PENDAHULUAN
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcopotes Scabiei var. hominis dan produknya. Penyakit ini ditandai
dengan gatal pada malam hari, mengenai sekelompok orang, dengan tempat
predileksi di lipatan kulit yang tipis, hangat dan lembab. Gejala klinis dapat terlihat
polimorfik tersebar di seluruh badan.1 Sarcopotes Scabiei var.hominis termasuk pada
filum Arthropoda kelas Arachnida, ordo Acari, family Sarcoptidae merupakan tungau
yang ditemukan pada manusia yang memiliki bentuk oval, punggung cembung, perut
rata, dan mempunyai 8 kaki dan tungau ini memiliki ukuran kecil. Tungau akan
menggali kedalam lapisan kulit teratas namun tidak akan melebihi dari stratum
korneum. Terowongan yang digalih oleh tungau ini akan berbentuk garis seperti ular
yang berwarna keabu-abuan dan dapat berukuran 1 cm atau lebih.2
Cara penularan penyakit ini dapat melalui kontak langsung kulit dengan kulit
misalnya hubungan seksual, berjabat tangan dan tidur bersama atau secara tidak
langsung (melalui benda) misalnya dengan berbagi pakaian, handuk seprai, bantal
dan lain-lain. Penularan antara anggota keluarga dan orang-orang terdekat sangat
sering terjadi.3 Diagnosis pada skabies adalah dengan menemukan 2 dari 4 tanda
kardinal yaitu pruritus nokturna artinya gatal dimalam hari, menyerang sekelompok
orang misalnya sebuah keluarga, adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat
predileksi yang berwarna keputihan atau kebau-abuan, serta ditemukannya tungau
pada pemeriksaan penunjang tungau yang ditemukan dapat satu atau lebih.1
1
iklim panas dan tropis. Skabies merupakan endemik di lingkungan yang padat
penduduk dan miskin.4 Menurut Departemen Kesehetan RI prevalensi skabies di
Indonesia pada tahun 2009 adalah 4,6%-12,9% dan skabies menduduki urutan ketiga
dari 12 penyakit kulit tersering yang di jumpai. Terdapat 704 kasus skabies yang
merupakan 5,77% dari seluruh kasus baru.5 Juliver Gabriel dkk menemukan bahwa
dari 4099 penderita penyakit kulit yang datang berobat di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado terdapat 60 penderita skabies (1,46%), terbanyak pada kelompok
usia 15-24 tahun (16 orang).6 Berdasarkan dari uraian diatas maka dapat diketahui
bahwa skabies merupakan penyakit kulit yang sering ditemukan di negara beriklim
tropis seperti Indonesia itulah mengapa penulis tertarik untuk membuat laporan kasus
mengenai skabies.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. DT
Umur : 36 tahun
TTL : Lolah, 1 Desember 1981
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Lolah satu jaga IX, Tombariri
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku : Minahasa
Agama : Katolik
Pasien Konsul : 4 Agustus 2018
Ho. HP : 085256776581
B. Anamnesis
Keluhan Utama
Bercak kehitaman pada hampir seluruh tubuh sejak 3 minggu yang lalu.
3
ada dan luka di kaki pasien sudah mulai mengering. Pasien saat ini dirawat di
irina F neuro dengan penurunan kesadaran ec SOL intracranial.
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan, obat-obatan maupun debu.
Riwayat Atopi
Pasien tidak memiliki riwayat asma dan riwayat bersin-bersin pada pagi hari.
Riwayat Kebiasaan
Pasien tinggal dirumah orang tuanya dan tinggal 6 orang dalam rumah. Pasien
mengaku jarang mandi dan jarang menjemur kasur. Pasien tidur bersama suami
dan anaknya di ruangan yang sama.
4
C. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 61 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,6°C
Tinggi badan : 158 cm
Berat badan : 55 kg
BMI : 22.03
Status Gizi : Normal
Kepala
Mata : Konjungtiva anemis (-), Sklera Ikterik (-)
Hidung : Sekret (-), Saddle Nose (-)
Mulut : Karies gigi (-)
Leher
Trakea letak tengah, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thoraks
Cor : SI-II Reguler, bising (-), murmur (-)
Pulmo : Simetris, retraksi (-), Sp. Vesikuler, Rh -/- , Wh -/-
Abdomen
Datar, lemas, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-).
Hepar / Lien : Tidak teraba.
Inguinalis
Pembesaran KGB : (-)
Ekstremitas
Akral hangat, edema (-), CRT <2 detik.
5
Status Dermatologis
Generalisata: Makula hiperpigmentasi, multiple, berbatas difus
Regio dorsum pedis dekstra makula hiperpigmentasi, multiple, berbatas difus,
erosi (+), Krusta (+)
6
Gambar 4. Lesi pada regio abdominalis
D. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan mikroskopis kerokan kulit tidak ditemukan parasit, telur
ataupun kotoran (skibala)
E. Diagnosis
Skabies + Infeksi Sekunder
F. Diagnosis Banding
- Prurigo
- Pedikulosis korporis
- Dermatitis
7
G. Penatalaksanaan
- Permethrin 5% 1x oles selama 10 jam
- Asam fusidat cream 2x oles
- Cetirizine 10 mg 1x1 PO
H. Edukasi
- Mandi dengan air hangat dan keringkan badan;
- Pengobatan skabisid topikal yang dioleskan di seluruh kulit, kecuali wajah,
sebaiknya dilakukan pada malam hari sebelum tidur;
- Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan;
- Ganti pakaian, handuk, sprei yang digunakan, dan cuci teratur, bila perlu
direndam dengan air panas karena tungau akan mati pada suhu 130o C;
- Hindari penggunaan pakaian, handuk, seprai bersama anggota keluarga
serumah;
- Setelah periode waktu yang dianjurkan, segera bersihkan skabisid dan tidak
boleh mengulangi penggunaan skabisid yang berlebihan setelah seminggu
sampai dengan 4 minggu yang akan datang; dan
- Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan pengobatan yang
sama dan ikut menjaga kebersihan.
I. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad Fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
8
BAB III
PEMBAHASAN
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiel var. hominis dan produknya. Penyakit ini ditandai gatal
malam hari, mengenai sekelompok orang, dengan tempat predileksi di lipatan kulit
yang tipis, hangat dan lembab. Cara penularan dapat kontak langsung (kulit dengan
kulit) maupun kontak tidak langsung (melalui benda misalnya pakaian, handuk, sprei,
bantal dan lain-lain).1
9
ditemukan bila belum ada infeksi sekunder. Ketika menggali terowongan, tungau
mengeluarkan sekret yang dapat melisiskan stratum korneum. Sekret tersebut akan
menyebabkan sensitisasi sehingga menimbulkan lesi sekunder. Lesi primer pada
infeksi skabies sangat menular melalui jatuhnya krusta yang berisi tungau. Krusta
tersebut menyediakan makanan dan perlindungan bagi tungau yang memungkinkan
mereka untuk bertahan hidup.9
10
pruritus nokturna pada kasus skabies disebabkan oleh aktivitas skabies lebih tinggi
pada suhu yang lebih lembab dan panas.1
Lokasi predileksi skabies dominan pada daerah kulit yang memiliki stratum
korneum yang relatif longgar dan tipis dikarenakan siklus hidup skabies yang sangat
bergantung pada kemampuannya meletakan telur, larva dan nimfa didalam stratum
korneum seperti sela jari tangan, pergelangan tangan, ketiak, sekitar pusar, paha
bagian dalam, genitalia pria dan bokong. Efloresensi/sifat dari lesi akibat skabies
adalah wujud kelainan kulit pada skabies dapat berupa papula dan vesikel miliar
sampai lenticular disertai eksoriasi (scratch mark). Jika terjadi infeksi sekunder
tampak pustula lenticular.10-12
Pada pasien ini diberikan pengobatan topikal dan sistemik. Pada terapi
sistemik diberikan antihistamin yaitu cetirizine untuk mendapatkan efek anti
pruritusnya. Pada terapi lokal diberikan krim permetrin 5% yang fungsinya sebagai
skabisid. Dipilih permetrin krim karena sifat skabisidnya sangat baik serta aman
karena efek toksisitasnya sangat rendah, dan kemungkinan keracunan karena salah
penggunaan sangat kecil.14 Selain itu krim permethrin juga dapat membunuh telur
11
dari parasit.7 Penelitian yang dilakukan oleh Celestyna Mila dkk juga menemukan
bahwa terapi skabies menggunakan krim permethrin menunjukan perbaikan yang
lebih cepat dibandingkan dengan crotamiton dan sulfer ointment.15 Pada pasien ini
juga diberikan terapi Asam Fusidat 2% krim, dimana mekanisme kerjanya
menghambat sintesis protein sehingga mencegah pertumbuhaan bakteri terutama
bakteri gram positif pada daerah lesi, agar tidak terjadi infeksi sekunder.
Penatalaksanaan lainnya meliputi edukasi bagi pasien dan seluruh anggota keluarga
atau orang yang dekat dengan penderita, yaitu:
- Mandi dengan air hangat dan keringkan badan;
- Pengobatan skabisid topikal yang dioleskan di seluruh kulit, kecuali wajah,
sebaiknya dilakukan pada malam hari sebelum tidur;
- Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan;
- Ganti pakaian, handuk, sprei yang digunakan, dan cuci teratur, bila perlu
direndam dengan air panas karena tungau akan mati pada suhu 130o C;
- Hindari penggunaan pakaian, handuk, seprai bersama anggota keluarga
serumah;
- Setelah periode waktu yang dianjurkan, segera bersihkan skabisid dan tidak
boleh mengulangi penggunaan skabisid yang berlebihan setelah seminggu
sampai dengan 4 minggu yang akan datang; dan
- Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan pengobatan yang
sama dan ikut menjaga kebersihan.
Prognosis dari skabies pada umumnya baik bila diobati dengan benar dan juga
menghindari faktor pencetus dan predisposisi. Penatalaksanaan tidak hanya berfokus
pada pasien tetapi juga orang-orang yang kontak langsung atau dekat dengan
penderita melalui edukasi atau bahkan skabisid topikal bila perlu bertujuan untuk
mencegah penyebaran karena seseorang dapat mengandung tungau skabies yang
masih dalam periode inkubasi asimptomatik.1,2,16
12
BAB IV
PENUTUP
13
DAFTAR PUSTAKA
14
13. Salvastru CM, Chosidow O, Boffa MJ, Janier M, Tiplica GS. European
Guideline for the Management of Scabies. Journal of the European Academy
of Dermatology and Venerology. 2017; 31: h. 1248-53.
14. Ayerbe FJ, Munoz JB. Ivermectin for crusted Norwegian scabies induced by
use of topical steroids. Arch Dermatol 1998;134:143-5
15. Kerzenkowska CM, Wozniak A, Malinow EK, Kaluzna L, Wesolowski R,
Pocwiardowski W, et al. Comparative Efficacy of Topical Permethrin,
Crotaminton and Sulfur Ointment in Treatment of Scabies. J Arthropod-Borne
Dis. 2017;11(1): h. 1-9
16. American Academy of Dermatology. Scabies [Internet]. 2015. [cited 2018
Agust 10]. Available from: https://www.aad.org/dermatology-a-to-z/diseases-
andtreatments/scabies
15