Anda di halaman 1dari 2

NAMA : KAIDEN BUDI WAHONO

NIM ` : 18.200.87
MATA KULIAH : KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

1. Bagaimanakah penerapan primary dan secondary survey di IGD Indonesia ?


Dasar hukum pelaksanaan pelayanan gawat darurat di Indonesia diatur dalam
Kepmenkes No. 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat ( IGD )
Rumah Sakit, yang mendefinisikan bahwa Pelayanan gawat darurat adalah tindakan medis
yang dibutuhkan oleh korban/pasien gawat darurat dalam waktu segera untuk
menyelamatkan nyawa dan pencegahan kecacatan.
Dalam prinsip umum Permenkes tersebut pada poin pertama disebutkan bahwa setiap
Rumah Sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang memiliki kemampuan melakukan
pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat. Kemampuan pemeriksaan ini salah satunya
adalah kemampuan melakukan primary survey dan secondary survey. Fenomena yang ada
saat ini, setiap rumah sakit memiliki kapasitas dan kemampuan yang berbeda-beda dalam
melaksanakan primay-secondary survey, tergantung ketersediaan sumber daya yang dimiliki.
Kendala yang dihadapi saat ini adalah kemampuan yang berbeda-beda yang dimiliki
setiap rumah sakit di tiap-tiap daerah. Hal ini disebabkan distribusi ketenagaan yang
berkompeten yang tidak merata di seluruh wilayah Indonesia, sehingga hingga saat ini masih
sering diberitakan tentang kurang optimalnya pertolongan gawat darurat, terutama di daerah
terpencil. Pelaksanaan primay-secondary survey yang benar-benar sesuai harapan atau
mendekati, hanya masih bisa dilakukan oleh rumah sakit di puat-pusat pemerintahan.
Keterbatasan anggaran yang dimiliki pemerintah, rendahnya gaji tenaga kesehatan di daerah
terpencil, minimnya sarana dan prasarana yang dimiliki di daerah terpencil, merupakan
penyebab utama belum optimalnya pelaksanaan primay-secondary survey, terutama di daerah
terpencil di Indonesia.
Pemerintah harus lebih berkomitmen dalam memperhatikan masalah pelayanan gawat
darurat. Bukan hanya membuat aturan sebagai dasar hukum atau standar pelayanan, tetapi
harus berupaya meningkatkan pemerataan tenaga kesehatan yang berkompeten dalam
pelayanan gawat darurat. Perlu duduk bersama antara pemerintah pusat dan daerah, bersama
berbagai organisasi profesi yang terkait dengan pelayanan, untuk merumuskan solusi terbaik
dalam menciptakan pemerataan tenaga kesehatan kegawatdaruratan yang berkompeten.
2. Apakah manfaat primary dan secondary survey menurut anda ?
Dalam pelayanan gawat darurat di IGD, Seorang perawat harus bisa mengumpulkan
data atau informasi tentang kondisi pasien pada waktu yang sangat singkat, dengan
keterbatasan tenaga yang ada. Primary dan secondary survey merupakan sebuah alur atau tata
cara assestment yang terkoodinir dengan baik, sehingga dengan minimnya waktu yang
tersedia untuk pengamatan, kebutuhan data pengkajian yang dibutuhkan untuk mencegah
kematian dan kecacatan dalam pelayanan gawat darurat, dapat diperoleh lebih tepat dan
akurat sesuai kebutuhan pasien.

3. Adakah sistem pengkajian lain yang lebih baik menurut anda ? sertakan artikel.
Sejak tahun 2008, diAustralia telah dikembangkan sebuah sistem kerangka penilaian
keperawatan darurat yang mereka sebut sebagai emergency nursing assessment framework
(ENAF). dengan latar belakang yang sama dengan kondisi dinegara kita, bahwa Perawat
darurat harus sangat terampil dalam melakukan penilaian pasien yang akurat dan
komprehensif. ENAF dirancang di Sydney Nursing School, untuk menyediakan pendekatan
sistematis untuk penilaian awal pasien yang dilakukan dalam pelayanan gawat darurat. Pada
tahun 2014, ENAF dikembangkan menjadi 'HIRAID' (History; Identify Red flags;
Assessment; Interventions; Diagnostics; reassessment and communication). HIRAID terdiri
dari tujuh komponen penilaian yaitu : Sejarah; Identifikasi bendera Merah; Penilaian;
Intervensi; Diagnostik; penilaian ulang dan komunikasi).
HIRAID merangkum proses penilaian keperawatan yang kompleks dan
berkesinambungan di UGD, dimulai ketika perawat pertama kali menilai pasien setelah triase
diperluas hingga pengiriman. Primary dan secondary survey merupakan bagian kecil dari
HIRAID, karena HIRAID dilaksanakan secara lebih luas hingga pengiriman. HIRAID
memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan di seluruh dunia. Hingga
saat ini belum ada penelitian terkait efektifitas pelaksanaan HIRAID di Indonesia.

Jurnal terkait :

Munroe et al, HIRAID: An evidence-informed emergency nursing assessment framework 1574-


6267/© 2015 College of Emergency Nursing Australasia Ltd. Published by
Elsevier Ltd. All rights reserved. (https://www.ausemergcare.com/article/S1574-
6267(15)00026-9/pdf)

Anda mungkin juga menyukai