Anda di halaman 1dari 10

SEMINAR PROGRAM SARJANA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Nama : Akbar Sukma Pratama


NIM : A24154004
Mayor : Agronomi dan Hortikultura
Judul Penelitian : Pengujian Keragaan Galur Padi F5 Bermalai Lebat pada
Kondisi Dosis Pemupukan Rendah
Komisi Pembimbing : Dr. Ir. Hajrial Aswidinnoor, M.Sc.
Hari/Tanggal : Senin /13 Agustus 2018
Waktu :
Tempat : Ruang Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura
Pengujian Keragaan Galur Padi F5 Bermalai Lebat Pada Kondisi Dosis Pemupukan Rendah

The Performance of Heavy Panicle Rice F5 Generation in Low Dosage Fertilizer Conditions

Akbar Sukma Pratama, Hajrial Aswidinnoor1


1
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
(Bogor Agricultural University) Jalan Meranti, Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680, Indonesia
Telp. & Faks. 0251-8629353 e-mail: agronipb@indo.net.id

ABSTRACT
Perakitan varietas baru menjadi kunci dalam upaya mendapatkan varietas yang produksinya lebih
tinggi. Pembentukan padi tipe baru merupakan upaya pengumpulan sifat baik melalui berbagai sumber atau
tetua. Penelitian ini bertujuan melihat interaksi galur padi dengan kondisi dosis pemupukan rendah.
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Sawah Baru, Babakan, Darmaga, Bogor pada bulan
November 2017 sampai Maret 2018. Penelitian ini menggunakan percobaan dengan Rancangan Augmented
design dengan 24 galur uji padi hasil silangan dan lima varietas dan satu galur pembanding yaitu IPB 3S,
IPB 160-F-54-4-1, IPB 8G, IPB 9G, Ciherang, dan Limboto. Hasil penelitian menunjukkan terdapat enam
galur padi yang memiliki potensi hasil tinggi yaitu nomor 193-F-4 (6,31 ton ha-1), 189-F-2 (5,96 ton ha-1),
191-F-1-1 (5,96 ton ha-1), 194-F-14-3 (5,91 ton ha-1), 193-F-3 (5,91 ton ha-1), 194-F-1 (5,71 ton ha-1)
sedangkan produktivitas varietas pembanding adalah IPB 9G (4,70 ton ha-1), IPB 3S (5,00 ton ha-1), IPB 8G
(4,37 ton ha-1), IPB 160-F-54-4-1 (4,00 ton ha-1), Limboto (3,60 ton ha-1), dan Ciherang (3,20 ton ha-1 ).

Kata kunci: galur, padi bermalai lebat, keragaan.

ABSTRAK
Development of new varieties is key in the quest for higher yielding varieties. The development of
new types of rice is an effort to collect good properties through various sources or parents. This study aims
to see performance of rice genotype with low fertilizer dosage conditions. The experiment was conducted in
Rice Field Experimental Plant, Babakan, Darmaga, Bogor in November 2017 until March 2018. The
experiment was designed in Augmented design, with 24 lines rice test and five varieties and one line i.e IPB
3S, IPB 160-F-54-4-1, IPB 8G, IPB 9G, Ciherang, and Limboto. The results showed that there are six
genotipe rice with higher yield potential , namely 193-F-4 (6,31 ton ha-1), 189-F-2 (5,96 ton ha-1), 191-F-1-1
(5,96 ton ha-1), 194-F-14-3 (5,91 ton ha-1), 193-F-3 (5,91 ton ha-1), 194-F-1 (5,71 ton ha-1), Check’s
productivity are comparison are IPB 9G (4,70 ton ha-1), IPB 3S (5,00 ton ha-1), IPB 8G (4,37 ton ha-1), IPB
160-F-54-4-1 (4,00 ton ha-1), Limboto (3,60 ton ha-1), dan Ciherang (3,20 ton ha-1 ).

Keywords: genotype, heavy panicle, performance.

PENDAHULUAN

Salah satu upaya pengembangan varietas unggul melalui pengembangan potensi Padi Tipe Baru (PTB).
Perkembangan PTB di Indonesia dimulai sejak tahun 1995. Menurut Suprihatno (2007), empat varietas padi telah
dilepas sebelum tahun 2007. Las et al (2002) menyatakan bahwa potensi hasil PTB 10-25% lebih tinggi dibandingkan
dengan varietas unggul padi yang ada saat ini. Pembentukan PTB perlu dilakukan untuk mendukung peningkatan
produksi dan produktivitas padi nasional.
Pembentukan padi PTB merupakan upaya pengumpulan sifat baik melalui berbagai sumber atau tetua (Lubis
et. al., 2013). Salah satu tahapan pembentukan PTB adalah dengan karakterisasi morfologi malai yang baik dengan
banyaknya bulir dan rendahnya presentase bulir hampa. Salah satu dosen IPB Dr. Hajrial Aswidinnoor yang meneliti
Padi Tipe Baru (PTB) ingin menguji galur-galur padi bermalai lebat dengan jumlah 500-600 bulir per malai dengan
pengaruh pemupukan rendah untuk mengetahui karakter malai yang dihasilkan dari percobaan tersebut. Penelitian ini
diharapkan dapat menurunkan jumlah bulir padi bermalai lebat, sehingga didapatkan satu calon varietas dengan jumlah
300-350 bulir padi permalainya walaupun dengan menggunakan dosis pemupukan rendah.
BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Sawah Baru, Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Bogor.
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2017 sampai dengan bulan Maret 2018. Perhitungan komponen hasil
dilakukan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 24 galur padi F5 yang berasal dari lima populasi hasil silangan, dan
menggunakan enam varietas pembanding yaitu IPB 8G, IPB 9G, IPB 3S, IPB 10S, Ciherang, dan Limboto.
Pupuk yang digunakan adalah pupuk Urea dan Ponska dengan dosis masing- masing 100 kg Urea ha-1 dan 150
kg ha-1 phonska (15:15:15). Pestisida yang digunakan adalah insektisida dengan bahan aktif Chlorhirifos 500 gl-1,
Moluskisida dengan bahan aktif Niklosamida 250 g l-1 dan herbisida dengan bahan aktif isopropil Amina Glifosat 480
g l-1. Alat yang digunakan adalah peralatan biasa yang dibutuhkan dalam budidaya padi, penggaris, pulpen dan buku
jurnal.
Percobaan ini menggunakan rancangan augmented design dengan faktor tunggal yaitu galur padi. Faktor galur
padi terdiri dari 24 galur padi sebagai galur uji dan enam varietas pembanding yaitu Ciherang, Limboto, IPB 3S, IPB
4S, IPB 8G, dan IPB 9G.
Varietas pembanding diulang sebanyak tiga kali sementara galur uji tidak diulang. Percobaan dilakukan pada
satu blok, sehingga terdapat 30 blok galur uji dan 18 blok varietas pembanding yang diacak menggunakan aplikasi “R”
sehingga total terdapat 42 satuan percobaan. Setiap satu petak percobaan berukuran 2 m x 4 m sampai 2,25 m x 4 m dan
diambil sebanyak lima tanaman contoh untuk diamti setiap petak. Hasil gabah kering giling (kadar air 14%) dalam
ton/ha, dihitung bedasarkan rumpun panen per satuan percobaan.
Data yang diperoleh dianalisa untuk melihat karakter galur, menduga parameter genetik, serta menghitung
heretabilitas. Analisa keragaan melalui analisi Ragam (ANNOVA) dan uji Beda Nyata terkecil atau Least Significant
Difference (DMRT) pada taraf 5% yang bertujuan untuk membandingkan nilai tengah varietas pembanding dan
berdiskusi dengan dosen pendamping.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rekapitulasi Sidik Ragam


Berdasarkan hasil analisis ragam pada Tabel , terlihat bahwa galur uji tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah
anakan, bobot 1000 butir, dan umur panen. Galur uji berpengaruh terhadap karakter produktivitas, tinggi tanaman,
panjang daun bendera, panjang malai, umur berbunga, jumlah gabah isi, jumlah gabah hampa, dan jumlah gabah total.
Galur yang berpengaruh nyata mempunyai keragaman yang signifikan terhadap karakter-karakter yang diamati pada
galur uji padi bermalai lebat.
Nilai KK (Koefisien Keragaman) semua karakter yang diamati dibawah 30 %. hal ini menunjukkan bahwa
sebaran data dari semua karakter yang diamati cukup homogen. KK tertinggi terdapat pada karakter daun bendera,
sedangkan nilai KK paling kecil yaitu pada karakter umur panen. Hal ini menyatakan bahwa data yang paling homogen
adalah pada karakter umur panen. Gomez dan Gomez (2010) menyatakan bahwa nilai KK menunjukkan tingkat
ketepatan perlakuan yang diperbandingkan dan merupakan indeks yang baik dari keadaan suatu percobaan. Standar
nilai KK dilapangan adalah di bawah 30 %.

Tabel 1. Rekapitulasi sidik ragam karakter tanaman padi yang diamati


Karakter Fhit Galur Fhit Blok KK (%)
Produktivitas per hektar 7.95** 13.01** 14,19
Jumlah gabah total per malai 9.35** 1.43tn 12.89
Jumlah gabah hampa 11.47** 0.16tn 20.89
Jumlah gabah isi 3.93* 1.14tn 17.19
Bobot 1000 butir 1.85tn 0.53tn 8.96
tinggi tanaman 3.54* 1.81tn 8.72
Panjang batang tanaman 3.16* 1.44tn 8.52
Jumlah anakan produktif 1.90tn 0.27tn 24.24
Panjang daun bendera 0.68tn 0.57tn 23.31
Panjang malai 7.68** 0.07tn 5.27
Umur berbunga 3.73* 2.98tn 2.78
Umur panen 35.68** 5.59** 2.35
Keterangan: ** = berbeda sangat nyata pada taraf alfa 1 %, * = berbeda nyata pada taraf alfa 5 %, tn = tidak
nyata
Produktivitas Galur-Galur Uji
Produktivitas semua galur uji berkisar antara 1.53 ton ha-1 hingga 6.31 ton ha-1. Penghitungan bobot
produktivitas berdasarkan nilai gabah kering giling per rumpun. Produksi keseluruhan galur uji dapat dilihat pada
Tabel 2.

Tabel 2. Produktivitas galur uji dan varietas pembanding.


Produksi Produksi
No Galur No Galur
(Ton ha-1) (Ton ha-1)
1 187-F-1 4,63e 16 193-F-2 2,66abcd
2 187-F-2 3,73 17 193-F-3 5,91bcef
3 187-F-3 4,13 18 193-F-4 6,31bcdef
4 187-F-4 1,93abcdf 19 193-F-5 5,21ef
5 187-F-5 3,03ad 20 194-F-1 5,71bcef
6 187-F-6 1,93abcdf 21 194-F-14-1 4,11
7 187-F-7 5,13ef 22 194-F-2 3,81
8 187-F-8 1,53abcdef 23 194-F-14-2 3,01acd
9 189-F-1 4,46 24 194-F-14-3 5,91bcef
10 189-F-9-1 4,61e 25 IPB 3S 5,00
11 189-F-2 5,96bcef 26 IPB 160-F-54-4-1 4,00
12 189-F-3 3,66a 27 IPB 8G 4,37
13 189-F-4 4,16 28 IPB 9G 4,70
14 191-F-1-1 5,96bcef 29 Ciherang 3,20
15 193-F-1 4,66e 30 Limboto 3,60
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama berbeda nyata dengan pembanding pada uji lanjut dunnett α = 0.05.
BSB = Bobot Seribu Butir. a = berbeda nyata dengan IPB 3S, b = berbeda nyata dengan IPB 160-F-54-4-
1, c = berbeda nyata dengan IPB 8G, d = berbeda nyata dengan IPB 9G, e = berbeda nyata dengan
Ciherang, f = berbeda nyata dengan Limboto.

Galur uji yang mempunyai produktivitas yang paling tinggi adalah nomor 193-F-4 yang mempunyai
produktivitas sebesar 6.31 ton ha-1. Galur uji yang paling rendah adalah 187-F-8 yang memiliki produktivitas sebesar
1.53 ton ha-1, setelah uji lanjut terdapat dua galur uji yang berbeda nyata dengan semua pembanding yaitu galur uji 187-
F-6 dan 187-F-8. Terjadi penurunan produktivitas pada varietas kontrol dimana diketahui hasil produktivitas yang
seharusnya menurut literatur adalah : IPB 3S 7 ton ha-1, IPB 8G 4,2 ton ha-1 , Ciherang 6 ton ha-1, Limboto 4,5 ton ha-
1. Hasil menurut literatur bisa dilihat pada lampiran 6-10.
Penurunan hasil produksi dipengaruhi kurangnya unsur hara yang diberikan karena menurunnya komponen
hasil produksi seperti meningkatnya persentase jumlah gabah hampa. Penelitian ini hanya terdapat tigat galur uji yang
memiliki persentase gabah hampa di bawah 20% yaitu : IPB 3S, IPB 160-F-54-4-1, IPB 8G (Tabel 5) dimana Makarim
dan Suhartatik (2009), menyebutkan bahwa persentase kehampaan gabah tinggi apabila lebih dari 20%.

Komponen Produksi dan Karakter Agronomi

Jumlah Gabah Total


Jumlah gabah total semua galur uji berkisar berkisar 152 hingga 537 gabah per malai (Tabel 5). Galur uji
nomor 187-F-2 merupakan galur dengan jumlah gabah total paling lebat sebanyak 537 bulir per malai. Jumlah gabah
total dari galur uji paling sedikit yaitu nomor 187-F-8 sebanyak 225 bulir per malai. Galur yang memiliki jumlah gabah
total diatas 350 sebanyak tujuh galur yaitu nomor 194-1, 187-14, 193-1, 193-2, dan 193-10. Rata-rata galur uji
mempunyai gabah total per malai pada sebaran 301-350 bulir per malai.
Kondisi pemupukan rendah dapat mempengaruhi hasil tanaman padi (jumlah gabah per malai dan jumlah
gabah isi per malai) berhubungan dengan meningkatnya ketersediaan nitrogen dalam tanah dan serapan nitrogen oleh
tanaman, selain itu juga ketersediaan unsur nitrogen dan fosfor di dalam tanah.
Unsur makro ini merupakan unsur hara yang sangat penting dibutuhkan oleh tanaman, dimana interaksi ketiga
unsur ini akan dapat menunjang pertumbuhan dan hasil padi sawah yang lebih baik. Fairhurst et al (2007), menyatakan
bahwa nitrogen dapat meningkatkan jumlah gabah per malai dan jumlah gabah isi per malai.
Kurangnya unsur kalium yang diberikan pada percobaan ini bisa jadi menjadi salah satu pengaruh menurunnya
jumlah gabah per malai seperti pendapat Dobermann dan Fairhurst, (2000), bahwa nusur kalium dapat meningkatkan
jumlah gabah per malai, persentase gabah bernas, dan bobot 1000 butir gabah.
Hasil korelasi Karakter jumlah gabah total per malai dengan bobot panen gabah per rumpun pada kondisi
pemupukan rendah -0.3557 (Tabel 3) tidak memiliki korelasi positif dan nyata dengan bobot panen gabah per rumpun,
artinya tanaman dengan jumlah gabah total per malai yang banyak tidak memiliki hasil yang tinggi karena dipengaruhi
jumlah gabah hampa yang tinggi di buktikan oleh hasil korelasi jumlah gabah hampa dan jumlah gabah total yang
berkorelasi positif sangat kuat dengan nilai 0.8636.
Karakter jumlah gabah total per malai dengan jumlah gabah isi pada kondisi pemupukan rendah memiliki
korelasi sebesar 0,9112 . Karakter jumlah gabah per malai memiliki korelasi positif dan sangat kuat dengan karakter
jumlah gabah isi dan panjang malai. Jumlah gabah per malai yang banyak akan menghasilkan persentase gabah isi yang
banyak pula, di sisi lain, jumlah gabah per malai yang banyak diperoleh dari malai-malai yang berukuran panjang.
Malai yang panjang juga akan menghasilkan karakter gabah isi yang tinggi. Hal ini dicerminkan oleh korelasi
antara karakter gabah isi dan panjang malai yang bernilai 0.9859 positif dan sangat kuat. Artinya seleksi kearah jumlah
gabah total dan jumlah gabah isi yang tinggi, serta malai yang panjang akan meningkatkan kualitas generasi
selanjutnya.

Tabel 3. Hasil korelasi karakter komponen produksi.


JGT JGI BPGR PM PBT PDB JA BSB UB UP JGH
JGT - - - - - - - - - - -
JGI 0,9112 - - - - - - - - - -
BPGR -0,3557 -0,2099 - - - - - - - - -
PM 0,8733 0,9859 -0,1706 - - - - - - - -
PBT 0,4376 0,3314 -0,3486 0,2585 - - - - - - -
PDB 0,5620 0,5188 -0,3485 0,4776 0,4434 - - - - - -
JA -0,0930 -0,0895 0,1376 -0,0773 -0,0426 -0,1456 - - - - -
BSB -0,1855 -0,0976 0,0481 -0,0593 -0,1789 -0,1925 -0,1787 - - - -
UB 0,2111 0,0945 -0,1385 0,0534 0,2186 0,1576 0,2278 -0,3863 - - -
UP 0,0761 0,0670 0,0050 0,0511 0,2805 0,2905 0,4704 -0,2120 0,4947 - -
JGH 0,8636 0,5793 -0,4478 0,5214 0,4630 0,4791 -0,0736 -0,2486 0,3023 0,0695 -
Keterangan: 0,00 – 0,199 : Hubungan korelasinya sangat lemah, 0,20 – 0,399 : Hubungan korelasinya lemah, 0,40
– 0,599 : Hubungan korelasinya sedang, 0,60 – 0,799 : Hubungan korelasi kuat, 0,80 – 1,0 :
Hubungan korelasinya sangat kuat Sumber : (Sugiyono, 2010). JGT = Jumlah Gabah Total, JGI =
Jumlah Gabah Isi, BPGR = Bobot Panen Gabah per rumpun, PM = Panjang Malai, PBT = Panjang
Batang Tanaman, PDB = Panjang Daun Bendera, JAP = Jumlah Anakan Produktif, BSB = Bobot
Seribu Butir, UB = Umur Berbunga, UP = Umur Panen, JGH = Jumlah Gabah Hampa.

Jumlah Gabah Isi


Jumlah gabah isi per malai cukup banyak yang berkisar 153 hingga 377 gabah per malai (Tabel 5). 187-F-2
merupakan galur uji yang memiliki jumlah gabah isi terbanyak, yaitu 377 gabah isi per malai. Galur uji yang memiliki
jumlah gabah isi paling sedikit adalah 187-F-8, yaitu 153 gabah isi per malai.
Tidak semua galur uji berbeda nyata lebih tinggi pada karakter jumlah gabah isi dengan varietas Ciherang dan
Limboto kecuali nomor 193-4, 194-12, 193-3, dan 193-4 (Tabel 4). Terdapat satu galur uji yang mempunyai jumlah
gabah isi per malai berbeda nyata lebih tinggi dari semua pembanding yaitu nomor 187-F-2. Sebaran jumlah gabah isi
terbanyak adalah 201 bulir sampai 225 bulir dan 251 bulir sampai 275. Karakter jumlah gabah isi dan panjang malai
berkorelasi sangat kuat, namun karakter bobot panen gabah per rumpun hanya memiliki nilai korelasi tertinggi 0.1376
yang artinya sangat lemah (Tabel 3). Hubungan antara jumlah gabah isi dan panjang malai mempengaruhi seleksi
pembentukan galur yang diinginkan, akan tetapi kondisi ini menyebabkan seleksi terhadap karakter bobot panen gabah
per rumpun tidak akan berpengaruh terhadap komponen hasil.
Tabel 4. Karakter malai dan bobot seribu butir.
No. Galur JGT JGI PGH (%) BSB (g)
1 187-F-1 251 195 21d 25.40
bcdef abcdef abcdef
2 187-F-2 530 373 59 23.90
3 187-F-3 376abe 254e 46abcef 23.40
4 187-F-4 342be 225e 44abcef 25.40
5 187-F-5 457abcdef 275be 68abcdef 25.70
6 187-F-6 342be 229e 42abcef 25.00
7 187-F-7 303be 236e 25b 27.20
cd cf b
8 187-F-8 219 149 26 29.10
9 189-F-1 274e 204 26b 29.12
10 189-F-9-1 337be 212 47abcef 29.12
11 189-F-2 275e 184 34abce 27.72
12 189-F-3 265e 199 25b 25.82
13 189-F-4 354be 259e 36abce 26.32
be e abe
14 191-F-1-1 300 216 32 27.02
15 193-F-1 327be 200 48abcef 23.52
16 193-F-2 376abe 261e 43abcef 28.72
17 193-F-3 260be 196 24bd 26.18
18 193-F-4 321be 258e 24bd 24.08
19 193-F-5 391abe 284be 40abcef 29.28
abe bde b
20 194-F-1 367 302 25 27.38
21 194-F-14-1 471abcdef 296be 66abcdef 24.78
22 194-F-2 282e 205 29be 27.18
23 194-F-14-2 365abe 287be 29be 30.88
24 194-F-14-3 368abe 267e 38abce 26.78
25 IPB 3S 266 220 16 29.63
26 IPB 160-F-54-4-1 203 188 10 27.73
27 IPB 8G 323 268 17 27.00
28 IPB 9G 316 212 33 25.10
29 Ciherang 158 126 20 23.97
30 Limboto 307 240 22 24.47
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama berbeda nyata dengan pembanding pada uji lanjut dunnett
α = 0.05. JGT = Jumlah Gabah Total, JGI = Jumlah Gabah Isi, PGH = Persentase Gabah
Hampa, BSB = Bobot Seribu Butir, a = berbeda nyata dengan IPB 3S, b = berbeda nyata dengan
IPB 160-F-54-4-1, c = berbeda nyata dengan IPB 8G, d = berbeda nyata dengan IPB 9G, e =
berbeda nyata dengan Ciherang, f = berbeda nyata dengan Limboto.

Persentase Gabah Hampa


Persentase gabah hampa per malai berkisar antara 10% hingga 68%. Persentase gabah hampa per malai
terendah terdapat pada galur pembanding IPB 160-F-54-4-1 sebesar 10%. Nomor 187-F-5 mempunyai galur dengan
persentase gabah hampa paling tinggi sebesar 68 %. Galur IPB 160-F-54-4-1 memiliki gabah total 203 dan galur 187-F-
5 memiliki gabah total sebanyak 457, namun galur 187-F-2 yang memiliki jumlah gabah total 530 memiliki persentase
gabah hampa lebih rendah dibanding galur 187-F-5, artinya semakin tinggi jumlah gabah total tidak berarti
menyebabkan kenaikan persentase hampa pada galur uji.
Tinginya persentase gabah hampa disebabkan karena faktor genetik dari setiap galur uji dan kemungkinan
adanya faktor lingkungan dan pemberian dosis pemupukan rendah. Kekurangan fosfor dapat menyebabkan sebagian
besar gabah menjadi hampa. Tanaman padi memerlukan pupuk fosfor relatif lebih sedikit dibandingkan dengan pupuk
nitrogen dan pupuk fosfor diperlukan pada awal pertumbuhannya (Yoshida, 1981).
Persentase kehampaan gabah tinggi apabila lebih dari 20% . Makarim dan Suhartatik (2009). Pengisian malai
padi berkaitan dengan teori sink and source. Malai merupakan sink (tempat penyimpanan asimilat) pada tanaman padi
(Makarim dan Suhartatik, 2009). Persentase gabah hampa yang tinggi pada penelitian ini menunjukkan bahwa genotipe
padi memiliki ukuran source yang besar tidak termanfaatkan secara optimal.
Malai padi yang menghasilkan jumlah gabah per malai yang tinggi memiliki potensi dalam meningkatkan
produksi hasil, hal ini dibuktikan dari hasil korelasi antara karakter jumlah gabah hampa dan panjang malai yang
berkorelasi positif dengan nilai 0.5214 (Tabel 4).
Persentase gabah hampa yang tinggi dapat menurunkan produksi hasil. Salah satu upaya penelitian ini adalah
dalam meningkatkan hasil produksi yaitu menghasilkan padi dengan jumlah gabah per malai yang banyak dan
persentase gabah hampa yang kecil.

Bobot 1000 Butir


Bobot 1000 butir dari galur uji berkisar antara 23.40 gram sampai 30,38 gram. galur uji yang mempunyai
bobot 1000 butir paling tinggi yaitu nomor 194-F-14-2 sebesar 30.38 gram, sedangkan galur yang mempunyai bobot
1000 butir paling ringan adalah nomor 193-F-1 sebesar 23.40. Rata rata persen gabah hampa dan bobot 1000 butir dari
semua galur uji dan pembanding dapat dilihat pada Tabel 4.

Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman merupakan salah satu karakter penting dalam pemuliaan tanaman. Semakin tinggi tanaman,
kecenderungan tanaman akan semakin mudah roboh. Tinggi galur uji berkisar 102.37 cm – 153.30 cm (Tabel 6). galur
uji yang memiliki rataan tinggi yang tertinggi yaitu 193-F-5 sebesar 149 cm, sedangkan galur uji dengan rataan tinggi
paling rendah yaitu IPB 160-F-54-4-1 sebesar 102.37 cm. IRRI (2013), menetapkan kriteria tinggi pada tanaman padi
berdasar pada Standard Evaluation System for Rice yaitu agak pendek (< 90 cm), sedang (90-125 cm), dan tinggi (>125
cm). Berdasarkan kriteria tersebut, terdapat delapan galur tergolong sedang dan 22 galur yang tergolong tinggi.
Tanaman padi yang agak pendek lebih responsif terhadap nitrogen, tahan terhadap kerebahan, dan penerimaan
cahaya lebih mudah, serta indeks panen yang tinggi yang berkontribusi terhadap potensi hasil yang lebih baik Matsuo et
al, 1997). Karakter tinggi tanaman berkorelasi nyata dan positif dengan karakter bobot gabah per rumpun, artinya
peningkatan tinggi tanaman sampai batas tertentu akan diikuti dengan peningkatan hasil. Hasil yang sama juga
diperoleh dalam penelitian (Limbongan, 2008).

Jumlah Anakan Produktif


Anakan merupakan salah satu komponen produksi yang penting. Jumlah anakan yang banyak juga
mempengaruhi hasil jumlah malai atau rumpun yang lebih banyak pula, karena jumlah anakan yang banyak maka akan
menghasilkan jumlah anakan produktif yang lebih banyak pula .
Jumlah anakan produktif yang dihasilkan dari penelitian ini paling banyak sebesar 10-12 anakan dengan
jumlah 14 galur uji. Galur yang mempunyai anakan produktif paling banyak yaitu nomor 187-F-2 dengan jumlah rata-
rata anakan sebanyak 15 sedangkan galur uji yang memiliki anakan produktif sedikit nomor 187-F-3 dengan rata-rata
anakan 7,3.
Nilai uji lanjut pada Tabel 5 menunjukan bahwa ciherang yang memiliki rata-rata jumlah anakan 14,3 tidak
berbeda nyata dengan 19 galur uji yang lain.Jumlah anakan produktif berkorelasi positif dengan bobot panen gabah per
rumpun (Tabel 3), sehingga semakin banyak anakan produktif yang dihasilkan oleh galur uji akan meningkatkan bobot
panen gabah per rumpun. Peubah jumlah anakan produktif tidak berbeda nyata setelah dilakukan dengan uji F sehingga
tidak dilakukan uji lanjut. Rata-rata tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, dan panjang daun bendera dapat dilihat
pada Tabel 5.
Unsur fosfor berperan dalam peningkatan jumlah anakan serta perkembangan akar tanaman (Dobermann and
Fairhurst, 2000). Awal pertumbuhan sampai 40 hari setelah tanam, tanaman padi lebih banyak menyerap P yang berasal
dari pupuk, setelah itu tanaman padi mendapatkan sebagian besar P yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya dari tanah.
(Sisworo, 1975)

Panjang Daun Bendera


Daun merupakan source karena mengandung klorofil sebagai tempat terjadinya proses fotosintesis.
Karakteristik daun yang dikehendaki yaitu tegak, tebal, kecil, dan pendek. Daun bendera merupakan daun teratas yang
posisi dan ukurannya tampak berbeda dari daun yang lain. Ukuran daun bendera yang kecil kurang kompetitif dalam
memperebutkan asimilat terutama pada stadia bunting (Makarim dan Suhartatik, 2009).
Genotipe yang memiliki daun bendera terpanjang yaitu 187-F-2 sepanjang 45.47 cm, sedangkan daun bendera
terpendek pada genotype nomor 187-F-6 sepanjang 23,57 cm, namun setelah uji lanjut deiketahui antara daun bendera
terpanjang dan daun bendera terpendek tidak berbeda nyata. Uji lanjut panjang daun bendera dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, dan panjang daun bendera.
No. Galur TT (cm) JAP PDB (cm)
1 187-F-1 130,50be 9 33,77
2 187-F-2 143,90be 15 45,47
3 187-F-3 124,90e 7 33,07
4 187-F-4 128,50b 8 39,77
5 187-F-5 140,50b 14 43,77
6 187-F-6 121,20b 11 23,57
7 187-F-7 129,20 8 38,07
8 187-F-8 112,50 11 27,77
9 189-F-1 120,80 11 34,02
10 189-F-9-1 128,80b 8 39,32
No. Galur TT (cm) JAP PDB (cm)
11 189-F-2 134,50be 9 39,52
12 189-F-3 130,20be 10 33,82
13 189-F-4 136,20be 11 29,32
14 191-F-1-1 129,20b 10 41,02
15 193-F-1 146,50be 11 37,32
16 193-F-2 122,00 8 29,32
17 193-F-3 124,60 15 29,12
18 193-F-4 150,60bef 9 40,92
19 193-F-5 153,30abef 13 29,22
20 194-F-1 147,30be 11 41,22
21 194-F-14-1 146,30be 8 36,62
22 194-F-2 129,00b 13 31,92
23 194-F-14-2 132,30be 8 32,62
24 194-F-14-3 147,30be 12 37,22
25 IPB 3S 126,40 11 31,27
26 IPB 160-F-54-4-1 102,37 12 25,67
27 IPB 8G 135,13 13 31,67
28 IPB 9G 133,23 12 33,87
29 Ciherang 103,97 15 24,2
30 Limboto 123,10 9 34,83
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama berbeda nyata dengan pembanding pada uji lanjut dunnett α =
0.05. TT = Tinggi Tanaman, JAP = Jumlah Anakan Produktif, PDB = panjang Daun Bendera. a =
berbeda nyata dengan IPB 3S, b = berbeda nyata dengan IPB 160-F-54-4-1, c = berbeda nyata dengan
IPB 8G, d = berbeda nyata dengan IPB 9G, e = berbeda nyata dengan Ciherang, f = berbeda nyata
dengan Limboto.

Tabel 6. Panjang batang tanaman.


No Galur PBT No Galur PBT
1 187-F-1 92,67be 16 193-f-2 87,69b
2 187-F-2 88,97b 17 193-f-3 91,74b
b
3 187-F-3 85,97 18 193-f-4 94,74bef
4 187-F-4 89,97b 19 193-f-5 94,74bef
be
5 187-F-5 91,97 20 194-f-1 93,74bef
6 187-F-6 82,27 21 194-F-14-1 91,24bef
b
7 187-F-7 85,97 22 194-F-2 90,04b
8 187-F-8 82,67 23 194-F-14-2 87,34b
9 189-F-1 77,69 24 194-F-14-3 97,34bef
be
10 189-F-9-1 91,69 25 IPB 3S 86,77
bef
11 189-f-2 96,99 26 IPB 160-F-54-4-1 68,60
12 189-f-3 92,98be 27 IPB 8G 92,23
13 189-f-4 88,99b 28 IPB 9G 89,97
14 191-f-1-1 74,99c 29 Ciherang 75,10
bef
15 193-f-1 97,99 30 Limboto 76,57
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama berbeda nyata dengan pembanding pada uji lanjut dunnett α = 0.05.
PBT = Panjang Batang Tanaman. a = berbeda nyata dengan IPB 3S, b = berbeda nyata dengan
IPB 160-F-54-4-1, c = berbeda nyata dengan IPB 8G, d = berbeda nyata dengan IPB 9G, e = berbeda
nyata dengan Ciherang, f = berbeda nyata dengan Limboto.
Panjang malai
Panjang malai semua galur berkisar 25.17 cm hingga 35.71 cm yang dapat dilihat pada Tabel 7. Galur uji
dengan malai terpanjang yaitu nomor 187-F-5 dengan panjang 35.71 cm dan berbeda nyata lebih panjang dibanding
varietas IPB 9G, IPB 160-F-54-4-1, IPB 3S, Ciherang, dan Limboto. Galur yang memiliki panjang malai terpendek
adalah Ciherang 25.17 cm. (Juhriah et al, 2013), mengelompokkan kriteria panjang malai menjadi 3, yaitu malai pendek
(< 20 cm), malai sedang (20 cm - 30 cm), dan malai panjang (>30 cm), berdasarkan kriteria ini, terdapat 11 galur yang
panjang malainya sedang dan 46 galur yang panjang malainya panjang.
Panjang malai biasanya berkorelasi dengan jumlah gabah per malai. Malai yang lebih panjang dapat
menghasilkan jumlah gabah per malai yang lebih banyak, sehingga dapat meningkatkan potensi (Herawati et al, 2009),
hal ini juga dibuktikan dengan hasil korelasi pada karakter panjang malai dengan jumlah gabah total sebesar 0,8733
(Tabel 3) yang artinya berkorelasi positif dan memiliki hubungan sangat kuat, oleh karena itu panjang malai sering
dimasukkan ke dalam kriteria dalam pemuliaan tanaman padi.

Umur Berbunga
Umur berbunga sangat mempengaruhi umur panen karena umur masak padi memerlukan waktu kira-kira 30
hari dan ditandai dengan penuaan daun. Suhu sangat memengaruhi periode pemasakan gabah (Vergara, 1980). Semua
galur uji memiliki umur berbunga yang hampir sama dan tidak ada galur yang berbeda nyata lebih cepat dari
pembanding. Rata-rata umur berbunga semua galur uji berkisar 85 - 97 hari setelah Tanam (HSS).
Galur uji nomor 194-F-1 merupakan galur yang memiliki umur berbunga paling cepat, yaitu 77 hari setelah
semai. Galur yang memiliki umur berbunga paling lama adalah nomor 187-F-5, yaitu 91 HSS, sedangkan pembanding
mempunyai umur berbunga kisaran 78-86 HSS (Tabel 7). Faktor yang dapat mempengaruhi umur berbunga yaitu suhu,
curah hujan dan panjang hari.

Umur Panen
Umur berbunga dan umur panen dihitung dari hari setelah Semai (HSS) sampai 85% bunga keluar per luasan
petak dan 85% gabah masak per malai. Galur uji yang memiliki umur panen paling genjah adalah 106 HSS yaitu galur
uji nomor 187-F-3 dan 187-F-4 (Tabel 7).
Sebaran umur panen pada penelitian ini paling banyak adalah pada umur 106-108 HSS. Makarim dan
Suhartatik (2009) menyatakan bahwa tanaman yang masak pada kisaran waktu 105-120 HSS termasuk tanaman
berumur pendek, dan jika dilihat pada Tabel 7, semua galur uji pada penelitian dosis pemupukan rendah mempunyai
umur yang pendek.

Tabel 7. panjang malai, umur panen, dan umur berbunga.


PM UP UB
No. Galur
(cm) (HSS) (HSS)
1 187-F-1 27,91c 108 83b
abef
2 187-F-2 34,61 107 80
3 187-F-3 33,71abef 106 83b
be
4 187-F-4 32,51 106 83b
abdef
5 187-F-5 35,71 113 91abcdef
be e
6 187-F-6 30,11 104 80f
7 187-F-7 30,81be 110 82
8 187-F-8 28,61c 106 78cdef
be abcdef
9 189-F-1 31,34 79 79f
bec abcdef
10 189-F-9-1 29,44 79 79f
be abcdef
11 189-F-2 31,74 80 80f
be abcdef
12 189-F-3 30,54 80 80f
be abcdef
13 189-F-4 31,14 80 80f
bec abcdef
14 191-F-1-1 29,64 80 80f
15 193-F-1 31,14be 80abcdef 80f
16 193-F-2 29,54bec 80abcdef 80f
cd
17 193-F-3 27,64 112 84b
be
18 193-F-4 33,44 112 84b
be b
19 193-F-5 31,14 114 85b
be
20 194-F-1 30,64 112 77cdef
abef
21 194-F-14-1 34,74 108 82
22 194-F-2 30,94be 110 82
23 194-F-14-2 33,74abef 108 82
24 194-F-14-3 31,14be 114b 82
25 IPB 3S 29,97 109 81
26 IPB 160-F-54-4-1 25,30 108 78
27 IPB 8G 33,50 109 83
28 IPB 9G 31,30 111 84
29 Ciherang 25,17 110 84
30 Limboto 29,83 110 86
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama berbeda nyata dengan pembanding pada uji lanjut dunnett α =
0.05. PM = Panjang Malai, UP = Umur Panen, UB = Umur Berbunga. a = berbeda nyata dengan IPB
3S, b = berbeda nyata dengan IPB 160-F-54-4-1, c = berbeda nyata dengan IPB 8G, d = berbeda nyata
dengan IPB 9G, e = berbeda nyata dengan Ciherang, f = berbeda nyata dengan Limboto.
Umur panen genjah merupakan salah satu sifat penting pada varietas yang unggul. Yoshida (1981), menyatakan
bahwa varietas yang tumbuh terlalu lama tidak akan memberikan hasil tinggi karena pertumbuhan vegetatif yang terlalu
lama akan mengakibatkan hama penyakit menyerang tanaman. Umur panen galur uji dapat dilihat pada Gambar 1.

14
12

Jumlah genotipe
10
8
6 12 11
4
6
2 1
0
106-108 109-110 111-113 114-116
Umur panen (HSS)

Gambar 8. Sebaran jumlah galur berdasarkan umur panen.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan terdapat empat galur padi yang memiliki potensi hasil tinggi yaitu nomor
193-F-4 (5,7 ton ha-1), 187-F-7 (5,8 ton ha-1), 189-F-2 (5,9 ton ha-1), 191-F-1-1 (5,9 ton ha-1), sedangkan produktivitas
varietas pembanding adalah IPB 9G (4,7 ton ha-1), IPB 3S (5,0 ton ha-1), IPB 8G (4,3 ton ha-1), IPB 160-F-54-4-1
(4,0ton ha-1), Limboto (3,6 ton ha-1), dan Ciherang (3,2 ton ha-1 ).
Galur yang mempunyai produktivitas paling tinggi yaitu 189-F-2 dan 191-F-1-1 (5,9 ton ha-1). Keseluruhan
galur uji yang dipakai memiliki karakter agronomi tinggi tanaman berkisar antara 102,3 cm – 149 cm, jumlah anakan
hingga 7,3 – 15 anakan, umur panen berkisar 106 HSS sampai 115 HSS, panjang malai berkisar antara 25,1 cm hingga
35,8 cm, dan kelebatan malai dari 158 sampai 536 bulir per malai.
Pada penelitian pemberian dosis pupuk rendah galur uji mempunyai nilai korelasi yang sangat kuat pada
karakter jumlah gabah total dengan jumlah gabah isi, panjang malai dengan jumlah gabah total, panjang malai dengan
jumlah gabah isi dan jumlah gabah total dengan jumlah gabah hampa.
Galur uji nomor 187-F-2 merupakan galur dengan jumlah gabah total paling lebat sebanyak 537 bulir per
malai. Jumlah gabah total dari galur uji paling sedikit yaitu nomor 187-F-8 sebanyak 225 bulir per malai.

DAFTAR PUSTAKA
De Datta S.K. 1981. Principles and Practise of Rice Production. A Willey Interscience Publication, Losbanos.
Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2006. Produktivitas padi nasional. http://www. Deptan.go.id/ [11 Juli
2018].
Dobermann, A., T. Fairhurst. 2000. Rice Nutrient disorders and nutrient mangemant. Potash and Phosphate Institute of
Canada and International Rice Research Institute. Oxford Geographic Printers Pte Ltd. Canada, Philippines.
192p.
[IRRI] International Rice Research Institute. 2013. Standard Evaluation System for Rice.
www.clrri.org/ver2/uploads/SES_5th_edition.pdf. [26 Juli 2018].
Herawati R., Purwoko B.S., Dewi I.S. 2009. Keragaman genetik dan karakter agronomi galur haploid padi gogo dengan
sifat-sifat tipe baru hasil kultur antera. J. Agron. Indonesia 37(2): 87-94.
Limbongan, Y.L. 2008. Analisis genetic dan seleksi genotype unggul padi sawah (Oryza sativa L.) untuk adaptasi pada
ekosistem dataran tinggi. (on-line). http://respository.ipb.ac.id. diakses tanggal 5 Agustus 2012.
MAF.1974. A method for maximizing rice yield through “Ideal plants”. Ministry of Agriculture and Forestry.
Goverment of Japan. 92 p.
Matsuo T., Futsuhara Y., Kikuchi F., dan Yamaguchi H. 1997. Science of the rice plant genetics. Food and Agriculture
Policy Research Center, Tokyo.
Sisworo, W.H. 1975. Pengambilan fosor tanah dan fosfor dalam pertumbuhan tanaman padi sawah. Majalah BATAN
IX: 2-15.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D; Penerbit CV Alfabeta, Bandung.
Suprihatno, B. 2009. Buku Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Subang.
Vergara, 8.8. 1980. “Rice Plant Growth and Development”. In B.S. Luh (Ed.) Rice: Production and Utilization. AVI
Publishing Company. Wesport, Connectiont. p. 75—86.
Yoshida, S. 1981. Fundamentals of Crop Science. IRRI. Los Banos, Philippines. 267 p.

Anda mungkin juga menyukai