“SAP 2”
“Sumber dan Penggunaan Dana Bank”
Oleh :
Desa Ketut Rta Dewi (1707521084)
Ni Kadek Anggreni (1707521103)
I Komang Agus Adi Swara Putra (1707521109)
Selain sebagai cadangan dana bank juga berfungsi sebagai investasi. Investasi akan
ditempatkan pada tempat yang memiliki profitable baik pada financial investment
(investasi pada surat berharga) maupun real investment (investasi pada fixed assets seperti
tanah). Real investment memiliki tingkat risiko yang lebih rendah namun umumnya
memiliki tingkat likuiditas yang rendah (sulit diuangkan secara cepat).
Dana bank juga digunakan untuk kredit yang merupakan pendapatan keuntungan
tertinggi yang mencapai 90%. Dengan begitu bank sangat berhati – hati dalam menentukan
siapa yang berhak menerima kredit agar tidak terjadi kredit macet. Kredit macet sangat
berdampak negative pada bank selain menurunkan penerimaan kejadian ini juga dapat
menurunkan reputasi bank karena dianggap gegabah dalam mengambil keputusan.
C. Giro Wajib Minimum
a. Pokok-pokok Pengaturan
Setiap bank umum diwajibkan untuk memenuhi Giro Wajib Minimum [GWM]
dalam rupiah. Sementara bagi bank yang sudah bertatus bank devisa, diwajibkan juga
untuk memenuhi GWM dalam valuta asing.
1. Pemenuhan GWM primer dalam rupiah sebesar 8% [delapan persen] dari DPK dalam
rupiah.
2. Pemenuhan GWM primer dalam valuta asing sebesar 8% [delapan persen] dari DPK
dalam valuta asing.
- Sebesar 25% dari BPK dalam rupiah sampai dengan 30 September 2013;
- Sebesar 3,5% dari DPK dalam rupiah sejak 1 November 2013 sampai dengan
tanggal 1 Desember 2013;
c. Penetapan nilai SBI, SDBI, dan SBN yang dimiliki bank dilakukan berdasarkan
data yang tercatat pada rekening surat berharga bank di Bl-RTGS pada posisi akhir
hari yaitu pada saatcut offtime BI RTGS.
d. Nilai SBI, SDBI, dan SBN gang digunakan dalam perhitungan GWM sekunder
dalam rupiah adalah nilai pasar [market value] yang tercantum di Bl-RTGS.
4) Bank gang memiliki LDR kurang dari batas bawah LDR target diberikan
disinsentifGWM LDR sebesar perkalian antara parameter disinsentif bawah
[saat ini sebesar 0,1], selisih antara batas bawah LDR target dan LDR bank, dan
Dana Pihak Ketiga [DPK] dalam rupiah.
5) Bank gang memiliki LDR lebih dari batas atas LDR target dan memiliki KPMM
lebih kecil dari KPMM insentif [saat ini ditetapkan 14%] akan dikenakan
disinsentif GWM LDR sebesar perkalian parameter disinsentif atas [saat ini
sebesar 0,2]. selisih antara LDR bank dan batas atas LDR target, dan DPK
dalam rupiah.
6) Bank gang memiliki LDR lebih dari batas atas LDR target na mun memiliki
KPMM sama atau lebih besardari KPMM insentif [saat ini ditetapkan 14%],
maka kewajiban pemenuhan GWM LDR sebesar 0%.
b. Perhitungan LDR bank diperoleh dari pos pos neraca mingguan yang disampaikan
bank kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank
Indonesia mengenai laporan berkala bank umum.
b. Periode Pelaporan
GWM dihitung dengan membandingkan saldo rekening giro bank pada Bank
Indonesia atau jumlah surat berharga yang dimiliki setiap akhir hari dalam satu
masa laporan terhadap rata-rata harian jumlah DPK dalam satu masa laporan pada
dua masa laporan sebelumnya. Periode pelaporan dalam perhitungan pemenuhan
GWM didasarkan pada DPK bank dengan rincian sebagai berikut:
No Periode Pelaporan GWM Periode DPK Pembanding
SBI, SDBI, SUN, dan SBSN yang digunakan dalam perhitungan GWM
sekunder adalah SBI, SDBI, SUN, dan SBSN untuk seluruh jenis dan jangka waktu,
namun tidak termasuk SUN dan SBSN yang tidak dapat diperdagangkan
(untradeable). Nilai yang digunakan adalah nilai pasar yang tercatat pada rekening
surat berharga bank di BI-RTGS pada saat cut off time atau pada posisi akhir hari
baik dalam sub-rekening investasi dan/atau sub-rekening perdagangan, namun tidak
termasuk SBI,SUN, dan SBSN milik bank yang tercatat pada rekening surat
berharga sub-registry. SBI, SDBI, SUN, SBSN, dan/atau excess reserve dihitung
setiap akhir hari dalam satu masa laporan terhadap rata-rata harian jumlah DPK
dalam satu masa laporan pada dua masa laporan sebelumnya GWN swkunder
ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 4% dari DPK. Perhitungan pemenuhan
persentase GWM sekunder dalam rupiah adalah sebagai berikut:
4 Tanggal 24 sampai tanggal LDR dalam masa laporan sejak tanggal 8-15
akhir bulan bulan yang sama
c. Ketentuan KPMM
3 Juni, Juli, Agustus KPMM posisi tanggal akhir Maret tahun yang
sama
4 September, Oktober, November KPMM posisi tanggal akhir Juni tahun yang
sama
Bank Indonesia memberi jasa giro setiap hari kerja terhadap bagian tertentu dari
pemenuhan kewajiban GWM primer dalam rupiah dengan tingkat bunga sebesar 2,5% per
tahun. Bagian tertentu tersebut ditetapkan sebesar 3% dari DPK dalam rupiah.
1
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑗𝑎𝑠𝑎 𝑔𝑖𝑟𝑜 ℎ𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 = [1 + 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑎𝑛} { }− 1
360
= {1+2,5%} {1/360} – 1
= 0,686%
Jasa giro diberikan apabila bank telah memenuhi seluruh kewajiban GWM dalam
rupiah, yaitu GWM primer, GWM sekunder, dan GWM LDR. Pemberian jasa giro
dilaksanakan dengan mengkredit rekening giro rupiah bank pada Bank Indonesia dengan
ketentuan sebagai berikut:
Bank hanya akan memperoleh jasa giro pada tanggal di mana seluruh kewajiban GWM
dalam rupiah telah terpenuhi.
Apabila di kemudian hari diketahui terjadi kekurangan atau kelebihan dalam
pengkreditan yang terkait dengan pemberian jasa giro, Bank Indonesia dapat langsung
mengkredit atau mendebet rekening giro bank yang bersangkutan sesuai ketentuan Bank
Indonesia mengenai system Bank Indonesia real time gross settlement. Kebijakan pemberian
jasa giro dan/atau persentase jasa giro juga dapat diubah sewaktu-waktu oleh Bank Indonesia
dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian dan arah kebijakan Bank Indonesia.
D. Penyertaan Modal
Khusus dalam bidang Perbankan, pengertian Penyertaan Modal adalah penanaman dan
Bank dalam bentuk saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, termasuk
penanaman dalam bentuk surat utang konversi (convertible bonds) dengan opsi saham (equity
options) atau jenis transaksi tertentu yang berakibat Banl memiliki atau akan memiliki saham
pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Sedangkan Penyertaan Modal Sementara
adalah penyetoran modal oleh Bank dalam perusahaan Debitur untuk mengatasi kegagalan
kredit (debt to equity swap) sebagaimana dimaksud dalam ketentuang Bank Indonesia yang
berlaku, termasuk dalam bentuk surat konversi (convertible bonds) dengan opsi saham (equity
options) atau jenis transaksi tertentu yang berakibat Bank memiliki atau akan memiliki saham
pada perusahaan Debitur.
Bank yang akan melakukan Penyertaan Modal paling kurang harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1. Rencana Penyertaan Modal telah dicantumkan dalam Rencana Bisnis Bank (RBB);
2. Memenuhi rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sesuai profil
risiko sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai kewajiban
penyediaan modal minimum Bank;
3. Memiliki tingkat kesehatan dengan peringkat komposit 1 (satu) atau 2 (dua)
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian
tingkat kesehatan Bank, selama:
a. 3 (tiga) periode penilaian berturut-turut; atau
b. 4 (empat) periode penilaian berturut-turut apabila calon Investee merupakan
perusahaan baru dan/atau perusahaan di luar negeri;
4. Tidak mengganggu kelangsungan usaha Bank dan tidak meningkatkan profil risiko
Bank secara signifikan;
5. Memiliki kebijakan dan prosedur tertulis yang dibuat oleh Direksi Bank dan
disetujui oleh Dewan Komisaris Bank; dan
6. Memiliki sistem pengendalian intern yang memadai untuk kegiatan Penyertaan
Modal, paling kurang untuk memastikan bahwa terdapat:
a. Analisis yang dilakukan secara komprehensif;
b. Prosedur pelaksanaan yang sesuai dengan prinsip manajemen risiko;
c. Dokumentasi dan pemantauan secara periodik; dan
d. Prosedur akuntansi dan valuasi yang tepat
E. Penyediaan Modal
Kewajiban penyediaan modal minimum baik diukur dari presentase tertentu terhadap
aktiva tertimbang menurut risiko. Sejalan dengan standar yang ditetapkan oleh penempatan
Bank Internasional terhadap seluruh bank di Indonesia diwajibkan untuk menyediakan
modal minimum sebesar 8% (delapan perseratus). Untuk memberikan kesempatan kepada
perbankan melakukan penyesuaian permodalannya berdasarkan ketentuan ini, maka
pemenuhan kewajiban penyediaan modal minimum sebesar 8% dapat dilakukan secara
bertahap yaitu sekurang-kurangnya:
1. 3% sejak akhir Maret 1992
Sejalan dengan prinsip tersebut meskipun modal bank telah memenuhi minimum
sebesar 8% dan‘ aktiva tertimbang menurut risiko, namun apabila menurut penilaian bank
atau Bank Indonesia terdapat faktor lain yang dapat menambah risiko di luar risiko-risiko
yang telah dihitung secara kuantitatif, maka bank perlu menyediakan modal yang lebih
besar dari 8%.
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/33/ KEP/DIR dan
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/ 34/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999,
untuk mendirikan Bank Umum yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional dan
berdasarkan prinsip syariah dipersyaratkan modal disetor sekurang kurangnya sebesar Rp
3.000.000.000.000,00 (tiga triliun rupiah). Untuk Bank Umum yang berbentuk hukum
koperasi, modal disetornya berupa simpanan pokok, simpanan wajib, dan hibah
sebagaimana diatur dalam Undang Undang tentang Perkoperasian. Sementara itu, untuk
Bank Umum yang berbentuk hukum perusahaan daerah, berdasarkan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1992, ketentuan modalnya ditentukan:
a. Modal dasar bank ditetapkan sesuai dengan kondisi dan kemampuan daerah yang
perubahannya ditetapkan peraturan daerah;
b. Modal bank sebagian besar merupakan penyertaan dari pemerintah daerah yang berasal
dari kekayaan pemerintah daerah yang dipisahkan;
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/35/ REP/DIR dan
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/ 36/KEP/D1R tanggal 12 Mei 1999,
untuk mendirikan Bank Perkre ditan Rakyat yang melakukan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, dipersyaratkan modal disetor sekurang
kurangnya sebesar:
a. Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) untuk Bank Perkreditan Rakyat yang didirikan
di wilayah DKI Jakarta Raya dan Kabupaten/ Kotamadya Tangerang, Bogor, Bekasi,
dan Kerawang;
c. Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) untuk Bank Perkreditan Rakyat yang
didirikan di luar wilayah tersebut di atas.
Bagi Bank Perkreditan Rakyat yang berbentuk hukum koperasi, modal disetornya berupa
simpanan pokok, simpanan wajib, dan hibah sebagaimana diatur dalam Undang-undang
tentang Perkoperasian.
Referensi :