, dalam proses evaporasi
ini tidak ada usaha unutk memisahkannya menjadi fraksi-fraksi. Selain itu,
evaporasi biasanya digunakan untuk menghilangkan pelarut-pelarut volatil,
seperti air, dari pengotor nonvolatil. Contoh pengotor nonvolatil seperti lumpur
dan limbah radioaktif. Sedangkan distilasi digunakan untuk pemisahan bahan-
bahan nonvolatil.
3. Evaporasi dengan kristalisasi.

4
Evaporasi lain dari kristalisasi dalam hal pemekatan larutan dan bukan
pembuatan zat padat atau kristal. Evaporasi hanya menghasilkan lumpur kristal
dalam larutan induk (mother liquor). Evaporasi secara luas biasanya digunakan
untuk mengurangi volume cairan atau slurry atau untuk mendapatkan kembali
pelarut pada recycle. Cara ini biasanya menjadikan konsentrasi padatan dalam
liquid semakin besar sehingga terbentuk kristal.

2.3 Faktor-Faktor Evaporasi


Faktor-faktor yang mempengaruhi percepatan evaporasi antara lain :
1. Suhu
Walaupun cairan bisa evaporasi di bawah suhu titik didihnya, namun
prosesnya akan cepat terjadi ketika suhu di sekeliling lebih tinggi. Hal ini
terjadi karena evaporasi menyerap kalor laten dari sekelilingnya. Dengan
demikian, semakin hangat suhu sekeliling semakin banyak jumlah kalor yang
terserap untuk mempercepat evaporasi.
2. Kelembapan Udara
Jika kelembapan udara kurang, berarti udara sekitar kering. Semakin kering
udara (sedikitnya kandungan uap air di dalam udara) semakin cepat evaporasi
terjadi. Contohnya, tetesan air yang berada di kepingan gelas di ruang terbuka
lebih cepat terevaporasi lebih cepat daripada tetesan air di dalam botol gelas.
Hal ini menjelaskan mengapa pakaian lebih cepat kering di daerah kelembapan
udaranya rendah.
3. Tekanan
Semakin besar tekanan yang dialami semakin lambat evaporasi terjadi.
Pada tetesan air yang berada di gelas botol yang udaranya telah dikosongkan
(tekanan udara berkurang), maka akan cepat terevaporasi.

5
4. Gerakan Udara
Pakaian akan lebih cepat kering ketika berada di ruang yang sirkulasi udara
atau angin lancar karena membantu pergerakan molekul air. Hal ini sama saja
dengan mengurangi kelembapan udara.
5. Sifat Cairan
Cairan dengan titik didih yang rendah terevaporasi lebih cepat daripada
cairan yang titik didihnya besar. Contoh, raksa dengan titik didih 357°C lebih
susah terevapporasi daripada eter yang titik didihnya 35°C.

2.4 Evaporator
Evaporator adalah sebuah alat yang berfungsi mengubah sebagian atau
keseluruhan sebuah pelarut dari sebuah larutan yang berbentuk cair menjadi uap.
Evaporator mempunyai dua prinsip dasar, untuk menukar panas dan untuk
memisahkan uap yang terbentuk dari cairan.
Evaporator umumnya terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Penukar Panas
2. Bagian Evaporasi (Tempat Di Mana Cairan Mendidih Lalu Menguap)
3. Pemisah untuk memisahkan uap dari cairan lalu dimasukkan ke dalam
kondenser (untuk diembunkan/kondensasi) atau ke peralatan lainnya
Hasil dari evaporator (produk yang diinginkan) biasanya dapat berupa padatan
atau larutan berkonsentrasi. Larutan yang sudah dievaporasi bisa saja terdiri dari
beberapa komponen volatil (mudah menguap). Evaporator biasanya digunakan
dalam industri kimia dan industri makanan. Pada industri kimia, contohnya garam
diperoleh dari air asin jenuh (merupakan contoh dari proses pemurnian) dalam
evaporator. Evaporator mengubah air menjadi uap, menyisakan residu mineral di
dalam evaporator. Uap dikondensasikan menjadi air yang sudah dihilangkan
garamnya. Pada sistem pendinginan, efek pendinginan diperoleh dari penyerapan

6
panas oleh cairan pendingin yang menguap dengan cepat (penguapan
membutuhkan energi panas). Evaporator juga digunakan untuk memproduksi air
minum, memisahkannya dari air laut atau zat kontaminasi lain.

2.5 Prinsip Kerja Evaporator


Evaporator adalah alat untuk mengevaporasi larutan sehingga prinsip kerjanya
merupakan prinsip kerja atau cara kerja dari evaporasi itu sendiri. Prinsip kerjanya
dengan penambahan kalor atau panas untuk memekatkan suatu larutan yang terdiri
dari zat terlarut yang memiliki titik didih tinggi dan zat pelarut yang memiliki titik
didih lebih rendah sehingga dihasilkan larutan yang lebih pekat serta memiliki
konsentrasi yang tinggi.

2.6 Jenis-Jenis Evaporator


Jenis evaporator berdasarkan banyaknya proses:
1. Open Kettle Or Pan

Gambar 1. Open Kettle or Pan


(sumber: makalah-evaporator-melly.pdf)

7
Bentuk evaporator yang paling sederhana adalah bejana/ketel terbuka dimana
larutan didihkan. Sebagai pemanas biasanya steam yang mengembun dalam
selubung (jaket) atau dalam pipa spiral yang dicelupkan. Kadang-kadang ketel
dipanasi api langsung. Pengaduk dapat ditempatkan didalamnya.
Evaporator ini murah dan operasinya sederhana. Luas perpindahan panas
umumnya sangat kecil karena bentuk dari bejana dan koefisien perpindahan
panasnya cenderung kecil karena konveksi natural. Kapasitas evaporator kecil
karena rendahnya koefisien dan luas perpindahan panas. Perpindahan panas dapat
ditingkatkan dengan adanya pengadukan. Penggunaannya terbatas karena
rendahnya kapasitas penguapan.

2. Horizontal-Tube Natural Circulation Evaporator


Evaporator tabung-horizontal merupakan evaporator jenis klasik yang telah
lama digunakan. Larutan yang akan dievaporasikan berada di luar tabung
horizontal dan uap mengalir di dalam tabung horizontal. Tabung horizontal diliputi
dan dikelilingi oleh sirkulasi yang alami dari cairan yang mendidih sehingga
meminimumkan pengadukan cairan. Sebagai hasilnya maka pada evaporator jenis
ini dijumpai koefisien perpindahan panas keseluruhan yang lebih rendah
berbanding pada evaporator jenis lain, ini bermanfaat khususnya untuk
mengevaporasikan larutan yang viskos. Koefisien keseluruhan yang berada antara
200-400Btu/jam.ft2.0F (1100-2300 W/m2K) akan didapatkan, yang tergantung
pada perbedaan suhu keseluruhan, suhu didih, dan sifat larutan yang
dievaporasikan. Evaporator tabung horizontal biasanya digunakan untuk kapasitas
yang kecil dan untuk mengevaporasikan larutan yang encer dan larutan ini tidak
berbusa dan tidak meninggalkan deposit padatan pada tabung evaporator.
Disebut horizontal karena tube-tubenya terletak horizontal, karena kondisinya
yang demikian, harga evaporator ini relatif murah dengan konstruksi design yang

8
memudahkan penggantian tube-tubenya. HTE merupakan evaporator yang sudah
tua dan jarang digunakan. Tube-tube dalam HTE merupakan tempat masaknya
pemanas (biasanya steam).

Gambar 2. Horizontal Tube Evaporator


(sumber: makalah-evaporator-melly.pdf)

Feed masuk (di luar pipa), baru kemudian steam (di dalam pipa), di dalam
pipa atau tube terjadi perpindahan panas karena adanya pemanasan, sehingga
liquid yang di luarnya mendidih dan uap yang terjadi mengalir ke atas, kemudian
liquidnya menjadi pekat, lalu dikeluarkan melalui lubang bagian dasar evaporator,
sedangkan kondensat dikeluarkan melalui lubang yang sudah disediakan,
demikian juga gas non kondensat dikeluarkan melalui vent.
Horizontal Tube Evaporator memiliki beberapa kekurangan, seperti
perpindahan panasnya (rate of heat-transfer) rendah sekali, khususnya untuk
liquid yang viscous karena sirkulasi yang kecil, mudah terjadi kerak pada bagian
luar tube, dan pembersihan sukar dilakukan. Karena alasan-alasan itulah, alat ini
cocok untuk larutan non viscous (encer), larutan yang tidak mengandung endapan

9
atau difosit, larutan yang tidak terjadi endapan Kristal, kapasitas kecil, dan larutan
yang tidak menimbulkan buih (foaming).

Steam Outlet

Flue Gas
Outlet

Flue Gas Inlet

Gambar 3. Horizontal Tube Evaporator


(sumber: makalah-evaporator-melly.pdf)

Gambar 4. Cross-section diagram of horizontal-tube evaporator


(sumber: makalah-evaporator-melly.pdf)

Kekurangannya:

10
1. Perpindahan panasnya (rate heat-transfer) rendahsekali,khususnya untuk liquid
yang vicous
2. Karena sirkulasi yang kecil
3. Mudah terjadi kerak pada bagian luar tube
4. Pembersihan sukar dilakukan
Kelebihan:
1. Cocok untuk larutan non viscous (encer)
2. Cocok untuk larutan yang tidak mengandung endapan atau difosit
3. Cocok untuk larutan yang tidak terjadi endapan Kristal
4. Cocok untuk apasitas kecil
5. Larutan yang tidak menimbulkan buih (foaming)

3. Vertical-Type Natural Circulation Evaporator


Pada alat ini, cairan mengalir didalam pipa sedangkan steam pemanas
mengalir dalam shell. Cairan dalam tabung mendidih, uap yang timbul bergerak
keatas dengan membawa cairan. Sirkulasi aliran dalam pipa terjadi karena beda
rapat massa yang terjadi karena perbedaan fasa antara fluida dalam pipa (yaitu:
campuran uap-cair) dengan yang diluar pipa (cair).
Diatas pipa terdapat ruang uap yang berfungsi untuk memisahkan cairan
dengan uap. Uap akan menuju lubang pengeluaran diatas, sedangkan cairan jatuh
kebawah melewati saluran besar yang ada ditengah bejana, dan kembali
bersirkulasi masuk pipa-pipa. Konveksi alami (natural convection) berjalan baik
sehingga transfer panas Iebih efisien. Kerak danendapan terbentuk didalam pipa,
sehingga lebih mudah untuk dibersihkan. Adanya sirkulasi menyebabkan cairan
berkali-kali kontak dengan permukaan pemanas. Hal ini kurang baik untuk bahan-
bahan yang tidak tahan terhadap panas, misalnya: susu, juice dan berbagai dairy
product.Aplikasi : sugar, salt& soda insdustries.

11
Gambar 5 Vertical-type natural circulation evaporator
(sumber: makalah-evaporator-melly.pdf)

Kelebihan dan kekurangan:


1. Waktu pembersihan lebih pendek
2. Cocok untuk fluida yang sangat viskous hingga 1000 cP. (Tabel 4-7 Ulrich,
1984).
3. Efektif untuk memekatkan cairan yang memepunyai kecenderungan untuk
berbusa
4. Efektif untuk menangani material yang sensitif terhadap panas karena
evaporator ini dapat dioperasikan tanpa resirkulasi.
5. Kapasitasnya besar
6. Permukaan panas yang lebih besar daripada evaporator yang lainnya
7. Biaya tinggi
8. Miskin distribusi umpan
9. Umumnya membutuhkan resirkulasi pada evaporator falling film
12
10. Tidak diperuntukkan untuk garam dan liquid yang dapat menggumpal
11. Heat transfer tidak efektif pada beda temperatur untuk climbing film
evaporator.

4. Long-Tube Vertical-Type Evaporator


Untuk memperbesar kecepatan sirkulasi cairan dengan harapan koefisien
perpindahan panas makin tinggi, pipa-pipa transfer panas dibuat lebih panjang.
Aliran cairan, setelah masuk ruang uap untuk dipisahkan dengan uap yang
terbentuk, kembali kebawah melalui pipa diluar evaporator.Aplikasi:
producingcondensedmilk.

Gambar 6 Long-tube vertical-type evaporator


(sumber: makalah-evaporator-melly.pdf)

Keuntungan:

13
1. Koefisien transfer panas karena sirkulasi alami (natural circulation) lebih besar,
sehingga transfer panas bisa lebih efisien
2. Waktu pembersihan lebih pendek
3. Cocok untuk fluida yang sangat viskous hingga 1000 cP. (Tabel 4-7 Ulrich,
1984)
4. Efektif untuk memekatkan cairan yang memepunyai kecenderungan untuk
berbusa
5. Efektif untuk menangani material yang sensitif terhadap panas karena
evaporator ini dapat dioperasikan tanpa resirkulasi
6. Kapasitasnya besar
7. Permukaan panas yang lebih besar daripada evaporator yang lainnya
Kerugian:
1. Jumlah cairan yang menguap setiap pas sangat besar (karena pipa panjang)
sehingga konsentrasi lokal dimulut pipa bagian atas akan sangat tinggi (ingat:
cairan dalam evaporator tidak homogen, karena adanya perbedaan suhu dan
konsentrasi padatan lokal). Hal ini dapat menyebabkan kristalisasi /
pembentukan gel pada pipa, sehingga bisa mengganggu sirkulasi aliran.
2. Biaya tinggi
3. Miskin distribusi umpan
4. Umumnya membutuhkan resirkulasi pada evaporator falling film
5. Tidak diperuntukkan untuk garam dan liquid yang dapat menggumpal
6. Heat transfer tidak efektif pada beda temperatur untuk climbing film
evaporator.

5. Falling-Film-Type Evaporator

14
Dalam falling film evaporator, cairan mengalir kebawah membentuk film
disekeliling dinding dalam pipa. Aliran disebabkan oleh gaya berat dan gesekan
uap. Uap yang terbentuk bergerak kebawah. Meskipun kecil, tetapi aliran tetap
baik karena adanya gaya gravitasi (bandingkan dengan natural convection
evaporator). Luas permukaan pemanasan jauh Iebih besar dibandingkan dengan
volume cairandalam evaporator. Hal ini memungkinkan transfer panas yang cukup
dan perusakan bahan belum banyak terjadi karena waktu tinggal yang kecil
(volume cairan dalam evaporator kecil). Kapasitas alat ini tidak bisa divariasi
terlalu besar. Pembahasan lebih detil tentang alat ini ada pada sub-bab berikutnya.

Gambar 7 Falling Film Evaporator


(sumber: makalah-evaporator-melly.pdf)

6. Forced-Circulation-Type Evaporator

15
Sirkulasi cairan untuk memperbesar koefisien transfer panas dibantu dengan
pompa. Perpindahan panas terjadi karena konveksi paksa (forced convection)
sehingga koefisien transfer panas bisa lebih tinggi. Disamping itu, karena
arussirkulasi besar, maka penyumbatan-penyumbatan dalam pipa bisa diatasi oleh
aliran oleh pompa.

Gambar 8. Forced-circulation-type evaporator


(sumber: makalah-evaporator-melly.pdf)

Pipa tidak terlalu panjang. Sirkulasi berjalan cepat, sehingga larutan dalam
evaporator lebih homogen. Adanya pompa yang menjadi satu dengan evaporator
membuat alat ini lebih mahal (baik biaya pembelian maupunbiaya operasinya).
Karena aliran keluar pipa cepat, maka pemisahan uap-cairan dalam ruang uap
menjadi Iebih sulit, sehingga diperlukan baffle,yang Iebih balk dan ruang pemisah
yang Iebih besar dibagian atas.Aplikasi: processingviscousliquid.
16
7. Agitated-Film Evaporator

Gambar 9. Agitated-film Evaporator


(sumber: makalah-evaporator-melly.pdf)

Nama lainnya ialah turbulent film evaporator atau wioed-film evaporator


(untuk yang horisontal).Evaporator berbentuk tabung (shell) vertikal atau
horizontal, dengan pemanas diluar tabung. Pada sumbu tabung terdapat batang
yang dapat diputar, yang dilengkapi dengan sirip-sirip. Pada verticalagftatedfllm
evaporator, saat batang berputar, cairan bergerak kebawah akan terlempar ketepi
tabung (bagian panas) karena putaran sirip. Cairan ditepi tabung akan terpental
kembali ketengah tabung. Pada bagian atas tabung disediakan ruang untuk
pemisahan uap cairan. Transferpanas berjalan dengan sangat efisien. Problem
17
penyumbatan dan konsentrasi local yang tinggi dapat teratasi. Agitated film
evaporator dirancang untuk larutan yang sangat kental (viskositas tinggi) atau
untuk memproduksi padatan. Meskipun demikian, alat ini mahal, konstruksinya
sulit dan biaya operasinya tinggi (karena perlu tenaga pengadukan).

8. Open-Pan Solar Evaporator


Open pan solar evaporator adalah proses yang sangat tua tetapi tetap
digunakan untuk proses pembuatan garam. Pada prinsipnya air garam dimasukkan
di dalam open pan dan dibiarkan menguap perlahan dibawah sinar matahari untuk
mengkristalkan garam.

Gambar 10. Diagram Proses Pembuatan Garam


(sumber: makalah-evaporator-melly.pdf)

18
Gambar 11. Flow Sheet Pembuatan Garam Menggunakan Solar Evaporation
(sumber: makalah-evaporator-melly.pdf)

Pada proses pengkristalan apabila seluruh zat yang terkandung


diendapkan/dikristalkan akan terdiri dari campuran bermacam-macam zat yang
terkandung, tidak hanya Natrium Klorida yang terbentuk tetapi juga beberapa zat
yang tidak diinginkan ikut terbawa (impurities). Proses kristalisasi yang demikian
disebut “kristalisasi total”. Untuk mengurangi impuritis dalam garam dapat
dilakukan dengan kombinasi dari proses pencucian dan pelarutan cepat pada saat
pembuatan garam. Sedangkan penghilangan impuritis dari produk garam dapat
dilakukan dengan proses kimia, yaitu mereaksikannya dengan Na2CO3 dan NaOH
sehingga terbentuk endapan CaCO3 dan Mg(OH)2.

19
9. Evaporator Efek Tunggal (Single Effect)
Yang dimaksud dengan single effect yaitu produk hanya melalui satu buah
ruang penguapan dan panas diberikan oleh satu luas permukaan pindah panas.

Gambar 11. Evaporator Single Effect


(sumber: makalah-evaporator-melly.pdf)

10. Evaporator efek ganda


Di dalam proses penguapan bahan dapat digunakan dua, tiga, empat atau lebih
dalam sekali proses, inilah yang disebut dengan evaporator efek majemuk.
Penggunaan evaporator efek majemuk berprinsip pada penggunaan uap yang
dihasilkan dari evaporator sebelumnya.
Tujuan penggunaan evaporator efek majemuk adalah untuk menghemat panas
secara keseluruhan, hingga akhirnya dapat mengurangi ongkos produksi.

20
Gambar 12. Evaporator Efek Ganda
(sumber: makalah-evaporator-melly.pdf)

Keuntungan evaporator efek majemuk adalah merupakan penghematan yaitu


dengan menggunakan uap yang dihasilkan dari alat penguapan untuk memberikan
panas pada alat penguapan lain dan dengan memadatkan kembali uap tersebut.
Apabila dibandingkan antara alat penguapan n-efek, kebutuhan uap diperkirakan
1/n kali, dan permukaan pindah panas berukuran n-kali dari pada yang dibutuhkan
untuk alat penguapan berefek tunggal, untuk pekerjaan yang sama.
21
Pada evaporator efek majemuk ada 3 macam penguapan, yaitu:
a. Evaporator Pengumpan Muka (Forward-feed)
b. Evaporator Pengumpan Belakang (Backward-feed)
c. Evaporator Pengumpan Sejajar (Parallel-feed)

11. Rising Film (Long Tube Vertical) Evaporator


Pada evaporator tipe ini, pendidihan berlangsung di dalam tabung dengan
sumber panas berasal dari luar tabung (biasanya uap). Buih air akan timbul dan
menimbulkan sirkulasi.

Gambar 13. Rising Film Evaporator

22
(sumber: makalah-evaporator-melly.pdf)

12. Multi-Effect Evaporator


Menggunakan uap pada tahap-tahapannya untuk dipakai pada tahap
berikutnya. Semakin banyak tahap maka semakin rendah konsumsi energinya.
Biasanya maksimal terdiri dari tujuh tahap, bila lebih seringkali ditemui biaya
pembuatan melebihi penghematan energi. Ada dua tipe aliran, yaitu:
a. Aliran maju dimana larutan masuk dari tahap paling panas ke yang lebih
rendah
b. aliran mundur yang merupakan kebalikan dari aliran maju.
Evaporator ini cocok untuk menangani produk yang sensitive terhadap
panas seperti enzim dan protein.

Gambar 14. Multi effect Evaporator


(sumber: makalah-evaporator-melly.pdf)

23
13. Short Tube Evaporator
Prinsip kerja short tube evaporator:
Di dalam evaporator ini terdapat suatu kolam zat cair. Dimana umpan masuk
akan bercampur dengan zat cair di dalam kolam, dan campuran itu lalu dialirkan
melalui tube-tube evaporator. Lalu zat cair yang tidak menguap dikeluarkan dari
tube dan kembali ke kolam, sehingga hanya sebagian saja dari keseluruhan
evaporasi yang berlangsung dalam satu lewatan. Zat cair yang menguap akan
mengisi daerah bagian atas evaporator dan dikeluarkan melalui pipa uap.
Sementara cairan pekat dari evaporator dikeluarkan dari kolam melalui pipa cairan
dibagian bawah evaporator.

Gambar 15. Short Tube Evaporator


24
(sumber: makalah-evaporator-melly.pdf)

Keuntungan:
1. Koefisien perpindahan panasnya besar 200-500 Btu/h.ft2.F (Geankoplis, 1993),
sehingga dapat menguapkan sejumlah besar air untuk membuat larutan pekat
dengan kadar yang diinginkan
2. Relatif lebih murah serta pengoperasian dan pembersihannya lebih
mudah.(Ulrich, 1984)
3. Digunakan untuk fluida dengan viskositas < 10 cP (Tabel 4-7 Ulrich, 1984)
4. Dapat beroperasi dengan jangkauan konsenterasi yang cukup luas antara umpan
dan cairan pekat dalam satu unit saja
5. Cocok untuk evaporasi efek tunggal
6. Umumnya dioperasikan dengan sirkulasi alamiah
7. Dapat digunakan untuk larutan yang memebentuk deposit padatan, karena
padatan yang terbentuk dapat dibersihkan secara mekanis
Kelemahan:
1. Tidak cocok menguapkan larutan dalam masa yang singkat
2. Tidak cocok untuk memekatkan zat cair yang peka terhadap panas
3. Tidak cocok untuk memekatkan larutan yang sangat viskous dan mudah
memebentuk busa.

2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Evaporator


a. Konsentrasi Dalam Cairan
Semakin pekat larutan, semakin tinggi pula titik didih larutan dan untuk ini
harus diperhatikan adanya kenaikan titik didih.
b. Kelarutan Solute Dalam Larutan

25
Dengan demikian pekatnya larutan, maka konsentrasi solute makin tinggi
pula, sehingga batas hasil kali kelarutan dapat terlampaui, yang akibatnya
terbentuk Kristal solute. Jika dengan adanya hal ini, dalam evaporasi harus
diperhatikan batas konsenrasi solute yang maksimal yang dapat dihasilkan oleh
proses evaporasi.
Pada umumnya, kelarutan suatu gram/solid makin besar dengan makin
tingginya suhu, sehingga pada waktu drainage dalam keadaan dingin dapat
terbentuk Kristal yang dalam hal ini akan merusak evaporator. Jadi harus
diperhatikan suhu drainage.
c. Sensitifitas Materi Terhadap Suhu Dan Lama Pemansan
Beberapa zat materi yang dipekatkan dalam evaporator tidak tahan terhadap
suhu tinggi atau terhadap pemanasan yang terlalu alam. Misalnya bahan-bahan
biologis seperti susu, orange, juice, sari sayuran, bahan-bahan farmasi dan
sebaginya. Jadi untuk zat-zat semacam ini diperlukan suatu cara tertentu untuk
mengurangi waktu pemanasan dan suhu operasi.
d. Pembentukan Buih Dan Percikan
Kadang-kadang beberapa zat, seperti larutan NaOH, skim milk dan beberapa
asam lemak akan menimbulkan buih dan busa yang cukup banyak selama
penguapan disertai dengan percikan-percikan liquida yang tinggi. Buih/percikan
ini dapat terbawa oleh uap yang keluar dari evaporator dan akibatnya terjadi
kehilangan.
e. Pembentukan Kerak
Banyak larutan yang sifatnya mudah membentuk kerak/endapan. Dengan
terbentuknya kerak ini akan mengutrangi overall heat transfer coefficient, jadi
diusahakan konsentrasi/tekhnik evaporator yang tepat, karena biaya pembersihan
kerak akan memakan waktu dan biaya.

26
2.8 Kegunaan Evaporator
Evaporator biasanya digunakan dalam industri kimia dan industri makanan.
Dalam dunia industri baik industri yang berskala besar maupun kecil. Penggunaan
evaporator tentunya sangat dibutuhkan agar dapat menghasilkan produk sesuai
dengan yang diinginkan, seperti industri kimia dan industri makanan.
Pada industri kimia, contohnya garam diperoleh dari air asin jenuh
(merupakan contoh dari proses pemurnian) dalam evaporator., contohnya proses
pembuatan garam, bahan baku garam dihasilkan dari air laut yang tentunya
memiliki kandungan air, sehingga garam akan dimasukkan ke dalam evapotor dan
dievaporasikan agar mengubah air menjadi uap dan dikeluarkan sehingga yang
tersisa hanya larutan mineral-mineral yang terdapat dalam evaporator.
Pada industri makanan dan minuman, agar memiliki mutu yang sama pada
jangka waktu yang lama, dibutuhkan evaporasi. Misalnya untuk pengawetan
adalah pembuatan susu kental manis.
Khusus untuk industri migas, evaporator digunakan untuk memekatkan
larutan crude oil dengan menghilangkan kadar airnya sehingga meringankan
kinerja kolom destilasi. Dalam skala komersial, proses evaporasi membutuhkan
peralatan pendukung seperti kondensor, perangkap uap, injeksi uap dan evaporator
itu sendiri.
Kegunaan lainnya adalah mendaur ulang pelarut mahal seperti hexane ataupun
sodium hydroxide pada kraft pulping bisajuga untuk menguapkan limbah agar
proses penanganan limbah lebih murah. Contoh nya Operasi Evaporasi dalam
Industri Kimia lainnya yaitu : Pemekatan larutan NaOH, Pemekatan larutan
KNO3, Pemekatan larutan NaCL, Pemekatan larutan nitratdan lain-lain.
Evaporator dapat juga digunakan untuk memisahkan sebuah zat yang terlarut
dalam sebuah pelarut dimana diantara keduanya terdapat perbedaan titik
uap.Perbedaan suhu inilah yang digunakan untuk memisahkan keduanya.

27
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Evaporator adalah alat industry untuk memekatkan larutan dengan jalan
menguapkan pelarutnya. Hasil utamanya adalah cairan dengan konsentrasi yang
lebih pekat. Evaporator melibatkan peristiwa transfer massa, yaitu dengan adanya
perpindahan massa dari fasa cair ke uap pada peristiwa penguapan pelarut, dan
transfer panas, yaitu adanya energi panas yang diperlukan untuk menguapkan
pelarut. Sumber panas yang biasa digunakan adalah uap air (steam).

3.2 Saran
Semoga makalah ini bisa dikembangkan lebih baik lagi dikemudian
hari.Serta bermanfaat bagi yang akan melakukan tugas pra perancangan pabrik.

28

Anda mungkin juga menyukai