0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
141 tayangan2 halaman
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rahim. Kehamilan ektopik terganggu terjadi bila terdapat ruptur di lokasi implantasi, menyebabkan perdarahan pasif dan nyeri abdomen akut. Penatalaksanaan meliputi hemostatis, salpingotomi atau salpingektomi tergantung kondisi, serta pemantauan dan perawatan pasca operasi. Pada kehamilan ektopik belum terganggu, pertimbangkan pemberian MTX jika kondisi stabil
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rahim. Kehamilan ektopik terganggu terjadi bila terdapat ruptur di lokasi implantasi, menyebabkan perdarahan pasif dan nyeri abdomen akut. Penatalaksanaan meliputi hemostatis, salpingotomi atau salpingektomi tergantung kondisi, serta pemantauan dan perawatan pasca operasi. Pada kehamilan ektopik belum terganggu, pertimbangkan pemberian MTX jika kondisi stabil
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rahim. Kehamilan ektopik terganggu terjadi bila terdapat ruptur di lokasi implantasi, menyebabkan perdarahan pasif dan nyeri abdomen akut. Penatalaksanaan meliputi hemostatis, salpingotomi atau salpingektomi tergantung kondisi, serta pemantauan dan perawatan pasca operasi. Pada kehamilan ektopik belum terganggu, pertimbangkan pemberian MTX jika kondisi stabil
1 Pengertian ( Definisi) Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi diluar rahim (uterus). Hampir 95% kehamilan ektopik terjadi diberbagai segmen tuba falopii, dengan 5% sisanya terdapat di ovarium, rongga peritoneum atau didalam serviks. Apabila terjadi ruptur di lokasi implantasi kehamilan, maka akan terjadi keadaan perdarahan pasif dan nyeri abdomen akut yang disebut kehamilan ektopik terganggu. 2 Anamnesa (Data Subjektif) 3 Pemeriksaan Fisik (Data Objektif) 4 Diagnosa kebidanan (Assesment) 5 Penatalaksanaan (Planning) Bila ditemukan tanda akut abdomen, maka tindakan terbaik adalah hemostatis KET. Jenis tindakan yang akan diambil harus memperhitungkan pemulihan fungsi kedua tuba. Bila ibu ingin hamil maka lakukan salpingotomi. Bila kondisi gawat darurat, tidak ingin hamil lagi, robekan tidak beraturan, terinfeksi, perdarahan tak dapat dikendalikan, maka lakukanlah salpingektomi. Pada umumnya akan dilakukan prosedur berikut ini: 1. Pasang infuse untuk substitusi kehilangan cairan dan darah. 2. Transfusi bila konsentrasi Hb < 6 gram%. 3. Lakukan prosedur parsial salpingektomi atau eksisi segmental yang dilanjutkan dengan salpingografi (sesuai indikasi). 4. Lakukan pemantauan dan perawatan pasca operatif. 5. Cabut infuse dan transfusi setelah kondisi pasien stabil. 6. Realimentasi, mobilisasi dan rehabilitasi kondisi pasien sesegera mungkin Pada kehamilan ektopik belum terganggu, kondisi hemodinamik stabil, massa < 4 cm dan tidak ada perdarahan intraabdomen maka pertimbangkan pemberian MTX. Berikan MTX 50 mg dan dilakukan observasi B-Hcg yang akan menurun tiap 3 hari. Setelah 1 minggu dilakukan USG ulang. Bila besar kantong tetap dan pulsasi (+) lakukan injeksi kedua. Terapi dianggap gagal bila terjadi KET, massa membesar, atau B-Hcg meningkat > 2 kali dalam 3 hari. 1. Berikan penjelasan pada pasien tentang resiko/keberhhasilan terapi konservatif dan segera lakukan terapi aktif. Bila pasien tidak mampu mengenali tanda bahaya, sebaiknya rawat inap untuk observasi. 2. Pada perdarahan hebat dan massif intraabdominal, dimana darah pengganti belum cukup tersedia dan golongan darah yang langka, maka pertimbangkan tindakan transfuse autolog. Pada kehamilan abdominal lanjut, pertimbangkan untuk pengangkatan plasenta sepanjang hemostasis dapat dijamin. Bila perlekatan di usus sangat luas dan hemostasis pasca eksisi tidak memungkinkan, maka plasenta ditinggalkan, berikan MTX dan rencanakan tindakan (kalau perlu) pengangkatan pada saat optimal. 6 Informasi & Edukasi 7 Kepustakaan