Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH HUBUNGAN BISNIS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hubungan-hubungan bisnis dilakukan karena mempunyai kepentingan dan


tujuan untuk saling mencari keuntungan satu sama lain. Tujuan lain seperti untuk
mempercepat proses pemasaran produknya ke masyarakat luas. Ada juga yang
bertujuan membantu pihak lain karena tidak diizinkannya pihak lain memasarkan
produknya di suatu negara. Namun ada pula yang melakukannya karena
ketidakmampuannya untuk berbisnis, ataupun masalah permodalannya.

1.2. Rumusan Masalah

Menjelaskan keagenan

Menjelaskan frachising

Menjelaskan Joint Venture

Menjelaskan Bangun Guna Serah (BOT)

1.3 Tujuan rumusan masalah

Memahami tentang hubungan bisnis yang berupa kerjasama ekonomi antara


pihak domestik sendiri atau pihak domestik dengan pihak asing

Memahami tentang keagenan/distribusor

Memahami Franchising (hak monopoli)

Memahami Join Venture

Memahami Bangun Guna Serah (BOT)


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. KEAGENAN

Keagenan/ Distributor

Latar belakang terjadinya hubungan bisnis keagenan ini disebabkan oleh adanya
pihak luar negeri yang tidak diperbolehkan untuk menjual barangnya secara
langsung. Dalam kegiatan bisnis, keagenan biasanya diartikan sebagai suatu
hubungan hukum di mana biasanya seseorang/ pihak agen diberi kuasa
bertindak untuk dan atas nama orang/ pihak prinsipal untuk melaksanakan
transaksi bisnis dengan pihak lain.

Sedangkan, seorang distributor tidak bertindak untuk dan atas nama pihak yang
menunjuknya sebagai distributor (biasanya supplier, atau manufacture). Seorang
distributor bertindak untuk dan atas nama sendiri.

Dalam perjanjian bisnis yang diadakan antara agen/ distributor dengan


prinsipalnya, biasanya dilakukan dengan membuat suatu kontrak tertulis yang
isinya ditentukan oleh para pihak sesuai dengan kepentingan para pihak
tersebut, asal tidak bertentangan dengan hukum dan kesusilaan Bila pihak asing
ingin menunjuk seorang agen/ distributor di Indonesia, maka menurut Surat
Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 77/Kp/III/78, tanggal 9 MAret 1978,
ditentukan lamanya perjanjian harus dilakukan untuk jangka waktu 3 tahun.

Dalam perjanjian, para pihak akan merumuskan secara jelas peristiwa apa saja
yang menjadi perselisihan (events of defaults) yang memberikan dasar bagi
masing-masing pihak untuk memutus perjanjian keagenan/ distributor di antara
mereka. Yang dikategorikan sebagai events of defaults antara lain:

Apabila agen distributor lalai melaksanakan kewajibannya, sebagaimana


tercantum pada perjanjian keagenan/ distributor termasuk kewajiban melakukan
pembayaran.

Apabila agen/ distributor melaksanakan apa yang sebenarnya tidak boleh


dilakukan. Apabila para pihak jatuh pailit.
Keadaan-keadaan lain yang menyebabkan para pihak tidak dapat melaksanakan
apa yang menjadi kewajiban-kewajibannya.

2.2 FRANCHISING

Franchising (Hak Monopoli)

Pada awalnya, franchise dipandang bukan sebagai suatu usaha (bisnis),


melainkan sebagai suatu konsep, metode ataupun sistem pemasaran. Franchise
merupakan suatu metode untuk memasarkan produk atau jasa ke masyarakat.
Lebih spesifik lagi, franchising adalah suatu konsep pemasaran. Sedangkan
pakar lain melihat franchise lebih merupakan suatu sistem. Perusahaan yang
memberikan lisensi disebut Franchisor dan penyalurnya disebut Franchisee.

Ada 4 hal yang menonjol dalam franchise, yaitu product, price, place/distribution,
dan promotion.

British Franchise Association (BFA) mendefinisikan franchise adalah contractual


licence yang diberikan oleh suatu pihak (franchisor) kepada pihak lain
(franchisee) yang:

Mengizinkan franchisee untuk menjalankan usaha selama periode franchise


berlangsung, suatu usaha tertentu yang menjadi milik franchisor.

Franchisor berhak untuk menjalankan kontrol yang berlanjut selama periode


franchise.

Mengharuskan franchisor untuk memberikan bantuan pada franchisee dalam


melaksanakan usahanya sesuai dengan subjek franchisenya (berhubungan
dengan pemberian pelatihan, merchandising atau lainnya).

Mewajibkan franchisee untuk secara periodik selama periode franchise


berlangsung, membayar sejumlah uang sebagai pembayaran atas franchise atau
produk atau jasa yang diberikan oleh franchisor kepada franchisee.

Bukan merupakan transaksi antara perusahaan induk (holding company) dengan


cabangnya atau antara cabang dari perusahaan induk yang sama, atau antara
individu dengan perusahaan yang dikontrolnya

Karakteristik Dasar Franchise

Harus ada suatu perjanjian (kontrak) tertulis, yang mewakili kepentingan yang
seimbang antara franchisor dengan franchise.

Franchisor harus memberikan pelatihan dalam segala aspek bisnis yang akan
dimasukinya.
Franchisee diperbolehkan (dalam kendali franchisor) beroperasi dengan
menggunakan nama/ merek daganag, format dan atau prosedur, serta segala
nama (reputasi) baik yang dimiliki franchisor.

Franchisee harus mengadakan investasi yang berasal dari sumber dananya


sendiri atau dengan dukungan sumber dana lain (misalnya kredit perbankan).

Franchisee berhak secara penuh mengelola bisnisnya sendiri.

Franchisee membayar fee dan atau royalty kepada franchisor atas hak yang
didapatnya dan atas bantuan yang terus-menerus diberikan oleh franchisor.

Franchisee berhak memperoleh daerah pemasaran tertentu di mana ia adalah


satu-satunya pihak yang berhak memasarkan barang atau jasa yang
dihasilkannya.

Transaksi yang terjadi antara franchisor dengan franchisee bukan merupakan


transaksi yang terjadi antara cabang dari perusahaan induk yang sama, atau
antara individu dengan perusahaan yang dikontrolnya.

Keuntungan dan Kerugian Franchise

Setiap hubungan bisnis yang ada selalu saja ada faktor kerugian dan
keuntungannya. Demikian juga dengan bisnis franchise, ada keuntungan dan
kerugian yang terjadi di dalamnya. Keuntungan dari bisnis franchise antara lain:

Diberikannya latihan dan pengarahan yang diberikan oleh franchisor.

Diberikannnya bantuan finansial dari franchisor.

Diberikannya penggunaan nama perdagangan, produk atau merek yang telah


dikenal.

Sedangkan kerugian dalam bisnis franchise antara lain:

Adanya program latihan yang dijanjikan oleh franchisor kadangkala jauh dari apa
yang diinginkan oleh franchisee.

Perincian setiap hari tentang penyelenggaraan perusahaan sering diabaikan.

Hanya sedikit sekali kebebasan yang diberikan kepada franchisee untuk


menjalankan akal budi mereka sendiri.

Pada bisnis franchise jarang mempunyai hak untuk menjual perusahaan kepada
pihak ketiga tanpa terlebih dahulu menawarkannya kepada franchisor dengan
harga yang sama.

Berikut ialah tips-tips menjalankan waralaba yang baik (dari berbagai sumber) :

Tabunglah sebanyak mungkin uang sebelum Anda memulai sebuah bisnis.


Terlalu sering terjadi, dalam membuat sebuah bisnis baru, orang selalu
menggunakan pinjaman uang, entah dari teman, bank atau Small Business
Administration (SBA) sebuah lembaga kredit keuangan bagi usaha kecil. Mereka
berharap dan berpikir bahwa mereka akan dapat mengembalikan pinjaman
dengan segera dariprofit yang mereka hasilkan dari bisnisnya.

Mulailah dengan Apa Adanya

Berpikirlah dari yang kecil. Jangan menyewa tempat terlebih dahulu kalau Anda
masih dapat melakukan itu di tempat sendiri dan jangan merekrut pegawai kalau
memang Anda belum terlalu membutuhkannya.Orang yang memulai bisnisnya
dengan sederhana, seperti memulainya dengan memanfaatkan garasi, ruang
kecil yang tidak terpakai atau bahkan tempat sampah/gudang, dan membuat
barang-barang atau pelayanan pertama mereka dengan lebih banyak keringat
ketimbang uang, bersusah payah. Mereka mendapatkan suatu kemewahan
membuat suatu kesalahan yang tak terelakkan dalam sekala kecil saja. Dan itu
pasti karena mereka baru memulai, mereka tidak terjerat dalam hutang, mereka
biasanya dapat belajar dari kesalahan dan dapat keluar dari problem yang
mereka hadapi.

Lindungilah Aset Pribadi Anda.

Ketika Anda membuat sebuah bisnis pribadi, Anda biasanya secara pribadi
bertanggung jawab atas semua keputusan dan hutang yang berasal dari bisnis
tersebut. Hal ini termasuk pinjaman perusahaan, pajak, uang para supplier
barang dan yang menyewakan tempat dan tanggung jawab-tanggung jawab
lainnya yang menjadi tanggung jawab Anda terhadap perusahaan akibat
gugatan hukum. Jika Anda tidak melindungi diri, seorang kreditor bisa pergi
begitu saja dengan membawa pergi aset pribadi Anda, seperti mobil dan rumah
Anda, untuk membayar hutang Anda. Sebetulnya Anda dapat melindungi diri
Anda di hadapan hukum dengan membeli asuransi pertanggungjawaban
perusahaan, tetapi hal ini tidak akan membantu Anda. Jika Anda ingin berhutang
dalam jumlah besar, pertimbangkan untuk membuat sebuah perusahaan atau
perusahaan terbatas.

Pahamilah Bagaimana –dan jika- Anda Akan Membuat Keuntungan

Anda dapat membuat satu kalimat pendek untuk mengungkapkan itu bagaimana
bisnis plan Anda dapat membuat profit yang besar. Bagi pemula, Anda mesti
tahu berapa biaya yang akan Anda keluarkan: berapa banyak Anda akan
menghabiskan uang untuk membeli peralatan, membayar sewa, membayar
pegawai dan menutup biaya-biaya tak terduga lainnnya. Maka Anda dapat
menggambarkan secara tepat seberapa banyak Anda harus menjual tiap
bulannya, untuk mendapatkan rupiah, untuk menutup segala biaya dan
mendapatkan keuntungan di sisi lain. Jumlah itu semua Anda butuhkan untuk
membuat sebuah “analisa break even.” Atau analisa keuntungan dan balik
modal.

Membuat perencanaan bisnis, tak peduli seberapa banyak


Setelah mengetahui jumlah keuntungan dan membuat sebuah analisa break-
even adalah langkah pertama dalam membuat sebuah perencanaan bisnis. Bagi
sebagian besar perusahaan kecil, bagian kunci dari sebuah perencanaan bisnis
adalah analisa break-even, taksiran rugi laba, dan proyeksi cash flow.
Memproyeksikan cash flow adalah kunci dan itu langkah untuk mengetahui
perusahaan Anda untung atau rugi: walaupun bisnis Anda dapat berjalan dan
manjual banyak produk, jika Anda tidak dapat balik modal dalam tempo waktu
90-180 hari, itu artinya bisnis Anda tidak dapat betahan lebih lama lagi kecuali
Anda telah mem-planing untuk mengantisipasinya.

Dapatkan dan Jaga nilai persaingan bisnis Anda

Membangun nilai persaingan dalam bisnis Anda adalah hal yang sangat penting
dilakukan untuk menggapai sebuah kesuksesan jangka panjang. Beberapa cara
untuk menciptakan nilai persaingan adalah dengan cara mengenali dengan baik
lawan Anda atau pesaing Anda, membuat sebuah produk yang sulit untuk ditiru,
memproduksi dan mendistribusikan produk Anda dengan secara lebih efisien,
memilih lokasi yang tepat, atau dengan cara memberikan pelayanan yang
terbaik dan memuaskan.

Dan satu hal lagi yang mesti Anda perhatikan dalam hal persaingan adalah
melindungi rahasia-rahasia dagang Anda -informasi rahasia yang memberikan
Anda manfaat persaingan di pasar. Contoh dari rahasia dagang meliputi data
konsumen Anda, metode survei, strategi pemasaran dan tehnik-tehnik produksi.
Untuk melindungi rahasia dagang Anda di bawah perlindungan hukum, langkah
yang dapat Anda lakukan dengan menjaga kerahasiaan informasi. Langkah-
langkah tersebut adalah dengan memberikan label “rahasia” terhadap dokumen-
dokumen, menggunakan password untuk memprotek segala informasi yang ada
di dalam komputer, menggunakan perjanjian yang bersifat tertutup dan
membatasi akses karyawan dengan alasan yang tepat untuk mengetahui rahasia
dagang Anda. Dan cara lain untuk menjaga daya saing usaha/bisnis Anda adalah
dengan beraksi cepat terhadap segala berita buruk. Bila suatu saat Anda melihat
bahwa bisnis Anda perlu untuk beriklan, maka lakukan dengan segera. Yang
memuat bisa soal perpindahan kantor Anda ke lokasi lain, pengenalan produk
baru atau pelayanan, atau membuat suatu terobosan untuk mencapai customer.

Buat seluruh perjanjian secara tertulis

Segala hukum yang Anda nyatakan baik kontrak atau pun segala perjanjian
harus dibuat secara tertulis. Walau pun secara hukum tidak disyaratkan, adalah
bijaksana bila Anda membuat segalanya secara tertulis, karena perjanjian secara
lisan sulit bahkan tidak mungkin untuk bisa dibuktikan. Biasakan diri Anda untuk
selalu menuangkan segala bentuk perjanjian, transaksi dan kontrak secara
tertulis.

Cari dan Jaga Pegawai yang Baik

Anda harus memcari dan menjaga karyawan yang benar-benar baik, bukan
hanya karyawan yang mampu secara kompetensi saja. Karyawan yang
berkompetensi tinggi dan benar-benar antusias adalah minimal dua atau bahkan
tiga kali lebih berharga dari orang yang berkemampuan pada umumnya. Untuk
menciptakan keseimbangan dan kebahagian dalam suasana kerja, adalah sangat
penting tidak hanya para pegawai Anda yang percaya bahwa mereka di
perlakukan secara adil, tapi juga bahwa bisnis Anda adalah pantas dihargai.
Karena pegawai yang menyukai pekerjaannya akan memberikan yang terbaik
buat Anda baik saat kerja atau tidak. Dan para konsumen akan lebih senang lagi
untuk merekomendasikan ke orang-orang terdekat mereka.

Bayar semua billing dan pajak Anda tepat waktu

Di jaman sekarang ini, dimana reputasi untuk menjaga janji seorang adalah aset
yang sangat berharga, strategi yang baik adalah baik membayar rekening Anda
di muka atau membayar mereka di awal.

2.3. JOINT VENTURE

Menurut pandangan seorang ahli hukum, Joint Venture adalah kerjasama


sementara, yaitu suatu macam Partnership (perserikatan) yang bersifat
sementara

Join Venture adalah kerjasama antara pemilik modal asing dengan pemilik modal
nasional semata-mata berdasarkan suatu perjanjian berkala (contractueel).

Operasional dari Joint Venture adalah:

mencoba memanfaatkan modal asing yang berasal dari luar negeri

mencoba untuk memanfaatkan teknologi yang berasal dari luar negeri

mencoba untuk memanfaatkan kapasitas manajemen berasal dari luar negeri.

Joint Venture dapat juga diartikan sebagai usaha patungan antara pihak
domestik dengan pihak asing (luar negeri) dalam rangka kerjasama yang berupa
kontrak yang bersifat internasional dengan masing-masing pihak menundukan
diri pada sistem nasional yang berbeda .Pada kedua belah pihak yang berkontrak
harus berpegang pada azas hukum berkontrak (azas konsensualitas).

2.4 BOT (BUILD OPERATE TRANSFER (BANGUN GUNA SERAH)

Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 248/KMK.04/1995 tanggal 2 Juni


1995, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan bangun serah guna adalah
suatu bentuk perjanjian kerja sama yang dilakukan antara pemegang hak atas
tanah dengan investor, yang menyatakan bahwa pemegang hak atas tanah
memberikan hak kepada investor untuk mendirikan bangunan selama masa
perjanjian bangun guna serah (BOT), dan mengalihkan kepemilikan bangunan
tersebut kepada pemegang hak atas tanah setelah masa bangun guna serah
berakhir. Yang dimaksud dengan Bentuk Pola Bangun Guna Serah (Built, Operate
and Transfer/BOT ) adalah pemanfaatan barang milik/kekayaan Negara/Daerah
yang dilimpahkan pengelolaannya kepada Perum atau Perusahaan daerah
berupa tanah oleh pihak lain, dengan cara pihak lain tersebut membangun
bangunan dan atau sarana lain berikut fasilitasnya di atas tanah tersebut, serta
mendayagunakan dalam jangka waktu 20-30 tahun sesuai diatur didalam
Keputusan Menteri Keuangan No. 470/KMK.01/1994 tanggal 20 September 1994,
untuk kemudian menyerahkan kembali tanah, bangunan dan atau sarana lain
berikut fasilitasnya tersebut beserta pendayagunaannya kepada Pemilik atau
pihak pertama setelah berakhirnya jangka waktu yang disepakati.

Perjanjian meliputi transaksi pembangunanBangunan diatas Tanah oleh dan


sepenuhnya atas biaya Pihak Kedua sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam
perjanjian, untuk mana Pihak Kedua diberi imbalan dalam bentuk hak
pengoperasian Bangunan Supermarket dan menarik hasil dari pengoperasian
tersebut selama jangka waktu pengoperasian, serta menyerahkan kembali
Bangunan serta hak pengopersiaannya kepada Pihak Pertama setelah jangka
waktu pengoperasian berakhir.

Kewajiban dan hak masing-masing pihak

Pihak Pertama berkewajiban untuk:

Menyiapkan dan menyerahkan tanah sebagaimana dalam keadaan kosong dan


bebas dari ikatan hukum dengan pihak lain kepada Pihak Kedua dengan suatu
Berita Acara Penyerahan yang akan dilampirkan pada dan merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari perjanjian ini.

Membantu kelancaran pengurusan dan penyelesaian Hak Guna Bangunan (HGB)


atas tanah tersebut tercatat atas nama Pihak Kedua, serta membantu kelancaran
pengurusan penyelesaian perizinan-perizinan dalam rangka pendirian sarana
yang diperlukan antara lain, Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), H.O., Surat Ijin
Tempat Usaha (SITU), atas biaya Pihak Kedua.

Pihak Kedua berkewajiban untuk:

Melaksanakan pembangunan

Bangunan sebagaimana dimaksud sampai selesai dalam jangka waktu maksimal


2 (dua) tahun setelah keluarnya sertifikat Hak Guna Bangunan (HGB) atas nama
Pihak Kedua di atas tanah sertifikat Hak Milik atas nama Pihak Pertama, sebagai
masa kontruksi.

Membayar biaya pengadaan tanah.

Menyetorkan bagian keuntungan setiap tahun kepada Pihak Pertama.


Membayar kompensasi atas pemberian Hak Guna Bangunan atas nama Pihak
Kedua diatas Hak Milik atas nama Pihak Pertama.

Membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sesuai ketentuan peraturan


perundang-undangan yang berlaku.

Mengadakan renovasi Bangunan dan sarana penunjangnya sekurang-kurangnya


tiap 5 (lima) than sekali.

Mengansuransikan bangunan tersebut pada Perusahaan Asuransi sejak


pembangunan dimulai sampai dengan berakhirnya kerjasama.

Menyerahkan kembali Bangunan dan hak pengoperasian kepada Pihak Pertama


setelah berakhirnya jangka waktu pengoperasian dalam keadaan baik dan dapat
berfungsi secara maksimal.

Pihak Kedua berhak menjaminkan Hak Guna Bangunan (HGB) atas nama Pihak
Kedua di atas Hak Milik atas nama Pihak Pertama pada Bank/Lembaga Keuangan
lainnya sesuai ketentuan perundangan yang berlaku.

Resiko finansial yang diakibatkan oleh transaksi antara Pihak Kedua dengan
Bank/Lembaga Keuangan maupun pihak-pihak lain menjadi beban dan tanggung
jawab Pihak Kedua.

Pemutusan Perjanjian

Perjanjian dapat diputuskan apabila:

Kedua belah pihak sepakat untuk mengakhirinya dan dituangkan dalam


persetujuan tertulis.

Pihak Kedua tidak dapat menyelesaikan pembangunan Bangunan.

Terjadi keadaan memaksa (force majeure) dan perjanjian ini disepakati untuk
diakhiri.

Pemutusan Perjanjian ini dapat terjadi pada masa pembangunan Bangunan


maupun pada masa pengoperasian Bangunan Supermarket

Penyerahan Kembali Bangunan dan Hak Pengoperasian\

Dalam jangka waktu 6(enam) bulan sebelum Perjanjian berakhir. Kedua belah
pihak harus melakukan penelitian dan evaluasi terhadap asset dan hutang-
piutang yang berhubungan dengan pelaksanaan Perjanjian ini.

Dalam hal pelaksanaan Perjanjian ini berlangsung dengan lancar dan tertib dan
jangka waktu pengoperasian berakhir, maka dalam waktu selambat-lambatnya
7(tujuh) hari kerja sejak berakhirnya jangka waktu kerjasama, Pihak Kedua wajib
menyerahkan bangunan Supermarket kepada Pihak Pertama dengan suatu Berita
Acara Penyerahan.
Berita Acara Penyerahan tersebut harus memuat secara terperinci keadaan
tanah dan bangunan pada saat penyerahan kembali hak pengoperasian dari
Pihak Kedua kepada Pihak Pertama. Resiko finansial yang diakibatkan oleh
transaksi antara Pihak Kedua dengan Bank/Lembaga Keuangan maupun pihak-
pihak lain menjadi beban dan tanggung jawab Pihak Kedua.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil pembahasan di atas bahwa mengenai hubungan bisnis yang berupa
kerjasama ekonomi antara pihak domestik dengan pihak yang asing dalam bisnis
internasional di gunakan untuk beragam macam perjanjian kerjasama ekonomi
antara pihak asing dengan pihak domestik, antara lain misalnya:

Perjanjian produksi bersama (coproduction agreement)

Perjanjian bagi hasil (production sharing agreement)

Perjanjian lisensi (licensing agreement) dan kontrak management (management


contract) juga di sebut Joint Venture

Saran

Makalah ini belum sepenuhnya dapat memberikan solusi dalam hal pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan, sehingga perlu dikembangkan lebih lanjut.
Tetapi makalah ini bisa dijadikan sebagai referensi untuk mengambil keputusan
dalam menghadapi suatu permasalahan yang sedang dihadapi bagi seorang
menejer ataupun bagi orang awam yang sedang menghadapi suatu
permasalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Buchanan, R. and Gilles, C. (1990) "Value managed relationship: The key to


customer retention and profitability", European Management Journal, vol 8, no 4,
1990.

Carrol, P. and Reichheld, F. (1992) "The fallacy of customer retention", Journal of


Retail Banking, vol 13, no 4, 1992.

Fornell, C. and Wernerfet, B. (1987) "Defensive marketing strategy by customer


complaint management : a theoretical analysis", Journal of Marketing

Reichheld, F. (1996) The Loyalty Effect, Harvard Business School Press, Boston,
1996.

Reichheld, F. and Sasser, W. (1990)"Zero defects: quality comes to


services", Harvard Business Review, Sept-Oct, 1990, pp 105-111.

Schlesinger, L. and Heskett, J. (1991) "Breaking the cycle of failure in


service", Sloan Management Review, spring, 1991, pp. 17-28.

Stieb, James A. (2006) "Clearing Up the Egoist Difficulty with Loyalty", Journal of
Business Ethics, vol 63, no 1.

Storbacka, K. Strandvik, T. and Gronroos, C. (1994) "Managing customer


relationships for profit", International Journal of Service Industry Management,
vol 5, no 5, 1994, pp 21-28.

Anda mungkin juga menyukai