Anda di halaman 1dari 12

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan dengan judul “Pembuatan


Medium ” disusun oleh:
Nama : Ahmad Rizwan G
Nim : 1214141014
Kelas/kelompok : B/ 1

Telah diperiksa oleh asisten dan koordinator asisten, maka dinyatakan diterima.

Makassar, 5 Oktober 2017

Koordinator Asisten Asisten

Yusnaeni Yusuf S.si M.sc

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dr. Alimuddin Ali, S.Si, M.Si


NIP. 1969 1231 997 02 1001

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kultur jaringan tanaman merupakan bagian suatu teknik perbanyakan vegetatif
nonkonvensional. Perbedaan teknik ini dibandingkan dengan teknik perbanyakan vegetative
konvensional biasanya terletak dalam situasi dan lokasi yang berbeda. Penerapan teknik kultur
jaringan tanaman mensyaratkan kondisi di dalam ruangan (laboratorium) dan sifatnya aseptik
(steril dari patogen). Bermuara dalam kondisi yang aseptic, maka perlu dijelaskan bahwa segala
aktifitas yang berkaitan dengan jaringan harus dalam kondisi aseptik.
Teknik Kultur Jaringan adalah mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas
serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi
dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman
dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Dalam metode pembuatan
kultur jaringan ada faktor penentunya yaitu media. Media merupakan faktor penentu dalam
perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis
tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral,
vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-
lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun
jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah
jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus
disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf.

B. Tujuan
1. Mengetahui dan melakukan cara pembuatan larutan stock
2. Menetahui cara pembuatan larutan MS

BAB 2
TINAJUAN PUSTAKA
Kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue culture, weefsel cultuus atau
gewebe kultur. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang bentuk dan
fungsi sama. Maka kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi
tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya. Pelaksanaan kultur jaringan berdasarkan
teori sel seperti yang telah dikemukakan oleh Schleiden dan Schwann, yaitu bahwa sel
mempunyai kemampuan autonom, bahkan mempunyai kemampuan totipotensi. Totipotensi yaitu
kemampuan setiap sel, dari mana saja sel tersebut diambil, apalagi diletakkan dalam lingkungan
yang sesuai akan dapat tumbuh menjadi tanaman yang sempurna (Suryowinoto 1996).
Kultur jaringan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membuat bagian
tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman) tumbuh menjadi tanaman utuh (sempurna)
dikondisi in vitro (didalam gelas). Jadi Kultur in vitro dapat diartikan sebagai bagian jaringan
yang dibiakkan di dalam tabung inkubasi atau cawan petri dari kaca atau material tembus
pandang lainnya. Secara teoritis teknik kultur jaringan dapat dilakukan untuk semua jaringan,
baik dari tumbuhan, hewan, bahkan juga manusia, karena berdasarkan teori Totipotensi Sel
(Total Genetic Potential), bahwa setiap sel memiliki potensi genetik seperti zigot yaitu mampu
memperbanyak diri dan berediferensiasi menjadi tanaman lengkap. Sel dari suatu organisme
multiseluler di mana pun letaknya, sebenarnya sama dengan sel zigot karena berasal dari satu sel
tersebut, setiap sel berasal dari satu sel (Harianto, 2009).
Kultur jaringan merupakan metode untuk mengisolasi bagian tanaman seperti jaringan
serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik sehingga dapat menjadi tanaman lengkap. Dengan
kultur jaringan dapat diperoleh perbanyakan mikro atau produksi tanaman dalam jumlah besar
dan waktu yang diperlukan relative lebih singkat (Susila 2006).
Perbanyakan tanaman secara kultur jaringan bertujuan untuk mendapatkan tanaman
dalam jumlah banyak dan seragam pertumbuhannya. Seiring dengan permintaan bibit sansivera
yang semakin meningkat, cara perbanyakan secara konvensional menggunakan stek, anakan, dan
cabut pucuk tidak lagi bisa mencukupi. Satu-satunya cara perbanyakan yang sanggup memenuhi
kebutuhan permintaan bibit dalam jumlah besar itu hanyalah kultur jaringan. Eksplan yang
digunakan adalah jaringan yang masih muda. Jaringan muda initersusun atas sel-sel yang masih
muda dan aktif membelah sehingga diharapkan bisa menghasilkan tanaman yang sempurna
(Purwanto 2008).
Kelebihan teknik kultur jaringan adalah dapat memperbanyak tanaman tertentu yang
sangat sulit dan lambat diperbanyak secara konvensional, dalam waktu singkat dapat
menghasilkan jumlah bibit yang lebih besar, perbanyakannya tidak membutuhkan tempat yang
luas, dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa mengenal musim, bibit yang dihasilkan lebih sehat
dan dapat memanipulasi genetik dan biaya pengangkutan bibit lebih murah. Sedangkan
kelemahannya adalah dibutuhkannya biaya yang relatif lebih besar untuk pengadaan
laboratorium, dibutuhkan keahlian khusus untuk mengerjakannya dan tanaman yang dihasilkan
berukuran kecil dengan kondisi aseptik, terbiasa dilingkungan hidup dengan kelembaban tinggi
dan relatif stabil sehingga perlu perlakuaan khusus setelah aklimatisasi dan perlu penyesuaian
lagi untuk kelingkungan eksternal (Pramono,2007).
Kultur jaringan akan lebih besar presentase keberhasilannya bila menggunakan jaringan
meristem . jaringan meristem adalah jaringan muda, yaitu jaringnan yang terdiri dari sel –sel
yang selalu membelah, dindingnya tipis,belum mempunyai penebalan dari zat pectin, plasmanya
penuh dan vakuolanya kecil-kecil. Biasanya jaringan ini digunakan untuk tissue culture. Sebab,
jaringan meristem keadaannya selalu membelah sehingga diperkirakan mempunyai zat hormone
yang mengatur pembelahan (Soeryowinoto 1985).
Sebelum melakukan kultur jaringan untuk suatu tanaman, kegiatan yang pertama harus
dilakukan adalah memilih bahan induk yang akan diperbanyak. Tanaman tersebut harus jelas
jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan bebas dari hama dan penyakit. Tanaman
indukan sumber eksplan tersebut harus dikondisikan dan dipersiapkan secara khusus di rumah
kaca atau greenhouse agar eksplan yang akan dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik serta
bebas dari sumber kontaminan pada waktu dikulturkan secara in-vitro (Andini, 2001).
Organ merupakan bahan yang paling umum digunakan dalam kegiatan kultur jaringan.
Bahan itu meliputi : daun, batang, akar, biji, tunas, embrio, anther, kepala sari dan lain
sebagainya. Bahan-bahan ini ada yang memang langsung digunakan sebagai bahan kultur awal
sehingga hanya sebagai jalan untuk mendapatkan produk yang diinginkan, tetapi ada juga yang
hanya untuk mendapatkan organ juvenil, atau kalus yang umumnya relative bersifat meristematik
dan steril (Santosa dan Nursandi 2004).
Pelaksanaan teknik kultur jaringan memerlukan berbagai prasyaratan untuk mendukung
kehidupan jaringan yang dibiakkan. Yang paling esensial adalah wadah dan media tumbuh yang
steril. Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil nutrisi yang mendukung
kehidupan jaringan. Media tumbuh menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan untuk
hidup dan memperbanyak dirinya. Ada dua penggolongan media tumbuh: media padat dan
media cair. Media padat pada umumnya berupapadatan gel, seperti agar. Nutrisi dicampurkan
pada agar. Media cair adalahnutrisi yang dilarutkan di air. Media cair dapat bersifat tenang atau
dalamkondisi selalu bergerak, tergantung kebutuhan (Willadsen 1979).
Struktur kalus dari berbagai varietas yang digunakan berbeda-beda tergantung kepada
formulasi yang digunakan. Biasanya struktur kalus menggambarkan daya regenerasinya
membentuk tunas dan akar. Kalus yang berbentuk globular (nodul-nodul) dan berwarna bening
biasanya mempunyai kemampuan lebih tinggi untuk membentuk tunas daripada kalus yang
bersifat kompak dan berwarna coklat-kehitaman. Dalam hal ini media yang digunakan untuk
memacu regenerasi kalus akan sangat menentukan. Keseimbangan nutrisi dalam media tumbuh
sangat mempengaruhi pertumbuhan kalus maupun diferensiasinya membentuk tunas
(Purnamaningsih 2006).
Salah satu penyebab keberhasilan kultur jaringan tanaman adalah pemberian nutrisi
dalam jumlah dan perbandingan yang sesuai pada medium pertumbuhannya. Medium kultur
jaringan terdiri dari zat-zat anorganik yang terdiri dari unsur-unsur hara esensiel makro maupun
mikro, gula dan zat-zat organik, seperti vitamin dan hormon. Susunan zat-zat tersebut di dalam
medium kultur jaringan bervariasi tergantung dari tujuan penggunaan media tersebut dalam
kultur jaringan dan bahan yang akan dipakai. Salah satu medium yang banyak dipakai, terutaman
untuk tanaman-tanaman herba adalah medium dasar Murashige dan Skoog (medium MS). Media
MS mengandung konsentrasi garam mineral yang tinggi dan senyawa N dalam bentuk NO3- dan
NH4+ (Henuhili, 2012).
Proses pembuatan media diawali dengan membuat lautan stok. Larutan stok merupakan
larutan dengan konsentrasi tinggi dari komposisi yang digunakan. Menurut Yusnita (2003)
larutan stok merupakan larutan yang berisi satu atau lebih komponen media yang konsentrasinya
lebih tinggi daripada konsentrasi kompenen tersebut dalam formulasi media yang akan dibuat.
Larutan stok biasanya dibuat dengan konsentrasi 10, 100 atau 1000 kali lebih pekat. Jika larutan
stok dibuat, pembuatan media dapat dilakukan dengan cara mengambil sejumlah larutan stik
sehingga konsentrasinya menjadi sesuai dengan yang terdapat pada formulasi media yang
dikehendaki. Pembuatan larutan stok pada dasarnya ditujukan untuk menyediakan bahan-bahan
yang diperlukan pada pembuatan media dengan konsentrasi yang tepat. Karena media-media
yang digunakan pada kultur jaringan diperlukan unsur-unsur dengan konsentrasi yang sangat
kecil. Karena tidak dimungkinkan menimbang unsur dengan konsentrasi yang sangat kecil, maka
dibuat lah larutan stok dengan menggunakan konsep kalibrasi, sehingga pada pembuatan media,
unsur-unsur tersebut dapat digunakan sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan (Sriyanti, 2002)

BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Alat :
a. Botol kultur
b. Neraca analitik
c. Spatula
d. Autoklaf
e. Gelas ukur
f. Gelas kimia
g. Batang pengaduk
h. Pipet tetes
i. pH meter
j. Kompor
k. Enkas
l. Cawan petri
m. Pinset
n. Gunting
o. Skalpel
p. Bunsen
2. Bahan
a. Bahan kimia MS IA : NH4NO3
b. Bahan kimia MS IB : KNO3, CaCl2, MgSO4, dan KH2PO4
c. Bahan kimia MS II : Kl, H3BO3, MnSO47H2O, CuSO4, dan COCl2
d. Bahan kimia MS III : Nicotinic acid, Pyridoxine HCl, Thiamine HCl, dan Glycine
e. Bahan kimia MS IV : FeSO47H2O dan Na2EDTA
f. Bahan kimia MS V : Myo-Inositol
g. Larutan HCl dan NaOH
h. Larutan Stok MS
i. Gula pasir
j. Agar Swallow bening
k. Air kelapa
l. Botol medium
m. Planlet krisan
n. Pemutih Baycline
o. Sunlight
p. Bakteriosida
q. Aquades steril
r. Korek api
s. Alkohol 70% dan 96 %
t. Plastik gula
u. Karet gelang
v. Plastik wrap
w. Alumunium foil
x. Label
y. Tissue
B. Prosedur Kerja
Unit III Pembuatan Medium MS
1. Mensterilkan tangan serta alat yang akan digunakan dengan alkohol 70%
2. Memasukkan 15 gr gula pasir kedalam gelas kimia
3. Melarutkan gula pasir dengan aquades steril secukupnya, mengocok hingga larut
4. Memasukkan larutan stok secara berturut-turut dari MS IA, MS IB, MS II, MS III, MS IV,
dan MS V dengan takaran pembuatan setengah liter medium kedalam gelas kimia
5. Menambahkan 40 ml air kelapa kedalam gelas kimia, mengaduk hingga rata
6. Mencukupkan volume larutan pada gelas kimia hingga mencapai 500 ml dengan
menggunakan aquades steril
7. Menentukan pH larutan dengan menggunakan pH meter, bila pH terlalu basa maka
ditambahkan larutan HCl dan bila terlalu asam maka ditambahkan larutan NaOH
8. Memanaskan larutan stok diatas kompor hingga mendidih
9. Memasukkan larutan kedalam botol kultur dan menutup botol dengan plastik gula dan
karet
Mensterilkan bahan menggunakan autoklaf selama 15 menit dengan suhu 121°C dan
tekanan 17 Psi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Gambar hasil medium keterangan
Medium MS + pupuk daun Gandasil D1,5 gr - MS sintetik = 0,886 gr
- Sukrosa = 6 gr
- Gandasil D = 0,3 gr
- Agar = 1,36 gr
- Air kelapa = 30 mL
- Aquades = 170 mL

Medium MS0 - MS sintetik = 0,886 gr


- Sukrosa = 6 gr
- Agar = 1,36 gr
- Air kelapa = 30 mL
- Aquades = 170 mL

Medium MS + pupuk daun Gandasil D 1 gr - MS sintetik = 0,886 gr


- Sukrosa = 6 gr
- Gandasil D = 0,2 gr
- Agar = 1,36 gr
- Air kelapa = 30 mL
- Aquades = 170 mL

- MS sintetik = 0,886 gr
- Sukrosa = 6 gr
- Growmore = 0,2 gr
Medium MS + pupuk daun Growmore1 gr
- Agar = 1,36 gr
- Air kelapa = 30 mL
- Aquades = 170 mL
Medium MS + pupuk daun Growmore1,5 gr - MS sintetik = 0,886 gr
- Sukrosa = 6 gr
- Growmore = 0,3 gr
- Agar = 1,36 gr
- Air kelapa = 30 mL
- Aquades = 170 mL

Hasil pembuatan medium MS

B. Pembahasan
Medium merupakan salah satu faktor penentu dalam kultur jaringan. Nutrisi medium
haruslah dama dengan nutrisi yang dibutuhkan tanaman dilingkungannya. Secara umum,
kebutuhan nutrisi kebanyakan tanaman sama, tetapi secara khusus hal tersebut berbeda. Medium
yang digunakan dalam menumbuhkan tanaman ini haruslah terdiri dari garam mineral, vitamin,
dan hormon. Untuk itu dipilihlah medium MS sebagai nutrisi yang digunakan dalam teknik
kultur jaringan ini.
Pembuatan medium MS merupakan salah satu tujuan penting dari praktikum ini. Pada
praktikum kultur jaringan ini, telah dilakukan beberapa kali pembuatan larutan stok dikarenakan
adanya kontaminasi larutan dan hal lain yang berdampak pada pertumbuhan tanaman dalam
botol kultur yang kurang maksimal. Untuk dapat membuat medium MS terdapat beberapa bahan
yang dibutuhkan yakni air kelapa, agar-agar, gula pasir dan larutan stok MS. Bahan yang
dibutuhkan memiliki takaran yang berbeda tiap komponennya antara lain air kelapa sebanyak 80
ml/L, gula 30 gr/L, agar-agar 7 gr/L dan larutan stok MS dengan masing-masing dengan takaran
yang sesuai dengan kepekatan larutan yang telah dibuat setiap liternya. Air kelapa ditambahkan
kedalam medium berfungsi sebagai hormon tunggal yakni auksi dan sitokinin. Auksin dipakai
untuk menginduksi pembentukan sel dan akar, sementara sitokini memengaruhi pembelahan sel
serta pembentukan organ seperti pucuk dan pembentukan embrio somatik. Kombinasi antara
auksi dan sitokinin berfungsi untuk menginduksi pertumbuhan kalus. Selain air kelapa
penambahan gula pasir pada medium juga berfungsi sebagai sumber energi dan penyeimbang
tekanan osmotik media, sebagaimana menurut George dan Sherrington (1984), setengah bagian
dari potensial osmtik dalam media MS disebabkan oleh gula. Adapun untuk membuat medium
dalam keadaan padat maka digunakan agar-agar.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan medium MS dicampurkan dan sebelum
dipanaskan, terlebih dahulu dilakukan penghitungan pH medium menggunakan pH meter.
Namun, pada awal-awal praktikum pembuatan medium penghitungan pH medium dilakukan
setelah pemanasan dimana pH medium sebesar 4,7. Pembuatan medium berikutnya didapati pH
medium sebasar 5,5 dan tidak dilakukan penstabilan pada kedua medium tersebut pH.
Penstabilan pH dilakukan pada pembuatan medium yang ketiga kalinya. Adapun pH medium
pada umumnya berkisar 5,6-5,8. Bila medium terlalu asam maka diberi penambahan NaOH dan
bila terlalu basa maka diberi penambahan HCl, namun penambahan HCl pada medium dapat
memengaruhi kepadatan medium dimana apabila medium semakin asam maka medium akan
semakin encer. Setelah penghitungan pH medium. Medium telah dipanaskan hingga mendidih
selanjutnya siap dituang dalam botol kultur dan ditutup dengan plastik gula dan karet, medium
ini kemudian diautoklaf dengan suhu 121°C dan tekanan 17 Psi. Medium ini baru akan siap
digunakan untuk menanam setelah didiamkan selama 3 hari, hal ini bertujuan agar dapat
memastikan bahwa tidak terjadi pertumbuhan mikroorgansime pada medium.

Anda mungkin juga menyukai