Anda di halaman 1dari 15

Portofolio Home Visit

No. ID dan Nama Peserta : Tuan YW

Topik: TUBERKULOSIS PARU

Nama Pasien: Tuan YW No.RM -

Tanggal Kunjungan: 07 FEBRUARI 2019 Pendamping : Dr. dr. Gustaaf A. E. Ratag, MPH

dr. Dina V. Rombot, M.Kes

Tempat: Puskesmas Tikala Baru

□ Keilmuan  □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan pustaka


□ Diagnostik  □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia  □ Bumil
□ Deskripsi: Laki-laki 66 tahun datang dengan keluhan batuk-batuk lama.
□ Tujuan: Mendapatkan pengobatan
Bahan bahasan: □ Tinjauan pustaka □ Riset □ Kasus  □ Audit

Cara membahas: □ Diskusi □ Presentasi dan diskusi □ E-mail □ Pos

Data pasien: Nama: Tuan YW No registrasi:

Nama klinik: Telp: Terdaftar sejak:

Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis/Gambaran Klinis: Tuberkulosis paru


Batuk-batuk sejak ± 4 bulan lalu selama lebih dari 2 minggu,
batuk berdarah campur lendir, demam sumer-sumer, penurunan berat
badan, keringat di malam hari, sesak jika beraktivitas berat.
2. Riwayat Pengobatan: pasien belum pernah mendapat pengobatan TB
3. Riwayat kesehatan/Penyakit: Belum pernah didiagnosa TB paru sebelumnya
4. Riwayat keluarga: Hanya penderita yang mendapat penyakit seperti ini.
5. Riwayat pekerjaan: Pensiunan
6. Lain-lain: penderita mengaku pernah kontak dengan tetangganya yang
menderita penyakit TB
Daftar Pustaka:

1. Buku Ajar Penyakit dalam


2. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan tuberkulosis paru di Indonesia
3.
Hasil pembelajaran:
1. Diagnosis Tuberkulosis Paru
2. Pencegahan Tuberkulosis Paru
3. Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru

1
Rangkuman Portofolio

1. Subjektif :

Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan batuk-batuk sejak ± 4 bulan


lalu selama lebih dari 2 minggu batuk berdarah campur lendir, pasien juga
mengeluh demam sumer-sumer, terdapat penurunan berat badan serta
keringat di malam hari. Pasien juga mengeluh sesak jika beraktivitas
berat. Riwayat 1 minggu sebelumnya pasien sudah melakukan
pemeriksaan sputum dengan hasil BTA (+)

2. Objektif :

Keadaan Umum : Baik


Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : Tekanan darah: 130/80 mmHg, Nadi: 88 x/m,
Respirasi: 20 x/m, Suhu: 36,4o C, Berat badan: 50
kg, TB: 162 cm, IMT : 19,1 kg/m2,status Gizi
menurut WHO : Gizi Baik
3. Assesment : Sesuai dengan gejala klinis yang dialami pasien dimana
pasien mengeluh batuk-batuk sejak ± 4 bulan lalu selama lebih dari 2
minggu batuk berdarah campur lendir, pasien juga mengeluh demam
sumer-sumer, terdapat penurunan berat badan serta keringat di malam
hari maka pasien didiagnosis dengan Tuberkulosis Paru.

4. Plan :

Diagnosis : Tuberkulosis Paru

Pengobatan : OAT lini pertama pada pasien adalah


kombinasi isoniazid (H), rifampicin (R), pyrazinamide (Z) dan
ethambutol (E) dengan atau streptomycin (S). Pada pasien diberi
pengobatan 2 bulan fase intensif dan 4 bulan fase lanjutan (2RHZE/4RH).
Pada pasien ini diberikan 3x1 KDT perhari.

Edukasi : Harus teratur minum obat jangan sampai putus obat, makan
dan minum teratur, olahraga teratur.

2
BAB I
PENDAHULUAN

Kedokteran keluarga atau yang sering disebut sebagai Primary Care


Medicine, General Practice, Family Medicine merupakan suatu pendekatan ilmu
yang menekankan pentingnya pemberian pelayanan kesehatan yang personal,
primer, komprehensif dan berkelanjutan (kontinu) kepada individu dalam
hubungannya dengan keluarga, komunitas, dan lingkungannya.1
Dokter keluarga merupakan bagian utama dari pelayanan kesehatan primer.
Dokter keluarga merupakan dokter tempat kontak pertama dan kelanjutannya
(continuing care) dengan pasien guna menyelesaikan secara komprehensif dan
terpadu semua masalah sedini dan sedapat mungkin dengan mengutamakan
pencegahan dan pemantauan berkala pada penyakit kronis yang diderita pasien di
dalam keluarganya.2
Berbagai cara dapat dilakukan seorang dokter keluarga dalam mewujudkan
pelayanan kedokteran seperti hal tersebut diatas. Diantaranya yaitu dengan
melakukan kunjungan rumah (home visit) atau dengan melakukan perawatan pasien
di rumah (home care). Kedua hal tersebut memiliki perbedaan, Secara sedehana,
yang dimaksud dengan kunjungan rumah adalah kedatangan petugas kesehatan ke
rumah pasien untuk lebih mengenal kehidupan pasien dan atau memberikan
pertolongan kedokteran sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pasien. Sedangkan
yang dimaksud dengan perawatan pasien di rumah adalah apabila pertolongan
kedokteran yang dilakukan di rumah tersebut telah tidak termasuk lagi dalam
kelompok pelayanan rawat jalan (ambulatory services), melainkan dalam
kelompok rawat inap (hospitalization). Ruang lingkup kegiatan pada kunjungan
rumah hanya untuk lebih mengenal kehidupan pasien serta melakukan pertolongan
kedokteran yang bersifat rawat jalan saja. Sedangkan pada perawatan pasien di
rumah, ruang lingkup kegiatan tersebut telah mencakup kegiatan pertolongan
kedokteran yang bersifat rawat inap.2,3
Selain untuk meningkatkan pemahaman dokter tentang kondisi pasien,
manfaat yang dapat didapatkan dari kunjungan rumah yang dilakukan oleh dokter
keluarga adalah meningkatkan hubungan dokter dengan pasien dan dapat lebih
menjamin bagaimana terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien.4 Pada

3
home visit saat ini akan dilakukan peninjauan pada pasien yang telah didiagnosa
sebagai tuberkulosis paru yang sementara menjalani pengobatan.
Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksi kronik menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis yang sudah sangat lama dikenal pada
manusia dan sampai saat ini menjadi masalah kesehatan penting di dunia. Menurut
World Health Organization (WHO) dalam satu tahun, kuman M. tuberculosis telah
membunuh sekitar 2 juta jiwa, dan WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2002-
2020 ada sekitar 2 miliar orang yang terinfeksi kuman ini, di mana 5-10% di antara
infeksi akan berkembang menjadi penyakit, 40% di antara yang sakit dapat berakhir
dengan kematian. Perkiraan dari WHO, yaitu sebanyak 2-4 orang terinfeksi
tuberkulosis setiap detiknya dan hampir 4 orang setiap menit meninggal karena
tuberkulosis. Kecepatan penyebaran tuberkulosis bisa meningkat lagi sesuai dengan
peningkatan penyebaran Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acuired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS) dan munculnya kasus TB-MDR (multi drug
resistant) yang kebal terhadap bermacam obat. Pada tahun 2013 WHO
memperkirakan ada 8,6 juta kasus baru TB (13% merupakan koinfeksi dengan
HIV) dan 1,3 juta orang meninggal karena tuberkulosis di mana diantaranya
940.000 orang dengan HIV negatif dan 320.000 orang dengan HIV dan tuberkulosis
positif.5-7
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah penderita TB terbanyak
di dunia setelah India dan China. Jumlah pasien TB di Indonesia adalah sekitar
5,8% dari total jumlah pasien TB dunia. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun
terdapat 528.000 kasus TB baru dengan kematian sekitar 91.000 orang. Angka
prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009 adalah 100 per 100.000 penduduk dan
TB terjadi pada lebih dari 70% usia produktif. Oleh karena itu kerugian ekonomi
akibat TB juga cukup besar. 7,8
Terdapat tiga faktor yang menyebabkan tingginya kasus TB di Indonesia.
Waktu pengobatan TB yang relatif lama (enam sampai delapan bulan) menjadi
penyebab penderita TB sulit sembuh karena pasien TB berhenti berobat (drop)
setelah merasa sehat meski proses pengobatan belum selesai. Selain itu, masalah
TB diperberat dengan adanya peningkatan infeksi HIV/AIDS yang berkembang
cepat dan munculnya permasalahan TB- Multi Drugs Resistant (MDR, kebal

4
terhadap bermacam obat). Masalah lain adalah adanya penderita TB laten, dimana
penderita tidak sakit namun akibat daya tahan tubuh menurun, penyakit TB akan
muncul.8,9
Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan,
serta keadaan rumah dengan ventilasi dan pencahayaan yang kurang kemungkinan
besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas peningkatan
jumlah kasus TB. Telah terbukti di amerika serikat selama bahwa lingkungan sosial
ekonomi yang baik, pengobatan teratur dan pengawasan minum obat ketat berhasil
menurunkan angka borbiditas dan mortalitas. Proses penularan penyakit ini terjadi
secara inhalasi, sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis yang paling sering
dibandingkan dengan organ lainnya. Penularan penyakit ini sebagian besar melalui
basil tahan asam (BTA). Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bisa melalui
inokulasi langsung.
Tatalaksana pada pasien dengan Tuberkulosis paru dibagi menjadi
penatalaksanaan farmakologis dan non farmakologis
1. Tatalaksana Farmakologis
Pada pasien baru dengan BTA positif, pasien baru TB paru BTA negatif
dengan foto thoraks mendukung TB dan TB ekstra paru, pengobatan fase
awal terdiri dari 4 Kombinasi Dosis Tetap (KDT) yaitu Rifampicin 150mg,
isoniazid 75 mg, pirazinamide 400 mg dan etambutol 275 mg diminum
setiap hari selama 2 bulan dimana jumlah tablet yang diminum berdasarkan
berat badan yaitu 2 tablet untuk berat badan 30-37 kg, 3 tablet untuk berat
badan 38-54, 4 tablet untuk berat badan 55- 70 kg, dan 5 tablet untuk berat
badan diatas 70 kg. Jumlah tablet berdasarkan berat badan tersebut juga
digunakan untuk pengobatan fase lanjutan. Pada fase lanjutan, obat yang
diminum adalah 2 KDT yang terdiri dari rifampisin 150 mg dan isoniazid
150 mg dengan frekuensi 3 kali seminggu selama 4 bulan.10
2. Tatalaksana Nonfarmakologis11
Tatalaksana nonfarmakologis yang dapat diberikan pada pasien dan
keluarga penderita TB paru adalah sebagai berikut:
a. Konseling mengenai pentingnya tipe pengobatan preventif
dibandingkan kuratif.

5
b. Konseling mengenai penyakit TB pada pasien dan keluarga.
c. Konseling kepada pasien untuk melakukan kontrol rutin jika ada
keluhan dan mengambil obat di Puskesmas jika obatnya habis.
d. Konseling kepada pasien untuk memeriksakan kembali dahaknya
setelah dua bulan dan enam bulan pengobatan.
e. Konseling kepada pasien untuk makan makanan yang bergizi berupa
tinggi kalori dan tinggi protein.
f. Konseling kepada pasien efek samping obat yang timbul seperti buang
air kecil akan berwarna merah yang menandakan itu bukanlah darah
hanya menandakan reaksi obat. Selain itu juga bisa timbul gatal-gatal
dan kepala terasa pusing. Hal ini dilakukan agar pasien tetap minum
obatnya dan tidak berhenti minum obat.
g. Konseling kepada pasien untuk mengalihkan stress psikososial dengan
hal-hal bersifat positif.
h. Edukasi mengenai gaya hidup bersih dan sehat seperti tidak merokok
serta fungsi dari ventilasi dalam rumah.
i. Konseling mengenai penyakit TB yang dapat menular dengan anggota
keluarga lainnya yang dapat dicegah dengan pemakaian masker, dan
tidak membuang dahak sembarangan (di wc/ kotak sampah didapur/
asbak).
j. Konseling kepada pasien untuk pemberian imunisasi BCG kepada
cucunya yang masih berusia satu bulan untuk pencegahan terhadap TB.
k. Memberikan edukasi kepada keluarga untuk berperan dalam
mengingatkan pasien mengenai rutinitas minum obat.
l. Edukasi dan motivasi mengenai perlunya perhatian dukungan dari
semua anggota keluarga terhadap perbaikan penyakit pasien.
m. Deteksi dini kuman TB pada keluarga yang tinggal serumah dengan
pasien.

Peran dokter keluraga dalam penatalaksanaan TB paru sangatlah penting


yang tidak memandang seorang pasien sebagai seseorang individu melainkan
sebagai suatu unit keluarga yang penatalaksanaannya secara holistik dan
komprehensif. Dokter sebagai pintu pertama yang akan diketuk oleh penderita

6
dalam menolong penderita TB, harus selalu meningkatkan pelayanan, salah satunya
yang sering diabaikan adalah memberikan edukasi atau pendidikan
kesehatan.Pendidikan kesehatan kepada penderita dan keluarganya akan sangat
berarti bagi penderita, terutama bagaimana sikap dan tindakan, serta cara untuk
mencegah penularan.12

7
BAB II

STATUS PASIEN

A. Identitas Pasien
Nama : Tuan YW
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/tanggal lahir : Manado, 10 November 1952
Umur : 66 Tahun
Alamat : Kelurahan Banjer, Kec. Tikala
Agama : Kristen
Pekerjaan : Pensiunan
Bangsa : Indonesia
Status Pernikahan : Menikah
Tanggal Kunjungan : 07 Februari 2019
B. Struktur Keluarga/Genogram

: Pasien

: Perempuan

: Laki-laki

C. Karakteristik Demografi Keluarga


Tabel 1. Karakteristik demografi keluarga
Jenis Usia Status
No Nama Hubungan
Kelamin (tahun) Kesehatan

YW Pasien Laki-laki 66 Sakit


1

YW Istri Perempuan 56 Sakit


2

FW Anak Laki-laki 30 Sehat


3

RW Anak Laki- laki 26 Sehat


4

8
DW Anak Perempuan 22 Sehat
5

D. Keadaan Rumah dan Lingkungan


1. Kepemilikan rumah : Milik pribadi

2. Daerah rumah : Padat

3. Bertingkat/tidak : Tidak

4. Ruang tamu : 1 ruang

5. Ruang keluarga :-

6. Kamar tidur : 3 ruang

7. Kamar mandi/WC : 1 ruang

8. Dapur : 1 ruang

9. Dinding rumah : Beton

10. Ventilasi rumah : Ada

11. Lantai rumah : Lantai Beton

12. Atap rumah : Seng

13. Sumur/sumber air : PDAM

14. Sumber/listrik : Perusahaan Listrik Negara (PLN)

15. Jumlah penghuni rumah : 5 orang

E. Denah Rumah

Kamar Kamar T
Dapur E

R
Ruang Tamu A

Kamar S
WC/
Gambar 1. Denah Rumah
KM

9
F. Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : TD: 130/80 mmHg, N: 88 x/m, R: 20 x/m, S : 36.4oC, BB:
50 kg, TB: 162 cm, IMT : 19,1 kg/m2, status gizi menurut WHO: Gizi baik

Kepala/leher: Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), perbesaran kelerjar


getah bening (-)

Thoraks: Simetris, rhonki (+/+), wheezing (-/-), suara napas vesikuler, bunyi
jantung I/II regular, murmur (-), gallop (-/-).

Abdomen: Tidak terdapat bekas luka, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), massa
(-), hepar dan lien tidak teraba, timpani, BU (+) normal.

Ekstermitas: Akral hangat, edema (-)

G. Penetapan Masalah Pasien


1. Riwayat Medis
- Hipertensi : Disangkal
- Sakit Gula : Tidak ada
- Kolesterol : Tidak ada
- Asam Urat : Tidak ada
- Alergi : Tidak ada
- Sesak napas : Ada
- Batuk lama : Ada
- Penyakit jantung : Tidak ada
- Penyakit tulang : Tidak ada
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengalami batuk-batuk lama sekitar ± 4 bulan lalu selama lebih
dari 2 minggu batuk berdarah campur lendir, pasien juga mengeluh
demam sumer-sumer, terdapat penurunan berat badan serta keringat di
malam hari. Pasien juga mengeluh sesak jika beraktivitas berat.
5. Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah mendapat pengobatan TB

10
6. Riwayat Keluarga dan Lingkungan
Pasien menyangkal adanya riwayat TB paru di dalam keluarga tapi
dalam lingkungan pasien dikatakan terdapat tetangga yang menjalani
pengobatan 6 bulan karena batuk berdarah.
7. Riwayat Kebiasaan
Kebiasaan merokok dan minum alkohol disangkal.
8. Riwayat Sosial Ekonomi
Hubungan dengan tetangga dan orang sekitar baik, tidak ada masalah
baik di rumah maupun di masyarakat. Penderita sudah menikah dan
tinggal bersama anak dan cucunya di rumah.
9. Riwayat Gizi
Penderita memiliki berat badan 50 kg, tinggi badan 162 dan indeks
massa tubuh 19,1 kg/m2. Berdasarkan data ini, status gizi pasien
dikategorikan sebagai gizi baik.
10. Diagnostik holistik (biopsikososial)
Personal : Sesak napas jika beraktifitas lama dan berat
Klinis : Tuberkulosis paru
Faktor Internal : Tidak terdapat riwayat genetik
Faktor Perilaku :-
Psikososial : Pasien tinggal bersama istri dan anaknya
di daerah lingkungan yang padat serta lembab.
H. Manajemen Kasus
1. Promotif
- Menjelaskan kepada pasien mengenai tuberkulosis paru serta
penanggulangannya.
- Menjelaskan cara penggunaan, penyimpanan dan dosis yang benar.
2. Preventif
- Menjaga kebersihan individual
- Menggunakan masker baik pasien maupun keluarga
- Tidak membuang air liur sembarangan
- Ventilasi udara baik

11
- Lingkungan rumah dan kamar sebaiknya terkena sinar matahari agar
tidak lembab
3. Kuratif
Melakukan pengobatan tuberculosis paru selama 6 bulan dan dimulai
dengan tahap awal selama 2 bulan kemudian tahap lanjut selama 4
bulan. Tahap awal menggunakan Kombinasi Dosis Tetap.

12
BAB III

PENUTUP

Tuberkulosis paru (TB) merupakan suatu penyakit infeksi kronik yang


sudah sangat lama dikenal pada manusia. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosa ini memiliki hubungan yang erat dengan kondisi
tempat tinggal seperti di daerah urban, lingkungan yang padat, serta keadaan rumah
dengan ventilasi dan pencahayaan yang kurang kemungkinan besar telah
mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas peningkatan jumlah kasus
TB.
Peran dokter keluraga dalam penatalaksanaan TB paru sangatlah penting
yang tidak memandang seorang pasien sebagai seseorang individu melainkan
sebagai suatu unit keluarga yang penatalaksanaannya secara holistik dan
komprehensif. Dokter sebagai pintu pertama yang akan diketuk oleh penderita
dalam menolong penderita TB, harus selalu meningkatkan pelayanan, salah satunya
yang sering diabaikan adalah memberikan edukasi atau pendidikan
kesehatan.Pendidikan kesehatan kepada penderita dan keluarganya akan sangat
berarti bagi penderita, terutama bagaimana sikap dan tindakan, serta cara untuk
mencegah penularan.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Arlinda sari. Pelayanan Dokter Keluarga. Fakultas Kedokteran Universitas


Sumatera Utara. 2003
2. Lawren MA, Alber G Muller JR, Allan H. 1995. Primary Care Medicine. JB.
Lipincott Company
3. Azwar, A.. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Jakarta : Yayasan Penerbit
Ikatan Dokter Indonesia. 1996
4. Jurusan IKM FK UNS.Modul Kedokteran Keluarga : Pelayanan di Keluarga.
KK 05. Surakarta : Program Semi Que IV Peningkatan Kualitas Pendidikan
Sarjana dan Manajemen Perguruan Tinggi Indonesia.Surakarta:2002.
5. Buku ajar ilmu penyakit dalam edisi 6 jilid 1, h. 863-880
6. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan
tuberkulosis di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2006.
7. WHO.Tuberculosis. New York: WHO Media Centre; 2006.
8. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman nasional penanggulangan
tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2014.
9. Reviono, Suradi, Adji M, Sulaeman ES. Hubungan modal sosial dan pencapaian
case detection rate tuberkulosis puskesmas kabupaten karanganyar. J Respir
Indo. 2015; 35(1):28-38.
10. Departemen Kesehatan RI. Paket OAT kategori 1. Semarang, Indonesia
11. Zettira Z, Sari MI. Penatalaksanaan Kasus Baru TB Paru dengan Pendekatan
Kedokteran Keluarga. J Medula Unila: 2017;7. H.68-79.
12. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Strategi nasional pengendalian TB
di Indonesia 2010-2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia;
2011.

14
LAMPIRAN

15

Anda mungkin juga menyukai