Anda di halaman 1dari 14

Manajemen Keuangan Perbankan

“SAP 2”
“Sumber dan Penggunaan Dana Bank”

Oleh :
Desa Ketut Rta Dewi (1707521084)
Ni Kadek Anggreni (1707521103)
I Komang Agus Adi Swara Putra (1707521109)

Kode Mata Kuliah :


EKM 425 A (M)
Dosen Mata Kuliah :
Drs. Nyoman Abundanti, M.M.

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2018/2019
PEMBAHASAN
A. Sumber Dana Bank

Sumber dana bank untuk operasionalnya dibedakan menjadi 3, yaitu:


a. Dana sendiri atau yang biasa disebut dana pihak 1 yaitu merupakan dana dari dalam
bank baik dari pemegang saham maupun sumber lainnya.
b. Dana pinjaman atau dana dari pihak 2 yaitu merupakan dana dari pinjaman lebank
atau lembaga keuangan lainnya.
c. Dana masyarakat atau dana pihak 3 yaitu dana yang berasal dari masyarakat sebagai
nasabah.
Dana dari masyarakat merupakan dana yang paling besar yang bisa diandalakan oleh
bank. Namun dana ini memberikan resiko yang tinggi pula, dimana jika suatu saat
nasabah ingin menarik dana dalam jumlah besar (rush) bank akan susah menyediakan
dana itu secara cepat. Rush biasanya terjadi jika perekonomian suatu Negara tak
menentu sehingga para nasabah ingin mengamankan uang mereka. Ada beberapa faktor
pemilihan sumber dan penggunaan dana agar dapat menjauhi risio – risiko yang ada,
yaitu :
- Jenis penggunaan dana
- Apakah ada kesempatan untuk mendapatkan dana dari pasar dana
- Filosofi manajemen bank yang bersangkutan
- Jenis sumber dana
- Hubungan biaya dana dan pnghasilan
- Ramalan tingkat bunga
- Lamanya dana bisa dipakai
1. Sumber dana lainnya
Selain 3 sumber utama, ada pula 3 sumber dana bank yang lai,, yaitu :
a. Penjualan surat berharga (obligasi dan saham)
Obligasi dijual kepada publik dengan berbagai ketentuan seperti nilai nominal
dan lainnya yang terjelaskan undang – undang yang disahkan oleh lembaga terkait.
Saham merupakan tanda bukti berbentuk kertas yang tercantum nilai nominal, nama
perusahaan dan hak serta kewajiban kepada pemegangnya.
b. Pinjaman dari perbankan dalam maupun luar negeri
Tentunya pinjaman dari luar negeri biasanya harus dibayar menggunakan valuta
asing. Dan pinjaman dalam negeri bisa juga bersumber dari mitra kerja.
c. Dana dari Bank Sentral berupa Bantuan Likuiditas Luar Negeri
Bantuan likuiditas biasanya diberikan kepada bank yang mengalami kesulitan
likuiditas agar likuiditas bank tersebut mau membaik namun sekarang bantuan ini
dianggap untuk mengatasi kesulitan bank yang layak dibantu.

2. Sumber Dana dan Cadangan Bank


Saat dana bank diposisi aman maka likuiditasnya otomatis menguat dan
cadangan likuiditas pun aman. Cadangan likuiditas ada 2, yaitu :
a. Cadangan primer untuk kebutuhan harian seperti penarikan dari nasabah.
b. Cadangan sekunder untuk kebutuhan besar seperti penarikan depositi dan penairan
kredit yang besar. Cadangan ini juga berfungsi untuk menutupi kekurangan cadangan
primer. Di Indonesia cadangan sekunder dapat berupa Sertifikat Bank Indonesia Surat
Berharga Pasar Uang, dan sertifikat dposito.
B. Penggunaan Dana Bank

Selain sebagai cadangan dana bank juga berfungsi sebagai investasi. Investasi akan
ditempatkan pada tempat yang memiliki profitable baik pada financial investment
(investasi pada surat berharga) maupun real investment (investasi pada fixed assets seperti
tanah). Real investment memiliki tingkat risiko yang lebih rendah namun umumnya
memiliki tingkat likuiditas yang rendah (sulit diuangkan secara cepat).
Dana bank juga digunakan untuk kredit yang merupakan pendapatan keuntungan
tertinggi yang mencapai 90%. Dengan begitu bank sangat berhati – hati dalam menentukan
siapa yang berhak menerima kredit agar tidak terjadi kredit macet. Kredit macet sangat
berdampak negative pada bank selain menurunkan penerimaan kejadian ini juga dapat
menurunkan reputasi bank karena dianggap gegabah dalam mengambil keputusan.
C. Giro Wajib Minimum
a. Pokok-pokok Pengaturan

Setiap bank umum diwajibkan untuk memenuhi Giro Wajib Minimum [GWM]
dalam rupiah. Sementara bagi bank yang sudah bertatus bank devisa, diwajibkan juga
untuk memenuhi GWM dalam valuta asing.
1. Pemenuhan GWM primer dalam rupiah sebesar 8% [delapan persen] dari DPK dalam
rupiah.
2. Pemenuhan GWM primer dalam valuta asing sebesar 8% [delapan persen] dari DPK
dalam valuta asing.

3. GWM sekunder dalam rupiah

a. Pemenuhan tahapan GWM sekunder sebagai berikut:

- Sebesar 25% dari BPK dalam rupiah sampai dengan 30 September 2013;

- Sebesar 3% dari DPK dalam rupiah sejak 1-31 Oktober 2013;

- Sebesar 3,5% dari DPK dalam rupiah sejak 1 November 2013 sampai dengan
tanggal 1 Desember 2013;

- Sebesar 4% dari DPK dalam Rupiah sejak 2 Desember 2013.

b. Komponen yang diperhitungkan sebagai cadangan dalam pemenuhan GWM


sekunder dalam rupiah adalah Sertinat Bank Indonesia [SBI], Sertifikat Deposito
Bank Indonesia [SDBI], Surat Berharga Negara [SBN] dan/atau £xcess Reserve.
SBI, SDBI, dan SBN yang diperhitungkan dalam GWM sekunder dalam rupiah
mencakup untuk seluruh jenis dan jangka waktu surat berharga, namun tidak
termasuk SBN yang tidak dapat di perdagangkan [untradeable].

c. Penetapan nilai SBI, SDBI, dan SBN yang dimiliki bank dilakukan berdasarkan
data yang tercatat pada rekening surat berharga bank di Bl-RTGS pada posisi akhir
hari yaitu pada saatcut offtime BI RTGS.

d. Nilai SBI, SDBI, dan SBN gang digunakan dalam perhitungan GWM sekunder
dalam rupiah adalah nilai pasar [market value] yang tercantum di Bl-RTGS.

4. GWM LDR dalam rupiah.

a. Perhitungan GWM LDR dilakukan sebagai berikut:

1) Batas bawah LDR target ditetapkan sebesar 8%;

2) Batas atas LDR target ditetapkan:

- Sebesar 100% sampai dengan 1 Desember 2013;

- Sebesar 92% sejak 2 Desember 2013.


3) Bank yang memiliki LDR didalam kisaran LDR target dikenakan GWM LDR
sebesar 0%.

4) Bank gang memiliki LDR kurang dari batas bawah LDR target diberikan
disinsentifGWM LDR sebesar perkalian antara parameter disinsentif bawah
[saat ini sebesar 0,1], selisih antara batas bawah LDR target dan LDR bank, dan
Dana Pihak Ketiga [DPK] dalam rupiah.

5) Bank gang memiliki LDR lebih dari batas atas LDR target dan memiliki KPMM
lebih kecil dari KPMM insentif [saat ini ditetapkan 14%] akan dikenakan
disinsentif GWM LDR sebesar perkalian parameter disinsentif atas [saat ini
sebesar 0,2]. selisih antara LDR bank dan batas atas LDR target, dan DPK
dalam rupiah.

6) Bank gang memiliki LDR lebih dari batas atas LDR target na mun memiliki
KPMM sama atau lebih besardari KPMM insentif [saat ini ditetapkan 14%],
maka kewajiban pemenuhan GWM LDR sebesar 0%.

b. Perhitungan LDR bank diperoleh dari pos pos neraca mingguan yang disampaikan
bank kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank
Indonesia mengenai laporan berkala bank umum.

c. Bank yang melanggar kewajiban pemenuhan GWM dikenakan sanksi kewajiban


membayar sebesar 125% dari rata-rata suku bunga jangka waktu 1 [satu] hari
[overninght] dari JIBOR dalam rupiah pada hari terjadinya pelanggaran, terhadap
kekurangan GWM dalam rupiah, untuk setiap hari kerja pelanggaran.

b. Periode Pelaporan
GWM dihitung dengan membandingkan saldo rekening giro bank pada Bank
Indonesia atau jumlah surat berharga yang dimiliki setiap akhir hari dalam satu
masa laporan terhadap rata-rata harian jumlah DPK dalam satu masa laporan pada
dua masa laporan sebelumnya. Periode pelaporan dalam perhitungan pemenuhan
GWM didasarkan pada DPK bank dengan rincian sebagai berikut:
No Periode Pelaporan GWM Periode DPK Pembanding

1 Tanggal 1-7 Rata-rata harian jumlah DPK dalam masa


laporan sejak tanggal 16-23 bulan sebelumnya

2 Tanggal 8-15 Rata-rata harian jumlah DPK dalam masa


laporan sejak tanggal 24 sampai dengan
tanggal akhir bilan sebelumnya

3 Tanggal 16-23 Rata-rata harian jumlah DPK dalam masa


laporan sejak tanggal 1-7 bulan yang sama

4 Tanggal 24 sampai tanggal Rata-rata harian jumlah DPK dalam masa


akhir bulan laporan sejak tanggal 8-15 bulan yang sama

1. Perhitungan GWM Primer


Perhitungan pemenuhan persentase GWM primer adalah sebagai berikut:

Jumlah harian saldo Rekening Giro Bank yang tercatat di Bank


Indonesia setiap hari dalam satu masa laporan
𝑥 100%
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐷𝑃𝐾 𝐵𝑎𝑛𝑘 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑚𝑎𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎
𝑑𝑢𝑎 𝑚𝑎𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚𝑛𝑦𝑎

2. Perhitungan GWM Sekunder


GWM sekunder merupakan persentase cadangan yang harus disediakan oleh bank di
Bank Indonesia dalam bentuk surat berharga, antara lain:
a. Sertifikat Bank Indonesia
b. Sertifikat Deposito Bank Indonesia
c. Surat Utang Negara
d. Excess Reserve

SBI, SDBI, SUN, dan SBSN yang digunakan dalam perhitungan GWM
sekunder adalah SBI, SDBI, SUN, dan SBSN untuk seluruh jenis dan jangka waktu,
namun tidak termasuk SUN dan SBSN yang tidak dapat diperdagangkan
(untradeable). Nilai yang digunakan adalah nilai pasar yang tercatat pada rekening
surat berharga bank di BI-RTGS pada saat cut off time atau pada posisi akhir hari
baik dalam sub-rekening investasi dan/atau sub-rekening perdagangan, namun tidak
termasuk SBI,SUN, dan SBSN milik bank yang tercatat pada rekening surat
berharga sub-registry. SBI, SDBI, SUN, SBSN, dan/atau excess reserve dihitung
setiap akhir hari dalam satu masa laporan terhadap rata-rata harian jumlah DPK
dalam satu masa laporan pada dua masa laporan sebelumnya GWN swkunder
ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 4% dari DPK. Perhitungan pemenuhan
persentase GWM sekunder dalam rupiah adalah sebagai berikut:

SBI + SDBI + SUN + SBSN + excess reserve


𝑥 100%
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐷𝑃𝐾 𝑏𝑎𝑛𝑘 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑚𝑎𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑛
𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑑𝑢𝑎 𝑚𝑎𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑖𝑚𝑛𝑦𝑎

3. Perhitungan GWM LDR


Dalam perhitungan GWM LDR ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi antara
lain:
a. Besaran dan parameter acuan, antara lain:
1) Batas bawah LDR target sebesar 78%
2) Batas atas LDR target sebesar 92%
3) KPMM insentif, yang merupakan KPMM yang ditetapkan oleh Bank
Indonesoa untuk menghitung GWM insentif, yaitu sebesar 14%
4) Parameter disinsentif bawah sebesar 0,1
5) Parameter disinsentif atas sebesar 0,2

Parameter disinsentif adalah parameter pengali yang digunakan dalam perhitungan


GWM LDR bagi bank yang memiliki LDR kurang atau lebih dari batas bawah LDR
target. Apabila diperlukan, Bank Indonesia sewaktu-waktu dapat mengubah besaran
dan parameter yang telah ditentukan.
Perhitungan pemenuhan persentase GWM LDR adalah sebagai berikut
 Bagi bank yang memiliki LDR kurang dari batas bawah LDR
Parameter Disinsentif Bawah x
(Batas bawah LDR Target – LDR Bank) x DPK dalam rupiah
 Bagi bank yang memiliki LDR lebih dari batas atas LDR
Parameter Disinsentif Atas x
(LDR Bank – Batas atas LDR Target) x DPK dalam rupiah

b. Dasar Perhitungan LDR Bank


LDR Bank yang digunakan sebagai dasar perhitungan GWM LDR dalam rupiah
didasarkan pada pos-pos neraca mingguan laporan berkala bank umum posisi
akhir tanggal laporan pada dua masa laporan sebelumnya.

No Periode Pelaporan GWM LDR Dasar Perhitungan GWM LDR

1 Tanggal 1-7 LDR dalam masa laporan sejak tanggal 16-23


bulan sebelumnya

2 Tanggal 8-15 LDR dalam masa laporan sejak tanggal 24


sampai dengan tanggal akhir bilan
sebelumnya

3 Tanggal 16-23 LDR dalam masa laporan sejak tanggal 1-7


bulan yang sama

4 Tanggal 24 sampai tanggal LDR dalam masa laporan sejak tanggal 8-15
akhir bulan bulan yang sama

c. Ketentuan KPMM

KPMM triwulan hasil perhitungan Bank Indonesia yang digunakan sebagai


dasar perhitungan GWM LDR dalam rupiah merupakan hasil olahan system
aplikasi yang digunakan Bank Indonesia dalam rangka pengawasan berdasarkan
laporan yang disampaikan oleh bank dan telah dilakukan penyesuaian apabila
diperlukan oleh Bank Indonesia, untuk posisi tanggal akhir Maret, Juni, September,
dan Desember.
No Periode Pelaporan GWM LDR Dasar Perhitungan GWM LDR

1 Desember, Januari, Februari KPMM posisi tanggal akhir September tahun


sebelumnya

2 Maret, April, Mei KPMM posisi tanggal akhir Desember tahun


sebelumnya

3 Juni, Juli, Agustus KPMM posisi tanggal akhir Maret tahun yang
sama

4 September, Oktober, November KPMM posisi tanggal akhir Juni tahun yang
sama

d. Kriteria perhitungan GWM LDR


1) Dalam hal LDR bank berada dalam kisaran LDR target maka GWM
LDR bank adalah 0% dari DPK dalam rupiah
2) Dalam hal LDR bank lebih kecil dari batas bawah LDR target maka
GWM LDR merupakan hasil perkalian antara parameter disinsentif
bawah, selisih antara batas bawah LDR target dan LDR Bank, dan DPK
dalam rupiah.
3) Dalam hal LDR bank lebih besar dari batas LDR target dan KPMM bank
lebih kecil dari KPMM insentif maka GWM LDR merupakan hasil
perkalian antara parameter disinsentif atas, selisih antara LDR bank dan
batas atas LDR target, dan DPK dalam rupiah.
4) Dalam hal LDR bank lebih besar dari batas atas LDR target dan KPMM
bank sama atau lebih besar dari KPMM insentif, maka GWM LDR bank
adalah sebesar 0% dari DPK dalam rupiah.
4. Perhitungan GWM Valuta Asing
Perhitungan pemenuhan presentase GWM valuta asing adalah sebagai berikut:

Jumlah harian saldo Rekening Giro Valuta asing yang tercatat


di Bank Indonesia setiap hari dalam satu masa laporan
𝑥 100%
Rata − rata harian jumlah DPK Bank dalam satu masa laporan
pada dua masa laporan sebelumnya
5. Jasa Giro

Bank Indonesia memberi jasa giro setiap hari kerja terhadap bagian tertentu dari
pemenuhan kewajiban GWM primer dalam rupiah dengan tingkat bunga sebesar 2,5% per
tahun. Bagian tertentu tersebut ditetapkan sebesar 3% dari DPK dalam rupiah.
1
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑗𝑎𝑠𝑎 𝑔𝑖𝑟𝑜 ℎ𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 = [1 + 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑎𝑛} { }− 1
360
= {1+2,5%} {1/360} – 1
= 0,686%
Jasa giro diberikan apabila bank telah memenuhi seluruh kewajiban GWM dalam
rupiah, yaitu GWM primer, GWM sekunder, dan GWM LDR. Pemberian jasa giro
dilaksanakan dengan mengkredit rekening giro rupiah bank pada Bank Indonesia dengan
ketentuan sebagai berikut:

No Periode Pemberian Jasa Giro Batas Akhir Pengkreditan


1 Tanggal 1-7 Dua hari kerja setelah tanggal 7 bulan yang sama
2 Tanggal 8-15 Dua hari kerja setelah tanggal 15 bulan yang sama
3 Tanggal 16-23 Dua hari kerja setelah tanggal 23 bulan yang sama
4 Tanggal 24 sampai dengan Dua hari kerja setelah tanggal akhir bualan
akhir bulan

Bank hanya akan memperoleh jasa giro pada tanggal di mana seluruh kewajiban GWM
dalam rupiah telah terpenuhi.
Apabila di kemudian hari diketahui terjadi kekurangan atau kelebihan dalam
pengkreditan yang terkait dengan pemberian jasa giro, Bank Indonesia dapat langsung
mengkredit atau mendebet rekening giro bank yang bersangkutan sesuai ketentuan Bank
Indonesia mengenai system Bank Indonesia real time gross settlement. Kebijakan pemberian
jasa giro dan/atau persentase jasa giro juga dapat diubah sewaktu-waktu oleh Bank Indonesia
dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian dan arah kebijakan Bank Indonesia.
D. Penyertaan Modal

Khusus dalam bidang Perbankan, pengertian Penyertaan Modal adalah penanaman dan
Bank dalam bentuk saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, termasuk
penanaman dalam bentuk surat utang konversi (convertible bonds) dengan opsi saham (equity
options) atau jenis transaksi tertentu yang berakibat Banl memiliki atau akan memiliki saham
pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Sedangkan Penyertaan Modal Sementara
adalah penyetoran modal oleh Bank dalam perusahaan Debitur untuk mengatasi kegagalan
kredit (debt to equity swap) sebagaimana dimaksud dalam ketentuang Bank Indonesia yang
berlaku, termasuk dalam bentuk surat konversi (convertible bonds) dengan opsi saham (equity
options) atau jenis transaksi tertentu yang berakibat Bank memiliki atau akan memiliki saham
pada perusahaan Debitur.
Bank yang akan melakukan Penyertaan Modal paling kurang harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1. Rencana Penyertaan Modal telah dicantumkan dalam Rencana Bisnis Bank (RBB);
2. Memenuhi rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sesuai profil
risiko sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai kewajiban
penyediaan modal minimum Bank;
3. Memiliki tingkat kesehatan dengan peringkat komposit 1 (satu) atau 2 (dua)
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian
tingkat kesehatan Bank, selama:
a. 3 (tiga) periode penilaian berturut-turut; atau
b. 4 (empat) periode penilaian berturut-turut apabila calon Investee merupakan
perusahaan baru dan/atau perusahaan di luar negeri;
4. Tidak mengganggu kelangsungan usaha Bank dan tidak meningkatkan profil risiko
Bank secara signifikan;
5. Memiliki kebijakan dan prosedur tertulis yang dibuat oleh Direksi Bank dan
disetujui oleh Dewan Komisaris Bank; dan
6. Memiliki sistem pengendalian intern yang memadai untuk kegiatan Penyertaan
Modal, paling kurang untuk memastikan bahwa terdapat:
a. Analisis yang dilakukan secara komprehensif;
b. Prosedur pelaksanaan yang sesuai dengan prinsip manajemen risiko;
c. Dokumentasi dan pemantauan secara periodik; dan
d. Prosedur akuntansi dan valuasi yang tepat
E. Penyediaan Modal

Kewajiban penyediaan modal minimum baik diukur dari presentase tertentu terhadap
aktiva tertimbang menurut risiko. Sejalan dengan standar yang ditetapkan oleh penempatan
Bank Internasional terhadap seluruh bank di Indonesia diwajibkan untuk menyediakan
modal minimum sebesar 8% (delapan perseratus). Untuk memberikan kesempatan kepada
perbankan melakukan penyesuaian permodalannya berdasarkan ketentuan ini, maka
pemenuhan kewajiban penyediaan modal minimum sebesar 8% dapat dilakukan secara
bertahap yaitu sekurang-kurangnya:
1. 3% sejak akhir Maret 1992

2. 7%, sejak akhir Maret 1993

3. 8% sejak akhir Desember 1993.

Sejalan dengan prinsip tersebut meskipun modal bank telah memenuhi minimum
sebesar 8% dan‘ aktiva tertimbang menurut risiko, namun apabila menurut penilaian bank
atau Bank Indonesia terdapat faktor lain yang dapat menambah risiko di luar risiko-risiko
yang telah dihitung secara kuantitatif, maka bank perlu menyediakan modal yang lebih
besar dari 8%.

- Permodalan Bank Umum

Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/33/ KEP/DIR dan
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/ 34/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999,
untuk mendirikan Bank Umum yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional dan
berdasarkan prinsip syariah dipersyaratkan modal disetor sekurang kurangnya sebesar Rp
3.000.000.000.000,00 (tiga triliun rupiah). Untuk Bank Umum yang berbentuk hukum
koperasi, modal disetornya berupa simpanan pokok, simpanan wajib, dan hibah
sebagaimana diatur dalam Undang Undang tentang Perkoperasian. Sementara itu, untuk
Bank Umum yang berbentuk hukum perusahaan daerah, berdasarkan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1992, ketentuan modalnya ditentukan:
a. Modal dasar bank ditetapkan sesuai dengan kondisi dan kemampuan daerah yang
perubahannya ditetapkan peraturan daerah;

b. Modal bank sebagian besar merupakan penyertaan dari pemerintah daerah yang berasal
dari kekayaan pemerintah daerah yang dipisahkan;

c. Penyertaan modal pihak ketiga dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku.

- Permodalan Bank Perkreditan Rakyat

Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/35/ REP/DIR dan
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/ 36/KEP/D1R tanggal 12 Mei 1999,
untuk mendirikan Bank Perkre ditan Rakyat yang melakukan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, dipersyaratkan modal disetor sekurang
kurangnya sebesar:
a. Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) untuk Bank Perkreditan Rakyat yang didirikan
di wilayah DKI Jakarta Raya dan Kabupaten/ Kotamadya Tangerang, Bogor, Bekasi,
dan Kerawang;

b. Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) untuk Bank Perkreditan Rakyat yang


didirikan di wilayah ibukota propinsi di luar wilayah DKI Jakarta Raya dan
Kabupaten/Kotamadya Tangerang, Bogor, Bekasi, dan Kerawang;

c. Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) untuk Bank Perkreditan Rakyat yang
didirikan di luar wilayah tersebut di atas.

Bagi Bank Perkreditan Rakyat yang berbentuk hukum koperasi, modal disetornya berupa
simpanan pokok, simpanan wajib, dan hibah sebagaimana diatur dalam Undang-undang
tentang Perkoperasian.
Referensi :

Fahmi,Irham.2015.Manajemen Perbankan Konvesional & Syariah.Jakarta:Mitra Wacana


Media.
Ikatan Bankir Indonesia dan Ikatan Auditor Intern Bank.2018.Memahami Audit Intern
Bank.Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama.
Abdullah, Thamrin dan Sintha Wahjusaputri. 2018. Bank & Lembaga Keuangan Edisi 2.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/11/PBI/2013 Tentang Prinsip Kehati-hatian dalam
Kegiatan Penyertaan Modal.

Anda mungkin juga menyukai