Anda di halaman 1dari 4

Nama Kelompok :

1. Tina Indriyani P. (2015500014)


2. Frida Pra Fitri (2015500048)

PENDAPAT HUKUM

Untuk memudahkan pemahaman dan pembahasan, Pendapat Hukum ini disusun


dengan sistematika sebagai berikut :
A. Kasus Posisi
B. Permasalahan Hukum
C. Dasar Hukum
D. Pembahasan
E. Kesimpulan
F. Saran
G. Penutup

A. KASUS POSISI
 Pada tanggal 10 Februari 2017 Amir menanamkan modal usaha sebesar Rp.
10.000.0000,00 kepada Amin untuk usaha bahan bangunan dengan perjanjian
selama satu tahun yang telah ditandatangani diatas materai dan disepakati oleh
kedua belah pihak.
 Dalam perjanjian tersebut berisi klausula yang menyatakan bahwa Amir
mendapatkan bagi hasil sebesar 5% setiap bulannya dari pendapatan usaha bahan
bangunan yang di dirikan oleh Amin.
 Dalam setiap bulannya pendapatan dari usaha bahan bangunan Amin yakni sebesar
Rp. 20.000.000,00 dan setiap bulannya Amir mendapatkan bagi hasil sebesar 5%
dari pendapatan Amin yakni sebesar Rp. 1.000.000,00.
 Pada bulan pertama (Maret 2017) sampai bulan Kelima (Juli 2017) pembagian
hasil kepada Amir sebesar 5% berjalan dengan lancar. Tetapi dibulan selanjutnya
(Agustus 2017) sampai bulan (November 2017) Amir tidak mendapatkan uang
bagi hasil dari Amin.
 Setiap Amir menanyakan uang bagi hasil tersebut, Amir selalu menjawab dengan
alasan bahwa tidak ada uang karena usaha bahan bangunannya selalu sepi.
 Atas perbuatan yang dilakukan Amin, maka Amir telah mengalami kerugian
terhitung dari bulan Agustus 2017 – Bulan November 2017 yakni sebesar Rp.
7.000.000,00.

B. PERMASALAHAN HUKUM
Bagaimana upaya hukum yang harus dilakukan oleh Amir untuk mendapatkan haknya?

C. DASAR HUKUM
 KUHPerdata

D. PEMBAHASAN
 Bagaimana upaya hukum yang harus dilakukan oleh Amin untuk
mendapatkan haknya?

Berdasarkan kasus diatas maka dijelaskan terlebih dahulu penanaman modal/investasi


yang merupakan suatu upaya mengelola uang dengan cara menyisihkan sebagian dari uang
tersebut untuk ditanamkan pada bidang-bidang tertentu dengan harapan mendapat keuntungan
dimasa mendatang.
Sebagaimana dalam Pasal 1313 KUHPerdata bahwa “Suatu perjanjian adalah suatu
perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau
lebih”. Seperti halnya perjanjian yang telah dilakukan oleh Amir dan Amin yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak, maka perjanjian tersebut telah memenuhi syarat-syarat
sahnya suatu perjanjian yaitu sesuai dengan Pasal 1320 KUHPerdata yaitu:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal.

Berdasarkan kasus posisi diatas maka telah terjadi Wanprestasi yang dilakukan oleh
Amin, Wanprestasi secara umum adalah suatu keadaan dikarenakan kelalaian atau
kesalahannya, debitur tidak dapat memenuhi prestasi (kewajiban) seperti yang telah ditentukan
dalam perjanjian dan bukan dalam keadaan memaksa (force majeur). Untuk lebih jelasnya
dinyatakan dalam Pasal 1239 KUHPerdata :

“Tiap-tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu, apabila siberutang tidak
memenuhi kewajibannya, mendapatkan penyelesaiannya dalam kewajiban memberikan
penggantian biaya, rugi dan bunga”

Terkait dengan hal tersebut Pasal 1243 KUHPerdata menyatakan :

“Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai
diwajibkan, apabila si berutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap
melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan
atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampauinya.”

Ketika terjadi permasalahan tersebut, maka ada beberapa upaya hukum yang dapat di lakukan
oleh Amir, antara lain:
1. Menempuh jalan damai (musyawarah dengan pendekatan kekeluargaan
2. Apabila cara pertama tidak berhasil, maka langkah hukum lain yang dapat dilakukan
adalah dengan jalan litigasi, yaitu dapat menggugat ke Pengadilan Negeri. Surat
perjanjian di atas materai tersebut dapat dijadikan sebagai alat bukti dalam persidangan
bahwa teman saudara memang melakukan wanprestasi.

Hal ini sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Pasal 1267 KUHPerdata yang menyatakan
bahwa :

“ Pihak terhadap siapa saja perikatan tidak dipenuhi,dapat memilih apakah ia, jika hal itu masih
dapat dilakukan , akan memaksa pihak yang lain untuk memenuhi perjanjian, ataukah ia akan
menuntut pembatalan perjanjian, disertai penggantian biaya kerugian dan bunga”.

Hal ini sesuai dengan dasar hukum Pasal 1239 KUHPerdata. Amin berkewajiban
melakukan pengembalian biaya ganti rugi atas tidak terpenuhinya suatu prestasi sebesar RP.
7.000.000,00 kepada Amin.

E. KESIMPULAN
 Pada dasarnya, Perlindungan hukum untuk anak di luar perkawinan dan ibu kandung
tidak mencakup Perlindungan Hak yuridis anak luar kawin. Dengan keluarnya
Putusan MK menjadi terobosan hukum untuk menuntut pengakuan dan pengesahan
sehingga memberikan Perlindungan hukum akan hak-hak dari anak untuk menuntut
atau memperoleh hak keperdataannya termasuk juga anak luar kawin hasil hubungan
zina dan anak sumbang dan perlindungan bagi ibu kandung untuk meminta tanggung
jawab untuk menafkahi dan membesarkan anak luar kawin kepada ayah biologisnya.
Untuk membuktikan ayah biologis anak luar kawin dapat dilakukan dengan tes
forensik yakni tes DNA akan tetapi hak-hak keperdataan anak luar kawin pasca
keluarnya Putusan MK masih mengalami kontradiksi dengan Pasal 287 KUHPerdata
dimana menyelidiki siapa bapak seorang anak dilarang yang dapat diartikan bahwa
melalui suatu keputusan Pengadilan tidak bisa ditetapkan siapa ayah seorang anak
tersebut.

F. SARAN
 Diharapkan peran pemerintah dengan Putusan MK ini segera mengeluarkan
Peraturan hukum pelaksana yang menguatkan tentang Putusan MK yang berkaitan
dengan pengakuan anak sehingga tidak timbul opini dan pendapat yang tumpang
tindih yang mempengaruhi prosedur hukum administrasi seperti Pasal 287
KUHPerdata yang melarang untuk menyelidiki siapa ayah biologis dari si anak luar
kawin dalam hal pengurusan pengakuan anak luar kawin, kepada pejabat
administrasi untuk menjalankan tertib administrasi yang berhubungan dengan
prosedur hukum melaksanakan tugasnya dengan rasa keadilan agar kepastian hukum
bagi anak luar kawin dapat terwujud.

G. PENUTUP

 Penyusunan Pendapat Hukum diperoleh atas dasar dokumen hukum, keterangan dan
informasi yang telah saya peroleh.

 Pendapat hukum ini telah dibuat berdasarkah kaidah hukum.

 Pendapat hukum ini telah ditulis sebenar-benarnya yang dapat berguna dan bermanfaat
sebagaimana mestinya.

Anda mungkin juga menyukai