Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut WHO (World Health Organization), di seluruh dunia setiap menit

seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan

kehamilannya, persalinannya,dan nifas. Dengan kata lain, 1.400 perempuan

meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun

karena kehamilan, persalinan, dan nifas. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu

akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 40% kematian masa nifas terjadi

dalam 24 jam pertama. Berdasarkan laporan Depkes tahun 2015 Angka Kematian

Ibu di Indonesia 305 per 100.000 kelahiran hidup.

Angka Kematian Ibu (AKI) disebabkan beberapa faktor yaitu perdarahan

30%, eklamsia 25%, infeksi 12%, abortus 5%, partus lama5%, emboli darah 3%,

dan penyebab lain mencapai 20%. (SKRI, 2012). Secara nasional menurut

purwanto (2001) angka kejadian infeksi pada kala nifas mencapai 2,7% dan 0,7%

diantaranya berkembang kearah infeksi akut. Dengan demikian asuhan pada masa

nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun

bayinya (Saefudin, 2009).

Kematian Janin Dalam Kandungan (IUFD) intra uterine fetal death sebagai

kematian konsepsi sebelum keluar secara lengkap (complete expulsion) atau

ekstraksi dari ibu, tanpa memandang tua kehamilan. dengan berat badan 500 gram

atau lebih dengan usia kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin

1
merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi

(Nugroho, 2014).

Janin yang ada di dalam kandungan tidak akan bisa meninggal begitu saja,

tentu ada sebab atau perihal yang bisa menyebabkan janin yang ada di dalam

kandungan ibu hamil menjadi meninggal sekitar 25–60% insiden meningkat

seiring dengan peningkatan usia kehamilan (Nugroho, 2014)

Janin yang mati dalam rahim sebaiknya segera dikeluarkan secara spontan

kebanyakan 75 % kasus kematian janin dalam kandungan akan lahir spontan

dalam 2 minggu dan anjuran persalinan dengan sectio cesarea merupakan

alternative terakhir (Mochtar, 2013).

Indonesia diantara Negara ASEAN merupakan Negara dengan angka

kematian perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan untuk memberikan

pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan

lebih bermutu. Dengan perkiraan persalinan di Indonesia setiap tahunnya sekitar

5.000.000 jiwa dapat dijabarkan bahwa kematian bayi terjadi setiap 25-26 menit

sekali.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan Kajian Asuhan

Kebidanan pada Ny. A P0 A1 dengan Nifas Normal di Ruang Nifas RSUP Dr. M.

Djamil Padang Tahun 2019

2
1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tentang Kajian Asuhan Kebidanan pada Ny. A P0 A1

dengan Nifas Normal di Ruang Nifas RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2019

1.2.2 Tujuan Khusus

1.2.2.1 Memahami konsep dasar Kajian Asuhan Kebidanan pada Ny. A P0 A1

dengan Nifas Normal di Ruang Nifas RSUP Dr. M. Djamil Padang

Tahun 2019

1.2.2.2 Mampu mengumpulkan data Kajian Asuhan Kebidanan pada Ny. A P0

A1 dengan Nifas Normal di Ruang Nifas RSUP Dr. M. Djamil Padang

Tahun 2019

1.2.2.3 Mampu melakukan analisa Kajian Asuhan Kebidanan pada Ny. A P0 A1

dengan Nifas Normal di Ruang Nifas RSUP Dr. M. Djamil Padang

Tahun 2019

1.2.2.4 Mampu menyusun laporan Kajian Asuhan Kebidanan pada Ny. A P0 A1

dengan Nifas Normal di Ruang Nifas RSUP Dr. M. Djamil Padang

Tahun 2019

1.3 Manfaat Penulisan

1.3.1 Bagi ibu sebagai bahan informasi untuk dapat dijadikan pembelajaran dan

pengetahuan mengenai pentingnya motivasi dalam menghadapi masa nifas

3
1.3.2 Bagi masyarakat yang diharapkan mampu memberikan informasi tentang

bagaimana pentingnya menumbuhkan motivasi dalam menghadapi masa

nifas

1.3.3 Bagi Institusi Pendidikan diharapkan dapat menjadi sumber bacaan

mengenai ilmu pengetahuan terkait dan dapat dijadikan pedoman dalam

proses pembelajaran.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Nifas

2.1.1 Pengertian

Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-

alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Periode masa nifas (Puerperium)

adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah persalinan. Periode pasca

partum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan

akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada

kondisi tidak hamil.

Periode ini juga disebut periode puerperium dan wanita yang mengalami

puerperium disebut puerpera. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan

dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum

hamil tidak hamil sebagai akibat adanya perubahan fisiologi dan psikologi

karena proses persalinan (Saleha, 2009, Varney, 2008).

Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang

disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat genetalia pada waktu

persalinan dan nifas (Saleha, 2009, Wiknjosastro, 2007)

Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu minggu pertama setelah

kelahiran. Lamanya periode 4 hingga 6 minggu (42 hari), dengan ditandai

5
perubahan fisiologis Perubahan fisik, Involusi uterus dan pengeluaran lochea,

laktasi/pengeluaran ASI, dan Perubahan psikis (Cuningham, 2013).

2.1.2 Perubahan Masa Nifas

Secara garis besar terdapat tiga proses penting di masa nifas, yaitu

sebagai pengecilan Rahim. Rahim merupakan organ tubuh yang spesifik dan

unik karena dapat mengecil serta membesar dengan menambah atau

mengurangi jumlah selnya. Pada wanita yang tidak hamil, berat rahim sekitar

30 gram.

Selama kehamilan rahim makin lama makin membesar. Setelah bayi

lahir umumnya berat rahim menjadi sekitar 1.000 gram dan dapat diraba kira-

kira setinggi 2 jari di bawah umbilikus . Setelah 1 minggu kemudian beratnya

berkurang jadi sekitar 500 gram. Sekitar 2 minggu beratnya sekitar 300 gram

dan tidak dapat diraba lagi. Jadi, secara alamiah rahim akan kembali mengecil

perlahan-lahan ke bentuknya semula. Setelah 6 minggu beratnya sudah sekitar

40-60 gram. Pada saat ini masa nifas dianggap sudah selesai namun

sebenarnya rahim akan kembali ke posisinya yang normal dengan berat 30

gram dalam waktu 3 bulan setelah masa nifas.

Selama masa pemulihan 3 bulan ini bukan hanya rahim saja yang

kembali normal tapi juga kondisi tubuh ibu secara keseluruhan.

2.1.2.1 Kekentalan darah (hemokonsentrasi) kembali normal

Selama hamil, darah ibu relatif lebih encer, karenacairan darah ibu

banyak, sementara sel darahnya berkurang. Setelah melahirkan 10 sistem

6
sirkulasi darah ibu akan kembali seperti semula. Darah mulai mengental,

dimana kadar perbandingan sel darah kembali normal.Umumnya hal ini terjadi

pada hari ke-3 sampai ke-15pascapersalinan.

2.1.2.2 Proses laktasi dan menyusui

Proses ini timbul setelah plasenta atau ari-ari lepas. Plasenta

mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang

menghambat pembentukan ASI. Setelah plasenta lepas hormon plasenta itu

tidak dihasilkan lagi, sehingga terjadi produksi ASI. ASI keluar 2-3 hari

setelah melahirkan (Saleha, 2009).

2.1.3 Tahap Masa Nifas

Tahapan masa nifas adalah sebagai berikut:

2.1.3.1 Puerperium Dini

Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

Dalam agama Islam dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

2.1.3.2 Puerperium Intermedial

Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

2.1.3.3 Remote Puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila

selama hamil atau waktu persalinan mempunyai kompli kasi. Waktu untuk

sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan (Ambarwati, 2008).

7
2.1.4 Perubahan Fisiologis dan Anatomis Masa Nifas

2.1.4.1 Involusi Uteri

Segera setelah pengeluaran plasenta, fundus korpus uteri yang

berkontraksi terletak kira-kira sedikit di bawah umbilikus.Korpus uteri kini

sebagian besar terdiri atas miometrium yang dibungkus lapisan serosa dan

dilapisi desidua basalis. Dinding anterior dan posteriornya saling menempel

erat (beraposisi), masing-masing tebalnya 4 sampai 5 cm. Karena pembuluh

darah tertekan oleh miometrium yang berkontraksi, uterus nifas pada potongan

tampak iskemik bila dibandingkan dengan uterus hamil yang hiperemis dan

berwarna ungu kemerah-merahan. Setelah 2 hari pertama, uterus mulai

menyusut, sehingga dalam 2 minggu organ ini telah turun ke rongga panggul

sejati.Organ ini mencapai ukuran seperti semula sebelum hamil dalam waktu

sekitar 4 minggu.

Uterus segera setelah melahirkan mempunyai berat sekitar 1000 g.

Akibat involusi, 1 minggu kemudian beratnya sekitar 500 g, pada akhir

minggu kedua turun menjadi sekitar 300 g, dan segera setelah itu menjadi 100

g dan akan kembali pada berat biasanya pada saat tidak hamil yaitu 70 g pada

akhir minggu kedelapan (Varney, 2007).

Jumlah total sel otot tidak berkurang banyak; namun, sel-selnya sendiri

jelas sekah berkurang ukurannya. Involusi rangka jaringan ikat terjadi sama

cepatnya.Karena pelepasan plasenta dan membran-membran terutama terjadi

di stratum spongiosum, desidua basalis tetap berada di uterus.Desidua yang

tersisa mempunyai variasi ketebalan yang menyolok, bentuk bergerigi tak

8
beraturan, dan terinfiltrasi oleh darah, khususnya di tempat melekatnya pla-

senta.

Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana

uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Proses involusi uterus adalah

sebagai berikut:

1) Iskemia Miometrium – Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang

terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat

uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.

2) Atrofi jaringan – Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian

hormon esterogen saat pelepasan plasenta.

a. Autolysis – Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi

di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan

otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang

sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi

selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon

estrogen dan progesteron.

b. Efek Oksitosin – Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan

retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang

mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini

membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta

serta mengurangi perdarahan.

9
Ukuran uterus pada masa nifasakan mengecil seperti sebelum hamil.

Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah sebagai

berikut:

Tabel 2.1 Perubahan Uterus

Berat Diameter
Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri
Uterus Uterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
7 hari (minggu 1) Pertengahan pusat dan simpisis 500 gram 7,5 cm
14 hari (minggu 2) Tidak teraba 350 gram 5 cm
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm

2.1.4.2 Lochea

Proses involusi uteri terjadi akibatnya, lapisan luar desidua yang

mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan

keluar bersama dengan sisa cairan. Percampuran antara darah dan desidua

inilah yang dinamakanlochea.

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai

reaksi basa/alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada

kondisi asam yang ada pada vagina normal.

Pada awal masa nifas, peluruhan jaringan desidua menyebabkan

keluarnya discharge vagina dalam jumlah bervariasi; ini disebut lochea.Secara

mikroskopis, lochea terdiri atas eritrosit, serpihan desidua, sel-sel epitel, dan

bakteri. Mikroorganisme ditemukan pada lochea yang menumpuk di vagina

dan pada sebagian besar kasus juga ditemukan bahkan bila discharge diambil

10
dari rongga uterus. Kebijakan obstetri konvensional- tentang lochea yang telah

diajarkan selama bertahun-tahun menyatakan bahwa lochea biasanya

berlangsung kurang lebih selama 2 minggu setelah bersalin. Namun, penelitian

terbaru mengindikasikan bahwa lochea menetap hingga 4 minggu dan dapat

berhenti atau berlanjut hingga 56 hari setelah bersalin. Usia ibu, paritas, berat

bayi dan pemberian ASI tidak mempengaruhi durasi lochea.

Lochea mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu

menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea

mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lochea dapat dibagi

menjadi lochea rubra, sanguilenta, serosa dan alba. Perbedaan masing-masing

lochea dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2.2
Perubahan Lochea
Lochea Waktu Warna Ciri-ciri
Terdiri dari sel desidua, verniks
Rubra 1-3 hari Merah kehitaman caseosa, rambut lanugo, sisa
mekoneum dan sisa darah
Putih bercampur
Sanguilenta 3-7 hari Sisa darah bercampur lender
merah
Lebih sedikit darah dan lebih banyak
Kekuningan/
Serosa 7-14 hari serum, juga terdiri dari leukosit dan
kecoklatan
robekan laserasi plasenta
Mengandung leukosit, selaput lendir
Alba >14 hari Putih
serviks dan serabut jaringan yang mati.
Umumnya jumlah lochea lebih sedikit bila wanita postpartum dalam

posisi berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di

vagina bagian atas saat wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan

11
mengalir keluar saat berdiri. Total jumlah rata-rata pengeluaran lochea sekitar

240 hingga 270 ml.

2.1.4.2 Vagina dan perineum

Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta

peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam

keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak

sebagai tonjolan kecil dan dalam proses pembentukan berubah menjadi

karankulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara. Ukuran vagina akan

selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama.

Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum

mengalami robekan.Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun

dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu.Meskipun demikian, latihan otot

perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan

vagina hingga tingkat tertentu.Hal ini dapat dilakukan pada akhir puerperium

dengan latihan harian.

2.1.5 Perubahan Sistem Pencernaan

Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal,

diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu

keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan melambatkan

kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai

menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk

12
kembali normal. Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem

pencernaan, antara lain :

2.1.5.1 Nafsu Makan, Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga

diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan

diperlukan waktu 3–4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun

kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga

mengalami penurunan selama satu atau dua hari.

2.1.5.2 Motilitas, Secara khas penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna

menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan

analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan

motilitas ke keadaan normal.

2.1.5.3 Pengosongan Usus, Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi.

Hal ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan

awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum

melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan

lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk

kembali normal.

2.1.6 Perubahan Sistem Musculoskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus.Pembuluh-pembuluh

darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini

akan menghentikan pendarahan setelah placenta dilahirkan.

13
Ligament-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada

waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali

sehingga tak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi karena

ligamentum retundum menjadi kendor.Tidak jarang pula wanita mengeluh

“kandungannya turun” setelah melahirkan karena ligament, fasia, jaringan

penunjang alat genitalia menjadi kendor.Stabilitasi secara sempurna terjadi

pada 6-8 minngu setelah persalinan. Sebagai akibat putusnya serat-serat plastic

kulit dan distensi yang belangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu

hamil, dinding abdomen masih agak lunak dan kendor untuk sementara

waktu.Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genitalia,

serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul, di anjurkan untuk melakukan

latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari post partum, sudah dapat fisioterapi.

2.1.7 Perubahan Tanda-tanda Vital

2.1.7.1 Suhu

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat Celsius. Sesudah

partus dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celcius dari keadaan normal, namun

tidak akan melebihi 8 derajat celcius. Sesudah 2 jam pertama melahirkan

umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38 derajat

celcius, mungkin terjadi infeksi pada klien.

2.1.7.2 Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit.Pasca

melahirkan, denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut

14
nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus waspada kemungkinan infeksi

atau perdarahan post partum.

2.1.7.3 Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri

ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia.Tekanan

darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80

mmHg.Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak

berubah.Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan

dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post

partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum. Namun

demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi.

2.1.7.4 Pernafasan

Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per

menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini

dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi

istirahat.Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan

denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya,

kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada

masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.

2.1.7.5 Perubahan Sistem kardiovaskuler

Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menampung

aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh

darah uteri.Penarikan kembali esterogen menyebabkan dieresis yang terjadi

15
secara cepat sehingga mengurangi volume plasma kembali pada proporsi

normal.Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi.Selam

masa ini, ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urine.Hilangnya

progesterone membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan

meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-

sama dengan trauma masa persalinan.Pada persalinan vagina kehilangan darah

sekitar 200-500 ml, sedangkan pada persalinan dengan SC, pengeluaran dua

kali lipatnya. Perubahan terdiri dari volume darah dan kadar Hmt

(Haematokrit).

Setelah persalinan, shuntakan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu

relative akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada jantung

dan akan menimbulkan decompensatio cordis pada pasien dengan vitum

cardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan

tumbuhnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sedia

kala. Umumnya, ini akan terjadi pada 3-5 hari post partum.

2.1.8 Perubahan Sistem Hematologi

Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma

serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post

partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih

mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor

pembekuan darah.

Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sebanyak

15.000 selama persalinan. Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama beberapa

16
hari pertama masa post partum. Jumlah sel darah putih akan tetap bisa naik

lagi sampai 25.000 hingga 30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita

tersebut mengalami persalinan lama.

Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit

sangat bervariasi.Hal ini disebabkan volume darah, volume plasenta dan

tingkat volume darah yang berubah-ubah.Tingkatan ini dipengaruhi oleh status

gizi dan hidarasi dari wanita tersebut.Jika hematokrit pada hari pertama atau

kedua lebih rendah dari titik 2 persen atau lebih tinggi daripada saat memasuki

persalinan awal, maka pasien dianggap telah kehilangan darah yang cukup

banyak. Titik 2 persen kurang lebih sama dengan kehilangan darah 500 ml

darah.

Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan

diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7

post partum dan akan normal dalam 4-5 minggu post partum. Jumlah

kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih 200-500 ml, minggu

pertama post partum berkisar 500-800 ml dan selama sisa masa nifas berkisar

500 ml.

2.1.9 Perubahan Sistem Endokrin

1. Hormon placenta

Hormon placenta menurun dengan cepat setelah persalinan. HCG (Human

Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10%

17
dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai omset pemenuhan

mamae pada hari ke-3 post partum.

2. Hormone pituitary

Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak

menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan

meningkat pada fase konsentrasi folikuler( minggu ke-3) dan LH tetap

rendah hingga ovulasi terjadi.

3. Hypotalamik pituitary ovarium

Lamanya seorang wanita mendapatkan menstruasi juga di pengaruhi oleh

faktor menyusui. Sering kali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi

karena rendahnya kadar estrogen dan progesteron.

4. Kadar estrogen

Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna

sehingga aktifitas prolaktin yang juga sedang meningkat dapat

mempengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI (Cuningham)

2.2 Post Partum

2.2.1 Pengertian Post Partum

Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa

nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk

pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah

masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke

keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010).

18
Masa nifas atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai dan

berakhir setelah kira-kira 6-8 minggu, akan tetapi seluruh alat genetal baruh

pulih kembali seperti sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3 bulan

(Sarwono, 2008).

Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu:

2.2.1.1 Post partum dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan

berdiri, berjalanjalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan

boleh bekerja setelah 40 hari.

2.2.1.2 Post partum intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat

genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

2.2.1.3 Post partum terlambat (remote peurperium) yaitu waktu yang

diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama

hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi untuk sehat

sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan

19
BAB III

LAPORAN KASUS

Kajian Asuhan Kebidanan pada Ny. A P1 A0 dengan Nifas Normal di Ruang

Nifas RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2019

A. Pengkajian

3.1 Data Subjektif

Tgl : 24 Januari 2019 No. RM : 01.03.84.34

Pukul : 11.00 WIB Ruang : Nifas

Biodata :

ISTRI SUAMI

Nama : Ny.A Nama : Tn. R

Umur : 29 Tahun Umur : 29 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/kebangsaan : Minang Suku/kebangsaan : Minang

Pendidikan : Sarjana Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat rumah : Belimbing, Padang Alamat rumah : Belimbing, Padang

20
Anamnesis

a. Keluhan Utama

Pasien datang diantar keluarga ke IGD PONEK RSUP Dr M Djamil

dengan keluhan keluar darah dari kemaluan sejak 6 jam yang lalu

membasahi 1 helai celana.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Keluar darah warna kehitaman dari kemaluan sejak 6 jam yang lalu

membahasi 1 helai celana dalam, nyeri pinggang menjalar ke ari-ari tidak

ada, tidak haid sejak 4 bulan yang lalu, riwayat keputihan ada, kental dan

berbau.

HPHT : 7 Ooktober 2018

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu mengatakan dari keluarga ibu atau suami tidak ada yang pernah

menderita penyakit menurun seperti penyakit jantung, sesak nafas, tekanan

darah tinggi dan kencing manis dan tidak ada yang menderita penyakit

menular seperti batuk yang lama/ menahun dan penyakit kuning.

d. Riwayat Kebidanan

- Haid

Ibu mengatakan haid pertama kali pada usia 14 tahun, haid rutin setiap

bulan (28-30 hari), lamanya 4-6 hari. Pada hari pertama dan kedua

ganti pembalut 3x sehari, hari ke 3 sampai selesai ganti pembalut 2x

sehari. Pada hari pertama sampai ketiga darah keluar berwarna merah

disertai sedikit gumpalan, pada hari keempat sampai selesai darah

21
kaluar berwarna merah sedikit-sedikit kemudian menjadi

kecoklatan.Ibu mengatakan terkadang merasa nyeri pada hari pertama

haid.

- Riwayat kehamilan sekarang

Ibu mengatakan ini kehamilan anak ke 1, tidak pernah keguguran.Ibu

belum merasakan gerak anak pertama sejak hamil.Selama hamil ibu

memeriksa kandungannya ke bidan di Puskesmas Belimbing.

- Riwayat persalinan yang lalu

Ibu mengatakan semua persalinannya normal dan cukup bulan,

semuanya lahir dirumah sakit dengan bantuan dokter spesialis dan

bidan

e. Pola Kebiasaan Sehari-hari

- Nutrisi

Ibu makan 3x sehari, porsi sedang habis, komposisi nasi, lauk (tahu,

tempe, telur, ikan, ayam atau daging), kadang ditambah buah dan

mengkonsumsi sayur, minum 7-8 gelas.

- Eliminasi

Pada saat hamil muda, BAK 5-6 x sehari, berkurang pada hamil 4

bulan.

- Aktifitas

Kegiatan ibu selama hamil melakukan kegiatan rumah tangga sehari-

hari seperti memasak, menyapu dan mencuci.

22
- Istirahat/ Tidur

Selama hamiltidur siang + 1 jam dan tidur malam mulai pukul 21.00

dan bangun pukul 05.00 WIB.

- Personal Hygiene

Selama hamil ibu mandi 2 x sehari, gosok gigi 2 x, keramas 2 x

seminggu, ganti baju 2 x sehari , ganti celana dalam 2-3 x sehari.

Cebok setiap kali mandi dan selesai BAK atau BAB.

- Riwayat Ketergantungan

Selama hamil Ibu tidak mempunyai ketergantungan merokok,

minum-minuman keras, minum obat bebas, dan minum jamu-jamuan.

f. Latar Belakang Sosial Budaya

Ibu tidak berpantang pada jenis makanan tertentu (seperti telur,daging dan

ikan). Tidak ada kebiasaan membuang ASI yang keluar pertama kali.

g. Kehidupan Seksual

Selama kehamilan ibu dan suami masih melakukan hubungan seksual

dengan biasa, tapi berkurang intensitasnya mendekati kehamilan tua.Tidak

pernah melakukan hubungan yang tidak sehat.

3.2 Data Objektif

3.2.1 Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Compos mentis

c. TTV

- TD : 110/80 mmHg

23
- Nadi : 85 x/i

- Nafas : 20 x/i

- Suhu : 36,5 ° C

d. BB sebelum hamil : 49 Kg

BB sekarang : 55 Kg

e. TB : 158 cm

f. LILA : 25 cm

g. HPHT : 7 Oktober 2018

TP : 14 Agustus 2019

3.2.2 Pemeriksaan Fisik

a. Muka

Odema : Tidak ada

Cloasma : Tidak

b. Kepala

Kebersihan : bersih, tidak ada kerontokan

Massa : Tidak ada

c. Mata

Sklera : Anikterik

Conjungtiva : Ananemis

d. Hidung

Pernafasan cuping hidung : Tidak ada

Pembesaran polip : Tidak ada

24
Kebersihan : Bersih

e. Mulut

Mukosa bibir : Lembab

Caries gigi : Tidak ada

Kelainan : Tidak ada

f. Leher

Pembesaran vena jugularis : Tidak ada

Pebengkakan kelenjar tiroid : Tidak ada

Pebengkakan kelenjar limfe : Tidak ada

g. Dada

Kebersihan : Bersih

Aerola : Hiperpigmentasi

Papila : Menonjol

Colostrum : -/-

h. Abdomen

Bekas luka operasi : Tidak ada

Linea nigra : Tidak Ada

Abdomen : Perut tampak sedikit membesar

Ballotement teraba 2 jari di atas simpisis

Auskultasi : DJJ tidak ditemukan

i. Genetalis

Odema : Tidak ada

Varises : Tidak ada

25
Vulva/ vagina : Tegang dan membesar

Pembukaan : tidak ada

APCD : Dalam batas normal

j. Ekstremitas

Bentuk : Simetris

Kelengkapan Jari : Lengkap

Odema : Tidak ada

Varises : Tidak ada

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium (tanggal 28 Oktober 2008)

Hemoglobin : 11,9 gr%

Leukosit : 6790

Trombosit : 369.000

HT : 38%

3.3 Assesment

Ibu G1 P0 A0 Usia Kehamilan 15-16 Minggu dengan Early Fetal Death

3.4 Planing

- Melakukan Inform Consent

- Kontrol vital sign (hasilnya :Tekanan darah 110/70 mmHg, N : 80

x/menit, T : 37 C, R : 18 x/menit

- IVFD RL oksitosin 20 tetes permenit

26
- Memberitahu ibu tentang hubungan seksual pasca persalinan

- Memberitahu ibu tentang pilihan kontrasepsi pasca persalinan

- Memberikan terapi : Amoxilin 3 x 500 mg, asam mefenamat 3 x 500 mg,

metileat 3 x 0,125 mg dan tablet tambah darah

- Menjadwalkan control ulang di Poli Kebidanan Tanggal 31 Januari 2019

27
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus Ny A umur 29 Tahun P0 A1 dengan nifas normal. Pasien masuk

ke ruang nifas melalui IGD RSUP Dr M DJAMIL atas kemauan sendiri ditemani

suami dengan keluhan keluar darah warna kehitaman dari kemaluan sejak 6 jam

yang lalu membahasi 1 helai celana dalam, nyeri pinggang menjalar ke ari-ari

tidak ada, tidak haid sejak 4 bulan yang lalu. Post kuretase

BAB II bahwa manifestasi Klinis IUFD Menurut Achadiat (2004), criteria

diagnostic kematian janin dalam rahim meliputi : Rahim yang hamil tersebut tidak

bertambah besar lagi, bahkan semakin mengecil. Tidak lagi dirasakan gerakan

janin. Tidak ditemukan bunyi jantung janin pada pemeriksaan.

Menetapkan Kematian Janin dalam Rahim menurut Nugroho (2012),

menetapkan janin dalam rahim meliputi : Pemeriksaan terhadap detak jantung

(dengan menggunakan stetoskop laeneck, alat dopler). Pemeriksaan terhadap tidak

adanya gerak jantung, tulang kepala janin berhimpit, tulang belakang makin

melengkung (dengan menggunakan USG). Pemeriksaan terhadap tulang kepala

berhimpit, tulang belakang melengkung, dalam usus janin dijumpai

pembentukkan gas (dengan foto rontgen).

Terapi yang diberikan kepada ibu RL oksititosin 1 : 1 dengan 20 tetes

permenit, amoxilin 3 x 500 mg, asam mefenamat 3 x 500 mg, metileat 3 x 0,125

mg dan tablet tambah darah dan pesangan laminaria untuk membantu dilatasi

serviks. Hal ini sesuai dengan penatlaksanaan dalam dilatasi serviks dengan

28
batang laminaria Setelah dipasang 12-24 jam kemudian dilepas dan dilanjutkan

dengan infus oksitosin sampai terjadi pengeluaran janin dan plasenta. Dilatasi

serviks dengan kateter folley. Untuk umur kehamilan > 24 minggu. Kateter folley

no 18, dimasukan dalam kanalis sevikalis diluar kantong amnion. Diisi 50 ml

aquades steril.Ujung kateter diikat dengan tali, kemudian lewat katrol, ujung tali

diberi beban sebesar 500 gram. Dilanjutkan infus oksitosin 10 u dalam dekstrose 5

% 500 ml, mulai 8 tetes/menit dinaikkan 4 tetes tiap 30 menit sampai his adekuat.

Infus oksitosin Keberhasilan sangat tergantung dengan kematangan serviks,

dinilai dengan Bishop Score, bila nilai = 5 akan lebih berhasil. Dipakai oksitosin

5-10 u dalam dekstrose 5 % 500 ml mulai 8 tetes / menit dinaikan 4 tetes tiap 15

sampaihis adekuat.

Induksi prostaglandin Dosis : Pg-E 2 diberikan dalam bentuk suppositoria

20 mg, diulang 4-5 jam. Pg-E 2 diberikan dalam bentuk suntikan im 400 mg. Pg-E

2,5 mg/ml dalam larutan NaCL 0.9 %, dimulai 0,625 mg/ml dalam infus.

Kejadian IUFD Hasil yang di dapatkan yaitu hubungan antara umur

kehamilan dengan kejadian IUFD dimana Ibu hamil dengan usia kehamilan

<37 minggu dan >42 minggu dapat membahayakan janin dalam kandungan ibu,

hal tersebut dikarnakan air ketuban semakin berkurang, sedangkan janin

sangat bergantungan dengan air ketuban dengan air ketuban sehingga dapat

terjadi sirotinus, selain itu fungsi plasenta mencapai puncaknya pada

kehamilan 37 minggu dan kemudian menurun terutama setelah 40 minggu, hal

ini dapat di buktikan dengan penurunan kadar estriol dan plasenta laktogen,

dan didapatkan yang usia kehamilan > 42 minggu yang menderita KJDR ada

29
10 orang dan yang tidak menderita 34 orang.Sedangkan usia kehamilan 37-42

minggu di katakan risiko rendah karna termasuk usia aterm atau cukup bulan

karna normalnya umur kehamilan 37 –40 minggu

Batasan Kematian Janin menurut WHO dalam Nugroho (2012) : kematian

yang terjadi pada janin dengan berat badan lahir lebih dari 1000 gram. Sedangkan

menurut Prawiroharjo dalam Nugroho (2012) : kematian janin dibagi dalam 4

golongan yaitu Kelompok I : kematian janin sebelum kehamilan 20 minggu.

Upaya yang perlu dilakukan pada ibu dalam umur reproduktif

dengan melakukan skiring terhadap ibu hamil yang berisiko mengalami IUFD

memberikanKIE (komunikasi, informasi, dan edukasi), yang terus menerus

dan berkesinambungan bahwa semua adalah beresiko, sehingga perluupaya

mencegah komplikasi pada kehamilan, persalinan, dan nifas dengan

merencanakan kehamilan dengan secara baik. Menjaga kehamilan yaitu melalui

pemeriksaan ANC secara lengkap dan teratur sehingga ada pemantauan untuk

indikasi pertumbuhan danper kembangan janin dalam rahim untuk mencegah

terjadinya IUFD.

30
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Early Fetal Death yaitu kematian janin yang terjadi pada usia kehamilan

kurang dari 20 minggu. Menetapkan kematian janin dalam rahim yaitu dengan

pemeriksaan terhadap DJJ (dengan menggunakan stetoskop laeneck, dopler),

pemeriksaan terhadap tidak adanya gerak jantung, tulang kepala janin berhimpit,

tulang belakang makin melengkung (dengan menggunakan USG), pemeriksaan

terhadap tulang kepala berhimpit, tulang belakang melengkung, dalam usus janin

dijumpai pembentukkan gas (dengan foto rontgen)

Menurut Winkjosastro (2012), Upaya mencegah kematian janin, khususnya

yang sudah atau mendekati aterm adalah bila ibu merasa gerakan janin menurun,

tidak bergerak atau gerakan janin terlalu keras, perlu dilakukan pemeriksaan

ultrasonografi. Perhatikan adanya solusio plasenta.Pada gemeli dengan TT (twin

to twin transfusion) pencegahan dilakukan dengan koagulasi pembuluh

anastomosis.

Upaya untuk mencegah terjadinya kematian janin dalam rahim yaitu dengan

pemeriksaan kehamilan sekurangkurangnya 4 kali, yaitu 1 kali pada trimester I, 1

kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III.

Pemantauan kesejahteraan janin selama antenatal care tujuannya untuk

deteksi dini ada tidaknya faktor-faktor penyebab kematian janin. Misalnya

hopoksia, asfiksia, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan dan infeksi

31
5.2 Saran

5.2.1 Bagi Ibu ibu yang hamil hendaknya memeriksakan dirinya secara rutin

mnimal 4 kali selama kehamilan agar bisa dideteksi secara dini bila ada

kelainan pada janinnya.

5.2.2 Bagi petugas kesehatan agar senantiasa meningkatkan Pengetahuan dan

keterampilannya untuk menurunkan angka mortalitas dan morbiditas Ibu

dan anak.

32

Anda mungkin juga menyukai