Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nutrisi selama kehamilan adalah salah satu faktor penting dalam menentukan
pertumbuhan janin. Dampaknnya adalah berat badan lahir, status nutrisi dari ibu yang
sedang hamil juga mempengaruhi angka kematian prenatal, keadaan kesehatan
neonatal, dan pertumbuhan bayi setelah lahir. Selama kehamilan kebutuhan nutrisi
harian wanita meningkat hingga lebih dari dua kali lipat, seperti contohnya kebutuhan
asam folat yang meningkat hingga 400 ug/hari, dimana pada keadaan normal hannya
180 ug/hari. Usia kehamilan yang terus bertambah, makan bertambah pula kebutuhan
gizi dan nutrisi ibu hamil, khususnya ketika usia kehamilan memasuki trimester kedua.
Pada saat trimester kedua, janin tumbuh dengan sangat pesat, khususnya mengenai
pertumbuhan otak dan susunan syarafnya. Indikator kecukupan gizi juga terlihat pada
kenaikan berat badan yang cukup selama kehamilan. Kenaikan berat badan tersebut
bervariasi dari bulan ke bulan sesuai dengan fase kehamilan.
Sistem hormon pada kehamilan manusia melibatkan perubahan baik endokrin
maupun metabolik yang terjadi antara ibu dan janin. Pengaturan neuro endokrin di
dalam plasenta, pada janin dan ibu sangat penting dalam mengarahkan pertumbuhan
janin dan perkembangannya. Adaptasi ibu hamil terhadap perubahan hormonal yang
terjadi selama kehamilan secara langsung menggambarkan perkembangan plasenta dan
janin.
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering dijumpai pada
kehamilan muda. Kurang lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual
dan 44% mengalami muntah Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula
timbul setiap saat dan malam hari. Perasaan mual ini desebabkan oleh karena
meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG (Human Chorionic Gonadrotropin)
dalam serum, pengaruh Fisiologi kenaikan hormon ini belum diketahui secara jelas.
Mual sering pula dihubungkan dengan perubahan dalam indra penciuman dan perasaan
pada awal kehamilan serta faktor psikologis. Mual dan muntah menyebabkan asupan
nutrisi pada ibu hamil kurang sehingga berat badan menurun, turgor kulit berkurang,
diuresis berkurang dan timbul asetonuri. Hal ini juga dapat mempengaruhi

1
pertumbuhan dan perkembangan janin sehingga membutuhkan perawatan atau
penangan pada ibu hamil dengan Hiperemesis Gravidarum.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah yang dimaksud dengan hiperemesis gravidarum?
2. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien hiperemesis gravidarum?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan hiperemesis gravidarum.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien hiperemesis
gravidarum.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Mual ( nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala dan wajar yang
sering kedapatan pada kehamilan trismester 1. Mual biasanya terjadi pada pagi hari,
tetapi dapat timbul setiap saat dan malam hari . gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6
minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung kurang lebih 10 minggu.
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi gravida dan 40-60% multi gravida.
Satu diantara seribu kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini
disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormone estrogen dan HCG dalam serum
pengaruh fisiologik kenaikan hormone ini belum jelas, mungkin karena system saraf
pusat atau pengosongan lambung yang berkurang pada umumnya wanita dapat
menyesuaikan pada keadaan dini, meskipun demikian gejala mual dan muntah dapat
berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari dapat terganggu dan keadaan umum
menjadi buruk, keadaan inilah yang disebut hipermesis gravidarum.

2.2 Etiologi
Penyebab hipermesis gravidarum belm diketahui secara pasti.tidak ada bukti
bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik : juga tidak ditemukan kelainan
biokimia. Perubahan-perubahan anatomic pada otak, jantung ,hati dan susunan saraf
disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat akibat inanisasi .beberapa faktor
predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai berikut:
1. Faktor predisposisi yang sering dkemukakan oleh primigravida, mola
hidatidosa dan kehamilan ganda . frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa
dan kehamila ganda menimbulkan dengan bahwa faktor hormone memegang
peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormone khorionik gonadotropin
dibentuk berlebihan
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolic
akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan
ini merupakan faktor organic.

3
3. Alergi. Sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak ,juga disebut
sebagai salah satu faktor organic.
4. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini ,rumah
tangga yang retak, kehilangan pekerjaan takut terhadap kehamilan dan
persalinan , takut terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai kehamilan
kesukaran hidup .

2.3 Patologi
Bedah mayat pada wanita meninggal akibat hipermesis gravidraum menunjukan
kelinan-kelainan pada berbagai alat dalam tubuh, yang juga dapat ditemukan pada
malnutrisi oleh bermacam sebab.
1. Hati. Pada hipermesis gravidarum tanpa komplikasi hanya ditemukan digenerasi
lemak tanpa nekrosis ; degenerasi lemak tersebut terletak sentrilobuler . kelainan
lemak ini nampaknya tidak menyebabkan kematian dan dianggap sebagai akibat
muntah yang terus menerus.
2. Jantung. Jantung menjadi lebih kecil daripada biasa dan beratnya atrofi; ini
sejalan dengan lamanya penyakit , kadang-kadang ditemukan perdarahan sub-
endokordial.
3. Otak. Adakalalanya terdapa bercak-bercak perdarahan pada otak dan kelainan
seperti pada enseflopati Wernicke dapat dijumpai (dilatasi kapiler dan perdarahan
kecil-kecil di daerah korpora mamilaria ventrikel ketiga dank e empat).
4. Ginjal. Ginjal tampak rusak dan degenerasi lemak dapat ditemukan pada tubuli
kontroli.

2.4 Patofisiologi
Ada yang menyatakan bahwa ,perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya
kadar estrogen, oleh karena keluhan pada trismester pertama. Pengaruh fisiologik
hormone estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sitem saraf pusat atau akibat
berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita
hamil, meskipun demikian mual dan munta dapat berlngsung berbulan-bulan.
Hipermesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada
hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak

4
imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik, belum jelas mengapa gejala-
gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita. Tetapi faktor psikologik adalah
faktor yang utama, disamping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang sudah
kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tak suka makan ,dan mual
akan mengalami esmesi gravidarum yang lebih berat.
Hyperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energy . Karena oksidasi lemak yang tak
sempurna, terjadilah ketosis dengan terimbunya asam aseton –asetik, asam hidroksi
butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan
cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang . natrium dan khlorida darah turun , demikian pula khlorida air kemih, selain
itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi ,sehingga aliran darah ke jaringan
berkurang. hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan
mengurang pula dan terimbunnya zat metabolic yang toksik . kekurangan kalium
sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal , menambah
frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak ,dapat merusak hati dan terjadilah
lingkaran setan yang sulit dipatahkan. Disamping dehidrasi dan terganggunya
keseimbangan elektrolit ,dapat terjadi robekan selaput lender esophagus dan lambung
(sindroma Mallory –weiss), dengan akibat perdarahan gastro intestinal. Pada umumnya
robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri .jarang sampai diperlukan
tranfusi atau tindakan operatif.

2.5 Tanda dan Gejala


Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan
hyperemesis gravidarum tidak ada; tetapi bila keadaan umumpenderita terpengaruh,
sebaiknya ini dianggap sebagai hyperemesis gravidarum. Hyperemesis gravidarum,
menurut berat ringannya gejala dapat dibagi kedalam 3 tingkatan:
 Tingkatan I :
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita,
ibu merasa lemah , nafsu makan tidak ada ,berat badan menurun, dan rasa
nyeri pada epigastrum . nadi meningkat sekitar 100 per menit , tekanan darah
sistolik menurun, turgor berkurang , lidah mongering dan mata cekung.

5
 Tingkatan II :
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang
lidah mongering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang
naik dan mata terkadang ikteris. Berat badan turun dan mata menjadi cekung.
tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi , aseton dapat tercium
dalam hawa pernafasan , karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula
ditemukan dalam kencing.
 Tingkat III:
Keadaan umum lebih parah muntah berhenti, kesadaran menurun dari
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat ; suhu meningkat dan tensi
menurun, komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai
ensefalopati Wernicke, dengan gejala; nistagmus, diplopia dan perubahan
mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk
vitamin B kompleks, timbulnya icterus menujukan adanya payah hati

2.6 Diagnosis
Diagnosis hipermesis gravidarum biasanya tidak sukar, harus ditentukan adanya
kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan
umum, namun kemudian harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit
pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan
gejala muntah. hyperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan
kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga
pengobatan sangat perlu diberikan.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


a. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan
adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.
b. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.
c. Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.

6
2.8 Komplikasi
 Dehidrasi berat.
 Ikterik.
 Takikardia.
 Suhu meningkat.
 Alkalosis.
 Kelaparan.
 Gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan dan hubungan
keluarga.
 Menarik diri dan depresi

2.9 Penatalaksanaan
1. Pencegahan
 Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan
dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan
sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa
mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang flsiologik pada
kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan,
mengajurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam
jumlah kecil tetapi lebih sering.
 Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi
dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
 Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
 Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau
sangat dingin.
2. Obat-obatan.
Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang
dianjurkan Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik
sepeiti Disiklomin hidrokhloride atau Khlorpromasin. Anti histamin ini juga
dianjurkan seperti Dramamin, Avomin.
3. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan
peredaran udara yang baik. Tidak diberikan makan/minuman selama 24 -28

7
jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan berkurang atau
hilang tanpa pengobatan.
4. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta
menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang
penyakit ini.
5. Cairan parenteral.
Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari.
Bila perlu dapat ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks
dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino
secara intra vena.
6. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan
memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan
merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan
abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh
dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi
gejala ireversibel pada organ vital.
7. Diet
1. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.
Makanan hanya berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan tidak
diberikan bersama makanan tetapi 1 — 2 jam sesudahnya. Makanan ini
kurang dalam semua zat – zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya
diberikan selama beberapa hari.
2. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi.
Minuman tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam
semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D.
3. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis
ringan.

8
Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama
makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.

2.10 Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas Klien:
Alamat: berada di daerah kurang baik sanitasi.

b. Keluhan utama
Umumnya keluhan yang sering dirasakan adalah mual dan muntah

c. Riwayat kesehatan sekarang:


Mual muntah yang terus menerus, merasa lemah dan kelelahan , merasa
haus dan terasa asam dimulut, serta konstipasi dan demam. Selanjutnya dapat
juga ditemukan berat badan yang menurun. Turgor kulit yang buruk dan
gangguan elektrolit. Terjadinya oliguria, takikardia, mata cekung, dan ikterus.

d. Riwayat kesehatan dahulu:


Hiperemesis pada kehamilan sebelumnya, pada primigravida 60-80%,
sedangkan multigravida 40-60%, kemungkinan ibu mengalami penyakit yang
berhubungan dengan saluran pencernaan yang menyebabkan mual muntah.

e. Riwayat kesehatan keluarga:


Kemungkinan adanya riwayat kehamilan ganda pada keluarga

f. Riwayat Menstruasi:
Kemungkinan manarkhe usia 12-13 tahun, siklus menstruasi 28-30 hari,
lamanya 5-7 hari banyaknya 2-3 kali ganti duk perhari, kemungkinan ada
keluhan waku haid, seperti nyeri, sakit kepala dan muntah.

g. Riwayat Perkawinan:
Kemungkinan terjadi pada perkawinan usia muda.

9
h. Data Psikologi:
Riwayat psikologi sangat penting dikaji agar dapat diketahui keadaan jiwa ibu
sehubungan dengan perilaku terhadap kehamilan. Keadaan jiwa ibu yang labil,
mudah marah, cemas, takut akan kegagalan persalinan, muda menangis, sedih,
serta kekecewaan dapat memperberat mual muntah. Pola pertahanan diri
(koping) yang digunakan ibu bergantung pada pengalamannya terhadap
kehamilan serta dukungan dari keluarga dan perawat.

i. Data sosial ekonomi:


Hiperemesis gravidarum bisa terjadi pada semua golongan ekonomi, namun
pada umumnya terjadi pada tingkat ekonomi menengah kebawah. Hal ini
diperkirakan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang dimiliki.

j. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum:
Lemah, umumnya compos mentis, tetapi dapat juga apatis.
 Tanda-tanda vital:
N: > 100 x/menit. (meningkat)
TD: <110-140/80-90 x/menit (turun)
S: 36,5-37,2°C (normal-meningkat)
RR: 16-20 x/menit (normal-meningkat)
BB: umumnya turun.
A. Sistem Neurologi.
 Fungsi serebral
Kesadaran: kompos mentis hingga apatis
Orientasi: umumnya baik
Memori: umumnya baik
Bicara: umumnya baik, terkadang jarang berbicara karena rangsangan
mual
 Fungsi saraf cranial
Penciuman: umumnya baik tetapi rangsangan bau dapat merangsang
mual.
Penglihatan: umumnya baik.

10
Reflek pupil: umumnya baik.
Gerakan bola mata: umumnya baik.
Kesimetrisan wajah: simetris, tidak ada kelainan.
Pengecapan: umumnya baik, tetapi rangsangan pengecapan dapat
meningkatkan mual.
Mengunyah: umumnya baik, tidak ada kelainan.
Menelan: umumnya tidak ada gangguan menelan, hanya saja rangsangan
mual membuat kesulitan menelan
 Fungsi motoric
Keseimbangan dan koordinasi: umumnya baik hingga tidak dapat
berdiri/berjalan akibat kelemahan.
Kekuatan otot: umumnya dapat menentang gravitasi jika dalam kondisi
baik, jika terdapat kelemahan, klien kurang bisa menentang gravitasi.
Tonus otot: umumnya mampu memfleksikan otot dan menahan tahanan
dari pemeriksa, kecuali jika pasien dalam keadaan lemah
 Fungsi sensorik
Uji rangsangan suhu pada ekstrimitas umumnya baik.
B. System pernafasan
 Hidung
Simetris +/+, kebersihan +/+, fungsi penciuman +/+
 Dada
Simetris +/+
 Pola pernafasan
RR >20 x/menit, irama regular hingga irregular
 Paru
Suara nafas vesikuler +/+, kelainan -/-
C. System kardiovaskuler
Bunyi jatung normal, edema (-), TD systole 100 x/menit, keluhan lain (-)
D. System gastrointestinal
Mulut: mukosa pucat, bibir kering, lidak kering, aroma nafas aseton, gigi
kurang bersih, pengecapan baik, anoreksia, hipersekresi saliva
Abdomen: bentuk datar, simetris (+), asites (-), kebersihan (+), massa (-),
pembesaran hepar (-), nyeri (+) epigastrium.

11
E. Integument
Distribusi rambut rata, warna hitam, kebersihan (+), kuku bersih dan
pendek, warna kulit sawo matang, akral dingin dan pucat, turgor menurun,
kelembaban menurun
F. Endokrin
Pembesaran tiroid (-)
G. System penglihatan
Simetris +/+, sclera putih hingga ikterik, konjungtiva merah muda hingga
pucat, kotoran -/-, fungsi penglihatan +/+, cekung +/+
H. Pendengaran.
Simetris +/+, serumen -/-, edema -/-, fungsi pendengaran +/+

k. Data penunjang:
Data penunjang didapat dari hasil laboratorium, yaitu pemeriksaan
darah dan urin. Pemeriksaan darah yaitu, nilai hemoglobin dan hematokrit yang
meningkat, menunjukkan hemokonsentrasi yang berkaitan dengan dehidrasi.
Pemeriksaan urinalis yaitu, urin yang sedikit dan konsentrasi yang tinggi akibat
dehidrasi, juga terdapatnya aseton didalam urin.

2. Diagnosis Keperawatan
1. Defisit volume cairan dan elektrolit b/d kehilangan cairan akibat muntah dan
intake cairan yang tidak adekuat.
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah yang
menetap.
3. Nyeri pada epigastrium b/d muntah berulang.
4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan akibat tidak adekuatnya nutrisi.
5. Ketakutan b/d efek hyperemesis pada kesejahteraan janin.

3. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan I
Kriteria Hasil:
 Keseimbangan cairan kembali ke kondisi normal.
 Klien tidak muntah lagi.
 Klien mengkonsumsi makanan dan minuman dalam jumlah adekuat

12
Intervensi:

a. Kaji status intake dan output cairan


R/ Pengkajian tersebut menjadi dasar rencana askep dan evaluasi
intervensi
b. Timbang BB setiap hari
R/ Penurunan BB dapat terjadi karena muntah berlebihan.
c. Beri cairan intravena yg terdiri dari glukosa, elektrolit dan vitamin
R/ mencegah kekurangan cairan dan memperbaiki keseimbangan asam
basa
d. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi cairan peroral dengan perlahan
R/ Pemberian cairan dan makanan sesuai dengan toleransi klien
2. Diagnosa Keperawatan II
Kriteria Hasil:
 Klien mengkonsumsi diet oral yg mengandung gizi adekuat.
 Klien tidak mengalami mual muntah.
 Klien mengalami peningkatan BB yang sesuai selama kehamilan.

Intervensi:

a. Batasi intake oral selama 24 – 48 jam


R/ Pembatasan dianjurkan untuk klien agar lambung istirahat
b. Anjurkan klien menghindari makanan berlemak.
R/ Dapat menstimulasi mual dan muntah.
c. Tingkatkan jumlah makanan secara perlahan sesuai kemampuan
pasien.
R/ Nutrisi dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan nutrisi dan
pertumbuhan janin.
d. Anjurkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan atau setelah
muntah
R/ Meningkatkan kenyamanan, mengurangi asam yg mengenai gigi.
e. Pantau TFU dan DJJ
R/ Malnutrisi klien berdampak terhadap pertumbuhan janin dan
mengakibatkan kemunduran perkembangan janin.

13
3. Diagnosa Keperawatan III
Kriteria Hasil:
 Rasa nyaman terpenuhi.

Intervensi:

a. Kaji tingkat nyeri


R/ Mengetahui tingkat nyeri dan menentukan rencana tindakan
selanjutnya.
b. Atur posisi dengan kepala lebih tinggi selama 30 menit setelah makan
R/ Dapat mengurangi tekanan pada gastrointestinal
c. Alihkan perhatian klien pada hal yang menyenangkan.
R/ Dapat melupakan rasa nyeri.
d. Anjurkan klien untuk mengonsumsi jahe (dalam bentuk teh jahe) dan
permen rasa mint.
R/ Untuk mengurangi rasa mual dan muntah pada ibu hamil.
e. Kolaborasi dalam pemberian antiemetic dan sedative.
R/ Mengurangi muntah dan membuat tenang sehingga mengurangi
nyeri
4. Diagnosa Keperawatan IV
Kriteria Hasil:
 Klien menunjukan peningkatan kemampuan dalam beraktivitas sesuai
kemampuan.

Intervensi:

a. Anjurkan klien dalam membatasi dengan istirahat yang cukup


R/ Menghemat energy dan meminimalkan kelelahan uterus.
b. Bantu klien beraktivitas secara bertahap jika muntah berkuranng.
R/ Aktivitas bertahap meminimalkan terjadinya trauma dan
meringankan klien dalam memenuhi kebutuhannya.
c. Bantu Klien dalam memenuhi kebersihan diri.
R/ Kebersihan diri dapat meningkatkan kenyamanan dan
menumbuhkan kondisi sehat serta sejahtera.

14
5. Diagnosa Keperawatan V
Kriteria Hasil:
 Klien akan mengungkapkan perasaan dan kekhawatirannya tentang
kesejahteraan janin.

Intervensi:

a. Perlihatkan sikap menerima rasa takut klien.


R/ Sikap menerima rasa takut klien memungkinkan komunikasi
terbuka.
b. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaaan dan kekhawatirannya.
R/ Ditakutkan akan berdampak buruk terhadap kondisi janin.
c. Bantu klien dalam mengidentifikasi kekuatan dirinya dan mekanisme
koping.
R/ Dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan klien mengatasi
penyakit dan efek-efeknya.
d. Beri klien informasi tentang risiko potensial yang dapat terjadi pada
janinnya.
R/ Pengetahuan tentang risiko potensial pada janin dapat membantunya
menghilangkan rasa takut.
4. Implementasi
Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan realisasi dari pada rencana
tindakan yang telah ditetapkan meliputi tindakan independent, depedent,
interdependent. Pada pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan, validasi, rencan
keperawatan, mendokumentasikan rencana keperawatan, memberikan asuhan
keperawatan dan pengumpulan data (Susan Martin, 1998)
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien

5. Evaluasi
1. Keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Frekuensi dan beratnya muntah.
3. Intake oral.
4. Pengetahuan dan kesanggupan klien untuk mengikuti diet yang telah
diprogramkan.

15
5. Tingkat nyeri epigastrium.
6. Kemampuan dalam beraktivitas.
7. Kebersihan membrane mukosa oral.
8. Mekanisme koping dalam penerimaan kehamilan.
9. Perasaan dan kekhawatiran terhadap kesejahteraan janin meliputi TFU dan
DJJ.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hiperemesis gravidarum adalah emesis gravidarum yang berlebihan sehingga
menimbulkan gejala klinis serta mengganggu kehidupan sehari-hari yang sering terjadi
pada sebagian wanita hamil trimester pertama. Hal ini dapat dipengaruhi faktor internal
ataupun faktor eksternal yang meliputi fisik, psikologis atau sosial (dukungan
lingkungan sekitar). Kondisi ini perlu diperhatikan karena menentukan pertumbuhan
dan perkembangan janin yang berdampak pada berat badan lahir, angka kematian
prenatal, keadaan kesehatan neonatal, dan pertumbuhan serta perkembangan bayi
setelah lahir. Diperlukan asuhan keperawatan yang tepat pada wanita hamil dengan
kondisi hiperemesis gravidarum yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi atas tindakan keperawatan yanggtelah dilakukan.
3.2 Saran
Kondisi hiperemesis gravidarum sering kali dianggap wajar dimasyarakat yang
dikarenakan proses kehamilan. Dibutuhkan skrening dini oleh tenaga kesehatan pada
wanita wanita hamil yang mengalami tanda awal seerti mual dan muntah. Dapat pula
dilakukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan pada masyarakat sehinga kondisi ini
tidak diremehkan dan perlu adannya penanganan sehingga tidak berlanjut dan
mengakibatkan gangguan-gangguan yang tidak diingikan pada wanita hamil. Sebagai
perawat dituntut mampu memberikan asuhan keperawatan secara optimal pada pasien
dan dapat mempertahankan kondisi kesehatannya Ibu Hamil dan janin.

17
DAFTAR PUSTAKA

Constance Sinclair, C. M. (2010). Buku Saku Kebidanan. (E. W. Eny Meiliya, Penyunt.)
Jakarta: EGC penerbit buku kedokteran.
MD, K. J. (2013). Manual Williams Komplikasi Kehamilan (23rd ed.). (J. Alexander,
Penyunt.) Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran bandung. (1981).
Obstetri Patologi. Bandung: Elstar Offset Bandung.
Pudiastuti, R. D. (2012). Asuhan keperawatan Pada Ibu Hamil Normal Dan Patologi (1st
ed.). Yogyakarta: Nuha Medika.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. (2006). Ilmu Kebidanan (8th ed.). Jakarta:
Tridasa Printer.

18

Anda mungkin juga menyukai